• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu (Prawirohardjo, 2006; h.122).

Masa nifas/postpartum/puerperium adalah waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan melahirkan (Suherni, 2009; h.1).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2007; h.237).

Jadi nifas adalah masa setelah bayi dan plasenta lahir sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil, kira-kira lamanya 6 minggu.

b. Periode Masa Nifas

Tahapan/periode masa nifas (Suherni, 2009; h.2) adalah : 1) Puerperium dini

Yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2) Pueperium intermedial

Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3) Remote puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

c. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi : 1) Uterus

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang + 15 cm, lebar + 12 cm, dan tebal + 10 cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian yang lain. Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau setengah simfisis-pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm (Prawirohardjo, 2007; h.238).

Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram. 1 minggu postpartum berat uterus akan menjadi + 500 gram, 2 mingggu postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum berat uterus menjadi 40-60 gram (berat uterus normal + 30 gram) (Prawirohardjo, 2007; h.238).

akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan (Prawirohardjo, 2007; h.238).

2) Serviks

Segera postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri (Prawirohardjo, 2007; h.238).

3) Perineum

Luka-luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks, umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh per primam, kecuali bila terdapat infeksi. Infeksi mungkin mengakibatkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi keadaan sepsis (Prawirohardjo, 2007; h.238).

4) Hemokonsentrasi

Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt

antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pada ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini

menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan

dekompensasi kordis pada penderita-penderita vitium kordis. Untung keadaan ini dapat ditangani dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti semula. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari postpartum (Prawirohardjo, 2007; h.238).

5) Laktasi

Perubahan yang terjadi pada kedua mammae yaitu :

a) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae dan lemak.

b) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan, berwarna kuning (kolostrum)

c) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. Tanda ini merupakan pula salah satu tanda tidak pasti untuk mendiagnosis kehamilan.

d) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain prolaktin yang akan dihasilkan pula. Mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan.

6) Suhu tubuh

Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat naik + 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C. Sesudah 12 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan >38,00C, mungkin ada infeksi (Prawirohardjo, 2007; h.239).

7) Nadi

Nadi berkisar umumnya antara 60-80 kali per menit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak panas,mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan (Prawirohardjo, 2007; h.239).

8) Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum. Tetapi ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam + 2 bulan tanpa pengobatan (Prawirohardjo, 2007; h.239).

9)Lokia

Lokia adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas (Prawirohardjo, 2007; h.239).

Macam-macam lokia : a) Lokia rubra

Terjadi pada hari pertama dan kedua, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernik caseosa, lanugo, dan mekonium.

b) Lokia sanguinolenta

Terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-7, darah bercampur lendir. c) Lokia serosa

Terjadi setelah 1 minggu, lokia cair tidak berdarah lagi, warnanya agak kuning.

d) Lokia alba

Terjadi setelah 2 minggu, lokia hanya merupakan cairan putih.

Umumnya lokia berbau sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi akan berbau busuk, misalnya adanya lokiostasis (lokia tidak lancar keluar) dan infeksi (Prawirohardjo, 2007; h.238).

d. Perubahan/Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas Perubahan psikologis pada masa nifas meliputi : 1) Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan. Berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ibu sedang terfokus terutama pada diri sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan yang dialami ibu pada fase ini yaitu rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan. Hal ini membuat ibu cenderung pasif terhadap lingkungan (Suherni, 2009; h.85).

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut, dan lain-lain. b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

2) Fase Taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan tanggungjawabnya dalam merawat bayi. ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan mudah marah (Suherni, 2009; h.85). 3) Fase Letting Go

Yaitu periode menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dengan menjalani peran barunya. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Suherni, 2009; h.85).

e. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Kebutuhan dasar ibu nifas (Prawirohardjo, 2006; h.127) meliputi : 1) Personal hygiene

a) anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b) mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genetalia dengan sabun dan air. Anjurkan untuk membersihkan dari arah depan ke belakang dan bersihkan setiap kali selsai buang air kecil atau buang air besar

c) sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.

d) sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluannya.

e) jika ibu mempunyai luka episiotomo atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk tidak menyentuh daerah luka

2) Istirahat

a) anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

b) sarankan untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur

c) kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

3) Mobilisasi/latihan

a) diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada pungung

b) jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti : dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 kali. c) berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan

pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

4) Gizi

Ibu menyusui harus :

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASInya

5) Perawatan payudara

a) menjaga payudara tetap bersih dan kering b) menggunakan BH yang menyokong payudara

c) apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar di sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui

d) apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok

e) untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam

f) apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI,lakukan : pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit,

urut payudara dari pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak

6) Seksual

a) secara fisik aman untuk melakukan seks setelah darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vaginanya tanpa merasa nyeri.

b) banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. 7) Keluarga Berencana

a) idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.

b) biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru

c) meskipun beberapa metoda KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama jika ibu sudah haid lagi.

f. Asuhan Masa Nifas

1) Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan pada masa nifas (Prawirohardjo, 2006; h.122) bertujuan untuk : a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik

b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat

d) Memberikan pelayanan keluarga berencana

2) Peran dan Tanggungjawab Bidan dalam Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya (Suherni, 2010; h.2).

Peran dan tanggungjawab bidan yaitu :

a) Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu b) Mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga

c) Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator 3) Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Prawirohardjo, 2006; h.123).

Tabel 2.5. Jadwal Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu tujuan

1 6-8 jam setelah persalinan

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut 3) Memberi konseling pada ibu bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2 6 hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

3 2 minggu setelah persalinan

Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan) 4 6 minggu setelah

persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami

g. Komplikasi pada Masa Nifas 1) Infeksi nifas

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinn atau nifas (Prawirohardjo, 2007; h.697).

Infeksi nifas disebabkan oleh : streptococcus haemolyticus aerobicus, staphylococcus aureus, escherechia coli, clostridium welchii. (Prawirohardjo, 2007; h.697).

Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas ialah :

a) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan, seperti perdarahan, pre-eklampsia, pneumonia, penyakit jantung, dan sebagainya.

b) Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama

c) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir d) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat-tempat masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar ke luar tempat itu (Prawirohardjo, 2007; h.697).

Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi, yang lebih penting ialah gejala-gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas di luar tampaknya sakit, suhu meningkat, dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak (Prawirohardjo, 2007; h.697).

2) Bendungan ASI

Pada permulaan nifas bila bayi belum menyusu degan baik, atau jika kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu. Mamma panas serta keras dan nyeri, suhu badan tidak naik (Prawirohardjo, 2007; h.700).

Penanganan pembendungan dilakukan dengan jalan menyokong mamma dengan kutang dan memberikan analgetika. Sebelum bayi menyusu, pengeluaran air susu dengan pijatan yang ringan dapat diusahakan (Prawirohardjo, 2007; h.700).

3) Mastitis

mungkin juga melalui peredaran darah. Tanda-tandanya adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak nafsu makan, mamma bengkak, nyeri, pada suatu tempat kulit merah, sedikit bengkak (Prawirohardjo, 2007; h.700).

Pengobatan : pemberian susu pada bayi dari mamma yang sakit dihentikan, dan diberi antibiotika (Prawirohardjo, 2007; h.700).

4) Perdarahan nifas sekunder

Perdarahan nifas dinamakan sekunder bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan ini bisa timbul pada minggu kedua nifas. Sebab-sebabnya ialah subinvolusi, kelainan kongenital uterus, inversio uteri, mioma uteri, dan lain-lain (Prawirohardjo, 2007; h.700).

Terapi dapat dimulai dengan pemberian 0,5 mg ergometrin IM, yang dapat diulang dalam 4 jam atau kurang. Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang sebabnya (Prawirohardjo, 2007; h.701).

4. Bayi Baru Lahir

Dokumen terkait