• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Model Pengelolaan oleh Kelompok Tan

Kegiatan pelestarian ekosistem mangrove di Desa Kayu Besar dilaksanakan oleh masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Mangrove Bela Nusa dan masyarakat setempat. Berbagai proses yang dibangun dalam program pelestarian ekosistem hutan mangrove ini melibatkan masyarakat Desa Kayu Besar.Adapun kegiatan yang dilakukan adalah dimulai dari persiapan, sosialisasi, identifikasi lahan atau survei lokasi, penyediaan bibit dan tenaga kerja serta transportasi.

Persiapan

Bentuk dari kegiatan persiapan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove ini adalah sosialisasi, identifikasi lahan atau survei lokasi, penyediaan bibit dan tenaga kerja serta transportasi. Tahapan ini bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan rehabilitasi mangrove, untuk mendapatkan lokasi mana yang harus dilaksanakan sebagai tempat penanaman, mendapatkan bibit yang sesuai dan bermutu, dan mencari tenaga lokal serta transportasi selama kegiatan berlangsung. Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan masyarakat setempat dan kelompok tani yang ada di Desa Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalipah. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan upaya-upaya diskusi serta pelatihan tentang pentingnya rehabilitasi hutan mangrove. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pendekatan langsung kepada masyarakat, baik itu kepada aparat desa, kepala dusun dan kelompok tani itu sendiri.

Kegiatan sosialisasi dilakukan dalam bentuk pertemuan formal maupun informal, diantaranya di rumah kepala desa dan kantor desa. Sosialisasi kepada

aparat desa dan kelompok tani dilaksanakan secara formal maupun informal, diantaranya dengan Kepala Desa (Tua Pangihutan Sinaga, SP), Sekretaris Desa (Hermanto Manungkalit), Kelompok Tani Mangrove (Jamoklen Sitinjak), Kepala- Kepala Dusun , dan beberapa aparat desa yang lainnya. Semua aparat desa dan anggota kelompok tani yang ditemui mendukung kegiatan rehabilitasi mangrove.

Sosialisasi secara informal dilaksanakan bersama perwakilan kelompok tani mangrove, dalam pertemuan ini disepakati bahwa bibit yang akan digunakan dalam kegiatan rehabilitasi ini adalah bibit Rhizhophora spp, dengan alasan cepat tumbuh dan mudah di dapatnya.

Identifikasi atau Survei Lokasi

Kegiatan identifikasi atau survei lokasi dimaksudkan untuk mengetahui lokasi-lokasi mana saja yang perlu dilakukan penanaman. Berdasarkan hasil dari sosialisasi ditingkat desa dan kelompok tani, bahwa lokasi-lokasi yang perlu dilakukan penanaman adalah lokasi hutan mangrove yang ada di desa tersebut seluas 5 ha. Penentuan lokasi penanaman ini adalah atas permintaan dari kepala dusun dan kelompok tani setempat serta daerahnya benar-benar daerah yang sangat rusak akibat abrasi dan memerlukan penanaman.

Kegiatan identifikasi atau survei lokasi awal dilakukan dengan peninjauan lokasi untuk penanaman bersama kelompok tani, kepala dusun, aparat desa, dan ditindaklanjuti oleh masyarakat atau kelompok tani yang ditunjuk untuk mengidentifikasi atau mensurvei lokasi secara menyeluruh.

Penyediaan Bibit dan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil sosialisasi ditingkat desa dan informasi dari kelompok tani bahwa bibit akan disediakan atau diadakan oleh kelompok tani mangrove

sebanyak 10 ribu batang.. Persiapan penyediaan bibit ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan bibit yang ada dilokasi untuk pelaksanaan penanaman. Penyediaan tenaga kerja untuk kegiatan penanaman adalah masyarakat setempat yang dikoordinasikan oleh Bapak Rasimin dan kelompok tani mangrove yang dikoordinasikan oleh Bapak Jamoklen Sitinjak serta masyarakat Desa Kayu Besar pada khususnya.

Pembibitan (Pengadaan Bibit)

Tahap ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan bibit yang siap ditanam pada saat penanaman. Kebutuhan bibit untuk penanaman sebanyak 10 ribu bibit. Bibit tanaman mangrove yang digunakan adalah biasanya dilakukan pada jenis-jenis Rhizophora apiculata dan R.mucronata dari famili

Rhizophoraceae yang mempunyai propagul cukup panjang. Propagul yang

panjang, secara efektif relatif tahan terhadap genangan pasang surut dan genangan air laut.

Penanaman

Pelaksanaan penanaman dilokasi penanaman dilakukan pada bulan awal bulan Desember 2006. Penanaman dilakukan di dua lokasi yaitu di daerah abrasi pantai dan bekas tambak di Desa Kayu Besar, Kecamatan Bandar Khalipah. Adapun urutan tahapan kerja penanaman adalah sebagai berikut :

• Persiapan lahan penanaman, dilakukan oleh masyarakat terutama Kelompok Tani Mangrove Bela Nusa dan masyarakat setempat. Pembuatan ajir untuk penanda tanaman dilakukan oleh Bapak Jamoklen Sitinjak selaku Ketua Kelompok Tani Mangrove Bela Nusa sebanyak 10 ribu batang. Pembuatan ajir ini berasal bahan bahan bambu yang dibelah-

belah dengan panjang 1 meter dan setelah selesai diikat dengan masing- masing ikatan sebanyak 200 ajir. Manfaat dari penggunaan ajir ini selain sebagai penanda atau penciri tanaman adalah sebagai bagian dari layout penanaman supaya tertata rapih.

Pengangkutan bibit, dilakukan dari lokasi persemaian tanaman Rhizhopora

sp ke lokasi penanaman dengan menggunakan motor dan perahu.

• Penanaman, dilakukan oleh masyarakat Desa Kayu Besar (Kelompok Tani Mangrove Bela Nusa, anak-anak, bapak-bapak, Ibu-ibu dusun Pematang Terap ) serta Aparat Desa.

Teknik penanaman langsung dengan propagul melibatkan pembenaman propagul yang matang, pada ujung calon keluarnya akar, ke dalam lumpur yang sering kali lunak dan basah. Kedalaman penanaman biasanya 1/3 dari panjang propagul. Bila propagul dibenamkanj terlalu dalam, lumpur akan menghalangi pernafasan propagul, akar tidak terbentuk sehingga propagul mati. Bila propagul dibenamkan terlalu dangkal akan mudah hanyut oleh aliran air pasang surut atau ombak. Penanaman propagul sebaiknya dilakukan pada saat dimana diharapkan di lokasi tersebut tidak ada genangan air yang arusnya cukup deras, minimal selama satu minggu, untuk memberi kesempatan propagul terjangkar secara mapan sebelum adanya genangan. Pada tanah yang agak keras atau berpasir, penanaman propagul harus melibatkan penggalian lubang dengan tongkat atau alat lain.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga dan memonitoring lokasi penanaman dan melakukan penyulaman terhadap bibit atau tanaman yang mati.

Lokasi pemeliharaan adalah lokasi demplot penanaman baik itu yang di areal abrasi pantai ataupun dilokasi bekas tambak.

Persepsi Masyarakat Desa Kayu Besar tentang Kondisi Hutan Mangrove

Pengrusakan hutan mangrove di wilayah pesisir Kecamatan Bandar Khalipah sebagian besar disebabkan terjadi konversi hutan mangrove menjadi areal pertambakan. Konversi tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan fungsi hutan mangrove. Biasanya konversi lahan dilakukan oleh sebagian oleh pengusaha tambak udang. Disamping itu, masyarakat desa pantai juga memanfaatkan untuk pertambakan tradisional.

Tabel 14. Persepsi Responden terhadap Kerusakan Hutan Mangrove

No Parameter Frekuensi Persentase

(%)

1 Penebangan untuk pemanfaatan hasil hutan 7 23,3

2 Konversi lahan menjadi tambak 10 33,3

3 Penebangan untuk tempat bersandar perahu 3 10

4 Penebangan untuk pemukiman/industri 8 26,7

5 Rusak akibat limbah pabrik dan alam 2 6,67

Jumlah 30 100

Potensi sumberdaya yang cukup berlimpah dengan kondisi penduduk dan pesatnya pertumbuhan pembangunan di wilayah pesisir dan laut, secara umum terjadi permasalahan-permasalahan seperti rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan kurangnya informasi pengembangan sumberdaya alam. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpengaruh pada rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan. Keadaan ini menyebabkan kurang berkembangnya diversifikasi usaha dan kurang berkembangnya teknologi pasca panen, sehingga tidak mampu meningkatkan taraf hidupnya. Terbatasnya personil yang terlatih dalam

terencana dengan baik dan belum optimal. Kurangnya pemahaman dan pengertian masyarakat tentang fungsi sumberdaya hutan mangrove sehingga upaya

pelestarian masih sangat rendah.

Tabel 15. Persepsi Responden Mengenai Manfaat Hutan Mangrove dari Segi Ekonomi

No Parameter Frekuensi Skor Jumlah

Skor

Interval Penerimaan 1 Sangat bermanfaat (Tempat mencari kayu

bakar, ikan, kepiting dan kayu hutan mangrove untuk dijual)

17 3 51 70-90

2 Bermanfaat (Tempat mencari kayu bakar, ikan, dan kepiting)

11 2 22 50-69

3 Tidak bermanfaat (Tidak ada yang bisa dimanfaatkan)

2 1 2 30-49

Jumlah 30 75

Masyarakat Desa Kayu Besar menganggap bahwa hutan mangrove mempunyai nilai ekonomi yang sangat bermanfaat. Dari hasil responden mengenai manfaat hutan mangrove dari segi ekonomi terdapat pada interval penerimaan 70-90.

Tabel 16. Persepsi Responden Mengenai Manfaat Hutan Mangrove dari Segi Teknologi.

No Parameter Frekuensi Skor Jumlah

Skor

Interval Penerimaan 1 Sangat bermanfaat (Mencegah terjadinya

abrasi pantai, pemanfaatan tanah oloran untuk tambak)

15 3 45 70-90

2 Bermanfaat (Mencegah terjadinya abrasi

pantai, sebagai paru-paru bagi masyarakat pantai)

12 2 24 50-69

3 Tidak bermanfaat (Tidak ada dampak) 3 1 23 30-49

Jumlah 30 72

Keberadaan hutan mangrove akan terasa bermanfaat jika dampaknya terlihat nyata. Bahwa manfaat hutan mangrove dari aspek teknologi terdapat pada interval penerimaan 70-90, yaitu yang menyatakan sangat bermanfaat.

Tabel 17. Persepsi Responden Mengenai Manfaat Hutan Mangrove dari Segi Sosial

No Parameter Frekuensi Skor Jumlah

Skor

Interval Penerimaan

1 Sangat bermanfaat (Mengurangi

pengangguran/ menyerap tenagakerja, menambah keindahan pemandangan)

17 3 51 70-90

2 Bermanfaat (Dapat mengurangi

pengangguran/ menyerap tenaga kerja, menambah keindahan pemandangan)

11 2 22 50-69

3 Tidak bermanfaat (Tidak ada dampak) 2 1 2 30-49

Jumlah 30 75

Pengetahuan masyarakat tentang manfaat hutan mangrove dari segi sosial banyak yang mengetahui dan menyatakan sangat bermanfaat yaitu pada interval peneimaan 70-90.

Tabel 18. Persepsi Responden Mengenai Manfaat Hutan Mangrove dari Segi Ekologis

No Parameter Frekuensi Skor Jumlah

Skor

Interval Penerimaan 1 Sangat bermanfaat (Sebagai media

untuk pemijahan benih ikan, menjaga keberadaan biota pantai )

9 3 27 70-90

2 Bermanfaat (Sebagai media untuk

pemijahan benih ikan )

15 2 30 50-69

3 Tidak bermanfaat (Tidak ada yang

bisa dimanfaatkan)

6 1 6 30-49

Jumlah 30 63

Begitu pula tentang pengetahuan masyarakat pesisir mengenai manfaat hutan mangrove dari segi ekologis menyatakan keberadaan hutan mangrove akan menjaga biota pantai yaitu sekitar 9 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada yang bisa dimanfaatkan hanya sekitar 6 responden dan manfaat hutan dari segi ekologis ini terletak pada interval penerimaan 50-69 yang menyatakan bermanfaat.

Tabel 19. Frekuensi Penyuluhan tentang Pengembangan dan Pelestarian Potensi Hutan Mangrove bagi Masyarakat Pesisir

No Parameter Frekuensi Skor Jumlah Skor Interval Penerimaan

1 Sangat sering 1 4 4 103-120

2 Sering 2 3 6 73-102

3 Jarang 9 2 18 53-72

4 Tidak Pernah 18 1 18 30-52

Jumlah 30 46

Upaya penyuluhan dari dinas terkait kepada masyarakat pesisir tentang pentingnya menjaga ekosistem pesisir dan fungsinya bagi kehidupan manusia masih kurang yaitu para responden menyatakan tidak pernah menerima penyuluhan sebesar 18 responden. Sedangkan yang menyatakan sering hanya sekitar 2 responden dan terletak pada interval penerimaan 30-52.

Tabel 20. Persepsi Responden terhadap Penyebab Kerusakan Hutan mangrove

No Parameter Frekuensi Persentase (%)

1 Masyarakat pesisir 1 3,3

2 Masyarakat luar 8 26,7

3 Aparat Pemerintah 9 30

4 Pengusaha 12 40

Jumlah 30 100

Pelaku pengrusakan hutan mangrove terbesar disebabkan oleh oknum pengusaha yaitu sebesar 40% dan Pemerintah 30%. Hal ini karena masyarakat berpersepsi bahwa pengusaha tidak akan bisa berdiri sendiri akan tetapi bekerjasama dengan oknum Pemerintah terutama dalam peralihan lahan hutan mangrove yang diperuntukkan pada pembuatan tambak intensif.

Tabel 21. Persepsi Responden terhadap Kondisi Hutan Mangrove

No Parameter Frekuensi Skor Jumlah Skor Interval

Penerimaan

1 Sangat baik 2 5 10 140-150

2 Baik 3 4 12 120-139

3 Sedang 6 3 18 90-119

4 Kurang baik 8 2 16 60-89

5 Sangat tidak baik 11 1 22 30-59

Dengan melihat kondisi hutan mangrove yang berada di pesisir Kecamatan Bandar Khalipah harusnya Pemerintah cepat melakukan tindakan penyelamatan pelestarian karena kondisi hutan sudah sangat tidak baik (11 responden). Dari persepsi responden terhadap kondisi hutan mangrove yang lebih mengetahui tingkat perkembangan dari tahun ke tahun. Sedangkan yang menyatakan kondisi hutan pada saat ini yang baik hanya sekitar 3 responden yang menjawabnya dan kondisi hutan mangrove ini menurut masyarakat Desa Kayu Besar menyatakan kondisi hutan masih dalam keadaan kurang baik (terletak pada interval 60-89). Tabel 22. Persepsi Responden terhadap Sistem Pengelolaan Hutan Mangrove

No Parameter Frekuensi Skor Jumlah Skor Interval

Peneimaan

1 Sangat baik 3 5 15 140-150

2 Baik 3 4 12 120-139

3 Sedang 5 3 15 90-119

4 Kurang baik 10 2 20 60-89

5 Sangat tidak baik 9 1 9 30-59

Jumlah 30 71

Selain kondisi hutan mangrove yang tidak baik diperparah lagi oleh sistem pengelolaan hutan mangrove yang juga kurang baik (persepsi responden terhadap system pengelolaan hutan mangrove di pesisir Kecamatan Bandar Khalipah menyatakan yang kurang baik sebanyak 10 responden dan yang menyatakan sangat tidak baik sebanyak 9 responden dan terletak pada interval penerimaan 60- 89. Oleh karena itu upaya pelestarian dan pengamanan hutan mangrove akan mengalami kendala yang cukup berarti sehingga diperlukan strategi pelestarian hutan mangrove yang baru terutama yang melibatkan unsur masyarakat dalam pengelolaannya. Keterlibatan masyarakat ini sangat penting karena rendahnya keperdulian masyarakat terhadap aktifitas yang mengganggu keberadaan hutan mangrove.

Tabel 23. Tindakan Responden Melihat Terjadinya Pengrusakan Hutan Mangrove

No Parameter Frekuensi Persentase (%)

1 Menegur 3 10

2 Diam saja (Tidak mau terlibat) 18 60

3 Melapor ke Desa/ Kecamatan dan keamanan 9 30

Jumlah 30 100

Kepedulian masyarakat terhadap pelestarian hutan mangrove relative kurang sekali yaitu 60% responden menyatakan tidak mau terlibat atau diam saja melihat setiap aktivitas yang mengganggu keberadaan hutan mangrove. Ketidak acuhan dari masyarakat disebabkan rendahnya perhatian instansi terkait untuk melibatkan masyarakat dalam setiap program yang dilakukan oleh Pemerintah.

Dokumen terkait