2.1. Kajian Teori
2.1.2. Keluarga Broken Home
Broken home adalah kondisi keluarga yang tidak lagi utuh, ketidakutuhan tersebut diakibatkan adanya perpecahan atau pertengkaran diantara suami istri yang tidak bisa diselesaikan dengan baik. Sehingga berakibat putusnya tali keluarga atau perceraian. Dalam perceraian tersebut mengakibatkan anak mengalami kondisi keluarga broken home. Menurut Satata, Mitreka Bagus Dian (2021:53) mengatakan bahwa broken home merupakan suatu fenomena dalam kehidupan sosial yang terjadi pada konflik keluarga yang dapat berakibat pada proses perkembangan kepribadian anak. Menurut Gintulangi, Widyastuti, et all (2017:338) mengatakan bahwa keluarga broken home adalah kondisi ketidakutuhan dalam keluarga yang diakibatkan oleh perceraian, kematian antara suami dan istri atau suami istri yang sudah tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi.
Menurut Nurtia, et all (2020:4) ada macam utama kekacauan dalam keluarga, yaitu sebagai berikut:
1. Ketidaksahan, ini merupakan unit keluarga yang tidak lengkap 2. Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggal
3. Keluarga selaput kosong
4. Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan, kegagalan peran penting yang tak diiginkan
13
Kemudian Nurtia menambahkan lagi bahwa dikatakan keluarga broken home jika memiliki salah satu kriteria diantaranya:
1. Kematian salah satu atau kedua orang tua 2. Perceraian orang tua (divorce)
3. Hubungan antara suami istri tidak baik (poor marriage)
4. Hubungan orang tua dan anak tidak baik (poor parent-children relationship) 5. Suasana rumah yang tegang dan minim kehangatan (high tenses and low
warmth)
6. Salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan atau gangguan jiwa (personality psychological disorder)
Dalam broken home sendiri tentunya mempengaruhi perilaku anak atau kondisi anak. Menurut Aziz, M (2015:47) mengatakan bahwa perilaku anak korban broken home ataupun latar belakang anak broken home akan berbeda satu sama lain, namun akibat yang menimpa terhadap anak adalah hampir sama yaitu berupa depresi mental seperti memberontak, sikap menantang dan lain sebagainya.
Kemudian menurut Trianingsih, R,. ett all (2019:16) mengatakan bahwa kondisi keluarga broken home menyebabkan anak kurang kasih sayang sehingga berpengaruh terhadap perkembangan moral dan psikososial anak, hal tersebut dapat ditunjukan dengan perilaku moral yang muncul seperti membuat kesalahan dan tidak mau meminta maaf, tidak menaati tata tertib sekolah dan mencari perhatian dengan membuat keributan. Selanjutnya secara psikososial anak akan bersikap tidak semangat, tidak percaya diri dan membandingkan dirinya dengan teman
Maka dapat disimpulkan bahwa broken home adalah suatu kondisi keluarga yang sudah tidak lagi utuh dikarenakan kekacauan dari pasangan suami istri yang mengakibatkan keluarga tersebut memiliki salah satu kriteria broken home entah itu kematian, perceraian atau bahkan sebab yang lain sehingga berdampak pada kondisi moral dan psikososial anak yang menjadi korban broken home.
14 2.1.3. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Dalam hal pendidikan peran orang tua sangat penting karena sebelum anak menginjak bangku sekolah, orang tualah yang memberikan pendidikan pertama untuk anak. Peran orang tua yang sebagaimana pada umumnya yaitu membimbing anak dalam belajar, tempat berdiskusi dan lain–lain. Karena orang tua mempunyai rasa tanggung jawab yang besar untuk memastikan anak mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak.
Menurut Anggraeni, Nur Ria et all (2021:106) mengatakan bahwa peran orang tua dalam mendukung keberhasilan pembelajaran anak meliputi orang tua sebagai pengasuh dan pendidik untuk melatih pengetahuan, ketrampilan dan mental anak, peran yang lain sebagai pembimbing dengan membantu menyelesaikan kesulitan anak, selain itu orang tua juga sebagai motivator dengan memberikan dorongan kepada anak tentang pentingnya belajar, serta orang tua menjadi fasilator berupa menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung.
Menurut Novrindra, dkk (2017:41) mengatakan bahwa orang tua sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pendidikan anak karena orang tua berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan pendidikan anak. Peran orang tua dalam pendidikan perlu dengan terus menerus untuk mendorong, memberi motivasi dan memfasilirasi demi tercapainya pendidikan anak yang baik.
Berdasarkan dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam pendidikan anak karena orang tua sebagai tempat diskusi dan juga sebagai motivator bagi seorang anak. Sehingga orang tua yang dapat memaksimalkan perannya dalam mendidik anak berpengaruh terhadap pola berpikir dalam pendidikan anaknya.
15 2.1.4. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Mulyaningsih, E et al (2014:443) menyatakan bahwa defisini prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah belajar, yaitu berusaha untuk menguasai pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap sebagai ukuran prestasi belajar yang berupa nilai. Menurut Huda, N,M (2018:60) prestasi belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dicapai siswa sebagai hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor yang dinyatakan dalam bentuk angka atau skor.
2. Aspek atau Indikator Prestasi Belajar
Menurut Susanti, Lidya (2019: 20) mengatakan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar dikelompokkan dalam tiga dominan, yaitu kognitif atau pengetahuan, afektif atau sikap dan psikomotor atau keterampilan dan penjelasannya sebagai berikut
1. Ranah kognitif, meliputi: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation)
2. Ranah afektif, meliputi: penerimaan (receiving/attending), partisipasi (responding), penilaian atau penentuan sikap (valuing), organisasi (organization) dan pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
3. Ranah psikomotorik, meliputi: persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanism response), gerakan kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adaptation) dan kreativitas (creativity)
16
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam mencapai prestasi belajar tentunya terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berprestasi, faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal.
Menurut Susanti, Lidia (2019:53) terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi proses belajar individu dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal, berikut penjelasannya:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor internal meliputi:
a. Faktor fisiologis dan biologis
Faktor fisiologis adalah faktor yang mempengaruhi kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua: (1) keadaan fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar, (2) keadaan fungsi jasmani yang baik terutama panca indera dapat mempermudah aktivitas belajar
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari kondisi psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor psikologi yang mempengaruhi proses belajar yaitu: (1) kecerdasan atau intelegensi, (2) motivasi, (3) minat, (4) sikap dan (5) bakat
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu:
a. Faktor Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan sosial dibagi menjadi 3: (1) lingkungan sosial sekolah, terdiri dari: metode mengajar, kurikulum, penerapan disiplin dan hubungan siswa dengan guru atau teman, (2) lingkungan sosial masyarakat adalah tempat tinggal siswa, seperti: lingkungan kumuh, banyak pengangguran dan teman sebaya yang tidak sekolah, dan (3)
17
lingkungan keluarga, merupakan pertama kali individu belajar. Oleh karena itu lingkungan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar, faktor keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: pola asuh orang tua, hubungan orang tua dan anak, keadaan ekonomi, keharmonisan keluarga, kondisi rumah, teman sebaya, dan lain-lain.
b. Lingkungan Non-sosial
Faktor lingkungan non-sosial meliputi: (1) lingkungan alamiah, seperti kondisi yang segar, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, teman dan lain-lain, (2) instrumental, seperti: gedung sekolah, sarana prasarna belajar, buku panduan dan lain-lain.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang telah dicapai siswa dalam proses belajar. Di dalam prestasi belajar terdapat tiga aspek yang berwujud ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor, selain tiga ranah tersebut terdapat faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar diantaranya yaitu faktor internal dan faktor eksternal
2.1.5. Dampak Keluarga Broken Home Pada Prestasi Belajar anak
Menurut Novianto, R., dkk (2019:4) mengatakan bahwa siswa yang berasal dari keluarga broken home mengalami academic problem, siswa tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan dan siswa tersebut berbicara kepada teman sebangkunya, karena tidak memperhatikan ketika gurunya menjelaskan dan seringnya tidak hadir sekolah menyebabkan siswa tersebut mendapat peringkat rendah dan tidak memiliki prestasi.
Menurut Mone, F.,H (2019:161) mengatakan bahwa perceraian atau broken home membawa dampak buruk bagi anak, anak yang seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan harus mengalami masa yang kritis untuk menjadi terbiasa dengan pertengkaran orang tuanya. Perubahan ini membuat anak menjadi tidak stabil sehingga pikiran mereka terganggu dan tidak dapat memusatkan perhatian pada waktu kegiatan belajar.
18
Menurut Wulandri, et all (2019:3) menjadi broken home tidak selalu buruk, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang berlatar dari keluarga broken home dapat dipandang dari sisi positif. Ada hikmah yang diambil sebagai motivasi bagi korban boken home untuk menjadi individu yang lebih positif, sikap mandiri yang tercipta karena tuntutan beradaptasi oleh keadaan hidup yang harus dijalani dan sikap kedewasaan yang muncul karena terbiasa menghadapi masalah sendiri dan bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
Menurut Sari, M., A, et all (2019:74) mengatakan bahwa dari sekian banyak anak yang mengalami broken home ada juga yang memiliki sikap positif dan menjadi orang yang berhasil. Seperti sikap mandiri yang tercipta karena tuntutan hidupnya, bersikap dewasa dengan terbiasa menghadapi masalah sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri, broken home juga membentuk kepribadian tegas dan tegar atau tidak mudah cengeng dalam menghadapi masalah pada dirinya.
Kemudian menurut Mahnunin, J., et all (2020:40) berbeda dengan siswa yang mempunyai tingkah laku positif, mereka yang berasal dari keluarga broken home bahwa permasalahan yang timbul dalam keluarga menjadikan mereka menjadi pribadi yang tegar dalam menghadapi masalah, semangat dalam menjalani kehidupan, tidak mau merepotkan orang lain sehingga secara tidak langsung akan membentuk pribadi yang tangguh dan pekerja keras serta berpikir positif untuk terus berjuang menjalani hidup
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami broken home dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, ini dikarenakan kurang perhatian orang tua mengakibatkan anak kurang fokus pada saat pembelajaran sehingga berakibat pada menurunnya prestasi belajar. Akan tetapi tidak semua anak yang mengalami kondisi keluarga broken home selalu berdampak buruk, namun tidak menutup kemungkinan anak yang berasal dari keluarga broken home dapat dipandang dari sisi positif misalnya dalam hal bersikap mandiri, bersikap dewasa, bertanggungjawab, mempunyai kepribadian tegas dan tegar atau tidak mudah cengeng, bersemangat dalam menjalani hidup, serta mempunyai
19
kepribadian yang tangguh dan pekerja keras dengan selalu berpikir positif untuk menjalani kehidupan
2.2. Penelitian Relevan
Penelitian relevan merupakan suatu penelitian terdahulu yang sudah pernah dibuat oleh para peneliti dan dianggap cukup relevan serta mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan diteliti
No Nama Peneliti Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Harry Ferdinand Mone (2019)
20 Kabupaten
Boalemo
3
Andi Alvhina Rizky, dkk
(2021)
Dampak psikologis pada
siswa berprestasi rendah yang
mengalami broken home di
SMA Negeri 1 Alalak
Persamaan sama-sama membahas tentang broken
home
Penelitian yang dilakukan menekankan
pada perkembangan
psikologis, peranan guru BK
serta kendala dalam mengatasi
prestasi belajar anak broken
home.
Table 1.1. Penelitian Relevan
21 2.3. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan dasar penelitian dari pikiran peneliti untuk mempermudah penelitian menuju ke arah yang jelas. Penelitian ini akan mengkaji terkait dengan dampak broken home pada prestasi belajar anak di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
Table 1.2.Kerangka Berpikir Keluarga Broken Home
Kondisi Anak Broken Home Prestasi Belajar
Dampak Broken Home Pada Prestasi Belajar
22 2.4. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan pedoman atau patokan bagi peneliti yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang berlandaskan pada hasil penelitian tersebut.
Kerangka teori disusun dalam bentuk table sebagai berikut.
Table 1.3.Kerangka Teori
Broken Home Prestasi Belajar
Fitriana (2018:83) Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Di dalam kehidupannya mereka mempunyai ikatan
hukum, biologis, sosial, psikologis dan ekonomis.
Miftakhuddin et all (2020:159) broken home adalah keluarga
yang retak atau pecah (keluarga bermasalah) yang dikarenakan beberapa sebab seperti perceraian, kematian, faktor ekonomi, masalah psikologis salah satu atau kedua dari pasangan dan lain
sebagainya
Salsabilla, Azza & Puspitasari (2020:287) Prestasi belajar merupakan sebagai kecakapan
nyata yang dapat diukur dengan pengetahuan, sikap
dan keterampilan selama proses belajar
Muttaqin, Imron (2019:254) terdapat dampak broken home
bagi perkembangan anak, diantaranya adalah adanya
perilaku agresif anak, kenakalan, prestasi sekolah
menurun, perilaku menyimpang dan gangguan
kejiwaan
Dampak Kondisi Keluarga Broken Home Pada Prestasi Belajar
23 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Donorojo RT 07 TW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Penelitian ini meneliti Dampak Broken Home Pada Prestasi Belajar Anak di Desa Donorojo RT 07 1 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan skripsi, penyusunan instrument penelitian, seminar proposal dan mengurus perizinan. Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2021 sampai dengan bulan Februari 2022. Tahap pelaksanaan meliputi observasi, wawancara orang tua dan wawancara anak. Dengan adanya tahap–
tahap tersebut, diharapkan peneliti yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah direncanakan dengan tepat waktu dan memperoleh hasil penelitian yang diharapkan.
3.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta analisis data deskriptif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari observasi, catatan wawancara, dokumentasi, foto-foto dan data pendukung lainnya. Penelitian ini terletak pada fokus penelitian yang mengkaji tentang keadaan tertentu. Menurut Kusumastuti, Adhi & Khoirun, Mustamil Ahmad (2019:19) penelitian kualitatif meliputi analisis dan pemahaman mengenai perilaku dan proses sosial masyarakat yang spesifik teratur sebagai misinya.
24
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, menurut Abdussamad, Zuchri, H. (2021:90) studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan dan dalam waktu tertentu untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dengan cara wawancara, observasi dan arsip.
Menurut Wekke, S, L., dkk (2019:35) mengatakan bahwa metode deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bertujuan mencari teori dengan terlibat langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat, membuat kategori pelaku, mengamati fenomena, mencatat dalam buku observasi, tidak memanipulasi variabel dan menitikberatkan pada observasi ilmiah.
Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan , kemudian melakukan pendataan, mengolah data dan menganalisis secara mendalam. Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan observasi dan menentukan permasalahan yang akan diteliti dengan cara melakukan studi pendahuluan ke tempat anak yang mengalami broken home. Tempatnya terletak di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak, Kabupaten Demak
2. Setelah melakukan oberservasi kepada anak yang mengalami broken home peneliti mencari relevan sebelumnya yang berkaitan mengenai dampak kondisi broken home terhadap prestasi belajar
3. Peneliti melakukan penelitian ini dilakukan di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak dengan mengamati anak yang broken home
4. Peneliti melakukan penelitian dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, lembar observasi dan dokumentasi
5. Setelah itu membuat catatan dari hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi di buku, kertas atau handphone
6. Setelah data diperoleh, peneliti melakukan pembahasan mengenai kasus yang akan diteliti
25
7. Kemudian peneliti melakukan pencocokan antara pembahasan yang dibahas peneliti dengan subjek penelitian
8. Setelah semua proses yang dilakukan, peneliti melakukan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan mulai dari observasi, wawancara maupun dokumentasi
3.3. Peranan Penelitian
Secara operasional peranan penelitian dalam penelitian ini yaitu:
1. Melakukan pengamatan terhadap anak broken home di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
2. Melakukan wawancara terhadap orang tua, anak dan guru di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
3. Menganalisis data yang telah didapatkan dari penelitian
4. Menyajikan data yang telah dianalisis sesuai kaidah penulisan yang sudah ditentukan
3.4. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013:300) mengatakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan yang dimaksut misalnya orang yang dianggap paling tahu tntang apa yang kita harapkan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang akan diteliti.
3.4.1. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini tentunya membutuhkan alat bantu berupa pedoman wawancara, lembar observasi dan dokumentasi. Kemudian peneliti juga membuat catatan hasil wawancara, observasi atau pengamatan, maupun dokumentasi.
26 3.4.2. Sumber Data
Sumber data merupakan bagian paling penting dari sebuah penelitian bagi seorang peneliti, karena ketepatan dalam memilih sumber data menentukan kelayakan dan kedalaman informasi yang didapatkan. Menurut Wekke, S, L., dkk (2019:52) mengatakan bahwa sumber pengumpulan data meliputi sumber primer dan sumber sekunder, yaitu:
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari informan. Dan di dalam penelitian ini, informasi kuncinya adalah guru dan orang tua sedangkan informan utamanya adalah guru, orang tua dan anak.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah peneliti memperoleh data tidak secara langsung dari narasumber tetapi misalnya lewat dokumen.
Table 1.4.Informan Kunci
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alasan
1
Bapak W 45 tahun SMA sederajat Serabutan Karena bapak W selaku orang tua dari anak broken home, yang paling tahu mengenai kondisi anaknya sehingga peneliti menjadikan bapak W sebagai informan kunci
2
Ibu D 35 tahun SMP sederajat ART Karena ibu D sebagai orang tua dari anak broken
27
home yang paling tahu mengenai kondisi anaknya.
Sehingga peneliti menjadikan ibu D sebagai informan kunci
3
Ibu DH 35 tahun S.Pd Guru SD Karena ibu DH yang
paling tahu
bagaimana prestasi belajar anak yang broken home.
Sehingga peneliti menjadikan
bapak/ibu menjadi informasi kunci guna mengetahui prestasi belajar anak
28
Table 1.5.Informan Utama
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alasan
1 Bapak W 45 tahun SMA sederajat Serabutan Karena bapak W sebagai orang tua anak broken home sehingga yang mengetahui
bagaimana kondisi anaknya
2 Ibu D 35 tahun SMP sederajat ART Karena ibu D
sebagai orang tua anak broken home yang mengetahui bagaimana kondisi anaknya
3 Ibu DH S.Pd Guru SD Karena ibu DH yang
mengetahui
bagaimana prestasi belajar kedua anak yang mengalami
broken home
sehingga peneliti menjadikan
bapak/ibu guru sebagai informan utama guna mencari informasi bagaimana prestasi belajar dari kedua anak yang
29
mengalami broken home
4 S 11 tahun Siswa SD - Anak berinisial S
merupakan anak yang menjadi korban broken home.
Peneliti menjadikan S sebagai informan utama karena peneliti ingin mengetahui
bagaimana kondisi
dia menurut
pendapatnya dan juga kesehariannya ketika belajar
5 Y 11 tahun Siswa SD - Anak berinisial Y
merupakan anak korban broken home.
Sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana kondisi
dia menurut
pendapatnya dan juga kesehariannya ketika belajar
30 3.5. Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:308) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sehingga berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengutamakan pengumpulan data secara langsung dan sebanyak-banyaknya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil sesuai harapan. Berikut teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu:
3.5.1. Observasi non partisipan
Observasi non partisipan merupakan observasi yang dilakukan oleh seorang peneliti tetapi peneliti tidak ikut serta dalam kehidupan orang yang akan di observasi dan secara terpisah hanya sebagai pengamat. Menurut Saleh. S (2017) mengatakan bahwa observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengamatai secara langsung (subjek) dan merekam peristiwa serta perilaku asli yang tidak dibuat-buat dalam kurun waktu tertentu, sehingga diperoleh data yang rinci. Sedangkan menurut Abdussamad, Z (2021:147) mengatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui pengamatan dan pecatatan terhadap suatu gejala.
Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti berada di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan terkait dengan dampak broken home pada prestasi belajar anak.
Dengan melakukan pengamatan secara langsung dengan berkunjung ke rumah anak yang mengalami broken home, peneliti berharap mendapatkan hasil penelitian sesuai harapan yang diinginkan.
3.5.2. Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab yang dilakukan secara langsung untuk mendapatkan informasi. Menurut Hamzah, Amir (2019:76) mengatakan bahwa, wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
31
informan atau subjek penelitian. Menurut Saleh, S. (2017) wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya jawab antara peneliti dan dengan objek yang diteliti (informan) yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti.
Menurut Wekke, S, I., dkk (2019:86) mengatakan bahwa interview/wawancara dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Wawancara terstruktur
Dalam pengumpulan data, peneliti sudah menyiapkan instrument atau pertanyaan tertulis yang alternatif.
2. Wawancara semiterstruktur
Wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti akan melakukan wawancara mendalam guna mendapatkan data valid di penelitian ini, berikut informan yang akan diwawancarai oleh peneliti:
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti akan melakukan wawancara mendalam guna mendapatkan data valid di penelitian ini, berikut informan yang akan diwawancarai oleh peneliti: