• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 3.1 Kerangka Pikir

C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi Dalam satu hari, informan dapat mengkonsumsi sumber karbohidrat dari

5.3.2.2 Keluarga Informan Utama

Selain teman sebaya informan utama, proses cross cek data dengan melakukan triangulasi sumber juga dilakukan pada keluarga informan utama yang diwawancara mendalam. Dari enam informan utama, hanya lima keluarga informan yang bersedia untuk diwawancarai dan kesemuanya adalah ibu informan utama.

Seluruh informan pendukung yang berhasil diwawancarai, memberikan informasi tentang bagaimana pola makan informan utama dan keluarga dirumah, mulai dari makan pagi hingga makan malam. Semua yang diceritakan oleh ibu informan sama dengan seperti yang diceritakan informan utama, akan tetapi peneliti tidak menanyakan frekuensi tiap-tiap jenis makanan yang dimakan oleh informan utama secara lngkap, hanya beberapa zat gizi secra sekilas. Selain itu semua informan pendukung menyatakan bahwa yang menyiapkan makanan di rumah adalah mereka sendiri. Berikut kutipannya :

“Ya saya yang masak. Tadinya pembantu, tapi pas lebaran kemaren pulang kampong gak balik-balik lagi ya udah semua kerjaan saya yang ngerjain.” (Informan A)

“Saya sama mbaknya (pembantu).” (Informan S) “Saya sendiri (ibu).” (Informan NY)

Dua dari lima informan pendukung, yaitu ibu dari informan wanita dengan status gizi kurang dan informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa mereka sekeluarga tidak memiliki penyakit apapun kecuali hanya batuk pilek. Sedangkan tiga informan pendukung lainnya menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang memiliki penyakit, diantaranya untuk keluarga informan utama wanita dengan status gizi normal memiliki ibu yang mempunyai penyakit magh yang tidak lain adalah informan pendukung sendiri, selain itu di keluarga informan wanita dengan status gizi lebih terdapat ayah yang memiliki penyakit hipertensi atau darah tinggi, sedangkan di keluarga informan laki-laki dengan status gizi lebih, memiliki kakek yang terkena penyakit jantung. Berikut kutipannya :

“ F gak ada penyakit apa-apa, klo saya punya magh, makannya klo lagi kambuh saya gak bisa ngapa-ngapain, klo bapaknya sih sehat-sehat aja.” (Informan A) “ Ada. Bapaknya punya darah tinggi.” (Informan LY)

“ Alhamdulillah sekeluarga sehat semua, paling ya batuk pilek gitu wajarlah.” (Informan HP)

Dua dari lima informan pendukung, menyatakan bahwa anaknya memiliki ketidaksukaan terhadap jenis makanan tertentu, dimana untuk informan wanita dengan status gizi kurang ia tidak menyukai sayur karena tidak menyukai rasa dan memiliki kesulitan dalam menelannya serta ia juga tidak menyukai makanan yang memiliki rasa pedas dan pahit seperti pare dan daun pepaya. Sedangkan informan wanita dengan status gizi normal tidak menyukai sayur yang memiliki rasa pahit seperti pare dan daun papaya. Seorang informan pendukung dari informan utama wanita dengan status gizi lebih, memantang atau melarang suaminya untuk mengkonsumsi makanan yang kandungan garamnya tinggi dikarenakan ia memiliki penyakit darah tinggi. Sedangkan

seorang informan pendukung dari informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia melarang anaknya mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak seperti susu dan eskrim, karena berat badan anaknya sudah sangat berlebih. Dan untuk informan laki-laki dengan status gizi normal, ia tidak memiliki pantangan apapun dalam makanannya. Berikut kutipannya :

“ Paling bapaknya gak boleh makan yang asin-asin.” (Informan LY)

“ N tuh gak suka makan sayur, gak bisa ‘nelen’ katanya sama dia juga gak suka pedes sama makanan yang pahit.” (Informan NY)

“ Klo R biasanya saya gak bolehin minum susu sama eskrim.” (Informan S)

Untuk konsumsi air minum dalam satu hari, tiga dari lima informan pendukung menyatakan bahwa anaknya setiap hari mengkonsumsi minimal 8 gelas bahkan lebih. Sedangkan dua informan pendukung lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih hanya mengkonsumsi sekitar 5-7 gelas dalam sehari. Berikut kutipannya :

“ Waduh berapa banyak ya minumnya, mungkin ya 6-7 gelas.” (Informan NY)

“ Klo minum dia cukup lah lumayan, klo ke sekolah dia biasanya bawa minum dari rumah. kira-kira 2 literan.” (Informan A)

“ Air minumnya air galon. Wah saya gak tau sehari minumnya berapa gelas. Mungkin 5 kali.” (Informan LY)

Dua informan pendukung, menyatakan bahwa anaknya yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih pada hari libur rutin untuk melakukan olah raga sepak bola ataupun bola basket. Sedangkan tiga informan pendukung lainnya menyatakan jika dirumah anaknya tidak pernah berolah raga. Berikut kutipannya :

“ F gak pernah olah raga, bapaknya juga gak pernah. Tapi paling klo disekolah aja, kan ada pelajaran olah raga.” (Informan A)

“ R suka main basket didepan, biasanya dia main hari sabtu minggu. Ya paling dari jam 8 sampai jam 10. Ya kadang main sama teman-temannya klo gak sama papanya klo lagi gak capek.” (Informan S)

“ Gak pernah.” (Informan LY)

Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa informan utama dan keluarganya tidak pernah mengkonsumsi minum-minuman beralkohol karena diharamkan oleh agama. Berikut kutipannya :

“ Gak lah mbak, kan haram.” (Informan NY) “ Gak pernah.” (Informan S)

“ Gak. Gak pernah.” (Informan HP)

Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa dalam memilih makanan yang aman harus memperhatikan kebersihan tempat berjualannya, keamanan bahan makanan yang digunakan, harus bebas dari pewarna makanan, bebas dari pengawet makanan yang berbahay seperti boraks dan formalin, serta bebas dari bibit penyakit. Berikut kutipannya:

“ Paling klo nyari makanan ya liat-liat tempatnya bersih apa tidak, kebersihan penjualnya juga dilihat. Kukunya hitam-hitam gak. Makanannya juga ditutup apa tidak. Ya biar gak sakit perut.” (Informan A)

“ Klo makanan yang aman ya kita harus pilih-pilih, jangan yang ada pengawet, sama pewarnanya. Apalagi sekarang penyakit dah macem-macem. Jadi ya kitanya harus hati-hati.” (Informan HP)

“ Ya klo milih makanan yang mau dimakan apa. Tapi klo beli liat-liat tempatnya. Ya cari yang bersih. Ya sama jangan yang ada formalin atau boraksnya. Bahaya.” (Informan LY)

Seluruh informan pendukung menyatakan selalu memperhatikan label yang terdapat di kemasan makanan, seperti tanggal kadaluwarsa, tanda halal, serta bahan-bahan pembuatannya. Berikut kutipannya :

“ Ya yang paling utama sih liat tanggal kadaluwarsanya, terus makanan itu halal atau tidak. Kan yang paling penting itu.” (Informan NY)

“ Klo beli makanan yang diperhatikan pertama halal apa tidak, terus masa berlakunya sampai kapan. Soalnya klo dah lewat kan bahaya nanti malah bisa keracunan.” (Informan HP)

“ Ya liat tanggal kadaluwarsanya. Klo dah lewat kan bahaya.” (Informan LY)

Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa di keluarga yang sering memberikan nasehat dan informasi kesehatan kepada informan utama adalah ibu atau informan pendukung sendiri. Informasi yang diberikan bermacam-macam, akan tetapi sebagian besar berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi oleh informan utama, agar mereka tidak salah memilih makanan sehingga terhindar dari penyakit yang membahayakan kesehatan. Berikut kutipannya :

” Biasanya sih yang suka bawel ke anak-anak ya saya. Nyuruh jajannya yang bener, terus selalu jaga kesehatan, soalnya klo saya liat di TV sekarang orang jualan dah macem-macem segala cara yang gak halal dilakuin cuma untuk nyari keuntungan yang gak seberapa.” (Informan NY)

“ Paling klo yang ngasih informasi kesehatan ya saya aja, kayak klo mau cari makanan yang tempatnya bersih, makannya nasi klo disekolah, jangan kebanyakan makan saos soalnya pewarnanya kan bahaya. Lagian bahan saosnya juga gak jelas, kayak cabe busuk gitu.” (Informan A)

” Biasanya yang ngasih tahu tentang kesehatan saya. Supaya R jangan makan banyak-banyak supaya kurusan. Biar lebih sehat.” (Informan S)

Di SMPN 107 Jakarta terdapat 5 kantin yang menjual berbagai makanan, mulai makanan berat hingga makanan ringan. Dari kelima penjual kantin, peneliti telah mewawancarai mereka secara sekilas, akan tetapi ada seorang penjual kantin, yaitu ibu E yang telah diwawancarai oleh peneliti secara lebih mendalam. Berdasarkan wawancara tersebut ternyata warung dibuka pada pukul 07.30 hingga 04.30 dan di warung ibu tersebut menjual berbagai jenis makanan seperti soto, ketoprak, nasi rames/goreng dengan berbagai lauk dan sayur yang ditumis, mie, serta berbagai gorengan, makanan “ringan”, dan minuman dingin. Untuk makanan “berat” menu soto, mie, nasi goreng/rames setiap hari selalu tersedia. Akan tetapi untuk ketoprak seminggu hanya beberapa kali karena menurut beliau para siswa kurang meyukai makanan yang terbuat dari kacang-kacangan. Khusus untuk menu nasi rames dan nasi goreng, menunya pendampingnya seperti lauk pauk dan sayurnya selalu berganti-ganti setiap satu hingga dua hari sekali agar siswa tidak bosan. Selain itu, untuk pendamping mie, ibu E juga menyediakan bakso, sosis, ham, telur, sawi, nasi, yang dibuat sesuai pesanan siswa. Semua makanan “berat” yang dimasak selalu dibuat baru, sehingga tidak ada makanan sisa yang dihangatkan kemudian dijual kembali. Menurut ibu E, hal ini dilakukan untuk menjaga mutu makanan. Selain itu menurut beliau, jumlah makanan yang dijual telah diperkirakan sebelumnya sehingga setiap harinya dapat habis terjual. Dan jika makanan tersebut masih bersisa dapat dimakan sendiri oleh keluarga ibu E. Selain itu, ibu E menggunakan air “AS” untuk memasak.

Ibu E menggunakan air “AS” seharga Rp. 5.500,- untuk memasak. Dan menurut beliau sebelum digunakan air tersebut disaring lagi dengan menggunakan kassa

penyaring sebanyak dua kali setelah dimasak dan diendapkan di dalam gentong. Hal ini dilakukan agar air menjadi benar-benar bersih. Hal ini hanya dilakukan oleh ibu E. Beliau juga mengatakan bahwa dalam menyediakan mie goreng/rebus selalu menggunakan mangkuk kaca. Akan tetapi ketika peneliti melakukan observasi ke kantin dan menanyakan kepada siswa ternyata semua kantin menyuguhkan dengan gelas plastik yang biasa digunakan untuk tempat minuman dingin. Selain itu, peneliti juga melakukan croschek kepada penjual lain, yaitu ibu C. dan beliau mengatakan bahwa semua pedagang memang menggunakan gelas plastik sebagai tempat mie goreng/rebus. Hal ini dikarenakan ketersediaan mangkuk plastik yang terbatas serta seringnya mangkuk tersebut hilang atau bahkan pecah.

Selain itu, semua penjual menyediakan saos isi ulang dengan kemasan plastik dengan merek “SM” atau “S” dengan harga Rp. 5.500 dan juga saos sachet. Untuk membuat minuman dingin mereka menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan untuk mendinginkan ikan di pasar.

Menurut ibu E, Ibu Ida selaku kepala sekolah pernah memberikan saran kepada pedagang kantin, agar semua makanan yang dijual terutama makanan kemasan adalah makanan yang terdaftar di BPPOM agar keamanan siswa dapat terjamin. Selain itu beliau juga melarang kemasan steroform sebagai tempat makanan karena membahayakan kesehatan. Selain itu ia juga menyarankan agar tidak menjual chiki karena mengandung MSG dan kurang naik untuk kesehatan para siswanya. Akan tetapi para pedagang tidak dapat melaksanakan untuk tidak menjual chiki. Hal ini dikarenakan

siswa sangat menyukai jajanan ini. Oleh sebab itu para penjual juga menyiapkan chiki untuk dijual setiap harinya.

PEMBAHASAN