• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran (Muslihatun, 2010; h.2).

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai umur 28 hari, dapat menyesuaikan diri dari lingkungan di dalam uterus ke luar uterus (Prawirohardjo, 2006; h.132).

Jadi, neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir.

b. Perubahan-perubahan Setelah Bayi Lahir

Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan termik (Prawirohardjo, 2007; h.253).

Hasil rangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan : 1) Gangguan metabolik karbohidrat

Oleh karena kadar gula darah tali pusat yang 65 mg/100 ml akan menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam setelah lahir, enersi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml. Bila oleh karena sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia, misalnya terdapat pada bayi BBLR, bayi dari ibu penderita diabetes mellitus dan lain-lain (Prawirohardjo, 2007; h.253).

2) Gangguan umum

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar 250C maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konversi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit. Sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh daripada yang tersebut di atas, dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Kejadian ini sangat berbahaya untuk neonatus terutama bayi BBLR, dan bayi asfiksia oleh karena mereka tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan vasokonstriksi, insulasi dan produksi panas yang dibuat sendiri (Prawirohardjo, 2007; h.253).

Akibat suhu tubuh yang rendah metabolisme jaringan akan meninggi dan asidosis metabolik yang ada (terdapat pada semua neonatus) akan bertambah berat, sehingga kebutuhan akan oksigen pun akan meningkat. Hipotermia ini juga dapat menyebabkan hipoglikemia. Kehilangan panas dapat dikurangi dengan mengatur suhu lingkungan (mengeringkan, membungkus badan dan kepala, meletakkan di tempat yang hangat) (Prawirohardjo, 2007; h.253).

3) Perubahan sistem pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadidalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen; rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu di dalam uterus dan di luar uterus (Prawirohardjo, 2007; h.253).

Semua ini mengakibatkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernafasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru mengembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula (Prawirohardjo, 2007; h.253).

4) Perubahan sistem sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di dalam elveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteria dan vena umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar tubuh ibu (Prawirohardjo, 2007; h.253).

5) Perubahan lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi (Prawirohardjo, 2007; h.253).

c. Keadaan Klinik Bayi Normal Segera Sesudah Lahir

Bayi baru lahir dikatakan normal (Sondakh, 2013; h.150), jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut :

1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram 2) Panjang badan bayi 48-50 cm

3) Lingkar dada bayi 32-34 cm 4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama + 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

6) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. 9) Kuku telah agak panjang dan lemas.

10)Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

11)Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk.

12)Eliminasi urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiiki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

d. Perawatan Bayi Baru Lahir

Perawatan yang dilakukan segera setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2007; h.247) yaitu :

1) Persediaan alat-alat di kamar bersalin, seperti : a) Alat pengisap lendir

b) Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen pada bayi

c) Untuk kemungkinan asfiksia diperlukan laringoskop kecil, masker muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil, obat-obatan seperti larutan glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5%, nalorfin sebagai antidotum, vit K d) Alat pemotong dan pengikat tali pusat serta obat antiseptik dan kain kasa

f) Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril. g) Lain-lain : kapas, kain kasa, baju steril, obat antiseptik

h) Stopwatch, termometer, stetoskop, meterline

i) Bila kamar bersalin dingin, sebaiknya diberikan pemanas khusus, supaya bayi tidak kedinginan.

2) Pertolongan pada saat bayi lahir

Penanganan bayi dilakukan sejak kepala keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada di sekitar mulut dan hidung dengan kapas dan kain kasa steril. Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kasa steril, dimulai dari luar ke dalam. Saat lahir segera dicatat dengan stopwatch. Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah dengan sudut + 300 daripada kaki dengan posisinya sedikit ekstensi untuk memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings. Sementara itu seorang membantu mengisap lendir dan cairan dengan alat pengisap lendir (Prawirohardjo, 2007; h.247).

3) Penilaian bayi waktu lahir

Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot ( muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimulti) yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo, 2007; h.247).

Setiap penilaian diberi angka 0,1, dan 2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai Apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (niali Apgar 4-6) atau bayi menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0-3).

Tabel 2.6. Nilai Apgar

0 1 2 NA

Appearance (warna kulit)

Pucat Badan merah, ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerah-merahan

Pulse rate (frekuensi nadi)

Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

Grimace

(reaksi rangsangan)

Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace)

Batuk/bersin

Activity (tonus otot)

Tidak ada Ekstremitas dalam sedikit fleksi

Gerakan aktif

Respiration (pernafasan)

Tidak ada Lemah/tidak teratur

Baik/menangis

Jumlah

Catatan :

NA 1 menit lebih/sama dengan 7 tidak perlu resusitasi NA 1 menit 4-6 bag and mask ventilation

NA 1 menit 0-3 lakukan intubasi

4) Identifikasi bayi

Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin. Tanda pengenal bayi umumnya tanda pengenal berupa secarik kertas putih atau berwarna merah/biru (tergantung pada jenis kelamin bayi) dan ditulis nama ibu, tanggal dan jam bayi lahir. Kertas ini dimasukkan ke dalam pita diikatkan di pergelangan tangan atau kaki bayi (Prawirohardjo, 2007; h.248).

5) Perawatan tali pusat

Pemotongan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik antara ibu dan bayi. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin, agar dapat segera dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit dengan kocher kira-kira 5 cm dan sekali lagi kira-kira 7,5 cm di atas pusat. Kemudian ikat dengan benang steril/penjepit plastik. Pemotongan dilakukan di antara kedua penjepit tersebut. Untuk menghindari infeksi tali pusat, tali pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering (Prawirohardjo, 2007; h.248).

6) Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan ini dilakukan di kamar bersalin sesaat sesudah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat dan bayi di tempat tidurnya yang hangat. Maksud pemeriksaan adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera dan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan (Prawirohardjo, 2007; h.249).

7) Status (record)

Sebelum bayi dipindah ke bangsal, status bayi harus dilengkapi dengan riwayat perawatan antenatal, riwayat persalinan termasuk obat-obat yang diberikan pada waktu persalinan, jenis persalinan, jumlah,warna dan bau air ketuban, bentuk,warna dan panjang tali pusat, bentuk, besar dan berat plasenta, serta keadaan bayi waktu lahir (nilai Apgar, resusitasi yang dilakukan, obat yang diberikan dan hasil dari pemeriksaan pertama) (Prawirohardjo, 2007; h.249).

e. Keadaan yang Harus Diawasi Selama Bayi Dirawat Pengamatan ditujukan terhadap :

1) Keadaan umum

Bayi yang sehat tampak kemerah-merahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum baik, suhu tubuh 360C-370C. Hal-hal yang menyimpang dari keadaan ini dianggap tidak normal (Prawirohardjo, 2007; h.256).

2) Suhu tubuh minimal diukur 1 kali sehari.

Bila suhu rektal di bawah 360C, bayi ini harus diletakkan di tempat yang lebih hangat misalnya di dalam inkubator yang mempunyai suhu 300C-320C, atau dipakai lampu yang disorotkan ke arah bayi. di samping pemanasan harus pula difikirkan kemungkinan bayi menderita infeksi. Suhu rektal diukur setiap ½ jam sampai suhu tubuh di atas 360C (Prawirohardjo, 2007; h.256).

3) Menimbang berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.

Dalam 3 hari pertama berat badan akan turun oleh karena bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, sedang cairan yang masuk belum cukup. Pada hari keempat berat badan akan naik lagi (Prawirohardjo, 2007; h.256).

4) Tinja yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua yang telah berada di saluran pencernaan sejak janin berumur 16 minggu, akan mulai keluar dalam

waktu 24 jam, pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijau-hijauan. Selanjutnya warna tinja akan tergantung dari jenis susu yang diminumnya (Prawirohardjo, 2007; h.256).

5) Air kencing; bila kandung kemih belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam. Yang harus dicatat ialah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya. Bila bayi tidak kencing atau kencingnya menetesdan tampak perubahan warna kencing, hal ini harus segera ditindaklanjuti (Prawirohardjo, 2007; h.256).

6) Perubahan warna kulit; perlu diteliti apakah kulit tidak menjadi pucat, kuning, biru atau timbul perdarahan di kulit seperti purpura, petekia, ekimosis, hematom, infeksi pada kulit, edema dan lain-lain (Prawirohardjo, 2007; h.256). 7) Pada perubahan pernafasan dicatat frekuensi; dangkal/dalamnya pernafasan, apneu, nafas cuping hidung, retraksi sela iga, substernal, suprasternal, dan apakah gangguan pernafasan ini berhubungan dengan pemberian minum (Prawirohardjo, 2007; h.256).

8) Hal-hal lain; bila bayi muntah, perlu dicatat jumlah, warna, konsistensi yang dikeluarkan, cara muntah, apakah ada hubungannya dengan pemberian minum, gangguan pencernaan (Prawirohardjo, 2007; h.256).

f. Perawatan Bayi Sehari-hari

Perawatan yang diberikan pada bayi sehari-hari (Prawirohardjo, 2007; h.257) yaitu:

1) Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi

2) Mulut diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi dengan kandida (oral trush)

3) Kulit, terutama di lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga, ketiak), harus selalu bersih dan kering

4) Tali pusat pada umumnya akan puput pada waktu bayi berusia 6-7 hari. Bila tali pusat belum puput, maka setiap sesudah mandi tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan.

5) Kain popok harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing atau tinja.

g. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008; h.136) meliputi:

1) Pemantauan 2 jam

Pemantauan 2 jam pertama bayi baru lahir bertujuan untuk melihat adanya kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi tampak aktif atau lunglai, dan warna kulit kemerahan atau biru. Seorang bidan sebelum meninggalkan bayi perlu melihat apakah terdapat gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008; h.136).

2) Pemantauan 0-8 jam

a) Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibu serta dalam ruangan yang sama.

b) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan dalam 1 ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.

3) Asuhan 8-48 jam

Asuhan yang diberikan yaitu menjaga kehangatan tubuh bayi baru lahir, pencegahan infeksi, pemberian ASI eksklusif (Prawirohardjo, 2008; h.136). 4) Asuhan 2-7 hari

Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi : a) Menilai pertumbuhan bayi

b) Pemberian minuman dan nutrisi c) Pemberian ASI eksklusif

5) Asuhan 7-28 hari

a) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di pelayanan kesehatan atau melalui kunjungan rumah.

b) Pemeriksaan neonatus dilakukan di dekat ibu bayi didampingi ibu atau keluarga saat dilakukan pemeriksaan.

6) Asuhan 6 minggu pertama

Asuhan yang diberikan pada bayi usia 6 minggu yaitu mempertahankan suhu normal bayi dan pemberian nutrisi (Prawirohardjo, 2008; h.136).

h. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir

Macam-macam komplikasi yang terjadi pada BBL yaitu : 1) Asfiksia neonatorum

Ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2007; h.709).

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin seperti : denyut jantung janin menurun, terdapat mekonium dalam air ketuban, pemeriksaan pH darah janin turun sampai di bawah 7,2. Tindakan yang dilakukan ialah dengan melakukan resusitasi (Prawirohardjo, 2007; h.709).

2) Kaput suksadaneum

Kelainan ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Kaput suksadaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari (Prawirohardjo, 2007; h.717).

3) Cephalhematoma

Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Kelainan ini dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau ekstraktor vakum. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalhematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu (Prawirohardjo, 2007; h.717).

4) Brachial palsy

Kalainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada pleksus brakialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala,

dilakukan tarikan pada kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan (Prawirohardjo, 2007; h.718).

Penanggulangannya ialah dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posisi abduksi 900 dan putaran ke luar. Siku berada dalam fleksi 900 disertai supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap ke depan. Posisi ini dipertahankan beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjasi setelah beberapa hari, kadang-kadang sampai 3-6 bulan (Prawirohardjo, 2007; h.718).

5) Fraktura klavikula

Fraktur ini mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan melahirkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada persalinan presentasi kepala dengan bayi besar atau kelahiran sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena disertai menghilangnya refleks morro pada sisi tersebut (Prawirohardjo, 2007; h.720).

Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi abduksi 600 dan fleksi 900 dari siku yang terkena (Prawirohardjo, 2007; h.720).

6) Fraktura humeri

Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi kepala atau pada sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks morro sisi tersebut hilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan selama 2-4 minggu (Prawirohardjo, 2007; h.720).

7) Hernia diafragmatika

Di sini terdapat lubang diafragma yang hanya ditutup oleh lapisan pleura dan peritoneum, yang memungkinkan sebagian isi rongga perut dapat masuk ke dalam rongga dada. Pengobatannya ialah tindakan bedah. Prognosis bayi di samping tindakan bedahnya sendiri ditentukan pula ada tidaknya hipoplasi paru pada segmen yang tertekan serta ada tidaknya komplikasi kardiologi akibat hipoplasi paru tersebut (Prawirohardjo, 2007; h.729).

8) Omfalokel

Terdapat hernia pada dinding perut di sekitar pusat, sehingga isi rongga perut dapat masuk ke dalam suatu kantong di atas permukaan rongga perut. Pengobatan terdiri atas tindakan bedah dengan tujuan untuk menutup hernia tersebut. Pada herniasi yang besar, tindakan bedah dilakukan bertahap (Prawirohardjo, 2007; h.730).

9) Meningokel

Merupakan benjolan berbentuk kista di garis tengah tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral (Prawirohardjo, 2007; h.733). 10) Hidrochepalus

Merupakan suatu keadaan dimana terdapat timbunan likuor serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel-ventrikel, yang disertai dengan kenaikan tekanan intrakranial. Pengobatannya ialah dengan pembedahan bila keadaan memungkinkan (Prawirohardjo, 2007; h.734).

11) Anensefalus

Merupakan suatu kelainan kongenital dimana tulang-tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal dari os frontalis, os parietalis, dan os osipitalis. Pengobatannya saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir-mati, meninggal waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2007; h.734).

12) Tetanus neonatorum

Disebabkan oleh Clostridium tetani. Kelainan ini biasa terjadi pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik (Prawirohardjo, 2007; h.746).

Pengobatan terutama untuk memperbaiki keadaan umum, menghilangkan kejang, mengikat toksin yang masih beredar, dan pemberian antibiotika terhadap infeksi (Prawirohardjo, 2007; h.746).

13) Ikterus fisiologik

Ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama

14) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Yaitu BBL dengan berat badan < 2500 gram.

Penatalaksanaan umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain, akan tetapi perlu diperhatikan (Prawirohardjo, 2007; h.783).

a) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan USG.

b) Memeriksa kadar gula darah

c) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya

5. Keluarga Berencana

Dokumen terkait