• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok-Kelompok yang Termasuk Yakuza

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP YAKUZA DAN KOMIK

2.2. Kelompok-Kelompok yang Termasuk Yakuza

Setelah hampir seratus tahun kematian Chobei Banzuiin, barulah muncul

yakuza tradisional. Yakuza tradisional adalah yakuza yang muncul pada awal

Mereka bisaanya berasal dari kalangan bawah yang merasa terbuang atau tidak sesuai dengan masyarakat Jepang pada umumnya. Tetapi tidak semua anggota

yakuza berasal dari kalangan bawah seperti burakunin, yaitu masyarakat yang

dianggap memiliki kedudukan yang rendah dalam masyarakat Jepang karena mata pencaharian mereka adalah berburu binatang untuk dijual kulitnya. Namun ada juga yang berasal dari keluarga terpandang yang merasa tertekan oleh tuntutan kedua orang tua mereka sehingga melarikan diri dari rumah dan kemudian bergabung dengan yakuza, atau pelajar yang dikeluarkan dari sekolah, anak yang dibuang oleh orang tuanya karena kekurangan ekonomi dan lain-lain.

Keanggotaan yakuza selain seperti yang disebutkan di atas, juga berasal dari perekruitan oleh suatu kelompok yakuza terhadap orang-orang yang dianggapnya berpotensi untuk bergabung menjadi anggota yakuza. Perekruitan ini biasanya dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti tempat-tempat hiburan, prostitusi, klub-klub malam dan tempat-tempat keramaian lainnya. Di tempat- tempat seperti ini tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian, dan hal tersebut merupakan saat yang tepat untuk merekruit seseorang yang dianggap kuat karena berhasil mengalahkan lawan-lawannya.

Yakuza tradisional yang merupakan asal – usul dari yakuza modern, dapat

dibedakan menjadi bakuto atau penjudi, dan tekiya atau pedagang keliling. Kedua kelompok ini memiliki kebiasaan yang sangat berbeda sehingga polisi Jepang sampai saat ini sangat sulit untuk membedakan yakuza sebagai bakuto atau tekiya. Baik bakuto maupun tekiya memiliki daerah kerja masing-masing, dan mereka tidak pernah berselisih seandainya mereka berada pada daerah yang sama. Berikut ini dipaparkan kelompok-kelompok yang termasuk dalam anggota yakuza.

2.2.1 Tekiya atau Pedagang Keliling

Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul tekiya. Goro Fujita, mantan anggota Tosi-kai, yaitu kelompok etnis Korea terbesar yang dibentuk pada tahun 1948, yang mengontrol klub-klub malam di Ginza, percaya bahwa tekiya pada awalnya adalah bangsa nomaden yang berkeliling untuk menjual dagangannya di kota-kota dan pusat-pusat perdagangan.

Bagaimanapun asal-usulnya, pada pertengahan 1700-an para pedagang keliling atau tekiya bergabung untuk menggalang kerja sama dan saling melindungi daerah kekuasaan Tokugawa Ieyasu. Mereka mampu mengontrol tempat-tempat berjualan di pasar atau bazaar yang diadakan di kuil-kuil. Pada saat diadakan bazaar, sepanjang jalan menuju kuil dipenuhi oleh tempat-tempat berjualan macam-macam barang, mulai dari barang keperluan rumah tangga sampai dengan mainan anak-anak. Para pedagangnya adalah tekiya, dan masyarakat Jepang pada umumnya mengetahui bahwa mereka adalan yakuza, tetapi tidak semua pedagang yang berjualan adalah tekiya. Pedagang yang bukan

tekiya diharuskan untuk membayar iuran kepada tekiya jika ingin berjualan

ditempat tersebut. Tekiya-lah yang menentukan lokasi didirikannya tempat-tempat berjualan tersebut, dan polisi tidak dapat melakukan tindakan apapun. Apabila seorang pedagang ingin membuka usaha di daerah yang berada di bawah kekuasaan tekiya, maka ia harus bersedia membayar sejenis uang iuran kepada

tekiya, dan jika menolak maka dipastikan ada barang-barang yang hilang, atau

pelayannya berkurang, bahkan tekiya tidak segan-segan menggunakan kekerasan dalam mempertahankan monopoli di daerah tersebut.

Tidak seperti penjudi, kegiatan tekiya pada umumnya adalah legal, bahkan pemerintah feodal membantu memperkuat kedudukan para pemimpin tekiya dengan menjamin pengakuan status mereka secara resmi pada kurun waktu 1735- 1740. untuk mengurangi berkembangnya praktek penipuan pada pedagang- pedagang tekiya, pemerintah menunjuk beberapa oyabun sebagai pengawas dan memberikan penghargaan kepada mereka berupa nama keluarga dan dua buah pedang, yang merupakan simbol dari samurai.

2.2.2 Bakuto atau Penjudi

Berbeda dengan tekiya, usaha yang dilakukan oleh bakuto adalah jelas- jelas ilegal, yaitu berjudi. Pada awalnya kelompok penjudi ini terdiri dari ronin, namun lama-kelamaan para pegawai pemerintah dan bos-bos lokal, seperti pimpinan pemadam kebakaran atau mandor kuli bangunan yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan konstruksi dan irigasi di bawah kekuasaan Tokugawa mulai tertarik untuk mengadu nasib di meja judi. Pekerjaan ini mengharuskan mereka untuk membayarkan sejumah uang kepada para buruh, dan uang yang telah mereka bayarkan kepada para buruh sebagai upah itu kemudian diusahakan agar dapat kembali lagi ke tangan pegawai pemerintah dan bos-bos tersebut. Cara yang mereka lakukan adalah dengan membuka meja judi, dan hal tersebut sangat manjur, banyak para buruh yang menghabiskan upah yang mereka terima di meja judi tersebut, dan lama kelamaan bukan hanya para buruh yang mengadu nasib di meja ini, banyak dari para pedagang, seniman dan bahkan orang-orang dari kalangan atas seperti samurai dan juga pegulat sumo tertarik untuk bermain judi.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kata yakuza berasal dari sebuah permainan kartu yang dilakukan oleh para bakuto, yang mengacu kepada sesuatu yang tidak berguna, dan kemudian mengacu kepada para bakuto itu sendiri karena mereka dianggap tidak berguna. Selama bertahun-tahun kata yakuza digunakan terbatas pada kaum bakuto saja, karena para anggotanya terus mempertahankan kemurnian kelompoknya yang menganggap bahwa yakuza yang sebenarnya adalah para penjudi tradisional.

Sejalan dengan perkembangan zaman, kata yakuza tidak lagi hanya digunakan untuk bakuto saja tetapi juga kepada tekiya, dan kelompok-kelompok kriminal terorganisir lainnya di Jepang. Lebih lanjut yang dikatakan dengan kelompok terorganisir menurut seorang mantan polisi Jepang, Raisuki Miyawaki (2006 : 11), adalah struktur yang kuat dan saling menunjang yang melibatkan hubungan manusia dan peredaran uang. Dalam struktur tersebut ikut terlibat di dalamnya adalah debitor besar, mantan pejabat bank, dan organisasi kriminal.

Dokumen terkait