• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mangatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (kemenkes, 2014, h; 101). Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan KB lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi efektif (MKE) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan kontap (Affandi, 2013. h; 591).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Keluarga Berencana (KB) adalah suatu cara atau usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

b. Penapisan Klien

Tabel 2.2 Daftar tilik penapisan klien metode Nonoperatif (Affandi 2013. h; U-10 – U-11).

Metode Hormonal ( Pil kombinasi, pil progesteron,

suntikan dan susuk) Ya

Tidak

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih. Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan.

Apakah mengalami perdarahan atau bercak antara haid setelah senggama.

Apakah pernah ikterus pada mata atau kulit.

Apakah pernah nyeri kepala yang hebat atau gangguan visual.

Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edema).

Apakah tekanan darah pernah 160/90 mmHg Apakah ada massa atau benjolan pada payudara

Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi)

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu.

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks yang lain.

Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual.

Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik.

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1 – 2 pembalut tiap 4 jam.

Apakah pernah mengalami haid banyak lama (lebih dari 8 hari).

Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetik dan atau istirahat baring.

Apakah pernah mengalami perdarahan atau bercak antara haid atau setelah senggama.

Tabel 2.3 Daftar tilik penapisan klien metode tubektomi (Affandi 2013. h; U-11 – U-12).

Keadaan klien Dapat dilakukan pada fasilitas rawat jalan

Dilakukan di fasilitas rujukan

Keadaan umum (anamnesa dan pemeriksaa fisik)

Keadaan umum baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru atau ginjal.

Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembukaan darah, ada tanda-tanda penyakut jantung, paru, atau ginjal.

Keadaan emosional Tenang Cepas, takut

Tekanan darah ≤ 160/100 mmhg ≥ 160/100 mmhg

Berat badan 35 – 85 kg ≤ 35 kg - ≥ 85 kg

Riwayat operasi abdomen/panggul

Bekas secsio sesarea (tanpa perlekatan)

Operasi abdomen lainnya, pelekatan atau terdapat kelainan pada

pemeriksaan panggul.

Riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendisitas

Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam keadaan kelainan

Anemia Hb > 8 g/dl Hb < 8 g/dl

Tabel 2.4 Daftar tilik penapisan klien metode vasektomi (Affandi 2013. h; U-12)

Keadaan klien Dapat dilakukan pada fasilitas rawat jalan

Dilakukan pada fasilitas rujukan

Keadaan umum (anamnesis dan pemeriksaan fisik)

Keadan umum baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal,

Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal.

Keadaan emosional Tenang Cemas, dan takut

Tekanan darah < 160/100 mmhg > 160/100 mmHg

Infeksi atau kelainan skrotum inguinal

Normal Tanda-tanda infeksi atau

ada kelainan

c. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menurut Affandi (2012; h. MK 2 – MK 6) adalah sebagai berikut : 1) Profil

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.

b) MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi apabila menyusu secara penuh, lebih efektif bila pemberian lebih 8 kali sehari; belum haid; umur bayi kurang dari 6 bulan. c) Efektif sampai 6 bulan.

d) Harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainnya. 2) Cara kerja

Penundaan atau penekanan ovulasi 3) Keuntungan kontrasepsi

a) Efektifita tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan).

b) Tidak mengganggu senggama.

c) Tidak ada efek samping secara sistemik. d) Tidak perlu pengawasan medis.

e) Tidak perlu obat atau alat. f) Tanpa biaya.

4) Keuntungan nonkontrasepsi a) Untuk bayi

(1) Mendapat kekebalan pasif

(2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.

(3) Terhindar dari terpaparnya terhadap kontaminasi air, susu formula, atau alat minum yang dipakai.

b) Untuk ibu

(1) Mengurangi perdarahan pascapersalinan. (2) Mengurangi resiko anemia.

(3) Meningkatkan hubungan psikologik ibu 5) Keterbatasan

a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusu dalam 30 menit pascapersalinan.

b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial

c) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.

d) Tidak melindungi dari IMS termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS

6) Indikasi

Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya kurang berumur 6 bulan dan belum dapat haid setelah melahirkan.

7) Kontraindikasi

a) Sudah mendapat haid setelah bersalin b) Tidak menyusui secara eksklusif

c) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan

d) Bekerja dan terpisah ari bayi lebih lama dari 6 bulan d. Senggama Terputus (Koitus Interruptus)

Menurut Affandi (2012; h. MK 15 – MK 16) adalah sebagai berikut : 1) Definisi

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

2) Cara Kerja

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan yang dapat dicegah.

3) Manfaat

a) Kontrasepsi

(1) Efektif bila dilaksanakan dengan bener. (2) Tidak mengganggu produksi ASI.

(3) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.

(4) Tidak ada efek samping. (5) Dapat digunakan setiap waktu. (6) Tidak membutuhkan biaya. b) Nonkontrasepsi

(1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.

(2) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih deket dan pengertian yang sangat dalam.

4) Keterbatasan

a) Efektivitas sangat tergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melakukan (angka kegagalan 4 – 27 kehamilan per 100 perempuan per tahun).

b) Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.

c) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual. 5) Indikasi

a) Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.

b) Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain.

c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera. d) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil

menunggu metode yang lain.

e) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.

f) Pasangan yang memerlukan hubungab seksual tidak teratur.

6) Kontra indikasi

a) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.

b) Suami yang sulit melakukan senggama terputus. c) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologi.

d) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.

e) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.

e. Metode Barier

Menurut Affandi (2012; h. MK 17 – MK 24) adalah sebagai berikut : 1) Kondom

a) Profil

(1) Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

(2) Efektif bila dipakai dengan baik dan bener.

(3) Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.

(4) Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (yang produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.

b) Cara kerja

(1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

(2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HIV/AIDS dari satu pasangan kepada pasangan yang lain.

c) Efektifitas

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah angka kegagalan kondom 2 – 12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. d) Manfaat

(1) Kontrasepsi

(a) Efektif bila digunakan dengan bener. (b) Tidak menggangu produksi ASI. (c) Tidak mengganggu kesehatan klien. (d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik. (e) Murah dan dapat dibeli secara umum.

(f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus.

(g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

(2) Non kontrasepsi

(a) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut berKB.

(b) Dapat mencegah penularan IMS. (c) Mencegah ejakulasi dini.

(d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsikogenik eksogen pada serviks).

(e) Saling berinteraksi sesama pasangan. (f) Mencegah imuno infertilitas.

e) Keterbatasan

(1) Efektivitas tidak terlalu tinggi.

(2) Cara penggunaan sangat berpengaruh keberhasilan kontrasepsi.

(3) Agak mengganggu hubungan seksual ( mengurangi sentuhan langsung).

(4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.

(5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual. (6) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan

masalah dalam hal limbah. 2) Diafragma

a) Profil

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. b) Cara kerja

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.

c) Manfaat

(1) Kontrasepsi

(a) Efektif bila digunakan dengan benar. (b) Tidak mengganggu produksi ASI

(c) Tidak menggangu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya.

(d) Tidak menggangu kesehatan klien. (e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik. (2) Nonkontrasepsi

(a) Salah satu perlindungan terhada HIV/AIDS/IMS khususnya apabila digunakan dengan spermisida. (b) Bila digunakan saat haid, menampung darah

menstruasi. d) Keterbatasan

(a) Efektivitas sedang bila digunakan dengan spermisida. (b) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada

kepatuhan

f. Metode Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan Progesteron) Menurut Affandi (2012; h. MK 31 – MK 41) adalah sebagai berikut : 1) Kombinasi Pil

a) Jenis

(1) Monofasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(2) Bifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(3) Trifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

b) Cara kerja

(1) Menekan ovulasi. (2) Mencegah implantasi.

(3) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui sperma.

(4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.

c) Manfaat

(1) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari. (2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.

(3) Tidak menggangu hubungan seksual.

(4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah berkurang, tidak terjadi nyeri haid.

(5) Dapat digunakan jangka panjang selma perempuan masih ingin menggunakannya mencegah kehamilan.

(6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.

(7) Mudah dihentikan setiap saat.

(8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

(9) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

(10) Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore.

d) Keterbatasan

(1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.

(2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama. (3) Perdarahan bercak.

(4) Pusing.

(5) Nyeri payudara. (6) Berat badan naik.

(7) Berhenti haid (jarang pada pil kombinasi).

(8) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui. (9) Tidak mencegah IMS.

(10) Dapat meningkatkan tekanan darah. e) Indikasi

(1) Usia reproduksi.

(3) Gemuk atau kurus.

(4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui (5) Pasca keguguran.

(6) Nyeri haid berat.

(7) Riwayat kehamilan ektopik. (8) Haid tidak teratur.

f) Kontra indikasi

(1) Hamil atau dicurigai hamil. (2) Menyusui eksklusif.

(3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.

(4) Penyakit haid akut.

(5) Perokok dengan usia > 35 tahun.

(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau hipertensi. (7) Kanker payudara.

(8) Migran atau riwayat epilepsi. 2) Suntikan Kombinasi

a) Profil

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesteron dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali, dan 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi IM.

b) Cara kerja

(1) Menekan ovulasi.

(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi terganggu.

(3) Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu.

(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. c) Keuntungan kontrasepsi

(1) Resiko terhadap kesehatan kecil.

(2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. (3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

(4) Jangka panjang.

(5) Efek samping sangat kecil

(6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. d) Keuntungan non kontrasepsi

(1) Mengurangi jumlah perdarahan. (2) Mengurangi nyeri saat haid. (3) Mencegah anemia.

(4) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.

(5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.

(6) Mencegah kehamilan ektopik.

(7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.

(8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause.

e) Kerugian

(1) Terjadi perubahan pada pola haid.

(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. (3) Penambahan berat badan.

(4) Kemungkinan terlambatnya kesuburan. f) Indikasi

(1) Usia reproduksi. (2) Menyusui > 6 bulan. (3) Nyeri haid hebat.

(4) Sering lupa menggunakan pil. g) Kontraindikasi

(1) Hamil atau diduga hamil.

(2) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan. (3) Usia >35 tahun yang merokok.

(4) Riwayat penyakit jantung, stroke, dan hipertensi. (5) Keganasan pada payudara.

g. Kontrasepsi Progestin

Menurut Affandi (2013; h. MK 43 – MK 70) 1) Kontrasepsi suntikan progestin

a) Profil

Sangat efektif, aman, cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI, cocok untuk perempuan dalam usia reproduksi.

b) Jenis

(1) Depo medroksiprogesteron asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan IM.

(2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Novetindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.

c) Cara kerja

(1) Menekan ovulasi.

(2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

(3) Menjadikan selaput lendir rahim tifis dan atrofi. (4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. d) Keuntungan

(1) Sangat efektif, pencegahan jangka panjang. (2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

(3) Tidak mengandung etrogen sehingga tidak dapat mengakibatkan terhadap penyakit jantung, dan penyakit pembekuan darah.

(4) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

(5) Membantu mencegah penyakit kanker endometrium, kehamilan ektopik, radang panggul, dan jinak payudara.

e) Keterbatasan

(1) Sering mengakibatkan gangguan haid. (2) Harus kembali untuk suntikan.

(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.

(4) Berat badan naik.

(5) Tidak melindungi dari penyakit IMS, hepatitis B, atau infeksi HIV/AIDS.

(6) Terlambatnya kembali kesuburan.

(7) Pada penggunaan jangka panjang terjadi perubahan lipid serum, menurunkan kepadatan tulang, menurunkan kekeringan pada vagina.

f) Indikasi

(1) Usia reproduksi dan nulipara yang telah memiliki anak.

(2) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.

(3) Ibu yang sedang menyusui. (4) Setelah abortus atau keguguran.

(5) Tekanan darah < 180/110 mmHg dan masalah gangguan pembekuan darah.

g) Kontraindikasi

(1) Hamil atau dicurigai hamil.

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

(5) Diabetes millitus disertai komplikasi. 2) Kontrasepsi pil progestin (Minipil)

a) Profil

(1) Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB.

(2) Sangat efektif pada masa laktasi. (3) Dosis rendah.

(4) Tidak menurunkan produksi ASI.

(5) Tidak memberikan efek samping estrogen. (6) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. b) Jenis

(1) Kemasan dengan isi 35 pil, 300 mcg levonorgestrel atau 350 mcg noretindron.

(2) Kemasan dengan isi 28 pil, 75 mcg desogestrel. c) Cara kerja

(1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium.

(2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.

(3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.

(4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

d) Efektivitas

Sangat efektif, pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibatnya kemungkinan terjadinya kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena mukolitik ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu. Tablet digunakan malam hari, senggama sebaiknya dilakukan 3 – 20 jam setelah penggunaan penetrasi.

e) Keuntungan kontrasepsi

(1) Tidak menggangu hubungan seksual. (2) Tidak mempengaruhi ASI.

(3) Kesuburan cepat kembali. (4) Nyaman dan mudah digunakan. (5) Sedikit efek samping.

(6) Dapat dihentikan setiap saat. (7) Tidak mengandung estrogen.

f) Keuntungan non kontrasepsi

(1) Mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, menurunkan tingkat anemia.

(2) Mencegah kanker endometrium, radang panggul, daoat digunakan penderita endometrium.

(3) Mengurangi keluhan sakit kepala, perut kembung, nyeri haid.

(4) Aman digunakan pada perempuan diabetes yang belum mengalami komplikasi.

g) Keterbatasan

(1) Ganguan haid.

(2) Peningkatan atau penurunan berat badan.

(3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

(4) Bila lupa satu pil saja, kegagalan lebih besar.

(5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dan jerawat. (6) Efektivitas menjadi rendah apabila diminum dengan

obat epilepsi dan obat tuberkulosis.

(7) Tidak menghalangi dari penyakit IMS HIV/AIDS h) Indikasi

(1) Usia reproduksi.

(2) Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak. (3) Pascapersalinan dan tidak menyusui.

(4) Pasca keguguran. (5) Perokok segala usia.

(6) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah. i) Kontraindikasi

(1) Hamil atau diduga hamil. (2) Perdarahan pervaginam.

(3) Menggunakan obat tuberkulosis atau obat epilepsi. (4) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara. (5) Sering lupa menggunakan pil.

(6) Miom uterus. (7) Riwayat stroke 3) Kontrasepsi Implan

a) Profil

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun.

b) Jenis implan

(1) Norplant yang terdiri dari 6 kapsul yang bermuatan 216 mg levonorgestrel.

(2) Jadelle (Norplant II) pengembangan levonorgestrel dua kapsul.

(3) Implanon (Organon, Oss, Neterlands) adalah kontrasepsi subdermal kapsul tunggal yang mengandung etonogestrel.

(4) The Population Council telah mengembangkan implan-1 menggunakan Nestorone atau ST-1435.

Nestorone adalah progestin kuat yang dapat menghambat ovulasi dan tidak terkait sex hormon-binding globulin (SHBG) serta tanpa efek estrogenik atau androgenik.

c) Cara kerja

(1) Pengaruh pada lendir serviks. (2) Mencegah ovulasi.

(3) Pengaruh pada endometrium. d) Efek samping

(1) Perubahan perdarahan. (2) Sakitk kepala.

(3) Perubahan berat badan. (4) Perubahan suasana hati. (5) Depresi.

(6) Lain-lain (mual, perubahan selera makan, peyudara lembek, jerawat, dan bertambahnya rambut di muka atau di badan.

4) AKDR denga progestin a) Profil

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah prigestase yang mengandung progesteron dari mirena yang mengandung levonorgestrel.

b) Cara kerja

(1) Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi.

(2) Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.

(3) Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi.

(4) Menginaktifkan sperma. c) Keuntungan kontrasepsi

(1) Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun). (2) Tidak mengganggu hubungan suami istri.

(3) Tidak berpengaruh terhadap ASI.

(4) Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat. (5) Efek sampingnya sangat kecil.

(6) Memiliki efek sistemik yang sangat kecil d) Keuntungan nonkontrasepsi

(1) Mengurangi nyeri haid.

(2) Dapat diberikan pada usia perimenopause bersama dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan hiperplasia endometrium.

(3) Mengurangi jumlah darah haid.

(4) Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan uterus difungsional dan adenomiosis.

(5) Tidak mengurangi kerja tuberkulosis ataupun obat epilepsi.

(6) Kontrasepsi pilihan utama untuk perimenopause. e) Keterbatasan

(1) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genetalia sebelum pemasangan AKDR.

(2) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR.

(3) Dalam jangka panjang dapat terjadi amenorea. (4) Kejadian kehamilan ektopik sangat tinggi. (5) Resiko mendapat penyakit radang panggul.

(6) Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara. (7) Dapat memicu pertumbuhan miom uterus.

f) Indikasi

(1) Usia reproduksi, yang memiliki anak maupun belum. (2) Sedang menyusui tapi ingin memakai alat

kontrasepsi.

(3) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi kombinasi. (4) Mempunyai resiko rendah mendapat penyakit

menular seksual. g) Kontra Indikasi

1) Hamil atau diduga hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3) Miom submukosum.

4) Riwayat kehamilan ektopik. 5) Kanker genetalia atau payudara.

h. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Affandi (2013. h; MK 80 – 87) 1) Profil

Sangat efektif, jangka panjang, haid menjadi lebih lama dan lebih banyak, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan. 2) Jenis

a) AKDR CuT-380A.

b) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).

c) Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-380A 3) Cara kerja

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba Falopii.

b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

c) Mencegah sperma dan ovum bertemu.

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

4) Keuntungan

a) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. b) Metode jangka panjang 10 tahun.

c) Tidak perlu mengingat-ingat.

d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

e) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

f) Dapat digunakan sampai menopouse. g) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. h) Membantu mencegah kehamilan ektopik. 5) Kerugian

a) Perubahan siklus haid, haid lebih banyak dan lama, saat haid lebih banyak, dan spotting.

b) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.

c) Perforasi dingding uterus.

d) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. e) Penyakit radang panggul

6) Indikasi

a) Usia reproduksi. b) Menyusui. c) Perokok.

d) Sedang memakai antibiotik atau antikejang.

e) Penderita tumor jinak payudara atau kanker payudara. f) Tekanan darah tinggi.

g) Penderita penyakit jantung, stroke, epilepsi, tiorid, TBC, malaria, dan diabetes.

h) Setelah kehamilan ektopik. 7) Kontraindikasi

a) Sedang hamil.

b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui. c) Sedang menderita menyakit infeksi vagina.

d) Kanker alat genetalia.

e) Ukuran rongga panggul kurang dari 5 cm.

f) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.

i. Kontasepsi Mantap

Menurut Affandi (2013. h; MK 89 – MK 98) 1) Tubektomi

a) Definisi

Tubektomi adalah metode kontraspsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.

b) Jenis

(1) Minilaparotomi (2) laparoskopi c) Mekanisme kerja

Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin). Sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

d) Manfaat

(1) Sangat efektif.

(2) Tidak mempengaruhi proses menyusui. (3) Tidak bergantung pada faktor senggama.

(4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius.

(5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.

(6) Berkurangnya resiko kanker ovarium. e) Keterbatasan

(1) Harus dipertimbangkan karena metode ini tidak dapat dipulihkan kembali.

(2) Klien dapat menyesal dikemudian hari. (3) Resiko anastesi kecil.

(4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.

(5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih.

(6) Tidak melindungi diri dari IMS, hepatitis B, dan HIV/AIDS.

f) Indikasi

(1) Usia > 26 tahun. (2) Paritas > 2.

(3) Yakin atas kehendaknya.

(4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

(5) Pascapersalinan. (6) Pascakeguguran.

(7) Paham dan sukarela dengan prosedur ini. g) Kontraindikasi

(1) Hamil atau dicuragi hamil.

(2) Perdarahan vaginam yang belum terjelaskan. (3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.

(5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi. (6) Belum memberikan persetujuan tertulis.

Dokumen terkait