• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2007; h.905).

Keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak (Purwaningsih, 2010; h.75).

Jadi keluarga berencana adalah suatu upaya yang bertujuan untuk membatasi, menjarangkan dan menunda kehamilan. Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat-syarat (Prawirohardjo, 2008; h.534) sebagai berikut : 1) Dapat dipercaya

2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan 3) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus 5) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus

6) Mudah pelaksanaannya

7) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat 8) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan

b. Macam-macam Metode Kontrasepsi

1) Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat/Obat a) Senggama Terputus (coitus interruptus)

Ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi (Prawirohardjo, 2008; h.535).

(1)Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan

(2) Kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria karena faktor jasmani dan emosional tidak dapat mempergunakan cara ini. (3) Efektifitas cara ini umumnya dianggap kurang. Kegagalan dengan cara

ini dapat disebabkan oleh :

(a) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang

(b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina

(c) Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan

b) Pembilasan Pascasenggama

Pembilasan vagina dengan air biasa atau dengan larutan (cuka atau obat lain) segera setelah koitus. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga asiditas vagina (Prawirohardjo, 2008; h.536).

Efektivitasnya yaitu mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri (Prawirohardjo, 2008; h.536).

c) Amenorhe Laktasi

Kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi lebih kecil apabila mereka terus menyusui anaknya setelah melahirkan. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemi dan prolaktin yang menekan terjadinya ovulasi (Prawirohardjo, 2008; h.537).

Efektivitasnya yaitu dengan menyusui anak mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorhea postpartum. Akan tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi, dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi maka konsepsi dapat terjadi selagi wanita tersebut masih dalam keadaan amenorhea (Prawirohardjo, 2008; h.537).

d) Pantang Berkala

Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri (Prawirohardjo, 2007; h.906).

Untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan, yaitu : (1) Ovulasi terjadi 14 + 2 hari sebelum haid yang akan datang

(2) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi (3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

Kelemahannya adalah hanya sedikit wanita yang mempunyai siklus haid Teratur (Prawirohardjo, 2007; h.906).

e) Suhu Basal Badan

Menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun. Kurang lebih 24 jam sesudah ovulasi suhu basal tubuh akan naik lagi sampai lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi. Suhu basal badan dicatat dengan teliti setiap hari. Suhu basal maksudnya adalah suhu yang diukur di waktu pagi segera sesudah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Metode ini akan terganggu jika ada infeksi, ketegangan, dan waktu tidur tidak teratur (Prawirohardjo, 2007; h.906).

2) Kontrasepsi dengan Alat a) Kondom

Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina (Prawirohardjo, 2008; h.539).

(1) Mekanisme kerja

Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah.

(2) Efektivitas

(3) Jenis kondom

Terdiri dari kondom kulit dan kondom karet. (4) Keuntungan

Murah, mudah didapat, tidak memerlukan pengawasan, mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.

(5) Efek samping

Adanya reaksi alergik terhadap kondom karet. (6) Kontra-indikasi

Kontra-indikasi kondom yaitu alergi terhadap kondom karet (Prawirohardjo, 2007; h.909).

b) Diafragma vaginal

Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya (Prawirohardjo, 2008; h.540). (1) Keuntungan

Hampir tidak ada efek samping, dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul hasilnya cukup memuaskan, dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR.

(2) Kekurangan

Diperlukan motivasi yang cukup kuat, pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan, tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.

(3) Efek samping

Adanya reaksi alergik terhadap obat-obatan spermatisida yang digunakan.

c) Spermatisida (1) Mekanisme kerja

(a) Preparat spermatisid terdiri atas 2 komponen, yaitu bahan kimia yang mematikan sperma dan vehikuulum yang non aktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau cream/jely (Prawirohardjo, 2008; h.543).

(3) Efek samping

Efek sampingnya walau jarang terjadi, berupa reaksi alergik. Disamping itu, preparat spermatisid mempunyai rasa tidak enak.

(4) Macam-macam spermatisid (Prawirohardjo, 2008; h.543) :

(a) Suppositorium, dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.

(b) Jelly atau cream, obat ini disemprotkan ke dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.

(c) Tablet busa, sebelum digunakan, tablet terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air kemudian dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.

(d) C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Obat mulai efektif setelah 30 menit

3) Kontrasepsi Hormonal

Mekanisme kerja estrogen yaitu mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Mekanisme kerja progesteron yaitu menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan (Prawirohardjo, 2007; h.916). Selain itu juga mempunyai khasiat kontrasepsi, seperti:

a) Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit

b) Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitasi diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling ovum

c) Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.

d) Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat.

e) Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium. Macam-macam konrasepsi hormonal :

a) Pil kombinasi

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif. Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progestin sintetik. Pil diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil, pada saat suatu perdarahan surut akan terjadi. Estrogennya ialah etinil estradiol atau mestranol. Progestinnya bervariasi : yang merupakan androgen, yang merupakan progesteron, atau mempunyai pengaruh estrogen intrinsik (Prawirohardjo, 2007; h.917). (1) Kontra-indikasi

(a) Kontra-indikasi mutlak : adanya tromboflebitis, kelainan serebro vaskular, fungsi hati tidak baik, adanya keganasan pada payudara atau organ reproduksi, adanya kehamilan, dan varises berat.

(b) Kontra-indikasi relatif : hipertensi, diabetes, perdarahan abnormal pervaginam, laktasi, fibromioma uterus, penyakit jantung atau ginjal, dan lain-lain.

(2) Efek samping

(a) Efek samping ringan : pertambahan berat badan, perdarahan di luar

haid, enek, depresi, amenorhea,dan keluhan-keluhan

gastrointestinal.

(b) Efek samping berat : tromboemboli. b) Mini pil

Mini pil mengandung progestin saja tanpa estrogen. Dosis progestinnya kecil yaitu 0,5 mg atau kurang (Prawirohardjo, 2007; h.921). (1) Keuntungan

Karena tanpa estrogen, mini pil baik bagi wanita yang masih menyusui dan yang mempunyai masalah yang bersangkutan dengan estrogen. (2) Kerugian

(3) Efek samping

Berupa perdarahan yang tidak teratur dan spotting. c) Kontrasepsi suntikan

Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting pregestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan

Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang

Depoprovera (Prawirohardjo, 2007; h.921). (1) Efektivitas

Angka kegagalan 5-10 kehamilan/100 tahun-wanita. (2) Keuntungan

Efektifitas tinggi, sederhana pemakaiannya, cukup menyenyenangkan bagi akseptor (cukup suntik 4x dalam satu tahun), cocok untuk ibu yang sedang menyusui (Prawirohardjo, 2008; h.551).

(3) Kerugian

Amenorhea, menoragia, dan spotting.

d) Kontrasepsi bawah kulit (AKBK/implant/Norplant)

Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan dimasukkan ke bawah kulit. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang juga dipakai dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi atau pada AKDR yang bioaktif (Prawirohardjo, 2008; h.552).

(1) Efektivitas

Angka kegagalannya adalah 0,3-0,5/100 tahun-wanita (2) Kelebihan

Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah, resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan AKDR, digunakan dalam jangka waktu lama, bersifat reversibel.

(3) Efek samping

Gangguan pola haid, spotting, amenorhea, mual, anoreksi, sakit kepala, terjadi perubahan berat badan, timbul acne.

(a) Wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menggunakan AKDR

(b) Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.

(5) Kontraindikasi

(a) Kehamilan atau disangka hamil (b) Penderita penyakit hati

(c) Kanker payudara (d) Varikosis

(e) Riwayat kehamilan ektopik (f) Diabetes mellitus

(g) Kelainan kardiovaskular (6) Waktu pemasangan

Waktu yang paling baik adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid.

4)Alat Kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Yaitu kontrasepsi dengan memasukkan benda/alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan (Prawirohardjo, 2008; h.556). a) Mekanisme kerja

AKDR di dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma (Prawirohardjo, 2008; h.556).

b) Jenis-jenis

(1) Bentuk terbuka dan linear : Lippes loop, Saf-T-coil, multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu T 380 A, Spring coil, Margulies spiral, dan lain-lain

(2) Bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin : Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan lain-lain. c) Keuntungan

Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan demikian satu kali motivasi, tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal, efektivitas cukup tinggi, reversibel.

Antara lain perdarahan, nyeri dan kejang di perut, gangguan pada suami, ekspulsi.

e) Komplikasi

Infeksi, perforasi, kehamilan. f) Kontraindikasi

(1) Kontraindikasi relatif : mioma uteri, insufisiensi servisk uteri, uterus dengan parut pada dindingnya (bekas SC), kelainan yang jinak serviks uteri.

(2) Kontraindikasi mutlak : kehamilan, adanya infeksi yang aktif pada traktus genetalis, adanya tumor ganas pada traktus genetalis, adanya metroragia yang belum disembuhkan.

g) Waktu pemasangan

Waktu yang baik yaitu sewaktu haid sedang berlangsung, sewaktu postpartum, sewaktu postabortum, beberapa hari setelah haid terakhir (Prawirohardjo, 2008; h.556).

5)Metode Kontrasepsi Mantap a) Tubektomi

Ialah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita atau saluran bibit pria yang mengakibatkan orang/pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini dipakai untuk jangka panjang, meskipun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula (Prawirohardjo, 2007; h.924).

(1) Indikasi

Menurut Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19 desember 1972)

(a) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup (b) Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup (c) Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup

Menurut Konperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976) :

(a) Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih (b) Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih (c) Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih

(2) Keuntungan

(a) Motivasi hanya dilakukan satu kali saja (b) Efektifitas hampir 100%

(c) Tidak mempengaruhi libido seksualis (d) Kegagalan dari pihak pasien tidak ada b) Vasektomi

Ialah suatu operasi kecil dengan pemotongan vas diferen pada pria (Prawirohardjo, 2008; h.573).

(1) Indikasi

Pasangan tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia dengan tindakan kontrasepsi yang dilakukan pada dirinya.

(2) Kontraindikasi

Jika ada kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.

(3) Keuntungan

(a) Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental (b) Tidak mengganggu libido seksualitas

(c) Dapat dikerjakan secara poliklinis

c. Penapisan Calon Akseptor Keluarga Berencana

1) Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implant)

Penapisan yang dilakukan pada calon akseptor kontrasepsi hormonal yaitu dengan menanyakan kepada klien apakah hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca salin, mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah sengama, ikterus pada kulit atau sklera mata, nyeri kepala hebat atau gangguan visual, nyeri hebat pada betis, paha atau dada, tungkak bengkak, tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik), terdapat massa atau benjolan pada payudara, sedang minum obat-obatan epilepsi. Jika didapati salah satu dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi hormonal tidak dianjurkan/tidak diperbolehkan.

2) Penapisan metode kontrasepsi AKDR

atau lebih, klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain, menderita Infeksi Menular Seksual (IMS), penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik, mengalami haid banyak (> 1-2 pembalut tiap 4 jam), haid lama (> 8 hari), dismenorhea berat yang membutuhkan analgetik dan/atau istirahat baring, perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama, gejala penyakit jantung atau kongenital. Jika ditemukan salah satu dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi AKDR tidak dianjurkan/tidak diperbolehkan.

3) Penapisan metode kontrasepsi mantap a) Tubektomi

Penapisan yang dilakukan yaitu apakah keadaan umum klien baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, ginjal, keadaan emosi tenang, tekanan darah <160/100 mmHg, berat badan 35-85 kg, riwayat SC (tanpa perlekatan), riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendiksitis dalam batas normal, Hb > 8 gr%. Jika didapat tanda-tanda tersebut, tubektomi dapat dilakukan di fasilitas rawat jalan. Tapi jika keadaan emosional cemas/takut, DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal, tekanan darah > 160/100 mmHg, berat badan > 85 atau <35 kg, riwayat operasi abdomen dengan perlekatan atau terdapat kelainan pada px panggul, Hb < 8 gr% maka tubektomi dilakukan di fasilitas rujukan.

b) Vasektomi

Penapisan yang dilakukan yaitu apakah keadaan umum klien baik, tidak ada penyakit jantung, paru, ginjal, keadaan emosi tenang, tekanan darah < 160/100 mmHg, tidak ada infeksi atau kelainan scrotum, Hb > 8 gr%. Jika didapati tanda-tanda tersebut maka vasektomi dapat dilakukan di fasilitas rawat jalan. Tapi jika keadaan emosi klien takut/cemas, DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal, tekanan darah > 160/100 mmHg, ada tanda-tanda infeksi atau kelainan scrotum, Hb < 8 gr% maka vasektomi dilakukan di fasilitas rujukan.

Dokumen terkait