• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perilaku Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai Tahun 2011"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR

PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh: J U M A N I NIM. 091000185

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR

PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh: J U M A N I NIM. 091000185

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR

PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: J U M A N I

NIM. 091000185

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 Juni 2011

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji Ketua Penguji

Ir. Evinaria, M. Kes NIP. 19680320199303 2 001

Penguji I

dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19780331200312 1 001 Penguji II

dr. Devi Nuraini Santi, M. Kes NIP. 19700219199802 2 001

Penguji III

Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19650109199403 2 002 Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Pengguna air masih memanfaatkan air sumur sebagai sumber air bersih. Kualitas air sumur belum terjamin kualitas fisik, kimia dan biologis, sehingga berdampak terhadap gangguan kulit dan diare.

Penelitian ini merupakan survei cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengguna air (pengetahuan, sikap dan tindakan) dengan keluhan kesehatan dan untuk menganalisis kualitas air sumur. Populasi berjumlah 460 orang, jumlah sampel 84 orang diambil secara proporsional random

sampling dan objek penelitian adalah 8 buah air sumur. Pengumpulan data meliputi

data primer yang terdiri dari data kualitas air sumur dan wawancara langsung dengan pengguna air untuk mengetahui keluhan kesehatan serta data sekunder melalui studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna air memiliki pengetahuan buruk 60,7%, sikap yang baik 36,9% dan tindakan buruk 54,8%. Hasil pemeriksaan dilaboratorium parameter fisik air pesantren empat dan lima berwarna dan berasa, suhu rata-rata 26,5oC serta kekeruhan rata-rata 4,95 NTU, indek rata-rata pemeriksaan kimia sebagai berikut: pH 5,8, Besi 0,9 mg/l, kesadahan 29,4 mg/l, khlorida 36,0 mg/l, Nitrat 1,3 mg/l, Nitrit 0,076 mg/l dan zat organik 8,1 mg/l serta kualitas biologis 50% Coliform tinjanya tidak memenuhi syarat kesehatan. Analisis data dengan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan (p=0,025), sikap memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan (p=0,031), dan tindakan memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan (p=0,026).

Perilaku memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan. Kepada Dinas kesehatan Kota Dumai, agar meningkatkan upaya promosi kesehatan berbasis kesehatan lingkungan ke Pondok Pesantren dan kepada pengguna air agar meningkatkan higiene perorangan dalam menggunakan air bersih dan perilaku menjaga kebersihan diri.

(5)

ABSTRACT

Users of water still use well-water as clean water sources. The quality of well-water is not guaranteed related to the physic, chemical and biology aspect and it is with bad impact to the skin and diarrhea disease.

This research is cross sectional survey with the objective to know the relationship of the behavior of water users (knowledge, attitude and action) with the complaint regarding the health and to analyze the quality of well-water. The population is for 460 persons, and the sample is 84 person which is taken with proportional random sampling and the object of the research is 8 units of well water. Data collection includes the primary data consisting of the data of the quality of well water and direct interview with water users in order to know the complaints and the secondary data through documentation study.

The results of the research show that water users have low knowledge (60,7%), good attitude (36,9%) and bad action (54,8%). The result of checking in the laboratory found that the parameter of water physic in four and five places are with colour and bad taste, average temperature (26,50) and average dirtiness (4,95 NTU, average index of chemical indicator such as the following : pH 5,8, Iron 0,9 mg/l, dirtiness 29,4% mg/l, chloride 36,0 mg/l, nitrate 1,3 mg/l, nitrite 0,076 mg/l and organic substance 8,1 mg/l as well as the quality of biology 50% of the coliform dirt do not fulfill health requirements. Data analysis with chi square test with significance level 95% shows that knowledge has corelation with the complaint to health (p = 0,0,25), attitude has the corelation with the complaint to health (p = 0,031), and action has corelation with the complaint to health (p = 0,026).

Behavior has corelation with the complaint to health. It is suggested to Health Department Dumai City in order to add the promotion efforts in health based on the environment to Pesantren Pondok and for those water users should add the individual hygiene in using pure water and the behavior to have good self-cleanliness.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Perilaku Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai Tahun 2011”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr . dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), Sp.A(K).

Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagi pembimbing I (satu) penyusunan skripsi ini.

(7)

Terimakasih penulis ucapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai yang telah memberi izin penelitian dan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Terimakasih tak terhingga kepada istri tercinta dan anak-anak tercinta yang telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan doa dan kasih sayang kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan sekripsi ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, Juni 2011

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : J U M A N I

Tempat/Tanggal Lahir : S. Agung/26 Juli 1976

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Anak ke : 6 dari 7 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Anggur Timur No. 33 Dumai - Kota Dumai Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Karya Bakti Gedung Boga : 1982-1988 2. SMP Swasta PGRI 2 Mesuji Karya Bakti : 1988-1991 3. SMA Swasta Utama Wacana Metro : 1991-1994 4. AKL Depkes RI Kaban Jahe : 1995-1998 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : 2009-2011

Riwayat Pekerjaan :

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Air ... 8

2.1.1. Definisi Air ... 8

2.1.2. Karakteristik Air ... 8

2.1.3. Sumber Air dan Sumur Gali ... 9

2.2. Kualitas Air ... 10

2.2.1. Kualitas Fisik ... 11

2.2.2. Kualitas Kimia ... 12

2.2.3. Kualitas Biologis ... 14

2.3. Peranan Air Sebagai Penyebab Penyakit ... 15

2.4. Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat ... 16

2.4.1. Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat ... 17

2.4.2. Kualitas Kimia Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat .... 18

2.4.3. Kualitas Biologis Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat . 23 2.5. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air ... 24

2.5.1. Gangguan Kulit ... 24

2.5.2. Diare ... 26

2.6. Perilaku Kesehatan ... 32

2.6.1. Pengetahuan ... 33

2.6.2. Sikap ... 34

2.6.3. Tindakan ... 35

2.6. Pesantren ... 35

2.7. Kerangka Konsep ... 37

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1. Tempat Penelitian ... 39

3.2.2. Waktu Penelitian ... 39

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1. Populasi ... 39

3.3.2. Sampel ... 39

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.1. Data Primer ... 42

3.4.2. Data Skunder ... 43

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 43

3.5.1. Variabel Penelitian ... 43

3.5.2. Definisi Operasional... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 47

3.6.1. Pengukuran Variabel Kualitas Air Sumur ... 47

3.6.2. Pengukuran Variabel Perilaku Pengguna ... 48

3.6.3. Pengukuran Variabel Keluhan Kesehatan Pada Pengguna ... 50

3.7. Metode Analisa Data ... 50

3.7.1. Analisis Univariat ... 50

3.7.2. Analisa Bivariat ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 51

4.2. Analisis Univariat ... 53

4.2.1. Gambaran Perilaku Pengguna Air di Pondok Pesantren ... 53

4.2.1.1. Gambaran Pengetahuan Pengguna Air di P. Pesantren... 53

4.2.1.2. Gambaran Sikap Pengguna Air di Pondok Pesantren ... 55

4.2.1.3. Gambaran Tindakan Pengguna Air di Pondok Pesantren ... 58

4.2.2. Keluhan Kesehatan Pengguna Air di Pondok Pesantren ... 60

4.2.3. Kualitas Air di Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 61

4.2.3.1. Kualitas Fisik Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 61

4.2.3.2. Kualitas Kimia Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 62

4.2.3.3. Kualitas Biologis Air Pada P. Pesantren di Kota Dumai ... 63

4.2.4. Gambaran Keadaan Lingkungan Pondok Pesantren ... 63

4.2.5. Kualitas Air dengan Keluhan Kesehatan... 66

4.3. Analisis Bivariat ... 67

4.3.1.Hubungan Perilaku Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan ... 67

BAB V PEMBAHASAN ... 69

5.1. Hubungan Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan) Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan Pada P.Pesantren di Kota Dumai ... 69

(11)

5.1.2. Hubungan Sikap Pengguna Air dengan Keluhan Kesehatan pada

Pondok Pesantren di Kota Dumai... 70

5.1.3. Hubungan Tindakan Pengguna Air dengan Keluhan Kesehatan pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 72

5.2. Keluhan Kesehatan Pengguna Air Sumur Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 73

5.3. Kualitas Air Sumur (Kualitas Fisik, Kimia dan Biologis) pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 80

6.1. Kesimpulan... 80

6.2. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN : Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 83

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 89

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ... 102

Lampiran 4. Master Data Penelitian ... 108

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 109

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Perasyaratan Kualitas Fisik Air Bersih ... 12

Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Kimia Air Bersih ... 14

Tabel 3.1 Besar Sampel Penelitian Berdasarkan Pesantren di Kota Dumai ... 41

Tabel 3.2 Metode Pengukuran Kualitas Air Sumur Pesantren ... 48

Tabel 4.1 Distribusi Pengguna Air Berdasarkan Pengetahuan Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 54

Tabel 4.2 Kategori Pengetahuan Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 55

Tabel 4.3 Distribusi Pengguna Air Berdasarkan Sikap Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 57

Tabel 4.4 Kategori Sikap Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 58

Tabel 4.5 Distribusi Pengguna Air Berdasarkan Tindakan Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 59

Tabel 4.6 Kategori Tindakan Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 60

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Keluhan Kesehatan Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 60

Tabel 4.8 Kategori Keluhan Kesehatan Pengguna Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 61

Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 61

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kualitas Kimia Air Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 62

(13)

Tabel 4.12 Gambaran Keadaan Sumur Pada P. Pesantren di Kota Dumai ... 64 Tabel 4.13 Gambaran Keadaan Jamban Pada P. Pesantren di Kota Dumai ... 64 Tabel 4.14 Gambaran Keadaan SPAL Pada P. Pesantren di Kota Dumai ... 65 Tabel 4.15 Gambaran Keadaan Sumber Pencemar Air Sumur Pada Radius

10 Meter di Pondok Pesantren di Kota Dumai ... 65 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kualitas Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan di

Pondok Pesantren Kota Dumai ... 66 Tabel 4.17 Hubungan Perilaku Pengguna Sumur dengan Keluhan Kesehatan

(14)

ABSTRAK

Pengguna air masih memanfaatkan air sumur sebagai sumber air bersih. Kualitas air sumur belum terjamin kualitas fisik, kimia dan biologis, sehingga berdampak terhadap gangguan kulit dan diare.

Penelitian ini merupakan survei cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengguna air (pengetahuan, sikap dan tindakan) dengan keluhan kesehatan dan untuk menganalisis kualitas air sumur. Populasi berjumlah 460 orang, jumlah sampel 84 orang diambil secara proporsional random

sampling dan objek penelitian adalah 8 buah air sumur. Pengumpulan data meliputi

data primer yang terdiri dari data kualitas air sumur dan wawancara langsung dengan pengguna air untuk mengetahui keluhan kesehatan serta data sekunder melalui studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna air memiliki pengetahuan buruk 60,7%, sikap yang baik 36,9% dan tindakan buruk 54,8%. Hasil pemeriksaan dilaboratorium parameter fisik air pesantren empat dan lima berwarna dan berasa, suhu rata-rata 26,5oC serta kekeruhan rata-rata 4,95 NTU, indek rata-rata pemeriksaan kimia sebagai berikut: pH 5,8, Besi 0,9 mg/l, kesadahan 29,4 mg/l, khlorida 36,0 mg/l, Nitrat 1,3 mg/l, Nitrit 0,076 mg/l dan zat organik 8,1 mg/l serta kualitas biologis 50% Coliform tinjanya tidak memenuhi syarat kesehatan. Analisis data dengan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan (p=0,025), sikap memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan (p=0,031), dan tindakan memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan (p=0,026).

Perilaku memiliki hubungan dengan keluhan kesehatan. Kepada Dinas kesehatan Kota Dumai, agar meningkatkan upaya promosi kesehatan berbasis kesehatan lingkungan ke Pondok Pesantren dan kepada pengguna air agar meningkatkan higiene perorangan dalam menggunakan air bersih dan perilaku menjaga kebersihan diri.

(15)

ABSTRACT

Users of water still use well-water as clean water sources. The quality of well-water is not guaranteed related to the physic, chemical and biology aspect and it is with bad impact to the skin and diarrhea disease.

This research is cross sectional survey with the objective to know the relationship of the behavior of water users (knowledge, attitude and action) with the complaint regarding the health and to analyze the quality of well-water. The population is for 460 persons, and the sample is 84 person which is taken with proportional random sampling and the object of the research is 8 units of well water. Data collection includes the primary data consisting of the data of the quality of well water and direct interview with water users in order to know the complaints and the secondary data through documentation study.

The results of the research show that water users have low knowledge (60,7%), good attitude (36,9%) and bad action (54,8%). The result of checking in the laboratory found that the parameter of water physic in four and five places are with colour and bad taste, average temperature (26,50) and average dirtiness (4,95 NTU, average index of chemical indicator such as the following : pH 5,8, Iron 0,9 mg/l, dirtiness 29,4% mg/l, chloride 36,0 mg/l, nitrate 1,3 mg/l, nitrite 0,076 mg/l and organic substance 8,1 mg/l as well as the quality of biology 50% of the coliform dirt do not fulfill health requirements. Data analysis with chi square test with significance level 95% shows that knowledge has corelation with the complaint to health (p = 0,0,25), attitude has the corelation with the complaint to health (p = 0,031), and action has corelation with the complaint to health (p = 0,026).

Behavior has corelation with the complaint to health. It is suggested to Health Department Dumai City in order to add the promotion efforts in health based on the environment to Pesantren Pondok and for those water users should add the individual hygiene in using pure water and the behavior to have good self-cleanliness.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bila tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya (Warlina, 2004). Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau. Konsekuensi dari penggunaan air yang tidak bersih dan hygiene akan menggangu kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Air yang berkualitas meliputi kualitas fisik, kimia, dan bebas dari mikroorganisme (Soemirat, 2001)

Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI (2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun kebutuhan air bersih pada daerah perkotaan.

Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam agenda

Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah penurunan sebesar

(17)

Salah satu kelompok masyarakat yang juga menggunakan air bersih adalah santri di pesantren baik bersumber dari sumur gali, sumur bor maupun bersumber dari perusahaan air daerah untuk mandi, mencuci dan untuk air minum (Afif, 1999).

Pondok pesantren biasanya masih menggunakan air sumur gali untuk keperluan kesehariannya, artinya air tersebut berasal dari tanah. Air tanah adalah air yang bersumber langsung dari tanah dan biasanya dilakukan pengeboran maupun penggalian sumur guna memperoleh air bersih. Air tanah belum tentu mempunyai kualitas yang saniter dan memenuhi syarat kualitas air. Kualitas air tanah tersebut dapat ditunjukkan oleh kualitas fisik, dan mineral yang terkandung didalamnya misalnya mangan, besi, serta kualitas bacteriologis (Soemirat, 2001).

Berdasarkan laporan MDGs tahun 2008 di Indonesia jumlah penduduk yang tidak memiliki akses air bersih sebesar 44,2%, dan hanya 5,5% penduduk di desa yang mempunyai akses air bersih. Selanjutnya pada tempat-tempat umum cakupan penduduk yang mempunyai akses air bersih hanya 32,9% (WHO, 2008).

Penelitian Ramdani (2008), santri di pesantren Nurul Hidayah Leuwilang masih menggunakan air bersumber dari sumur gali yang masih diragukan kualitasnya, dampak dari penggunaan air bersih yang tidak Hygienis dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri.

(18)

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Propinsi Riau (2008) cakupan keluarga yang diperiksa memiliki akses air bersih adalah sebesar 41,31 % dari jumlah keluarga yang ada di Provinsi Riau. Dari 41.31% keluarga yang diperiksa, hasil inspeksi sanitasi petugas puskesmas penggunaan air bersih pada setiap keluarga yang paling tinggi adalah sumur gali (51,37%).

Kota Dumai mempunyai 8 pondok pesantren. Keseluruhan pesantren tersebut masih menggunakan air sumur sebagai sumber air utama untuk kegiatan sehari-hari (Dinkes Dumai, 2010)

Kota Dumai merupakan daerah Estuari. Air didaerah estuari merupakan campuran antara air sungai dan air laut (payau), dan merupakan daerah masuknya bahan pencemar yang berasal dari daratan kelautan (Sukandarrumidi, 2009).

Kondisi air tanah dangkal, sumur gali dan sumur pompa dengan kedalaman rata-rata 1 - 2 meter di Kota Dumai pada umumnya kurang baik, hampir 85% payau dan mengandung ferro (fe) yang sangat tinggi yaitu > 0,4 ppm (Profil Kesehatan Kota Dumai, 2009)

(19)

dapat menyebabkan terjadinya berbagai gangguan kesehatan bagi manusia seperti diare.

Penelitian Saptorini (2005), dari 246 sampel air sumur yang diambil di Desa Pengganjaran Kabupaten Kudus, 35% air sumur tidak memenuhi syarat kesehatan, yang terindikasi mengandung E.coli dan coliform berkisar antara 10-75 CFU/ml, dan secara statistik menunjukkan bahwa kualitas air berkorelasi secara signifikan dengan kejadian diare.

Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat mengkonsumsi air dengan kualitas air yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk berbagai kegiatan sehari-hari. Bahaya tak langsung dapat terjadi sebagai akibat pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat, sehingga berdampak terhadap kesehatan manusia (Soemirat, 2001).

Keluhan kesehatan pada santri selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan lingkungan juga dipengaruhi oleh perilaku santri terhadap kesehatan. Perilaku santri dalam penelitian ini meliputi kebiasaan mencuci pakaian, sepray, menjemur peralatan tidur, dan frekuensi mandi dalam sehari dengan menggunakan sabun.

(20)

sarana air bersih cenderung menggunakan air bersih artinya ketersediaan air bersih secara kuantitas dan kualitas berdampak pada pemanfaatan air bersih bersumber air sumur.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada 2 (dua) pondok pesantren di Kota Dumai pada bulan September tahun 2010, umumnya santri menggunakan air sumur untuk mandi dan mencuci secara bergiliran. Secara fisik air yang digunakan masih berwarna kekuningan, sedikit berasa dan bila didiamkan kurang lebih 1-2 jam permukaan air seperti mengandung minyak, dapat diduga bahwa air dengan ciri tersebut banyak mengandung ferro (fe), mangan (Mn) dan secara fisik belum memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan studi tentang hubungan perilaku pengguna air dan pemeriksaan kualitas air sumur dengan keluhan kesehatan pada pondok pesantren di Kota Dumai tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Kualitas air sumur di pondok pesantren Kota Dumai secara fisik kurang baik karena beminyak dan berwarna serta pernah terjadi kasus penyakit kulit pada salah satu pondok pesantren, berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian tentang hubungan perilaku pengguna air sumur dengan keluhan kesehatan dan pemeriksaan kualitas air sumur pada pondok pesantren di Kota Dumai.

(21)

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan prilaku pengguna air dengan keluhan kesehatan dan menganalisis kualitas air sumur pada pondok pesantren di Kota Dumai tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan pengguna air sumur tentang air bersih pada pondok pesantren di Kota Dumai.

2. Untuk mengetahui sikap pengguna air sumur tentang air bersih pada pondok pesantren di Kota Dumai.

3. Untuk mengetahui tindakan pengguna air sumur tentang air bersih pada pondok pesantren di Kota Dumai.

4. Untuk mengetahui kualitas air sumur pondok pesantren yang meliputi Kualitas fisik, kimia dan biologi.

5. Untuk mengetahui keluhan kesehatan (gatal-gatal, bentol-bentol merah dan/atau diare) pengguna air karena penggunaan air sumur pada pondok pesantren di Kota Dumai.

6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pengguna air sumur dengan keluhan kesehatan (gatal-gatal, bentol-bentol merah dan/atau diare) pada pondok pesantren di Kota Dumai.

(22)

8. Untuk mengetahui hubungan tindakan pengguna air sumur dengan keluhan kesehatan (gatal-gatal, bentol-bentol merah dan/atau diare) pada pondok pesantren di Kota Dumai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Dumai tentang kualitas air sumur dan hubungan perilaku pengguna dengan keluhan kesehatan pada pondok pesantren, sehingga dapat diambil kebijakan dan langkah strategis untuk program penyehatan air.

2. Memberikan masukan bagi pengguna air sumur di pondok pesantren untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari pengunaan air sumur yang belum terjamin kualitasnya.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air

2.1.1.Definisi Air

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004).

2.1.2. Karakteristik Air

Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakter tersebut antara lain :

1) Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32o F) – 100o C, air berwujud cair.

2) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik.

3) Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air.

(24)

5) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.

6) Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.

Bagi kehidupan makhluk, air bukanlah merupakan hal yang baru, karena tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan, air didaerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% (Soemirat, 2001).

Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001).

2.1.3. Sumber Air dan Sumur Gali

(25)

Menurut Sanropie (1984) Keuntungan penggunaan air tanah adalah : 1. Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut.

2. Biasanya didapatkan didekat Rural Community.

3. Paling praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya.

4. Lapisan tanah yang menampung air dari mana air itu diambil biasanya merupakan pengumpulan air alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung banyak mineral Fe, Mn, Ca, dan sebagainya dan biasanya membutuhkan pemompaan.

Sumur gali merupakan sarana air bersih yang berasal dari air tanah dangkal, syarat-syarat sumur gali yang memenuhi syarat antara lain : (1) kedalaman cincin sumur minimal 3 meter dari permukaan tanah (2) tinggi bibir sumur minimal 0,80 meter (3) lantai sumur minimal 1 meter mengitari sumur (4) tidak terdapat keretakan lantai disekitar sumur (5) terdapat saluran pembuangan air limbah.

2.2.Kualitas Air

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003)

2.2.1. Kualitas Fisik

Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :

(26)

Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Derajad kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.

2) Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

3) Rasanya tawar

Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rtasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organic maupun asam anorganik.

4) Tidak berbau

Air yang baik memiliki cirri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.

5) Temperaturnya normal

(27)

6) Tidak mengandung zat padatan

Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105 oC. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan 1. 2. 3 4. 5. 6. Bau TDS Kekeruhan Rasa Suhu Warna - Mg/l NTU - 0 C TCU - 1500 25 -

Suhu udara ±30C 50 Tidak berbau - - Tidak berasa - - Sumber : Depkes RI, 1990

2.2.2. Kualitas Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut: a. pH netral

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2004). b. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti

sianida, sulfida, dan fenolik (Kusnaedi, 2004)

(28)

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004)

d. Kesadahan rendah

Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua (Sutrisno, 2004). Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut didalam air terutama garam Calsium (Ca) dan

Magnesium (Mg) (Kusnaedi, 2004)

e. Tidak mengandung bahan kimia anorganik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air adalah sebagi berikut :

Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Kimia Air Bersih

No Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 2 3 4 5 6 7 8 Air Raksa Arsen Besi Flourida Kadmium

Kesadahan (CaCO3)

(29)

9 10 11 12 13 14 15 16 17 Mangan

Nitrat, sebagai N Nitrit, seagai N pH Selenium Seng Sianida Sulfat Timbal mg/L mg/L mg/L - mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 0,5 10 1,0 6,5-9,0 0,01 15 0,1 400 0,05 Sumber : Depkes RI, 1990

2.2.3. Kualitas Biologis

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 MPN/100 ml air

Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK pedoman kualitas air tahun 2000/2001, dapat dibedakan kedalam lima kategori sebagai berikut:

(30)

Penyakit sebagian besar dikaitkan dengan adanya hubungan interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat yang tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuhnya atau lingkungannya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk ke dalam tubuh tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga dapat menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008).

Air merupakan bagian dari lingkungan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam penggunaannya, air dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Air sebagai penyebab terjadinya penyakit dibagi ke dalam 4 (empat) cara yaitu (Soemirat, 2007) :

(1) Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease)

Penyakit disebarkan secara langsung oleh air dan hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebab terjadinya penyakit masuk ke dalam sumber air yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang ada di dalam air yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit yang disebabkan karena mikroba patogen ini seperti cholera, thypus abdominalis, hepatitis A, poliomyelitis, dysentry. Keluhan yang dapat muncul seperti menceret dan kotoran berlendir

(2) Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Related Insecta Vector)

(31)

apa-apa. Penyakit yang dapat muncul seperti filariasis, demam berdarah, malaria.

(3) Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Disease)

Kurang tersedianya air bersih untuk menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadai karena bakteri yang ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Keluhan yang dapat muncul seperti kulit merah, gatal-gatal dan mata merah, gatal dan berair.

(4) Air Sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Disease)

Penyakit ini memiliki host perantara yang hidup di dalam air. Penyakit yang dapat muncul adalah schistosomiasis dan dracontiasis.

2.4.Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kasehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat menkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk kegiatan sehari-hari. Kualitas air baik fisik, kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi terhadap keluhan penyakit bagi penggunanya (Soemirat, 2001).

(32)

Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah maka kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak pada kesehatan.

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen (Soemirat, 2009).

Air dengan rasa yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti rasa logam. Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa air yang tidak sejuk atau berlebih dari sehu yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap kesehatan pengguna air (Soemirat, 2001).

Air dari aspek warna juga berdampak terhadap kesehatan, artinya sebaiknya air tidak berwarna dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkanadanya tannin dan asam

(33)

senyawa chloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Soemirat, 2001)

2.4.2. Kualitas Kimia Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kualitas kimia air dapat bersifat kimia organik dan anorganik. Kedua jenis kimia ini dapat berdampak terhadap kesehatan.

A. Kimia Organik

Kimia organik juga berdampak terhadap kesehatan jika toleransinya melebihi dari baku mutu air. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa unsur kimia organik yang berkaitan dengan kesehatan yaitu :

(1) Benzen

Benzene atau benzol, C6H6, digunakan dalam industri sebagai pelarut lemak.

Toksisitasnya dapat akut local, akut sistemik, maupun kronis. Benzene menyebabkan

erithema, vesikel, dan udema. Pengaruhnya terhadap SSP (Susunan Saraf Pusat)

bersifat narkotik dan anestesik. Pemaparan kronis menimbulkan hyplasia ataupun

hyperplasia sumsum tulang yang mengakibatkan anemia, leucoponia, thrombocytopenia, dan sangat mungkin menyebabkan leukemia.

(2) Chloroform

Chloroform (CHCl3) juga merupakan hidrokarbon terkhlorinasi, sesuatu

anestesik. Menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan merusak hepar, jantung, dan ginjal.

Keracunan chloroform dapat menimbulkan toksisitas akut dan sistemik, sedangkan efek kronis belum diketahui dengan jelas. Dahulu, chloroform digunakan sebagai

anestesik, tetapi saat ini sudah disubtitusi dengan zat yang lebih aman.

(34)

Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun nonionik. Kesemuanya

membuat zat yang lipofilik mudah terlarut dan menyebar di perairan. Selain itu ukuran zat lipofilik menjadi lebih luas, sehingga mempertinggi toksisitas racun.

Deterjen juga mempermudah absorbsi racun melalui insang. Deterjen adapula yang

persisten, sehingga terjadi akumulasi. Seperti halnya DDT, deterjen jenis ini sudah tidak boleh digunakan lagi (Soemirat, 2001)

(4) Zat organik sebagi KMnO4

Air tanah seringkali mengandung bahan-bahan organik cukup tinggi kadarnya, sehingga selain memberikan rasa dan bau yang menurunkan rasa estetika, juga mungkin mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 tersebut, kadar senyawa organik (KMnO4)

maksimum dalam air bersih yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. (Depkes, 2005) Menurut Hayati, dkk (2005), berbagai teknologi untuk menurunkan kadar bahan-bahan organik dalam air bersih antara lain (1) adsorpsi dengan saringan karbon aktif (2) pertukaran ion (3) ozonisasi. Untuk menentukan dan memilih teknologi penghilangan kadar bahan-bahan organik dari dalam air, dapat menggunakan suatu kreteria yang dibuat berdasarkan beberapa aspek antara lain :

- Cara pembuatannya relatif mudah - Biayanya relatif murah

- Kemampuan penghilangan zat kimia berlebih dalam air efektif - Mudah mendapatkan bahan kimia sebagai media filtrasinya - Pengoprasian dan pemeliharaannya mudah

(35)

Berdasarkan kreteria diatas, maka disarankan untuk memilih satu teknologi yaitu adsorpsi dengan saringan karbon aktif. Berikut adalah susunan media filter pada teknologi adsorpsi dengan saringan karbon (1) lapisan terbawah adalah krikil berdiameter 5-10mm dengan ketebalan 10-15 cm (2) diatas lapisan krikil diisi dengan pasir silika dengan ketebalan 20 cm (3) diatas lapisan pasir diisi dengan karbon aktif dengan ketebalan 45-60 cm.

B. Kimia Anorganik

Kimia anorganik dapat beragam jenis, dan masing-masing mempunyai dampak terhadap kesehatan. Beikut ini beberapa jenis kimia anorganik yang lazim terdapat dalam air dan berhubungan dengan terjadinya penyakit pada pengguna air yaitu :

(1) Derajat Keasaman (pH)

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam dan akan bersifat korosif terhadap pipa-pipa, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) dan akan mengganggu pencernaan manusia (Kusnaedi, 2004).

(36)
[image:36.612.114.529.87.186.2]

Gambar 2.1. Diagram Proses Pengolahan air (2) Besi (Fe)

Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Dialam didapat sebagai hematit. Didalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya akan menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Soemirat, 2009).

(3) Kesadahan (CaCO3)

Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan

Ferrum. Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga

masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut (Soemirat, 2009).

(4) Khlorida (Cl)

Air Baku

Netralisas i pH

Koagulasi Flokulasi Sendimenta Aerasi

Air Bersih Filtrasi

- Kaporit

(37)

Khlorida adalah senyawa halogen chlor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada

gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil khlorida sangat beracun. Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sitem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu khlor didalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, diberbagai negara maju sekarang ini, khlorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan (Soemirat, 2009).

(5) Nitrat, Nitrit

Nitrat dan Nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI, diare

campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak ditolong akan meninggal. Keracunan kronis akan menimbulkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk

Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan

Methemoglobinaemia. Pada bayi methemoglobinaemia sering dijumpai karena

pembentukan enzim untuk menguraikan metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini juga dikenal sebagi penyakit ‘blue bebies’ (Soemirat, 2009)

(38)

yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea). 2.4.3. Kualitas Biologis Air dan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam air seperti cacing dan tungau merupakan jenis kuman parasitik yang berdampak terhadap kesehatan seperti kecacingan, scabies, sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah

salmonella thypi/parathypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit

bersumber virus seperti Rotavirus, Virus Hepatitis A, Poliomylitis, dan Virus

trachoma.

Escericia coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong Coliform dan

hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Escercia coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas (Fardiaz, 1992).

Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (Soemirat, 2001)

(39)

Dermatitis disebabkan oleh oleh faktor dari dalam tubuh (endogen) dan luar tubuh (eksogen). Faktor endogen seperti gangguan sirkulasi darah dan penyakit sistemik (diabetes melitus). Faktor eksogen seperti zat toksik (deterjen), bakteri, jamur, suhu rendah, suhu tinggi, obat-obatan dan makanan.

Menurut Mansjoer dkk (2000), gangguan kulit bisa disebabkan oleh jamur, parasit hewani dan disebabkan oleh bakteri bila memungkinkan untuk menginfeksi manusia.

a. Gangguan kulit yang disebabkan oleh jamur - Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Disebut juga sebagai tinea, ringworm, kurap,

teigne, herpes sirsinata

- Pitiriasis Versikolor

Pitriasis versikolor adalah penyakit jamur superfisial kronik, berupa bercak berskuama halus berwarna putih dapat kemerahan maupun coklat sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Patriasis versikolor sering disebut panu.

(40)

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Cara penularan skabies yaitu dengan kontak langsung dan kontak tidak langsung (melalui benda) misal pakaian, handuk, sprai, bantal dll.

- Pedikulosis

Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat Pediculus humanus. Pedikulusis terdiri dari (1) Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang menyerang anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat misalnya asrama dan panti asuhan. (2) Pedikulosis Korporis, penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan higiene yang buruk, misalnya penggembala disebabkan karena jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. (3) Pedikulosis Pubis, penyakit ini mengenai orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS serta dapat pula mengenai jenggot dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu dialis atau bulu mata dan pada tepi batas rambut kepala. Cara penularannya umumnya dengan kontak langsung.

c. Gangguan kulit yang disebabkan oleh Bakteri

Salah satu gangguan kulit yang disebabkan oleh adanya bakteri adalah penyakit kusta yang disebabkan oleh M. leprae. M.leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat intraseluler, menyerang syaraf perifer, kulit, organ alin seperti mukosa saluran nafas bagian atas, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.

(41)

A. Pengertian Diare

Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus. Terdapat beberapa pendapat tentang defenisi penyakit diare. Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.

B. Klasifikasi Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:

a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),

b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,

d. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

C. Faktor-Faktor Penyebab Diare

Menurut Widoyono (2008), diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: a. Faktor infeksi

(42)

- Infeksi bakteri : Vibrio cholerae, E. Coli, Salmonella, Shigella sp.,

Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

- Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.

- Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides,

Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila,

Belantudium coli dan Crypto

b. Faktor Malabsorsi

Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein.

c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan d. Faktor lingkungan

Dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti : Pasokan air tidak memadai, air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan.

e. Faktor perilaku

Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air,tidak membuang kotoran anak di WC, tidak menggunakan jamban yag sehat, makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.

f. Faktor individu

Kurang gizi, buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. g. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada

(43)

D. Gejala dan Tanda Diare

Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain: a. Gejala Umum

- Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare - Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut - Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

- Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.

b. Gejala Spesifik

- Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau

amis.

- Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah. Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan: a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

b. Gangguan sirkulasi

c. Gangguan asam-basa (asidosis)

d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah) e. Gangguan gizi

Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu:

(44)

b. Dehidrasi ringan atau sedang, memyebabkan penderita gelisah atau rewel, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit. c. Dehidrasi berat, penderita apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, napas cepat, penderita terlihat lemah.

E. Pengobatan Diare

a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

Pada keadaaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Penderita yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.

Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah yaitu: - Memberikan penderita lebih banyak cairan

- Memberikan makanan terus menerus

- Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari. b. Dehidrasi sedang atau ringan, dengan terapi B

(45)

- Umur < 1 tahun : 300 ml oralit - Umur 1-4 tahun : 600 ml oralit - Umur > 5 tahun : 1200 ml oralit - Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer laktat).

c. Teruskan pemberian makanan. Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula. d. Antibiotik bila perlu. Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang

tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

F. Pencegahan Diare

a. Menggunakan air bersih.

b. Memasak air bersih sampai mendidih sebelum diminum.

(46)

d. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun. e. Menggunakan jamban yang sehat

f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar 2.6.Perilaku Kesehatan

Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan dengan terjadinya keluhan kesehatan pada pengguna air sumur di pesantren. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut Subchan (2001) bahwa perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit yaitu menyangkut dengan reaksinya baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit yang ada yang ada pada dirinya atau diluar dirinya) maupun aktif (tindakan atau praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit maupun penyakit scabies. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan yang kemudian menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu tindakan.

Menurut Notoadmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah

respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut:

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagimana manusia merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

(47)

c. Perilaku terhadap makanan, adalah respon sesorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan.

2.6.1. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan santri dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi keluhan penyakit maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk memlihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit.

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah menyangkut pengetahuan tentang definisi penggunaan air bersih, sumber air bersih, upaya hygiene perorangan, dan pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air.

2.6.2. Sikap

(48)

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi : (1) sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimanan individu itu berbeda.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap sesuatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan

hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat respon. Sikap dalam penelitian ini adalah

pandangan atau respon terhadap menjaga sumber air air bersih, hygiene perorangan, dan upaya pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air.

2.6.3. Tindakan

Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tidakan dalam penelitian ini adalah segala bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya keluhan kesehatan yang berbasis penularan dari air.

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai 4 (empat) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) :

1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai

(49)

3. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.7. Pesantren

Pesantren adalah tempat mengaji, belajar agama islam. Suatu lembaga pedidikan islam, dikatakan pesantren apabila terdiri dari unsur-unsur Kyai/Syekh/Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada masjid/mushalla dan ada pondok/ asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat dan sebagai tempat bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006).

Pesantren telah berdiri sejak berkembangnya agama islam yang disiarkan oleh orang Arab dan lokasinya tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan jumlah tidak kurang dari 40.000 pesantren, namun 80 % dari padanya masih menghadapi persoalan air bersih dan rawan sanitasi lingkungan sehingga sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) termasuk penyakit skabies dan diare dipesantren (Dinkes, 2005)

(50)

1) Tempat mengaji/belajar

2) Tempat untuk berlindung dari pengaruh lingkungan

3) Tempat yang dapat memberi jaminan psikologis bagi penghuni seperti kebebasan, keamanan, kebahagian dan ketenangan.

4) Tempat atau lembaga pendidikan agama islam.

(51)

2.8.Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan:

______ :Variabel diteliti ---: Variabel tidak diteliti

Kualitas Air Sumur

1.Fisik a. Bau b. Warna c. Rasa d. Suhu e. Kekeruhan 2.Kimia

a. Derajat keasaman (pH) b. Besi (Fe)

c. Kesadahan (CaCO3)

d. Khlorida (Cl) e. Nitrat (NO3)

f. Nitrit (NO2)

g. Zat Organik 3. Biologis

Coliform tinja Perilaku Santri tentang

air bersih

1.Pengetahuan 2.Sikap 3.Tindakan

Keluhan Kesehatan

1.Ganguan kulit 2.Diare

Lingkungan

1. Keadaan sumur 2. Saluran air limbah 3. Jarak jamban dengan

(52)

2.9.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada hubungan perilaku pengguna (pengetahuan, sikap dan tidakan) dengan keluhan kesehatan pengguna air sumur pada pondok pesantren di Kota Dumai.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis survey analitik dengan desain Cross

sectional study yaitu untuk mengetahui hubungan prilaku pengguna dengan keluhan

kesehatan pengguna air serta pemeriksaan kualitas air sumur pada pondok pesantren di Kota Dumai.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di seluruh pondok pesantren yang ada di Kota Dumai, yaitu 8 pondok pesantren.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2010 – Mei 2011 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah santri yang menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari, yaitu sebanyak 640 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari :

(54)

N.Zc2.p.(1 – p) n =

NG2 + Zc2.p.(1 – p)

Keterangan :

Zc = Nilai derajat kepercayaan 95% = 1,96 P = Proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 G = Galat pendugaan = 0,1

N = Besar populasi = 640 pengguna n = Beasr sampel

Dengan perhitungan

640.(1,96)2.0,5.(1 – 0,5)

n =

640.(0,1)2 + 1,962.0,5(1 – 0,5)

n= 614,6/7,36 = 83,4

n= 84 orang pengguna air sumur

Maka sampel pengguna air sumur yang di gunakan sesuai dengan rumus adalah sebanyak 84 orang pengguna air sumur yang diambil dari 8 pondok pesantren dengan menggunakan metode sampling proportional random sampling dengan menghitung sampel fraction yaitu untuk melihat perbandingan besar sampel dengan jumlah populasi, kemudian diambil setiap pengguna air sumur masing-masing pondok pesantren. Rumus perhitungan Sampel fraction yaitu :

Sampel fraction = 84/640 x 100% = 13,1 %

[image:54.612.114.532.661.703.2]

Besar sampel fraction dalam penelitian ini adalah sebesar 13,1%, artinya jumlah sampel yang representative setiap pondok pesantren adalah 13,1% dari total pengguna air sumur yang ada di pondok pesantren tersebut, seperti pada table 3.1 :

Tabel 3.1. Besar Sampel Penelitian Berdasarkan Pesantren di Kota Dumai.

No Pondok

Pesantren

Jumlah Pengguna Air

Sumur

(55)

1 2 3 4 5 6 7 8 P.Pesantren 1 P.Pesantren 2 P.Pesantren 3 P.Pesantren 4 P.Pesantren 5 P.Pesantren 6 P.Pesantren 7 P.Pesantren 8

84 Pengguna 106 Pengguna 114 Pengguna 107 Pengguna 106 Pengguna 35 Pengguna 21 Pengguna 65 Pengguna

13,1% x 84 13,1% x 106 13,1% x 114 13,1% x 107 13,1% x 106 13,1% x 35 13,1% x 21 13,1% x 65

11 14 15 14 14 5 3 8

Total 640 84

Setelah jumlah sampel diketahui, maka selanjutnya adalah penentuan responden. Penetuan responden dalam penelitian ini dengan metode sistemik random

sampling, yaitu dengan cara membagi unit populasi dengan jumlah sampelnya dan

hasil dari pembagian tersebut merupakan kelipatan responden yang akan dipilih, sampai jumlah sampel tercukupi.

b. Sampel air sumur sebanyak 8 air sumur yang diambil dari 8 pondok pesantren.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

(56)

responden. Sampel air yang yang diambil adalah air yang berasal dari sumur pondok pesantren.

Pengambilan sampel air dapat dilakukan melalui prosedur kerja sebagi berikut:

1. Botol sampel yang digunakan berupa wadah steril dengan volume 250 ml.

2. Botol sampel dicuci sampai bersih, setelah kering botol dibungkus dengan kertas kemudian disterilkan dalam autoclave.

3. Botol sampel yang telah disterilisasi dimasukkan kedalam termos, untuk menghindari kontaminasi dan tidak kontak dengan udara luar.

Dilanjutkan dengan pengambilan sampel air sumur untuk pemeriksaan bacteriologis adalah sebagai berikut :

1. Siapkan nyala spritus.

2. Pegang botol sampel pada bagian bawahnya. Buka kertas pembungkus botol dibagian atasnya sedemikian rupa sehingga bagian bawah botol yang terpegang tetap beralaskan kertas pembungkus.

3. Uraikan tali botol, sisakan kira-kira 50 cm yang tidak terpegang tangan.

4. Buka tutup botol, dengan cara mengambil tutup sebagai satu kesatuan dengan kertas pelindung mulut-leher botol pada suatu tempat yang kering dengan posisi terbalik (tutup menghadap keatas)

5. Lewatkan mulut botol pada nyala spritus.

(57)

tersentuh tangan atau bagian dari dinding sumur. Biarkan botol masuk kira-kira 30 cm dibawah permukaan air dan terisi air.

7. Angkatlah botol yang sudah terisi penuh, keatas.

8. Tuangkan isi botol sampai tersisa kira-kira 2/3 botol sampel. 9. Lewatkan mulut botol pada nyala spritus.

10. Ambil tutup botol, tutupkan pada botol.

11. Ikatlah erat-erat kertas pelindung tutup leher botol. 3.4.2. Data Sekunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau berupa data cakupan air bersih, dan Profil Dinas Kesehatan Kota Dumai berupa data tempat-tempat umum serta data dari pihak pengelola pondok pesantren di Kota Dumai berupa data jumlah santri.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah prilaku pengguna air yang dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Variable dependen dalam penelitian ini adalah keluhan kesehatan yang dialami pengguna air sumur. Kualitas air dilihat dari aspek kualitas fisik, kimia, dan bakteriologis merupakan variabel pendukung yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan kesehatan.

3.5.2. Definisi Operasional

(58)

kegunaan air bersih, kualitas air bersih dan efek yang ditimbulkan akibat penggunaan air yang meliputi:

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pengguna air sumur di pondok pesantren tentang syarat-syarat kualitas air sumur, penyakit yang disebabkan oleh air dan kegiatan pencegahan penyakit yang ditularkan oleh air.

b. Sikap adalah tanggapan pengguna air sumur di pondok pesantren tentang syarat-syarat kualitas air sumur, penyakit yang disebabkan oleh air dan cara pencegahan penyakit yang ditularkan oleh air.

c. Tindakan adalah segala bentuk nyata dari prilaku pengguna air di pondok pesantren untuk mencegah terjadinya keluhan kesehatan yang ditularkan oleh air.

2. Kualitas fisik air adalah keadaan secara fisik air sumur yang digunakan pada pondok pesantren di Kota Dumai kemudian dibandingkan dengan baku mutu Permenenkes R.I No. 416/MENKES/PER/IX/1990, yang dilihat dari:

a. Bau adalah bau air sumur pondok pesantren yang digunakan berdasarkan indera penciuman.

b. Rasa adalah rasa air sumur pondok pesantren yang digunakan berdasarkan indera perasa.

c. Kekeruhan adalah kekeruhan air sumur pondok pesantren yang digunakan, diukur dengan Turbidity meter maksimum diperbolehkan adalah 25 NTU. d. Suhu adalah keadaan suhu air didasarkan pada oC yaitu ± 3oC dari suhu

(59)

3. Kualitas kimia air adalah keadaan secara kimia air sumur yang digunakan pada pondok pesantren di Kota Dumai kemudian dibandingkan dengan baku mutu Permenkes R.I No. 416/MENKES/PER/IX/1990, yang dilihat dari:

a.Derajat keasaman (pH) adalah keadaan keasaman air sumur pondok pesantren yang diguakan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/1990 yaitu 6,5 – 9,0. b.Besi (Fe) adalah kadar unsur besi (fe) pada air sumur pondok pesantren yang

digunakan yang mempunyai satuan mg/liter dan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/1990 yaitu 1,0 mg/liter.

c.Kesadahan (CaCO3) adalah keadaan kesadahan air sumur pondok pesantren

yang digunakan didasarkan pada mg/liter dan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/1990 yaitu 500 mg/liter.

d. Khlorida (Cl) adalah keadaan unsur klorida yang terkandung dalam air sumur yang didasarkan pada mg/liter dan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/1990 yaitu 600 mg/liter.

e. Nitrat (NO3) adalah kadar nitrat yang terdapat dalam air sumur pondok

pesantren yang digunakan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/1990 kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 10 mg/liter.

f. Nitrit (NO2) adalah kadar nitrit yang terdapat dalam air sumur pondok

pesantren yang digunakan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/1990 kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 1,0 mg/liter.

g. Zat Organik (KMNO4) adalah kadar zat organik yang terdapat dalam air

(60)

Gambar

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih
Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Kimia Air Bersih
Gambar 2.1. Diagram Proses Pengolahan air
Tabel 3.1. Besar Sampel Penelitian Berdasarkan Pesantren di Kota Dumai.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan perilaku masyarakat di sekitar sungai Babura dengan keluhan kesehatan kulit di Kecamatan Medan Baru Tahun