• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dermatitis disebabkan oleh oleh faktor dari dalam tubuh (endogen) dan luar tubuh (eksogen). Faktor endogen seperti gangguan sirkulasi darah dan penyakit sistemik (diabetes melitus). Faktor eksogen seperti zat toksik (deterjen), bakteri, jamur, suhu rendah, suhu tinggi, obat-obatan dan makanan.

Menurut Mansjoer dkk (2000), gangguan kulit bisa disebabkan oleh jamur, parasit hewani dan disebabkan oleh bakteri bila memungkinkan untuk menginfeksi manusia.

a. Gangguan kulit yang disebabkan oleh jamur - Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Disebut juga sebagai tinea, ringworm, kurap,

teigne, herpes sirsinata

- Pitiriasis Versikolor

Pitriasis versikolor adalah penyakit jamur superfisial kronik, berupa bercak berskuama halus berwarna putih dapat kemerahan maupun coklat sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Patriasis versikolor sering disebut panu.

b. Gangguan kulit yang disebabkan oleh parasit hewani - Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Cara penularan skabies yaitu dengan kontak langsung dan kontak tidak langsung (melalui benda) misal pakaian, handuk, sprai, bantal dll.

- Pedikulosis

Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat Pediculus humanus. Pedikulusis terdiri dari (1) Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang menyerang anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat misalnya asrama dan panti asuhan. (2) Pedikulosis Korporis, penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan higiene yang buruk, misalnya penggembala disebabkan karena jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. (3) Pedikulosis Pubis, penyakit ini mengenai orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS serta dapat pula mengenai jenggot dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu dialis atau bulu mata dan pada tepi batas rambut kepala. Cara penularannya umumnya dengan kontak langsung.

c. Gangguan kulit yang disebabkan oleh Bakteri

Salah satu gangguan kulit yang disebabkan oleh adanya bakteri adalah penyakit kusta yang disebabkan oleh M. leprae. M.leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat intraseluler, menyerang syaraf perifer, kulit, organ alin seperti mukosa saluran nafas bagian atas, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.

A. Pengertian Diare

Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus. Terdapat beberapa pendapat tentang defenisi penyakit diare. Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.

B. Klasifikasi Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:

a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),

b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,

d. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

C. Faktor-Faktor Penyebab Diare

Menurut Widoyono (2008), diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: a. Faktor infeksi

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare yang disebabkan sebagai berikut :

- Infeksi bakteri : Vibrio cholerae, E. Coli, Salmonella, Shigella sp.,

Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

- Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.

- Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides,

Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto

b. Faktor Malabsorsi

Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein.

c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan d. Faktor lingkungan

Dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti : Pasokan air tidak memadai, air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan.

e. Faktor perilaku

Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air,tidak membuang kotoran anak di WC, tidak menggunakan jamban yag sehat, makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.

f. Faktor individu

Kurang gizi, buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. g. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada

D. Gejala dan Tanda Diare

Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain: a. Gejala Umum

- Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare - Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut - Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

- Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.

b. Gejala Spesifik

- Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau

amis.

- Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah. Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan: a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

b. Gangguan sirkulasi

c. Gangguan asam-basa (asidosis)

d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah) e. Gangguan gizi

Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Tanpa dehidarsi, biasanya penderita merasa normal, tidak rewel atau gelisah, masih bisa beraktifitas seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, penderita masih mau makan dan minum seperti biasa.

b. Dehidrasi ringan atau sedang, memyebabkan penderita gelisah atau rewel, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit. c. Dehidrasi berat, penderita apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, napas cepat, penderita terlihat lemah.

E. Pengobatan Diare

a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

Pada keadaaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Penderita yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.

Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah yaitu: - Memberikan penderita lebih banyak cairan

- Memberikan makanan terus menerus

- Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari. b. Dehidrasi sedang atau ringan, dengan terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut: Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan:

- Umur < 1 tahun : 300 ml oralit - Umur 1-4 tahun : 600 ml oralit - Umur > 5 tahun : 1200 ml oralit - Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer laktat).

c. Teruskan pemberian makanan. Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula. d. Antibiotik bila perlu. Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang

tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

F. Pencegahan Diare

a. Menggunakan air bersih.

b. Memasak air bersih sampai mendidih sebelum diminum.

c. Mencuci tangan dengan sabun dengan air yang mengalir pada waktu sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sebelum menyiapkan makanan, dan sesudah menceboki bayi.

d. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun. e. Menggunakan jamban yang sehat

f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar 2.6.Perilaku Kesehatan

Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan dengan terjadinya keluhan kesehatan pada pengguna air sumur di pesantren. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut Subchan (2001) bahwa perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit yaitu menyangkut dengan reaksinya baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit yang ada yang ada pada dirinya atau diluar dirinya) maupun aktif (tindakan atau praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit maupun penyakit scabies. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan yang kemudian menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu tindakan.

Menurut Notoadmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah

respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut:

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagimana manusia merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang trdisional.

c. Perilaku terhadap makanan, adalah respon sesorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan.

2.6.1. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan santri dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi keluhan penyakit maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk memlihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit.

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah menyangkut pengetahuan tentang definisi penggunaan air bersih, sumber air bersih, upaya hygiene perorangan, dan pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air.

2.6.2. Sikap

Domain perilaku lainnya adalah sikap. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dengan kata laian sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi : (1) sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimanan individu itu berbeda.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap sesuatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan

hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat respon. Sikap dalam penelitian ini adalah

pandangan atau respon terhadap menjaga sumber air air bersih, hygiene perorangan, dan upaya pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air.

2.6.3. Tindakan

Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tidakan dalam penelitian ini adalah segala bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya keluhan kesehatan yang berbasis penularan dari air.

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai 4 (empat) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) :

1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.7. Pesantren

Pesantren adalah tempat mengaji, belajar agama islam. Suatu lembaga pedidikan islam, dikatakan pesantren apabila terdiri dari unsur-unsur Kyai/Syekh/Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada masjid/mushalla dan ada pondok/ asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat dan sebagai tempat bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006).

Pesantren telah berdiri sejak berkembangnya agama islam yang disiarkan oleh orang Arab dan lokasinya tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan jumlah tidak kurang dari 40.000 pesantren, namun 80 % dari padanya masih menghadapi persoalan air bersih dan rawan sanitasi lingkungan sehingga sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) termasuk penyakit skabies dan diare dipesantren (Dinkes, 2005)

Azwar (2003), mengatakan bahwa fungsi pesantren secara sederhana adalah tempat beristirahat dan menunaikan ibadah, mengaji dan melakukan kegiatan sehari-hari serta tempat berlindung dari keadaan lingkungannya. Arti dan fungsi pondok pesantren adalah sebagai berikut :

1) Tempat mengaji/belajar

2) Tempat untuk berlindung dari pengaruh lingkungan

3) Tempat yang dapat memberi jaminan psikologis bagi penghuni seperti kebebasan, keamanan, kebahagian dan ketenangan.

4) Tempat atau lembaga pendidikan agama islam.

Dokumen terkait