• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Sikap dan Pandangan Ulama Tafsir Terhadap Eksistensi Qira>’ah Ganda

3. Kelompok Muda>fi‘u>n

82

3. Kelompok Muda>fi‘u>n.

Kelompok ini terdiri dari jumhu>r al-Mufassiri>n yang tidak membeda-bedakan antara satu bacaan dengan yang lainnya. Sebaliknya mereka berupaya melakukan difa>' (pengkanteran dan pembelaan) terhadap keutuhan riwayat qira>'at mutawa>tirah (ah}ruf sab'ah) dari Rasul saw. yang diragukan oleh beberapa ulama yang menolak atau mentarjih sebagian qira>’ah atas lainnya. Sehingga ketika mereka mendapati beberapa bacaan dalam satu kalimat atau ayat, maka mereka menempatkan bagi masing-masing bacaan memiliki posisi dan kedudukan yang sama dalam memberikan makna dan pemahaman.

Seperti contoh adanya qira>’ah ganda pada kalimat: ‚ٍُضٌا ‛ bacan pertama membaca huruf si>n dengan kasrah dan bacaan kedua dengan fath}ah. Bagi golongan ulama ini, memberikan makna bagi masing-masing bacaan. Dengan mengatakan, bahwa huruf si>n yang berharakath kasrah maknanya adalah Islam, yang artinya: ‚Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam agama Islam secara menyeluruh‛. Sedangkan bacaan yang menggunakan harakat fath}ah menunjukkan arti perdamaian, yang artinya: ‚ Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam perdamaian secara utuh dan menyeluruh‛.

Pendapat ini, meyakini bahwa ayat masing-masing bacaan telah diturunkan kepada Rasul saw. untuk diamalkan keduanya tanpa membeda-bedakan antara satu dan yang lainnya.

Di antara ulama yang paling populer melakukan pembelaan terhadap qira>'a>t antara lain adalah al-Ra>zi> dan al-Alu>si>.

83

Menurut penulis, di antara tiga sikap ulama terhadap qira>’ah ganda di atas, sikap golongan ulama ketiga sangatlah tepat, mengingat kesepakatan ulama bahwa tidak ada sesuatupun yang diriwayatkan secara mutawa>tir dari Nabi saw. melainkan harus diterima sepenuhnya oleh umat.57 Disamping itu pula, permasalahan dan perpecahan umat sebenarnya tidaklah terlepas dari sebab perbedaan sikap ulama terhadap riwayat-riwayat bacaan al-Qur’an.

Sedangkan sikap penolakan maupun pentarjih}an terhadap sebagian riwayat qira>’ah yang dilakukan oleh al-T{abari> dan ibn ‘At}iyyah semata-mata karena ketidak-tahuan mereka akan kesepakatan para ulama akan kemutawa>tiran qira>’ah ganda disebabkan oleh perbedaan masa yang berbeda antara al-T{abari> dan ulama yang telah menyepakati akan kemutawatirannya.

Untuk melihat perbedaan sikap ulama terhadap qira>’ah ganda tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut :

T{a>’in Murajjih} Muda>fi’

Al-Alu>si> &al-T{abarai> Al-T{abari> Al-Ra>zi>

57 Mutawa>tir adalah riwayat yang disampaikan oleh banyak orang yang dinilai tidak mungkin semua orang itu sepakat untuk berbohong. Riwayat mutawa>tir ini secara langsung diterima sebagai kebenaran. Siapa yang menolak riwayat yang mutawatir dalam masalah agama, dia dinilai telah murtad, karena telah menolak sesuatu yang dinilai benar dan tidak mungkin bohong. Lihat: al-Minhal al-Rawi> fi> Mukhtas}ari ‘ulu>m al-Hadi>th al-Nabawi> oleh al-H{amawi>, Badr al-Di>n al-Kana>ni> (Damascus: Da>r al-Fikr, 1406), 31.

BAB III

METODE PENAFSIRAN AL-T{ABARI< DAN AL-RA<ZI<

A. Biografi al-T{abari> dan al-Ra>zi

al-T{abari> dan al-Ra>zi> merupakan dua sosok mufassir terkemuka di kalangan umat Islam, karena peran keduanya yang sangat besar dalam sumbangsihnya mencerdaskan umat Islam terhadap ilmu tafsir al-Qur’an. Sebenarnya, metode dasar antara keduanya dalam menafsirkan al-Qur’an adalah sama, hanya saja keduanya dibedakan oleh cara pandang yang berbeda dalam menyikapi qira>’ah ganda dan adanya riwayat qira>’at. Untuk mengenal dua sosok ulama yang memiliki pandangan berbeda dalam menyikapi qira>’ah ganda, perlu dikenalkan sejauh mana biografi, latar belakang, keilmuan dan pendidikan antara keduanya sebagai berikut.

1. Biografi al-T{abari> (224 – 310 H.)

Nama lengkap dari al-T{abari> adalah Abu> Ja'far Muhammad b. Jari>r b. Yazi>d b. Kathi>r b. Gha>lib al-Ama>li> al-T{abari>1, lebih dikenal sebagai Ibn Jari>r atau al-T{abari>. Beliau lahir pada tahun 224 Hijriyah bertepatan pada tahun 839 Masehi di Tabaristan kota Ama>l Persia2. Semasa hidupnya, ia belajar di kota Ray, Iran. Di daerah ini imam al-T{abari> mempelajari hadits Nabi dan dari daerah ini pula ia berkesempatan belajar sejarah dari Muhammad Ibn Ahmad ibn

1al-T{abari>, Abu> Ja'far Muhammad b. Jarir, Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta'wi>l a>y al-Qur'a>n. Vol. 1 (Beirut: Da>ral-Fikr , 2001 M>), 3.

85

Hammad al-Daulabi> dan beliau belajar ilmu fiqh dari Ibn Muqa>til. Setelah itu, ia pindah ke kota Baghdad dengan maksud menemui dan belajar kepada Imam Ahmad b. Hanbal. Namun sebelum ia sampai ke kota tersebut, Imam Hanbali meninggal dunia (241 H/855 M). Lalu beliau mengalihkan perjalanan ke Bashrah, akan tetapi sebelum ia sampai ke kota tersebut ia mampir ke kota Wasi>t untuk mendengarkan pelajaran dari ulama’ terkemuka disana. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan ke kota Ku>fah untuk mendalami hadits dan ilmu-ilmu yang terkait dengannya. Disinilah ia mempelajari ilmu qira>’a>t dari guru nya yang bernama Sulaiman al-Tulh.

Beliau telah berhasil menghafal al-Qur’an pada umur 7 tahun dan mulai menjadi imam shalat pada umur 8 tahun. Dan pada usia 9 tahun beliau sudah menulis kitab hadits3.

a. Karya-karya al-T{abari>

1) Ja>mi’ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l A<y al-Qur’a>n. al-T{abari> menulis kitab tafsir ini di akhir abad ketiga Hijriyah (225 H. – 290 H.) Dalam pendahuluan kitab ini, beliau memulainya dengan menjelaskan sebuah hadits Nabi saw yang berbunyi ‚ Unzil al-Qur’a>n ’ala> sab’ati Ah}ruf ‛ dan diakhiri dengan diskusi atas pendapat yang berbeda-beda.

2) Ta>rikh al-Umam wa al-Mulu>k. Kitab ini mengungkap fakta sejarah, selesai ditulis pada tahun 303H. - 915 M. Kitab ini memiliki dua tahapan. Pertama,

86

dimulai sejak awal penciptaan alam semesta sampai sesaat sebelum datangnya Islam. Kedua, sejak munculnya Islam hingga tahun 302 H/914 M. 3) Ikhtila>f Fuqaha>’ atau Ikhtila>f ‘Ulama’ Ams}a>r fi> Ah}ka>m Shara>i’ al-Isla>m. Dalam kitab ini beliau berbicara tentang sejumlah hukum fiqh yang berkaitan dengan jual beli, pilihan jual beli, keuntungan yang boleh, jual beli kontan, pegadaian, dan jaminan dalam jual beli ketika barang tidak ada ditempat.

4) Dhail al-Mudhi>l, adalah kitab yang terdiri sekitar 1000 halaman. Kitab ini membahas sejarah para sahabat, ta>bi’i>n, tabi’itabi’in, hingga masa al-T{abari>. 5) Lat}i>f al-Qaul fi> Ah}ka>m Shara>i’ al-Islam, terdiri atas 2500 halaman. Kitab ini

dikarang setelah kitab Ikhtila>f al-Fuqaha>’. Dalam kitab ini dipaparkan aliran fiqhnya dan berbicara tentang sejumlah masalah fiqh.

6) al-Khafi>f fi> Ah}ka>m Shara>i‘ al-Islam adalah ringkasan buku sebelumnya, Lathi>f al-Qaul yang terdiri dari 400 halaman.

7) Ada>b al-Qud}a>t. Disini dipaparkan tentang jaksa dan pekerjaan apa saja yang pantas dilakukan oleh mereka, sekitar 1000 halaman.

8) Basi>t} al-Qaul fi> Ah}ka>m al-Shara>i’ al-Isla>m. Buku ini berbicara tentang silsilah fiqh di kota Madinah, Mekkah, Ku>fah, Bas}rah, Sha>m dan Khura>san.

2. Biografi al-Ra>zi> (544 H.-603 H.)

al-Ra>zi> merupakan nisbat dari salah satu kota yang terletak di sebelah tenggara Teheran Iran, sebuah kota yang telah banyak melahirkan para pemikir Islam terkenal di antaranya: Abu> Bakar Muhamad b. Zakariyya> al-Ra>zi>, Abu>

87

H{atim Ra>zi>, Abu> H{usain Ahmad b. Faris b. Zakariyya> Ra>zi>, Abu> Bakar al-Ra>zi> al-Jas|}s}a>s}, Qut}b al-Di>n al-al-Ra>zi> dan Fakhr al-Di>n al-al-Ra>zi>.

Nama beliau sebenarnya adalah Abu> ‘Abd Allah Muhammad b. Umar b. H{usain b. H{asan b. Ali Tami>mi>, Bakri>, T{abrasta>ni>, Ra>zi>, Faqi>h al-Sya>fi’i>. Dia lahir di Ray yang lokasinya sekarang dekat dengan Teheran. Fakhr al-Di>n lahir pada bulan Ramadhan 544 H. bertepatan dengan tahun 1149 M dan namanya dinisbahkan kepada al-Ra>zi>4.

a. Keilmuan Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>

Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> adalah gelar yang diberikan umat pada masanya. Disebabkan oleh pengetahuaannya yang luas, maka al-Ra>zi> mendapat berbagai gelar seperti: Khati>b al-Ray, al-Imam, Fakhr al-Di>n dan Syaikh al-Islam. Dia mendapat julukan Khatib al-Ray, karena dia adalah ulama terkemuka Ray. Dia dijuluki al-Ima>m karena menguasai us}u>l fiqih dan syariat. Dia juga disebut Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> karena penguasaannya yang sangat mendalam tentang berbagai disiplin kelimuan yang menyebabkannya berbeda dengan para tokoh pemikir lainnya dari Ray. Dia juga dipanggil sebagai Syaikh al-Isla>m di Herat karena penguasaannya terhadap berbagai keilmuan yang sangat tinggi.5

Mazhab fiqih yang ia pelajari berasal dari ayahnya D{iya>’ al-Di>n Umar dan dari Abu Muhammad al-Husain b. Mas’ud al-Farral al-Bagha>wi> dan dari al-Qa>d}i> H{usain al-Maru>zi> dan dari al-Qafal al-Maru>zi> dan dari Abi Zaid al-Maru>zi> dan

4Ibn Khalika>n, Ahmad b. Muhammad b. Abi Bakr, Wa fiyya>t al-A’ya>n wa Anba>’ al-Zama>n. Vol. 5 (Damaskus: Da>r al-Thaqa>fah, 2001 M.), 269.

5 Ibid.,.

88

dari Abu Ishaq al-Maru>zi> dan dari Abu> al-‘Abba>s b. Suraij (Ahmad b. Umar) dan dari Abu Qa>sim al-Anmat}i> dan dari Ibrahim al-Muza>ni> dan ia dari Imam Syafi’i.6

b. Karya-karya al-Ra>zi>

Fakhr Di>n Ra>zi> menulis berbagai karya yang berkaitan dengan al-Qur’an. Antara lain:

1) Mafa>ti>h al-Ghaib atau yang disebut dengan Tafsi>r al-Kabi>r. Buku tafsir ini ditulis kurang lebih selama 8 tahun, yaitu dari tahun 595-603 H.

2) Asra>r al-Tanzi>l wa Anwa>r al-Ta’wi>l, 3) Khalq al-Qur’a>n,

4) Tafsi>r surat Fa>tihah, 5) Tafsir surat al-Baqarah,

6) al-Tanbi>h ‘ala> ba’d} al-Asra>r al-Mau’iz}ah fi> ba’d}i a>ya>t al-Quran, 7) Asa>s al-Taqdis,

8) Niha>yat al-I’ja>z fi Dira>ya>t al-I’jaz, 9) ‘Is}ma>t al-Anbiya’

Selain sebagai seorang Mufassir, Fakhr al-Di>n juga seorang pakar syariah. Demikian ini nampak, bukan saja dari tulisan-tulisannya dalam bidang fiqih dan us}u>l fiqih, namun juga dari berbagai perdebatannya dengan ahli-ahli fiqih yang lain. Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> memiliki keilmuan yang tinggi dalam masalah fiqih dan us}u>lnya karena memang sejak muda ia telah berhasil menguasai literatur yang dijadikan standar dalam usu>l fiqh seperti:Burha>n karya Imam

6Ibn Khalika>n, Ahmad b. Muhammad b. Abi Bakr, Wa fiyya>t A’ya>n wa Anba>’ al-Zama>n. Vol. 3 (Damaskus: Da>r al-Thaqa>fah, 2001 M.), 384.

89

Haramain al-Juwaini>, al-‘Ahd karya Qad}i Abd al-Jabba>r, Mus}t}afa> karya Imam al-Ghazali>, al-Mu’tamad karya Abu> al-H{usain al-Bas}ri> dan al-Risa>lah karya Imam al-Sya>fi’i>.

Diantara tulisan-tulisan Fakhr al-Di>n dalam masalah fiqih dan usul fiqih seperti Ih}ka>m al-Ahka>m, Ibt}a>l al-Qiya>s, Sharh} al-Waji>z fi> al- Fiqh, dan al-Mahs}u>l fi> ‘Ilm al-Us}u>l.

Fakhr al-Di>n adalah seorang penulis yang produktif, ia banyak membahas berbagai persoalan dengan mendalam. Ia menulis Sastra Arab, Kedokteran dan Perbandingan agama, diantara karyanya dalam Sastra Arab seperti: Niha>yat al-‘Ija>z fi> Dira>ya>t al-al-‘Ija>z, Sharh} Saqt} al-Zand Li Abi al-Ma’a>ri> dan al-Muh}arrar fi H{aqa>iq Nahw. Karyanya dalam bidang kedokteran seperti Sharh} Qanu>n, al-T{ibb al-Kabi>r dan Masa>il Fi al-al-T{ibb.

Ringkasnya, Fakhr al-Di>n adalah salah seorang tokoh intelektual besar di dalam sejarah pemikiran dan peradaban Islam, ia meguasai berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Qira>’a>t, Hadits, Tafsi>r, Fiqh, Us}u>l Fiqh, Sastra Arab, Perbandingan agama, Logika, Matematika dan Kedokteran. Ia telah menulis kurang lebih dari dua ratus karya. Puluhan di antara karyanya telah diterbitkan, namun banyak pula karyanya yang masih dalam bentuk manuskrip dan belum diterbitkan serta karyanya yang keberadaannya masih belum diketahui.7

c. Keadaan Masyarakat pada Masa Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>.

Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> hidup pada pertengahan abad keenam Hijriyah, pada masa itu umat Islam sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam

7 Ibn Khalika>n, Ahmad b. Muhammad b. Abi Bakr, Wa fiyya>t al-A’ya>n wa Anba>’ al-Zama>n. Vol. 3 (Damaskus: Da>r al-Thaqa>fah, 2001 M.), 384.

90

hal politik, ilmiah dan keyakinan. Meskipun daulah Abbasiyah ketika itu sedang mengalami kegoncangan, terjadi perang salib di daerah Syam dan terjadi perang Tartar di daerah sebelah timur Baghdad.8

B. Metode Penafsiran al-T{abari>> dan al-Ra>zi

Kitab tafsir Ja>mi’ al-Baya>n atau dikenal dengan nama tafsir al-T{abari> ini, merupakan tafsir yang bisa dikatakan tafsir terlengkap diantara tafsir-tafsir yang lain. Hal ini dapat diketahui dari lengkapnya unsur-unsur yang digunakan dalam penafsirannya dengan menyebutkan riwayat dan sanad hadits yang begitu lengkap.