• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4. Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

2.4.2. Kualitas Kimia Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kualitas kimia air dapat bersifat kimia organik dan anorganik. Kedua jenis kimia ini dapat berdampak terhadap kesehatan.

A. Kimia Organik

Kimia organik juga berdampak terhadap kesehatan jika toleransinya melebihi dari baku mutu air. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa unsur kimia organik yang berkaitan dengan kesehatan yaitu :

(1) Benzen

Benzene atau benzol, C6H6, digunakan dalam industri sebagai pelarut lemak. Toksisitasnya dapat akut local, akut sistemik, maupun kronis. Benzene menyebabkan

erithema, vesikel, dan udema. Pengaruhnya terhadap SSP (Susunan Saraf Pusat)

bersifat narkotik dan anestesik. Pemaparan kronis menimbulkan hyplasia ataupun

hyperplasia sumsum tulang yang mengakibatkan anemia, leucoponia, thrombocytopenia, dan sangat mungkin menyebabkan leukemia.

(2) Chloroform

Chloroform (CHCl3) juga merupakan hidrokarbon terkhlorinasi, sesuatu

anestesik. Menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan merusak hepar, jantung, dan ginjal.

Keracunan chloroform dapat menimbulkan toksisitas akut dan sistemik, sedangkan efek kronis belum diketahui dengan jelas. Dahulu, chloroform digunakan sebagai

anestesik, tetapi saat ini sudah disubtitusi dengan zat yang lebih aman.

Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun nonionik. Kesemuanya

membuat zat yang lipofilik mudah terlarut dan menyebar di perairan. Selain itu ukuran zat lipofilik menjadi lebih luas, sehingga mempertinggi toksisitas racun.

Deterjen juga mempermudah absorbsi racun melalui insang. Deterjen adapula yang

persisten, sehingga terjadi akumulasi. Seperti halnya DDT, deterjen jenis ini sudah tidak boleh digunakan lagi (Soemirat, 2001)

(4) Zat organik sebagi KMnO4

Air tanah seringkali mengandung bahan-bahan organik cukup tinggi kadarnya, sehingga selain memberikan rasa dan bau yang menurunkan rasa estetika, juga mungkin mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 tersebut, kadar senyawa organik (KMnO4) maksimum dalam air bersih yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. (Depkes, 2005)

Menurut Hayati, dkk (2005), berbagai teknologi untuk menurunkan kadar bahan-bahan organik dalam air bersih antara lain (1) adsorpsi dengan saringan karbon aktif (2) pertukaran ion (3) ozonisasi. Untuk menentukan dan memilih teknologi penghilangan kadar bahan-bahan organik dari dalam air, dapat menggunakan suatu kreteria yang dibuat berdasarkan beberapa aspek antara lain :

- Cara pembuatannya relatif mudah - Biayanya relatif murah

- Kemampuan penghilangan zat kimia berlebih dalam air efektif - Mudah mendapatkan bahan kimia sebagai media filtrasinya - Pengoprasian dan pemeliharaannya mudah

Berdasarkan kreteria diatas, maka disarankan untuk memilih satu teknologi yaitu adsorpsi dengan saringan karbon aktif. Berikut adalah susunan media filter pada teknologi adsorpsi dengan saringan karbon (1) lapisan terbawah adalah krikil berdiameter 5-10mm dengan ketebalan 10-15 cm (2) diatas lapisan krikil diisi dengan pasir silika dengan ketebalan 20 cm (3) diatas lapisan pasir diisi dengan karbon aktif dengan ketebalan 45-60 cm.

B. Kimia Anorganik

Kimia anorganik dapat beragam jenis, dan masing-masing mempunyai dampak terhadap kesehatan. Beikut ini beberapa jenis kimia anorganik yang lazim terdapat dalam air dan berhubungan dengan terjadinya penyakit pada pengguna air yaitu :

(1) Derajat Keasaman (pH)

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam dan akan bersifat korosif terhadap pipa-pipa, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) dan akan mengganggu pencernaan manusia (Kusnaedi, 2004).

Menurut Said (2001), Keasaman air sumur bisa di netralkan dengan proses netralisasi. Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (7-8), yang paling murah dan mudah adalah dengan penambahan kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur/gamping disini selain untuk menetralkan keasaman air juga untuk membantu efektifitas proses selanjutnya. Skema tahapan proses pengolahan air dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1. Diagram Proses Pengolahan air (2) Besi (Fe)

Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Dialam didapat sebagai hematit. Didalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya akan menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Soemirat, 2009).

(3) Kesadahan (CaCO3)

Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan

Ferrum. Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga

masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut (Soemirat, 2009). (4) Khlorida (Cl) Air Baku Netralisas i pH Koagulasi Flokulasi Sendimenta Aerasi Air Bersih Filtrasi - Kaporit Udara

Khlorida adalah senyawa halogen chlor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada

gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil khlorida sangat beracun. Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sitem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu khlor didalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, diberbagai negara maju sekarang ini, khlorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan (Soemirat, 2009).

(5) Nitrat, Nitrit

Nitrat dan Nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI, diare

campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak ditolong akan meninggal. Keracunan kronis akan menimbulkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk

Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemia. Pada bayi methemoglobinaemia sering dijumpai karena

pembentukan enzim untuk menguraikan metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini juga dikenal sebagi penyakit ‘blue bebies’ (Soemirat, 2009)

Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi

yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea). 2.4.3. Kualitas Biologis Air dan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam air seperti cacing dan tungau merupakan jenis kuman parasitik yang berdampak terhadap kesehatan seperti kecacingan, scabies, sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah

salmonella thypi/parathypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit

bersumber virus seperti Rotavirus, Virus Hepatitis A, Poliomylitis, dan Virus

trachoma.

Escericia coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong Coliform dan

hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Escercia coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas (Fardiaz, 1992).

Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (Soemirat, 2001)

2.5. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air

Dokumen terkait