SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU SINGKEP DAN PULAU LINGGA , KABUPATEN LINGGA, PROVINSI KEPULAUAN
3. HASIL SURVEI ARKEOLOGI DI KABUPATEN LINGGA
3.2.2. Kelenteng Kwik Sin Wang
Tempat pemujaan ini terdapat di Desa Bakong, dan dipercaya dibangun secara bersama-sama oleh masyarakat stempat yang bermarga Kwik, Tan, dan Lo yang berasal dari dari daerah Hokkien dan Tiociu di Cina Selatan. Saat ini yang memanfaatkannya adalah generasi kelima sejak pendiriannya. Masyarakat percaya bahwa ini adalah kelenteng tertua di Dabo Singkep.
128
Klenteng Kwik Sin Wang di Desa Bangko, Singkep Barat
3.3. KECAMATAN LINGGA
3.3.1. ISTANA
3.3.1.1. Istana Damnah
Terletak di Kampung Damnah, Kelurahan Daik, Kecamatan Lingga. Istana tersebut menghadap ke arah timur dengan latar belakang Gunung Daik. Lahan yang ditempati relatif datar dan berada pada lokasi yang agak tinggi sehingga untuk mencapainya ditempuh melalui jalan yang menanjak. Dari halaman kompleks Istana Damnah dapat memandang dengan leluasa lingkungan sekelilingnya. Jarak dari pusat kota Kecamatan Lingga menuju Istana Damnah sekitar 3 km ke arah barat. Jalan yang dilalui berupa jalan aspal sepanjang 2 km dan 1 km berikutnya masih berupa jalan tanah.
Istana Damnah hanya menyisakan bagian pondasi yang membentuk denah persegi panjang dengan orientasi barat-timur. Bagian barat kompleks ini termasuk dalam areal hutan lindung. Denah kompleks yang memanjang barat-timur ini meliputi tujuh bagian/ruang yang secara singkat uraiannya adalah sebagai berikut:
Ruang I menempati bagian depan (timur), terpisah dengan bagian lainnya. Sisanya berupa pondasi sepanjang 23 meter, lebar 20 meter dan tinggi dari permukaan tanah 0,5 meter. Pada tiap sisi ruang terdapat anak tangga yang seluruhnya berjumlah 36 buah. Lebar anak tangga besar adalah 210 cm, sedangkan anak tangga kecil berukuran 40 cm. Pada tiap-tiap sudut terdapat sebuah anak tangga yang berukuran 40 cm. Pada bagian atas pondasi ini keadaan tanahnya datar dan di bagian tengah ruangan terdapat lubang dan struktur bata, dengan diameter lubang kurang lebih 50 cm dan kedalaman berkisar 60 cm.
Kemudian ruang II menyisakan 2 buah anak tangga pada pintu masuk yang terletak di bagian kiri dan kanan sisa bangunan utama. Bangunan utama ditunjukkan dari keletakan ruang dan sisa deretan penyangga rumah panggung yang terbuat dari
129
Survei Arkeologi di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, ….
bahan bata dilepa, yang berbentuk persegi empat. 2 buah tangga bangunan pada ruang II, kondisinya relatif utuh dan masih dikenali bentuknya. Fungsinya adalah sebagai tangga masuk di kiri-kanan bangunan utama. Tangga ini terbuat dari bahan bata, pada bagian bawah pipi tangga terdapat gorong-gorong dengan bentuk setengah lingkaran. Di bawah pegangan tangga terdapat hiasan cetakan yang terbuat dari bahan batuan dan semen. Bentuk pinggiran tangga berupa lengkungan seperti sulur-suluran yang mengingatkan akan bentuk makam orang Cina. Kedua tangga tersebut memiliki bentuk yang sama, terdiri dari 8 anak tangga, 5 buah ada di bagian depan mengarah ke barat, dan 3 lapis lagi mengarah ke utara-selatan. Kedua tangga tersebut memiliki bentuk yang simetris dan arah tangga bagian atas berhadap-hadapan. Tangga menggunakan lantai dari bahan terakota berwarna merah dengan ukuran 34 cm x 34 cm x 2 cm. Di ruang II ini terdapat 20 buah tiang penyangga rumah panggung berbentuk persegi empat berbahan bata yang dilepa. Tiang ini berderet membentuk bidang persegi empat. Bagian kiri-kanan, di samping bangunan rumah panggung, terdapat 2 pasang bangunan yang letaknya simetris. Salah satu, yang terletak di sisi utara kondisinya rusak, sedangkan yang di sisi kanan relatif utuh.
Berikutnya di bagian tengah ruang III tanahnya rata. Di sisi kiri-kanan terdapat sisa tembok membentuk denah U mengarah ke bagian tengah ruang ini. Tinggi tembok 100 cm dan kondisinya masih baik. Masing-masing tembok tersebut memiliki 5 buah lubang berbentuk setengah lingkaran, 3 buah terletak di samping dan sebuah terletak di depan dan belakang.
Selanjutnya untuk memasuki ruang IV terdapat gundukan tanah yang merupakan bekas anak tangga. Sekitar 50 cm dari anak tangga tersebut terdapat tatanan bata membentuk bidang persegi panjang dan terletak di bawah permukaan tanah dengan ukuran 150 cm X 170 cm. Ruang IV ini dibatasi pondasi yang masih baik kondisinya. Adapun keadaan tanah di ruang V rata dan tidak terdapat bekas bangunan. Ukuran pondasi bangunan di ruang ini lebih besar dibandingkan sisa pondasi yang terdapat di ruang IV.
Keadaan tanah di ruang VI juga rata dan di bagian belakang masih tersisa struktur bangunan berukuran 2,25 m x 2,25 m yang di atasnya terdapat tumpukan bata dengan bentuk dan ukuran lebih kecil. Pada bagian depan bangunan ini terdapat lubang berbentuk setengah lingkaran. Di atas lubang tersebut terdapat pahatan sulur-suluran. Kondisi bangunan tersebut ambruk.
Adapun di ruang VII terdapat bangunan berbentuk persegi empat dari susunan bata yang dispesi. Struktur bangunan ini terbagi menjadi 2 bagian, bangunan yang berada di sisi selatan lebih dalam dibandingkan bangunan lainnya. Di sisi selatan bangunan tersebut terdapat lubang yang berhubungan dengan sebuah WC jongkok yang terletak di selatannya. Bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah kemungkinan merupakan septic-tank atau saluran penampung kotoran. Di bagian belakang (barat)
septic-tank terdapat lubang berbentuk segi empat tanpa tatanan bata. Pada lubang ini terdapat anak tangga turun untuk memasukinya. Anak tangga tersebut dibangun dengan bahan bata dan dispesi.
130
Di sisi kiri dan kanan bekas Istana Damnah ini, terdapat tatanan bata dengan lebar dan tinggi dari permukaan tanah sekitar 20 cm. Kemungkinan berkaitan dengan saluran air (parit) yang memanjang dari bagian depan (ruang II) sampai ke belakang (WC). Kondisinya masih baik, di beberapa bagian saluran tersebut tertutup tanah.
3.3.1.2. Pondasi 44 Bilik
Jarak antara Istana Damnah dengan Pondasi 44 Bilik berkisar 200 meter ke arah utara, yang dihubungkan dengan jalan setapak. Pondasi 44 Bilik terdiri atas tiga deretan memanjang ke arah utara-selatan. Dua deret dengan bentuk persegi empat berukuran besar mengapit pondasi persegi panjang berukuran lebih kecil yang berada di tengah. Ukuran Pondasi 44 Bilik sekitar 48 m x 29 m. Di bagian tengah bangunan pondasi, pada sisi utara dan selatan terdapat ruangan menjorok ke luar berukuran 4 m x 4 m.
Jumlah ruangan, berdasarkan penampakan pondasi sekitar 32 buah, sebagian masih tertutup tanah. Bentuk ruangan dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni pondasi berbentuk persegi panjang berukuran besar dan persegi panjang berukuran kecil. Pondasi dengan bentuk persegi panjang berukuran besar sebanyak 4 buah dan masing-masing dibagi lagi menjadi 4 bagian kecil. Sedangkan pondasi persegi panjang terletak di bagian tengah pondasi tersebut berjumlah 4 buah. Tinggi pondasi bangunan dari atas permukaan tanah adalah 45 cm dengan lebar pondasi sekitar 60 cm. Di beberapa bagian pondasi terdapat tonjolan yang kemungkinan merupakan bagian untuk menempatkan dasar pilar untuk menyekat ruangan. Adapun jarak masing-masing tonjolan adalah sekitar 150 cm x 180 cm.
Bata yang digunakan untuk pondasi tersebut bercampur antara bata yang utuh dengan potongan bata. Ukuran bata umumnya 23 cm X 11 cm X 6 cm. Teknik pembangunan pondasi adalah dengan menempatkan bata utuh pada bagian sisi luarnya sehingga bagian tersebut rata, sedangkan bagian tengah diisi pecahan bata. Perekat yang digunakan adalah semen dan pasir. Ukuran bata sama dengan yang terdapat di bekas Masjid dan Istana Damnah.
3.3.1.3. Istana Kolam
Lokasi Istana Kolam berseberangan dengan lokasi bangunan pengolahan sagu sultan. Kepemilikan lahan bekas istana kolam adalah pada keluarga Bapak Samsu Rizal. Istana kolam dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdul Rahman Muazan Syah untuk tujuan-tujuan pribadi sultan. Suplai air bagi Istana Kolam dipenuhi dari beberapa aliran sungai yang terdapat di sekitarnya, salah satunya adalah anak Sungai Daik. Kondisi Istana Kolam saat ini cukup memprihatinkan. Sepintas tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut bekas kolam istana, namun bila diperhatikan lebih teliti akan tampak bekas parit keliling serta tanggul penahan air kolam tersebut. Masyarakat memanfaatkan areal Istana Kolam ini sebagai lahan bercocok-tanam.
131
Survei Arkeologi di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, ….