• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan Latar Belakang

Dalam dokumen BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI No. 26 (Halaman 66-69)

DI BAGIAN SELATAN DANAU TOBA, SUMATERA UTARA

1. Pendahuluan Latar Belakang

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Etnis Batak adalah salah satu suku bangsa di Nusantara yang beruntung karena mereka tidak saja kaya akan peninggalan budaya materi maupun adat istiadat, namun juga diwarisi para leluhurnya dengan karya-karya tulis yang disebut pustaha laklak

(kitab-kitab kuna Batak yang ditulis pada kulit kayu). Kata pustaha merupakan adaptasi dari kata pustaka yang berasal dari bahasa Sansekerta. Kesamaan itu memunculkan pendapat yang dikemukakan KF Holle dan H Kern yang menyatakan bahwa aksara Batak berasal dari aksara Kawi. Teori lain dikemukakan oleh Engelbertus EW Schroder yang mencoba menghubungkan aksara Batak dengan aksara Phoenesia (coeniform). Melalui aksara Batak yang diwujudkan dalam pustaha laklak itu setidaknya telah membuktikan bahwa suku bangsa Batak tidak seterbelakang sebagaimana dahulu dibayangkan orang saat membicarakan sejarah Batak (wilayah dan masyarakatnya). Bagaimanapun, suatu suku bangsa atau bangsa dikatakan memasuki babakan sejarah yang maju bila mampu mengungkapkan ide-idenya melalui tulisan. Terkait dengan kekayaan yang berupa tradisi tulis itu, amat disayangkan bahwa warisan yang luhur tersebut saat ini boleh dikatakan mendekati kepunahan. Hal itu disebabkan oleh bahan (media) penulisannya yang rentan terhadap kondisi alam lingkungan, serta – dan ini merupakan yang utama – tidak berlanjutnya tradisi penulisan dalam masyarakatnya sendiri. Kerentanan bahan (media) pustaha laklak itu karena terbuat dari bahan organik berupa kulit kayu, atau bambu, tulang dan tanduk kerbau. Adapun tidak berlanjutnya tradisi penulisan pustaha-pustaha disebabkan masyarakat pendukung tradisi itu sendiri yang saat ini sudah tidak lagi menganggap perlu adanya tradisi itu. Di sisi lain kondisi itu muncul karena aksara Batak sebagai media penuangan inspirasi ke dalam bentuk pustaha-pustaha, saat ini sudah tidak lagi diajarkan di jenjang pendidikan formal. Sehingga generasi muda Batak sebagai

59

Pustaha Laklakdan Prasasti, Sumber Tertulis,…..

pewaris sah tradisi tersebut saat ini tidak lagi mengetahui kekayaan budaya mereka (khususnya budaya tulis).

Saat ini pustaha-pustaha Batak itu memang masih dapat dijumpai di beberapa museum, baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti di Belanda dan Jerman. Selain itu, keberadaannya juga diketahui di tanah tempat kelahirannya, yakni di tempat yang dianggap oleh sebagian suku bangsa Batak sebagai wilayah asal mula orang Batak yakni di seputar Danau Toba. Pustaha laklak ini umumnya merupakan objek warisan keluarga, dan disimpan begitu saja hanya karena itu adalah benda yang diperoleh secara turun-temurun. Walaupun demikian, keberadaan objek budaya itu sampai sejauh ini masih belum terdokumentasikan dengan baik.

Tentunya akan menjadi hal yang menarik bila upaya pengenalan dan pemahaman isi pustaka Batak itu dilakukan lebih serius. Tradisi tulis yang dituangkan dalam bentuk

pustaha-pustaha dan prasasti itu memang lebih menonjolkan isi yang berkenaan dengan mantra-mantra, ramalan-ramalan, dunia makhluk halus, atau hal-hal magis/supranatural, nasehat, namun ada juga indikasi bahwa pustaka itu menyebut tentang silsilah marga-marga yang juga penting bagi penulisan sejarah Batak. Secara umum, objek budaya ini jelas memiliki arti dan nilai penting juga bagi ilmu pengetahuan.

1.2. Permasalahan

Kekayaan tradisi tulis berupa pustaka dan prasasti yang diwarisi suku bangsa Batak pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, saat ini memerlukan perhatian besar seluruh komponen masyarakat, khususnya para peneliti, karena jumlahnya semakin menipis. Oleh karena itu, mengetahui keberadaan pustaha dan prasasti beraksara Batak yang berada di seputar Danau Toba, yang dipercaya sebagai daerah asal suku bangsa Batak, perlu dilakukan melalui upaya penelitian yang memadai. Melalui kegiatan dimaksud, dengan diketahuinya keberadaan pustaha dan prasasti beraksara Batak itu, maka permasalahan lain yang bersifat lebih luas yang terkandung di dalamnya juga akan dapat diteliti lebih lanjut. Ini akan mempermudah pengenalan dan pemahaman menyangkut hal-hal yang disampaikan dalam objek budaya tulis tersebut pada masa lalu.

1.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan khusus kegiatan ini adalah mendeskripsikan data berupa pustaha laklak

maupun bahan bertuliskan lainnya (prasasti) di daerah seputar Danau Toba, yakni di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Bila tujuan khusus tersebut terpenuhi maka tujuan umumnya adalah mendapatkan gambaran tentang budaya Batak sebagaimana tertuang dalam pustaha dan prasasti atau pertulisan lain itu.

60

Berkenaan dengan hal tersebut, maka sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan pemahaman mengenai kebudayaan Batak yang digambarkan dalam sumber tertulis Batak, yakni pustaha laklak dan prasasti beraksara Batak.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat aktivitas kali ini adalah mengetahui kebudayaan Batak yang tertulis dan terkandung dalam pustaha laklak maupun prasasti beraksara Batak yang dapat dijadikan acuan bagi berbagai hal berkenaan dengan kehidupan. Itu semua memberikan tambahan informasi tentang orang Batak dan budayanya. Pada pustaha laklak, antara lain disampaikan pengetahuan tentang bagaimana masyarakat Batak masa lalu mempercayai upaya menghilangkan suatu penyakit melalui penyelenggaraan sebuah upacara khusus. Begitupun dalam prasasti – yang umumnya merupakan sebuah produk hukum karena biasanya berisikan tentang sebuah penetapan berikut sanksi bagi pelanggarnya - ada disebutkan tentang perilaku orang Batak yang mengedepankan rasa malu.

1.5. Kerangka Pikir dan Metode Penelitian

Sumber primer penulisan sejarah kuna dan arkeologi Indonesia adalah prasasti dan naskah (Boechari 1977:5). Keduanya merupakan peninggalan tertulis masa lampau yang penyebutannya dibedakan, antara lain, atas bahan yang digunakan. Prasasti dituliskan pada batu dan logam, sedangkan naskah ditulis pada bahan-bahan organik seperti lontar, bambu, kayu, kertas, kulit dan tulang.

Agar pustaha-pustaha Batak yang memiliki arti penting bagi pengetahuan dapat diketahui isinya maka diperlukan suatu penanganan tersendiri terhadapnya. Penanganan pustaka Batak pada dasarnya tidak berbeda dengan penanganan terhadap sumber-sumber tertulis lain. Tahap pertama setelah fisik pustaka Batak ada di tangan peneliti adalah dibuat dokumentasi serta facsimilie (salinan)-nya, agar data yang tertulis pada bahan organik – yang cenderung tidak tahan lama itu - dapat diselamatkan. Tindakan selanjutnya adalah pengalihaksaraan (dalam hal ini dari aksara Batak ke huruf Latin), dan kemudian membuat terjemahannya ke dalam bahasa-bahasa modern seperti bahasa Belanda, Inggeris, maupun bahasa Indonesia secara bertanggungjawab berdasar kaidah ilmiah dari peneliti. Setelah itu, barulah dilakukan penafsiran atas isi naskah/pertulisan tersebut. Begitu pula dengan prasasti, juga memperoleh penanganan yang prinsipnya tidak jauh berbeda.

Dalam penelitian terhadap peninggalan bertulisan di seputar Danau Toba ini akan digunakan alur penalaran induktif dan tipe peninjauan eksploratif. Data berupa pustaka/bahan bertulisan Batak itu diharapkan diperoleh melalui survei di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Dalam survey dilakukan penggambaran kondisi lingkungan, pengukuran/pemotretan, serta pencatatan atas objek yang didapat.

61

Pustaha Laklakdan Prasasti, Sumber Tertulis,…..

1.6. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Penelitian Sumber Tertulis Batak di Bagian Selatan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara ini merupakan kegiatan rutin Balai Arkeologi Medan dengan menggunakan dana tahun anggaran 2003. Selain staf peneliti Balai Arkeologi Medan (Suruhen Purba, Lucas Partanda Koestoro dan Dekson Munte) kegiatan ini juga melibatkan staf pengajar Akademi Pariwisata Medan (Rita Margaretha Setianingsih dan Robinson Ridel Damanik).

Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, dan wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah diperoleh informasi keberadaan sebuah pustaha laklak pada sebuah keluarga yang bertempat tinggal di Kota Sibolga. Adapun dari sebuah tempat di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dijumpai sebuah prasasti terbuat dari batuan sedimen bertuliskan aksara dan berbahasa Batak.

Kegiatan penjaringan data berlangsung sejak tanggal 24 April 2003 sampai dengan tanggal 29 April 2003. Sebelumnya telah dilakukan langkah-langkah administratif berupa persuratan menyangkut pemberitahuan penelitian ke instansi-instansi terkait maupun perizinan pada pihak yang berkompeten. Pada tahap ini maupun tahap pelaksanaan penjaringan data di lapangan, diterima bantuan dari berbagai pihak. Semuanya telah memperlancar kerja tim di lapangan, juga sampai pada penyiapan laporannya.

2. Kilasan Lingkungan dan Sejarah Daerah Penelitian

Dalam dokumen BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI No. 26 (Halaman 66-69)