• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Kelompok Tan

Selain itu ada juga kelompok tani yang ada di Desa kayu Besar dan Desa Pekan bandar khalipah. Kegiatan kelompok tani dilakukan dengan cara gotong royong yang dilakukan pada saat penanaman/pemanenan. Menurut salah satu anggota kelompok tani, petani pemilik lahan hanya menyediakan makanan bagi anggota kelompok setiap kelompok biasanya beranggotakan sekitar 10-13 orang.

Modal kelompok tani berasal dari sumbangan dari masing-masing anggota dan Pemerin. Selain itu ada juga dari Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan seperti pemberian bibit, peralatan dan intensif lainnya. Sedikitnya jumlah kelompok tani disebabkan karena sebagian penduduk asli lebih cenderung mencari penghidupan di luar daerah selain itu, produktifitas kerja kelompok tani sangat rendah karena anggota kelompok tani merupakan petani yang berumur diatas 35 tahun.

Kelompok tani mempunyai pengaruh dalam pengelolaan ekosistem mangrove walaupun jumlah kelompok tani masih sedikit dikarenakan kelompok tani secara langsung dibentuk oleh masyarakat yang mempunyai lahan. Adapun struktur dari kelompok tani itu sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kelompok Tani

Di samping itu ada juga lembaga lain yang mendukung kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove yaitu diantaranya:

• Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), merupakan lembaga adat yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Kepengurusan LKMD di Desa Kayu Besar diketui oleh Jamoklin Sitinjak yang beranggotakan sekitar 13 orang, sedangkan di desa Pekan Bandar Khalipah diketuai oleh Don Bahri yang beranggotakan sekitar 10 orang. Proses pemilihan ketua ini dilakukan dengan cara pemilihan dari wakil masing-masing suku yang ada. Penanggung jawaban tugas terhadap wilayah administrasi diserahkan kepada unsur-unsur tersebut.

Wawancara yang dilakukan dengan responden kunci diantaranya kepala dusun, tokoh adat dan masyarakat. LKMD berperan penting dalam mengatur pengelolaan ekosistem mangrove termasuk dalam proses pengambilan keputusan., sampai sekarang lembaga ini masih berfungsi. Dari kuisioner yang diberikan keterangan jawaban responden hampir sama dengan keterangan jawaban dari tokoh adat yang diwawancarai.

Ketua Jamoklen Sitinjak Anggota Jalaluddin P.B Madlan Anggota Suparmin Tarigan Sagala Anggota Sudarmono Legimin Sekretaris H. Manungkalit Bendahara Tunggul Tambunan

• Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga (PKK), Kelembagaan ini menunjang peran serta masyarakat dalam pembangunan dan kemajuan desa. Selain itu menggalang sifat kegotongroyongan perempuan yang merupakan tradisi desa sejak dulu. Berdasarkan pengamatan, lembaga ini sering melakukan kegiatan-kegiatan dalam desa terutama untuk para remaja purti dan ibu-ibu seperti pelatihan-pelatihan dan pengembangan usaha ibu-ibu. Lembaga ini kurang berpengaruh dalam hal pengelolaan ekosistem mangrove.

Mekanisme dan Output Bentuk-Bentuk Pengelolaan Ekosistem Mangrove 1. Model pengelolaan ekosistem mangrove oleh Dinas Kehutanan

Desa Kayu Besar merupakan salah satu desa yang mempunyai potensi hutan mangrove di sepanjang pantai. Luasan hutan mangrove yang ada di desa tersebut kurang lebih 438 ha hutan alan dan 138 ha hutan tanaman. Lokasi hutan mangrove berada pada ketinggian 1-3 mdpl, untuk jenis-jenis yang dominan di hutan mangrove ini adalah Rhizopora apiculata untuk hutan alam dan jenis api- api (Avicennia sp) untuk hutan tanaman. Secara khusus sebagian besar hutan bakau atau hutan mangrove terdiri dari Rhizopora apiculata dan Rhizopora

mucronata. Demikian halnya dengan hutan mangrove yang ada di Desa Kayu

Besar terdiri dari jenis-jenis yang tersebut di atas yang masih sangat muda dimana 70 % kawasan adalah areal permudaan antara 7-8 tahun dan 30 %-nya adalah hutan alami sehingga secara umum jika dilihat dari komposisi tegakan masih didominasi oleh jenis pioner yang ada juga terdiri dari Avicennia yang berasosiasi dengan Sonneratia spp dan Nypa fructicans. Untuk sistem pengelolaan hutan mangrove, rencana pengelolaan ke depan adalah dengan menggunakan sistem

empang parit, dengan tujuan selain mendapatkan kayu juga mendapatkan hutan, dalam sistem ini juga diusahakan agar semua jenis tidak bersifat dominansi.

Adapun kegiatan yang telah dilakukan oleh dinas kehutanan dalam

pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kayu Besar adalah: Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan dilakukan pada dengan mengunjungi lokasi pertambakan dan areal mangrove yang terdapat di Desa Kayu Besar. Kawasan mangrove yang ada di Desa Kayu Besar merupakan hutan alam seluas lebih kurang 438 ha yang hingga saat ini makin lama makin berkurang. Kawasan ini ditumbuhi oleh mangrove dengan zonasi yang didominasi oleh api-api (Avicennia spp) pada daerah yang berdekatan dengan pantai dan bakau-bakau (Rhizophora sp) pada lokasi yang berada di belakangannya (ke arah darat).

Selain itu, terdapat juga nipah (Nypa fruticans) yang tersebar dalam spot- spot kecil yang tersebar di beberapa tempat. Areal tambak di kawasan Desa Kayu Besar sebagian besar merupakan tambak masyarakat yang diusahakan dengan cara tradisional. Umumnya masyarakat setempat membudidayakan udang windu dan bandeng. Oleh karena pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, maka produksinya tidak begitu besar.

Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Kayu Besar, disarankan agar tambak percontohan (dempond) yang akan digunakan sebagai model pengembangan tambak ramah lingkungan, terletak pada areal yang berdekatan dengan milik masyarakat. Lahan yang digunakan merupakan tanah milik masyarakat dan Negara. Pada saat survei, lahan ini masih ditumbuhi dengan mangrove, yaitu jenis api-api (Avicennia spp). Berdasarkan informasi kepala

desa, mangrove pada areal tersebut akan diganti dengan jenis Rhizophora sp yuang memiliki sistem perakaran yang kuat jika dibandingkan dengan jenis api- api. Avicennia seringkali tumbang jika angin bertiup kencang karena sistem perakarannya yang menjalar di permukaan tanah, sehingga tidak kuat menahan tiupan angin. Selain itu, jenis mangrove ini juga mengalami pelapukan pada bagian tengah batangnya (berongga) jika sudah tua.

Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kegiatan dilakukan di kantor Kepala Desa Kayu Besar. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih kurang 30 orang masyarakat setempat dan aparat desa. Pada saat sosialisasi disampaikan beberapa hal berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan, khususnya kegiatan Pelestarian ekosistem mangrove. Dari hasil diskusi dengan peserta sosialisasi diketahui bahwa sebagian besar mereka mendukung adanya kegiatan pelestarian ekosistem mangrove tersebut. Harapan mereka bahwa program ini dapat berlangsung terus-menerus karena mereka beranggapan bahwa pengelolaan lahan mangrove di Desa Kayu Besar memerlukan pembinaan dan dukungan dari semua pihak, termasuk dari Pemerintah.

Dari laporan Sekretaris Desa Kayu Besar terungkap bahwa sampai saat ini mereka telah membuat peraturan desa (Perdes) mengenai pengelolaan mangrove. Peraturan ini sangat diperlukan untuk mengelola dan menjaga kawasan mangrove yang ada agar tidak dirusak ataupun dikonversi menjadi areal tambak. Disampaikan pula oleh Kepala Desa Kayu Besar bahwa ancaman lainnya yang perlu diantisipasi adalah pengambilan kayu bakau yang dilakukan masyarakat dari luar desa. Pihak desa telah mengantisipasi hal ini dengan menempatkan sejumlah

penjaga atau petugas patroli yang berasal dari masyarakat setempat yang melakukan penjagaan pada kawasan mangrove. Disampaikan pula bahwa keberadaan petugas ini perlu didukung oleh sarana yang memadai, seperti perahu, radio komunikasi, alat bantu penerangan, dan lain-lain. Diharapkan agar Pemerintah ataupun pihak lainnya dapat membantu dalam pengadaan sarana tersebut.

Kegiatan sosialisasi ini diakhiri dengan kesepakatan dengan pihak aparat desa untuk menyanggupi pelaksanaan kegiatan pelatihan yang melibatkan peserta yang berasal dari masyarakat setempat, khususnya yang beraktivitas dengan kegiatan perikanan dan budidaya tambak.

Pemberdayaan kelompok desa

Pemberdayaan masyarakat Desa Kayu Besar, terutama di daerah ekosistem hutan mangrove perlu memperhatikan 4 aspek utama, yaitu aspek pelestarian ekosistem hutan mangrove, aspek tekno-ekonomi usaha masyarakat, aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat, serta aspek sarana dan prasarana.

Desa Kayu Besar memiliki beberapa kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada setiap kelompok. Kelompok masyarakat berada di bawah naungan lembaga desa, terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan unit usaha yang dikerjakan. Beberapa kelompok masyarakat yang ada di Desa Kayu Besar antara lain adalah kelompok Tani Mangrove Bela Nusa. Banyaknya kelompok masyarakat yang terbentuk dapat meningkatkan interaksi antar masyarakat yang berimbas pada proses difusi informasi teknologi, dimana informasi teknologi ini dapat meningkatkan daya inovatif masyarakat untuk menuju ke arah perubahan yang lebih maju.

Dokumen terkait