• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kualitas Air Sungai Dan Perilaku Pengguna Serta Kaitanya Dengan Keluhan Kesehatan Kulit Pada Masyarakat Sekitar Sungai Babura Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kualitas Air Sungai Dan Perilaku Pengguna Serta Kaitanya Dengan Keluhan Kesehatan Kulit Pada Masyarakat Sekitar Sungai Babura Kecamatan Medan Baru Tahun 2012"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI DAN PERILAKU PENGGUNA SERTA KAITANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN KULIT

PADA MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN BARU

TAHUN 2012

OLEH:

YUNITA ULI LUBIS NIM: 091000245

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI DAN PERILAKU PENGGUNA SERTA KAITANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN KULIT PADA

MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI BABURA TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: YUNITA ULI LUBIS

NIM. 091000245

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Juli 2012

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Prof.Dr.Dra.Irnawati Marsaulina.MS NIP. 19650109199403 2 002

Penguji I

dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19780331200312 1 001 Penguji II

Ir.Evi Naria, M. Kes NIP. 19680320199303 2 001

Penguji III

Dr. dr.Wirsal Hasan,MPH NIP. 1940 1119 198701 1001 Medan, Agustus 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(3)

ABSTRAK

Kondisi air sungai Babura secara fisik berwarna keruh,terlihat berminyak dan mengandung tinja manusia. Perilaku masyarakat yang buruk tentang sanitasi terutama dalam hal penyediaan air bersih dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat sehingga dapat menimbulkan terjadinya keluhan kesehatan kulit. .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan perilaku masyarakat di sekitar sungai Babura dengan keluhan kesehatan kulit di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.

Jenis penelitian ini adalah jenis survai deskriptif. yaitu untuk mengetahui kualitas Air Sungai Babura dan perilaku masyarakat serta keluhan kesehatan kulit pada masyarakat di sekitar sungai Babura yang dilaksanakan di kelurahan petisah tengah.

Penelitian dilakukan pada Bulan April-Mei 2012 di Kecamatan Medan Baru. Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 56 kepala keluarga. Titik pengambilan sampel air ada sebanyak 3 titik yaitu titik hulu, tengah dan hilir. Titik hulu berada di Kelurahan Titi Rante , titik tengah di Kelurahan Darat,(di bawah jembatan sudirman) dan hilir di Kelurahan Petisah Tengah. (jembatan jalan kejaksaan). Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak 2,5 m dari tepi sungai.

Hasil penelitian parameter fisik, kimia dan bilogi bila dibandingkan dengan baku mutu, bahwa kualitas air sungai yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari seluruh responden, sebanyak 41,1% mengalami keluhan kesehatan kulit.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tiga titik sampel ditemukan bahwa pada sampel tiga,menunjukkan nilai colifaecal yang sangat tinggi yang mana lokasi tersebut digunakan oleh responden untuk keperluan MCK .Disarankan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Petisah Tengah agar tetep menjaga kebersihan air Sungai Babura sebagai sumber air bersih.

(4)

ABSTRACT

Water condition of the Babura River is physically muddy, oily, and contains human feces. People’s bad behavior in sanitation, especially in the lack of stockpiling clean water can decrease their health status so that it can cause skin disease.

The aim of the research was to know the quality of water and the behavior of the people surrounding the Babura River, Medan Baru Subdistrict, who suffered from skin disease in 2012.

The type of the research was a descriptive survey in order to know the quality of water of the Babura River and the behavior of the people who suffered from skin disease surrounding the Babura River, Kelurahan Petisah Tengah where the research was conducted.

The research was conducted from April until May, 2012 at Medan Baru Subdistrict. 56 families were used as the samples. The water samples were taken from three sites, at the upper course of the river (Kelurahan Titi Rante), at the middle course of the river (Kelurahan Darat, under Sudirman bridge), and at the lower course of the river (Kelurahan Petisah Tengah, under Jalan Kejaksaan bridge). The water was taken at the depth of 135 centimeters, about 2.5 meters from the river bank.

The result of the physical, chemical, and biological parameter, if compared to the quality standard, showed that the quality of the river water did not meet the health standard. 41.1% of the respondents were affected by skin disease.

Based the measurement of the three water samples, it was found that sample three showed high colifaecal value since this site was used by the respondents for defecating. It is recommended that people who live at Kelurahan Petisah Tengah should keep the water of the Babura River clean in order that it can be used as clean water source.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : YUNITA ULI LUBIS

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidempuan,14 Juni 1986

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak Ke : 3 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Tennis no 23, Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL :

1. SD Negeri 26 Padangsidempuan : Tahun 1995-2000

2. SMP Negeri 4 Padangsidempuan : Tahun 2000-2003

3. SMA N1 Kotanopan Mandailing Natal : Tahun 2003-2005

4. D3 Keperawatan USU medan : Tahun 2005-2008

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan karunia NYAlah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “

Analisis Kualitas Air Sungai Dan Perilaku Pengguna Serta Kaitanya Dengan Keluhan Kesehatan Kulit Pada Masyarakat Sekitar Sungai Babura Kecamatan Medan Baru Tahun 2012” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih teristimewa kepada

orang tuaku tercinta Ayahanda Rasoki Alam Nauli Lubis dan Ibunda Masdelima Siregar karena tidak bosan bosannya memberikan motivasi, dukungan moril maupun materil dan doa yang sangat luar biasa dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.Dr.Dra.Irnawati Marsaulina,MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak dr. Taufik Ashar, MKM

selaku dosen pembimbing II yang dalam proses penulisan skripsi ini telah begitu

banyak meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan,

petunjuk, saran dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan

baik.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

(7)

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara selaku penguji.

3. Dr.dr.Wirsal Hasan,MPH selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan

saran dan dukungan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan.

5. Pegawai BTKL,khususnya Pak noviandi, bg panji dan kak nia yang telah

membantu penulis selama proses penelitian di laboratorium.

6. Bapak Lurah Petisah Tengah Yang telah memberi izin penelitian dan

memberikan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Ibu Kepala Lingkungan 1 Kelurahan Petisah Tengah yang telah membantu

penelitian penulis.

8. Zico Sihite yang selalu memberi semangat dan kasih sayang dalam penyusunan

skripsi ini

9. Teman-temanku seperjuangan vina, rina, asep, suryati dan teman-teman yang

lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi,

kebersamaan, berbagi suka dan duka serta doa selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap

semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya

(8)

Daftar Isi

Halaman

Abstrak Indonesia ... i

Abstrak Inggris ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

Bab II Tinjauan Pustaka ... 8

2.1. Air... 8

2.1.1. Peranan Air Bagi Kehidupan ... 8

2.1.2. Peranan Air Terhadap Penularan Penyakit ... 9

2.1.3. Pencemaran Air ... 11

2.2. Air Sungai ... 13

2.2.1 Pengertian Air Sungai ... 13

2.2.2 Pengolahan Air Sungai ... 13

(9)

2.2.4 Parameter Uji Kualitas Perairan Sungai... 16

2.3. Perilaku Masyarakat ... 23

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... 23

2.5. Pengetahuan ... 25

2.6. Sikap... 25

2.7. Tindakan ... 26

2.8. Keluhan Kesehatan Kulit Akibat Penggunaan Air... 26

2.9. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

Bab III Metode Penelitian ... 29

3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2 Waktu Penelitian... 29

3.3. Populasi Dan Sampel ... 29

3.4. Objek Penelitian ... 30

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5.1. Data Primer ... 30

3.5.2. Data Sekunder ... 30

3.6. Definisi Operasional ... 31

3.7. Pengukuran Variabel Perilaku ... 34

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 35

Bab IV Hasil Penelitian ... 36

4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 36

4.1.1 Kecamatan Medan Baru ... 36

4.1.2 Kelurahan Petisah Tengah ... 36

(10)

Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru ... 37

4.2.2 Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 39

4.2.3 Karakteristik Penggunaan Air ... 40

4.2.4 Analisa Keluhan Kesehatan ... 42

4.2.5 Tabulasi Silang Karateristik Responden Dengan Keluhan Kesehatan ... 45

Bab V Pembahasan ... 49

5.1 Kualitas Air Sungai Babura ... 49

5.2 Karakteristik Responden Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan1 ... 55

5.3 Penggunaan Air ... 56

5.4 Keluhan Kesehatan... 57

Bab VI Kesimpulan Dan Saran ... 60

6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Kelurahan Petisah

Tengah 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 37

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan

Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru

Tahun 2012 ... 38

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan

Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru

Tahun 2012 ... 39

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan

Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru

Tahun 2012 ... 39

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Babura Di Kecamatan Medan

Baru Tahun 2012 ... 40

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan

Baru Tahun 2012 ... 41

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Di Kelurahan

Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru

Tahun 2012 ... 41

(12)

Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan

Baru Tahun 2012 ... 42

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Merasakan Keluhan Kesehatan

KulitSetelah Pemakaian Air Sungai Babura Di Kelurahan Petisah

Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012... 42

Tabel 4.10 Distribusi Responden Tentang Keluhan Kesehatan Kulit Yang

Berkaitan Dengan pemakaian Air Di Kelurahan Petisah

Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 43

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kesehatan Kulit

Yang Dirasakan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1

Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 44

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengobatan Di Kelurahan

Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan

Baru Tahun 2012 ... 44

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Tempat Berobat

Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan

Medan Baru Tahun 2012. ... 45

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Umur dan Keluhan

Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan

Medan Baru Tahun 2012. ... 45

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keluhan

(13)

Medan Baru Tahun 2012. ... 46

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Pendidikan Dan Keluhan

Dan Keluhan Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah

Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012. ... 47

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Dan Keluhan Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Pemukiman Sekitar Sungai Babura ... 89

Gambar 2. Aktivitas Masyarakat Di Sungai ... 89

Gambar 3. Wawancara Dengan Responden ... 90

Gambar 4. Tanya Jawab Dengan Responden ... 90

Gambar 5. Pemeriksaan Sampel Di Lab ... 91

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ... 63

Lampiran 2. Tabel Frekuensi ... 71

Lampiran 3. Crosstabs ... 76

Lampiran 4. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tanggal

14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air

Dan Pengendalian Pencemaran Air... 85

(16)

ABSTRAK

Kondisi air sungai Babura secara fisik berwarna keruh,terlihat berminyak dan mengandung tinja manusia. Perilaku masyarakat yang buruk tentang sanitasi terutama dalam hal penyediaan air bersih dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat sehingga dapat menimbulkan terjadinya keluhan kesehatan kulit. .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan perilaku masyarakat di sekitar sungai Babura dengan keluhan kesehatan kulit di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.

Jenis penelitian ini adalah jenis survai deskriptif. yaitu untuk mengetahui kualitas Air Sungai Babura dan perilaku masyarakat serta keluhan kesehatan kulit pada masyarakat di sekitar sungai Babura yang dilaksanakan di kelurahan petisah tengah.

Penelitian dilakukan pada Bulan April-Mei 2012 di Kecamatan Medan Baru. Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 56 kepala keluarga. Titik pengambilan sampel air ada sebanyak 3 titik yaitu titik hulu, tengah dan hilir. Titik hulu berada di Kelurahan Titi Rante , titik tengah di Kelurahan Darat,(di bawah jembatan sudirman) dan hilir di Kelurahan Petisah Tengah. (jembatan jalan kejaksaan). Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak 2,5 m dari tepi sungai.

Hasil penelitian parameter fisik, kimia dan bilogi bila dibandingkan dengan baku mutu, bahwa kualitas air sungai yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari seluruh responden, sebanyak 41,1% mengalami keluhan kesehatan kulit.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tiga titik sampel ditemukan bahwa pada sampel tiga,menunjukkan nilai colifaecal yang sangat tinggi yang mana lokasi tersebut digunakan oleh responden untuk keperluan MCK .Disarankan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Petisah Tengah agar tetep menjaga kebersihan air Sungai Babura sebagai sumber air bersih.

(17)

ABSTRACT

Water condition of the Babura River is physically muddy, oily, and contains human feces. People’s bad behavior in sanitation, especially in the lack of stockpiling clean water can decrease their health status so that it can cause skin disease.

The aim of the research was to know the quality of water and the behavior of the people surrounding the Babura River, Medan Baru Subdistrict, who suffered from skin disease in 2012.

The type of the research was a descriptive survey in order to know the quality of water of the Babura River and the behavior of the people who suffered from skin disease surrounding the Babura River, Kelurahan Petisah Tengah where the research was conducted.

The research was conducted from April until May, 2012 at Medan Baru Subdistrict. 56 families were used as the samples. The water samples were taken from three sites, at the upper course of the river (Kelurahan Titi Rante), at the middle course of the river (Kelurahan Darat, under Sudirman bridge), and at the lower course of the river (Kelurahan Petisah Tengah, under Jalan Kejaksaan bridge). The water was taken at the depth of 135 centimeters, about 2.5 meters from the river bank.

The result of the physical, chemical, and biological parameter, if compared to the quality standard, showed that the quality of the river water did not meet the health standard. 41.1% of the respondents were affected by skin disease.

Based the measurement of the three water samples, it was found that sample three showed high colifaecal value since this site was used by the respondents for defecating. It is recommended that people who live at Kelurahan Petisah Tengah should keep the water of the Babura River clean in order that it can be used as clean water source.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan

yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup:

perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,

pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Adapun yang

dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk

memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan

media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang

hidup di dalamnya (Notoadmodjo, 2003).

Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat pengembangan

teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup, misalnya pencemaran air,

udara dan tanah akan mengakibatkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah,

akibatnya akan terjadi hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian

lingkungan. Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang

menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan baik yang bersifat fisik,

kimiawi maupun biologis, sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan

aktivitas manusia serta organisme lainnya (Supardi, 2003).

Faktor lingkungan (fisik, biologi dan sosiokultural) mempunyai kaitan yang

(19)

air bersih, membuang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat

termasuk pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air

tersebut dan penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air seperti

penyakit kulit, diare dan lain-lain (Depkes RI, 2003).

Sesuai dengan penjelasan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun

1992, yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamatan dan penetapan

kualitas air untuk berbagai kebutuhan manusia. Oleh karena itu seharusnya air yang

dikonsumsi oleh manusia untuk kebutuhan sehari- hari selain harus mencukupi juga

harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia dan bakteriologis (Depkes, 1992).

Secara epidemiologis ada keterkaitan yang erat antara masalah air bersih

dengan penyakit kulit, maka oleh sebab itu dengan adanya cakupan air bersih yang

tinggi dapat menurunkan angka penyakit kulit. Dalam kaitan dengan hal tersebut

maka seharusnya air bersih yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas

yang ditetapkan. Persyaratan kualitas tersebut telah tertuang dalam Permenkes No.

416/1999 tentang syarat-syarat dan kualitas air bersih (Depkes RI,1990).

Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam agenda

Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah penurunan

sebesar separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air

minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015,

dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk didunia yang tinggal di desa maupun di kota

(20)

Berdasarkan laporan MDGs tahun 2008 di Indonesia jumlah penduduk yang

tidak memiliki akses air bersih sebesar 44,2 %, dan hanya 5,5 % penduduk di desa

yang mempunyai akses air bersih. Selanjutnya pada tempat-tempat umum cakupan

penduduk yang mempunyai akses air bersih hanya 32,9% (WHO,2008).

Pencemaran air dapat terjadi akibat masuknya atau dimasukkannya bahan

pencemar dari berbagai kegiatan, seperti rumah tangga, pertanian, industri. Akibat

pencemaran tersebut kualitas air dapat menurun hingga tidak memenuhi persyaratan

peruntukan yang ditetapkan. Penurunan kualitas air akibat pencemaran, seperti yang

terjadi di sungai-sungai dapat mengubah struktur komunitas organisme akuatik yang

hidup. Pencemaran senyawa organik, padatan tersuspensi, nutrient berlebih,

substansi toksik, limbah industri dapat menyebabkan gangguan kualitas air dan

dapat menyebabkan perubahan keanekaragaman komposisi organisme akuatik di

sungai. (Affandi, 1990).

Kota Medan yang berpenduduk 2.109.339 (BPS 2010), merupakan salah satu

kota yang mempunyai penduduk terbanyak di Indonesia. Dengan jumlah penduduk

yang sebegitu besarnya, kebutuhan akan air bersih juga sangat besar. Sedangkan

kenyataannya akses untuk mendapatkan air bersih sangatlah sulit.

Sungai-sungai di Kota Medan berdasarkan Keputusan Menteri Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang status sungai Deli dan Sungai Babura

adalah sungai yang merupakan kawasan lindung yang harus dilindungi maka

(21)

mengevaluasi penyelenggaraan kawasan sumber daya air, pendayagunaan dan

pengendalian dan pengendalian daya rusak air.

Daya rusak sungai ini disebabkan adanya aktifitas kegiatan/usaha disepanjang

Aliran Sungai (DAS) dari hulu sampai hilir antara lain usaha pertanian, pemukiman,

perkotaan/pembangunan, hotel, mall dan industri sehingga kualitas sungai

berkurang atau terjadi pencemaran lingkungan (Badan Lingkungan Hidup Kota

Medan ,2010).

Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis dan

polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum

yang terpolusi mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya

mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai

laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air

sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaaan air

laut menunjukkan adanya polusi. Tanda- tanda polusi air yang berbeda ini

disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda.

Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah

industri) tidak boleh langsung dibuang kelingkungan karena dapat menyebabkan

pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas

yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus mengalami

proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang kembali ke

(22)

Kondisi air sungai yang dijadikan pembuangan limbah berbahaya dari industri,

limbah rumah tangga, pestisida dan lain-lain. Limbah industri sangat potensial

sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Pada umumnya limbah industri

mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Karakteristik limbah

B3 korosif yang dapat menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak, bersifat

toksik atau beracun dan menyebabkan infeksi atau penyakit.

Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan

cairan asam. Misalnya limbah yang dihasilkan industri pelapisan logam, yang

mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat,

asam nitrat dan asam fosfat. Limbah bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan

dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu

pernafasan dan menyebabkan kanker.(Mukono,H,1999).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan terlihat bahawa air sungai Babura

keruh, terlihat berminyak dan mengandung tinja manusia. Dengan kondisi sungai

yang seperti ini masih banyak masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Babura

yang mencuci pakaian, buang air besar dan kecil termasuk mencuci kenderaan

bermotor. Perilaku masyarakat yang buruk tentang sanitasi terutama dalam hal

penyediaan dan penggunaan air bersih dapat menurunkan derajat kesehatan

masyarakat itu sendiri sehingga dapat menimbulkan terjadinya keluhan penyakit

(23)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti

kualitas air, perilaku masyarakat dan keluhan penyakit kulit di sekitar sungai Babura

Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.

1.2.Perumusan Masalah

Sebagian besar masyarakat sekitar sungai Babura menggunakan air sungai

untuk MCK dan membersihkan kendaraan di sungai tersebut. Hal ini menyebabkan

sungai berwarna keruh dan dan berminyak. Dengan demikian yang menjadi

rumusan permasalahan adalah perilaku masyarakat yang meliputi Pengetahuan,

Sikap, Tindakan dalam penggunaan air sungai Babura dan Keluhan Kesehatan Kulit

di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 .

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan perilaku

masyarakat di sekitar sungai Babura dengan keluhan kesehatan kulit di

Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang bahaya

pencemaran air sungai

(24)

3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat terhadap pencemaran air

sungai.

4. Untuk menganalisa kualitas kimia air sungai Babura.

5. Untuk menganalisa kualitas biologi air sungai Babura.

6. Untuk menganalisa kualitas fisik air sungai Babura

7. Untuk mengetahui keluhan kesehatan kulit pada masyarakat sekitar

sungai.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Untuk dapat digunakan sebagai dasar kebijakan dalam perencanaan

pengelolaan sumber daya air.

2. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang kulitas air

Sungai Babura.

3. Sebagai informasi dan bahan refrensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya,

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Air

Menurut peraturan pemerintah PP No. 82Tahun 2001 : Air adalah semua air

yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil.

Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini mata air, sungai, rawa, danau, waduk dan muara.

2.1.1 Peranan Air Bagi Kehidupan

Air mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan

kelangsungan hidup manusia. Air bukanlah sesuatu yang baru untuk

dikonsumsi, oleh karena sejak ada kehidupan tidak satu pun manusia terlepas

dari penggunaan air terus menerus untuk kelangsungan hidupnya. Air

merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan di atas bumi (Slamet, 1994).

Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh

orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak

sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat

kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam

cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap

orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara

(26)

hari (Notoatmodjo, 2003). Adapun fungsi air bagi manusia antara lain adalah

sebagai berikut ;

1. Mempertahankan kelembaban organ-organ tubuh. Jika organ tubuh

kekurangan air bentuknya akan mengempis karena kehilangan kelembaban.

2. Untuk mempertahankan volume dan kekentalan darah dan getah

bening.

3. Mengatur suhu tubuh. Jika kekurangan air tubuh akan menjadi panas.

4. Untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kulit akan menjadi kasar dan

berkerut jika kekurangan air. Sebagai mediator dan saluran dari berbagai

reaksi kimia di dalam tubuh, proses metabolisme tubuh memerlukan air.

Dan masih banyak fungsi lainnya seperti sebagai pencuci, pelarut zat-zat

gizi dan sebagainya (Harini, 2007).

2.1.2 Peranan Air Terhadap Penularan Penyakit

Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam

sebagai berikut (Juli Soemirat, 2007) :

1. Air sebagai penyebar mikroba patogen

2. Air sebagai sarang insecta penyebar penyakit

3. Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat

membersihkan dirinya dengan baik

4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit .Dalam hal memindahkan

(27)

a. Cara Water Borne

Cara water borne merupakan penularan penyakit dimana air sebagai

medianya. Kuman pathogen berada di dalam air minum untuk manusia

dan hewan. Yang termasuk penyakit yang dihantarkan melalui air ini

antara lain: penyakit kolera, typhoid, hepatitis dan disentri basiler.

b. Cara Water Washed

Cara water washed merupakan penularan penyakit berhubungan dengan

air yang digunakan untuk kebersihan. Dengan terjaminnya kebersihan

oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat

dikurangi penularannya pada manusia. Yang termasuk penyakit karena

kurangnya air untuk kebersihan seseorang ini antara lain ; infeksi kulit

dan selaput lendir, infeksi oleh insekta parasit pada kulit.

c. Cara Water Based

Cara water based merupakan penularan penyakit melalui pejamu (host) di

air. Contoh penyakit yang ditularkan melalui water based adalah

Schistomiasis. Pejamu (host) perantara ini hidup di air contohnya siput

air. Dalam hal ini larva .Schistomiasis hidup dalam siput air hingga

berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia

yang berada dalam air tersebut. Penyaki ini disebut Schistomiasis.

d. Cara Water Related Insecta Vector

Cara water related insecta vector merupakan penularan penyakit melalui

(28)

Contoh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya

bergantung pada air ini seperti malaria. oleh vektor nyamuk Anopheles,

demam berdarah oleh vektor nyamuk Aedes Aegypti.

2.1.3 Pencemaran Air

Menurut peraturan pemerintah RI No.82 tahun 2001 menyebutkan

pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air

oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 disebutkan pula bahwa: Mutu air

adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan

parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang

undangan yang berlaku.

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, enersi

atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya di dalam air. Sementara itu Status mutu air adalah

tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik

pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan

baku mutu air yang ditetapkan. Dan berdasarkan PP no. 82 thun 2001 juga

(29)

1. Unsur non-konservatif yaitu unsur yang sapat diuraikan oleh mikro

organisme, misalnya senyawa organik.

2. Unsur konservatif yaitu unsur yang tidak dapat diuraikan oleh

mikroorganisme, misalnya senyawa anorganik.

3. Buangan termal (panas), radioaktif ataupun mikroorganisme.

Senyawa pencemar air dapat dibagi ke dalam beberapa golongan secara

umum, pencemaran air minum oleh tinja merupakan penyebab utama timbulnya

penyakit yang berasal dari air yang menyerang penduduk perkotaan. Banyak

penyakit epidemik yang disebabkan bakteri dan virus berasal dari air minum.

Di Indonesia, peruntukan badan air/air sungai menurut kegunaannya

ditetapkan oleh Gubernur. Peraturan pemerintah RI No. 20 tahun 1990

mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut

peruntukannya. Air sungai termasuk dalam golongan B, yaitu air yang dapat

digunakan sebagai bahan baku air minum. Adapun penggolongan air menurut

peruntukannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung

tanpa Pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B: Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

4. Golongan D: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di

(30)

2.2.Air Sungai

2.2.1.Pengertian air sungai

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 35 tahun 1991 tentang sungai,

yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta

jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan

dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di

daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air

hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih

rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya

berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas

permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur

sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut

sungai (Gayo, 1994). Jadi yang dimaksud dengan air sungai adalah salah satu

badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan yang mengalir dari

dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang didapat dari

sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk tercemar

polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).

2.2.2 Pengolahan air sungai

Secara alamiah sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja.

(31)

pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi

sangat rendah. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang

berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar. Hampir

setiap hari sungai menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah,

buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, daerah

urban dan pertanian (Darwono, 2001).

Air sungai pada umumnya telah mengalami pencemaran, karena itu perlu

diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.

Pengolahan (purifikasi) air ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu purifikasi

alami dan purifikasi buatan. Dalam purifikasi buatan ini air mengalami tiga

proses secara bertahap yaitu proses koagulasi, filtrasi dan desinfeksi. Setelah

mengalami ketiga proses tadi barulah air sungai dapat dipergunakan untuk

kepentingan rumah tangga (RT). Secara sederhana di tiap-tiap rumah dapat

dibuat instalasi pengolahan air sehingga memenuhi syarat kesehatan yang akan

sangat membantu pula pada usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit

yang ditularkan melalui air. Untuk masyarakat luas pengolahan air permukaan

ini dilaksanakan di instalasi yang dibangun pemerintah dan dibagikan melalui

pipa (Entjang, 1985).

2.2.3.Pencemaran badan air

Kegoncangan dan keseimbangan lingkungan hidup sangat dipengaruhi

(32)

dan adanya ledakan penduduk. Temuan teknologi, di satu sisi akan

menguntungkan manusia karena lebih efisien dalam pemanfaatan waktu dan

biaya operasional, tetapi di sisi lain menyebabkan pemanfaatan sumberdaya

alam melampaui daya pulih alami sumber daya alam sehingga menimbulkan

ketidakstabilan kualitas lingkungan (Salim dalam Nurmayanti, 2002).

Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup

oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai

peruntukkannya. Industrialisasi dan urbanisasi telah membawa dampak pada

lingkungan. Pembuangan limbah industri dan domestik ke badan air merupakan

penyebab utama polusi air. Pencemaran air didefinisikan sebagai pembuangan

substansi dengan karakteristik dan jumlah yang menyebabkan estetika, bau, dan

rasa menjadi terganggu dan atau menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin,

2002).

Penyebab pencemaran air berdasarkan sumbernya secara umum dapat

dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.

Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (Tempat

Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya.

Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari

(33)

mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida.

Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran

udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga

digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian

(Suriawiria, 1996).

Pembuangan air limbah ke badan sungai tidak selalu terus menerus

sepanjang hari. Limbah yang dibuang baik kuantitas, kualitas maupun waktu

pembuangannya berkaitan erat dengan kegiatan yang dilakukan baik oleh

rumah tangga secara individu, tempat-tempat pelayanan dan fasilitas umum

maupun oleh pabrik yang menghasilkan limbah tersebut. Air limbah dari sektor

rumah tangga umumnya dibuang pada pagi hari hingga sore hari dan mencapai

puncaknya pada sekitar pukul 07.00 – 10.00 dan 16.00 – 20.00 sehingga

komposisi air limbah tidak akan konstan sepanjang waktu. Sekitar 60%-80%

dari total air yang digunakan dalam rumah tangga dibuang sebagai limbah cair.

Limbah tersebut secara langsung maupun tidak akan mencapai badan air (air

tanah, sungai, danau) sehingga mempengaruhi kualitas badan air (Sudarmadji,

1995 dalam Nurmayanti, 2002).

2.2.4.Parameter Uji Kualitas Perairan Sungai

Kualitas air sungai menurut Alaerts dan Santika (1987) sangat tergantung

(34)

yang berasal dari pemukiman. Perairan yang melintasi daerah pemukiman dapat

menerima masukan bahan organik yang berasal dari aktivitas penduduk.

Dengan demikian ekosistem sungai keberadaannya terkait integral dengan

lingkungan sosial dan lingkungan fisik disekitarnya.

Menurut Riyadi (1984) parameter-parameter yang digunakan untuk

mengukur kualitas air meliputi sifat fisik, kimia, dan biologis.

Parameter-parameter tersebut adalah :

1. Sifat Fisik

Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas air adalah kekeruhan

(turbiditas), suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan tersuspensi, padatan

terlarut dan daya hantar listrik (DHL).

a. Suhu

Kenaikan suhu air akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut

dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya

kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif

tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air

lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut

tidak juga kembali pada suhu normal, lama kelaman dapat menyebabkan

kematian ikan dan hewan lainnya.

b. Total Suspended Solid( TSS)

Total Suspended Solids (TSS) adalah padatan dalam air yang bisa

(35)

materi lumpur, tanaman membusuk dan hewan, limbah industri, dan

limbah. Konsentrasi tinggi padatan tersuspensi dapat menyebabkan

banyak masalah bagi kesehatan aliran dan kehidupan akuatik.

Total Suspended Solid (TSS), adalah salah satu parameter yang

digunakan untuk pengukuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan

pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya

dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki

ukuran pori 0.45 μm (Clescerl, 1905).

Nilai TSS dari contoh air biasanya ditentukan dengan cara menuangkan

air dengan volume tertentu, biasanya dalam ukurtan liter, melalui sebuah

filter dengan ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang

dan kemudian beratnya akan dibandingkan dengan berat filter setelah

dialirkan air setelah mengalami pengeringan. Berat filter tersebut akan

bertambah disebabkan oleh terdapatnya partikel-partikel tersuspensi

yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang tersuspensi ini

dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS adalah

miligram per liter (mg/l).

Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan

perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi

penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS

dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik

(36)

Nilai TSS umumnya semakin rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan

padatan tersuspensi tersebuit disupply oleh daratan melalui aliran sungai

(Helfinalis, 2005). Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa

berdampak positif apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi

baku mutu kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian

Lingkungan Hidup, yaitu 70 mg/l (Helfinalis, 2005).

c. Total Padatan Terlarut (TDS)

Total padatan terlarut (TDS) adalah jumlah total dari ion bermuatan

mobile, termasuk mineral, garam atau logam dilarutkan dalam volume

tertentu air, dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air (mg / L),

juga disebut sebagai bagian per juta (ppm).

TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik

maupun anorganik, mis: garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan.

TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per

Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L).

2. Sifat Kimia

Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas air

adalah pH, oksigen terlarut, BOD, dan COD.

a. pH

pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan

asam dan basa sesuatu larutan ( Sutrisno, 2004). Skala pH diukur

(37)

dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa

(rasanya pahit) ( Kusnaedi,2004).

b. BOD (Biological Oxigen Demand)

BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh

bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi

sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob. Menurut Mahida

(1981) BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran limbah

semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk

menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau

air yang telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu

200 C. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen

terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu

perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm. Kristanto (2002)

menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa kelemahan di

antaranya adalah:

1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh

bahan-bahan organik atau bahan-bahan-bahan-bahan tereduksi lainnya, yang disebut juga

Intermediate Oxygen Demand.

2. Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari.

3. Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat

(38)

4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air

tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak

bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti.

c. Chemical Oxygen Demand (COD)

Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan

suatu uji yang lebih cepat dari uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia

dari suatu bahan oksidan. Uji ini disebut dengan uji COD, yaitu suatu uji

yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan

misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik

yang terdapat di dalam air. Banyak zat organik yang tidak mengalami

penguraian biologis secara cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari,

tetapi senyawa-senyawa organik tersebut juga menurunkan kualitas air.

Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O kalium

dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga menghasilkan

nilai COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang sama. Di samping

itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme

dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. 90 % hasil uji COD yang selama

10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama lima hari

(Kristanto, 2002). Senyawa klor, selain mengganggu uji BOD, juga

(39)

dikromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri

sulfat yang akan bereaksi dengan klor membentuk senyawa komplek.

d. Chromium

Berdasarkan sifat kimianya logam chromium dalam persenyawaannya

mempunyai bilangan oksidasi +2, +3 dan +6. Namun yang lebih bersifat

toksik adalah chromium heksavalen (Cr6+). Jika kadar chromium yang

masuk ke dalam tubuh manusia melebihi batas yang ditentukan maka

akan menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan serta pada sistem

pernapasan (Palar, 2008). Analisa chromium heksalen dilakukan untuk

mengetahui apakah sampel dalam air sungai Babura memiliki kadar

chromium heksavalen melebihi batas ambang. Kadar chromium

maksimum yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,05

mg/Liter. Oleh karena itu chromium merupakan salah satu parameter

kimia yang penting dalam analisa kualitas air.

e. Arsen(As)

Salah Satu logam yang mencemari adalah arsen. Dengan nomor atom

33, berat atom 74,92 g/mol. Gejala toksisitas arsen per oral antara lain

berupa: ketidak normalan kulit, antara lain berupa spot gelap/ terang

pada kulit, keratosis pada telapak tangan/ kaki, dan akhirnya

(40)

2.3.Perilaku Masyarakat

Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan

dengan terjadinya keluhan kesehatan pada pengguna air sungai Babura .Perilaku

kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap

dan tindakan. Menurut Notoadmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya

adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau

penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan

sebagai berikut:

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagimana manusia

merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan

dengan penyakit dan sakit tersebut.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap

sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang trdisional.

c. Perilaku terhadap makanan, adalah respon sesorang terhadap makanan sebagai

kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon terhadap lingkungan

sebagai determinan.

2.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang

(41)

a. Latar Belakang

Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang

kesehatan dibedakan atas: pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma

yang dimiliki dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial

budaya yang berlaku.

b. Kepercayaan dan Kesiapan Mental

Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan

orang tersebut terhadap kesehatan serta kesiapan mental yang dipunyai.

Kepercayaan tersebut setidak-tidaknya menjadi manfaat yang akan

diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan

bahwa dirinya dapat diserang penyakit.

c. Sarana

Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting

dalam munculnya perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, betapapun

positifnya latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki

tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak

akan muncul.

d. Faktor Pencetus

Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk

memunculkan perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai

seseorang baru berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah

(42)

2.4.Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membantuk tindakan seseorang

(overt behavior). Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni:awareness (kesadaran), interest (merasa tertarik), evaluation (menimbang),

trial (mencoba) dan adoption (adopsi).

2.5.Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap ini masih merupakan reaksi tertutup bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap adalah kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo

(2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

kepercayaan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga

(43)

dari berbagai tingkatan antara lain menerima, merespon, menghargai dan

bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2003).

2.6.Tindakan

Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum otomatis terwujud

dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan.

2.7.Keluhan Kesehatan Kulit Akibat Penggunaan Air

Kulit gatal dan merah merupakan gejala dermatitis. Dermatitis merupakan

peradangan kulit ( epidermis dan dermis) sebagai respons kulit terhadap pengaruh

faktor eksogen dan atau faktor endogen. Dermatitis cenderung residif dan menjadi

kronis. agens- agens yang beraneka ragam, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan

dan fungus. Respon tersebut biasanya berhubungan dengan alergi (Djuanda,2007). .

Dermatitis disebabkan oleh faktor dari dalam tubuh (endogen) dan luar tubuh

(eksogen). Faktor endogen seperti gangguan sirkulasi darah dan penyakit sistemik

(Diabetes mellitus). Faktor eksogen seperti zat toksik (deterjen), bakteri, jamur,

suhu rendah, suhu tinggi, obat-obatan dan makanan.

Menurut Djuanda Adhi (2007) Pada umumnya penderita Dermatitis mengeluh

gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit. Pada stadium akut kelainan

kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak

(44)

Stadium Subakut, eritema dan edema berkurang. Sedang pada stadium kronis lesi

tampak kering. Mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal

memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/ substansi yang

menempel pada kulit. Dikenal dua macam Dermatitis kontak yaitu Dermatitis

kontak iritan dan Dermatitis Kontak Alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun

kronis.

1. Dermatitis Kontak Iritan

Penyebab munculnya Dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya

bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali dan serbuk kayu. Kelainan

kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi

bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang

dimaksud adalah lama kontak, kekerapan( terus-menerus atau berselang) , suhu dan

kelembaban juga ikut berperan.

2. Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,

yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Kulit penderita

Dermatitis Atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis

(45)

2.8.Kerangka Konsep Penelitian

Perilaku Masyarakat -Pengetahuan - Sikap - Tindakan

Keluhan kesehatan kulit: - Gatal- gatal

- Bintik- bintik merah - Nyeri

- Panas/ hangat - Kulit bersisik

Kualitas air sungai 1. Fisik

a) Suhu

b) TDS

c) TSS

2. Kimia

a) pH

b) BOD

c) COD

d) DO

e) Cr

f) As

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis survai deskriptif. yaitu untuk mengetahui

kualitas Air Sungai Babura dan perilaku masyarakat serta keluhan kesehatan kulit

pada masyarakat di sekitar sungai Babura di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Medan Baru, kelurahan Petisah

Tengah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan April-Mei 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar

sungai di kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Baru yang

berjumlah 56 Kepala Keluarga

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 56

(47)

adalah masyarakat banyak yang tinggal di sekitar sungai dan sebagian besar

menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari.

3.4 Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah air sungai Babura di kecamatan Medan

Baru. Sampel air diambil pada tiga titik yaitu (hulu, yaitu di kelurahan Titi rante,

tengah di kelurahan Darat dan hilir di kelurahan Petisah Tengah) yang diambil

secara serentak pada hari yang bersamaan. (Lihat Lampiran)

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1.Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah berupa

1. Data perilaku responden mengenai pencemaran air sungai yang diperoleh

melalui wawancara

2. Data kualitas fisik,kimia dan biologis air sungai Babura yang diperoleh

dengan cara :

3. Titik pengambilan sampel

Titik pengambilan sampel air ada sebanyak 3 titik yaitu titik hulu, tengah

dan hilir. Titik hulu berada di Kelurahan Titi Rante, titik tengah di

Kelurahan Darat, (di bawah jembatan sudirman) dan hilir di Kelurahan

(48)

4. Teknik pengambilan sampel air secara rinci:

a. Menyiapkan alat pengambil contoh sesuai dengan analisis yang

diperlukan.

b. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3( tiga) kali.

c. Mengambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis

d. Memasukkan air ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis.

e. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan

khusus.

Pengambilan contoh untuk parameter pengujian dilakukan di

laboratorium.

f. Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak

2,5 m dari permukaan.

3.5.2.Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini adalah data demografi yang diperoleh dari

Kantor Kelurahan Petisah Tengah.

3.6 Definisi Operasional

1. Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah

pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau.

2. Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas air adalah kekeruhan

(turbiditas), suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan tersuspensi, padatan

(49)

3. Parameter kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas

air adalah pH, oksigen terlarut, BOD, dan COD.

a. pH

pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan

asam dan basa sesuatu larutan .

b. BOD ( Biological Oxigen Demand)

BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh

bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi

sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob.

c. Chemical Oxygen Demand (COD)

COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi

bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.

d. Chromium

Logam berat kromium merupakan logam berat dengan berat atom

51,996 g/mol.Pencemaran kromium dilingkungan terutama berasal dari

aktivitas pembakaran dalam rumah tangga,industri kulit, industri

cat,serta industri yang menggunakan bahan baku Cr. Senyawa kromium

bisa menyebabkan iritasi mata, luka pada mata, iritasi kulit dan

membran mukosa.

(50)

Salah Satu logam yang mencemari adalah arsen. Dengan nomor atom

33, berat atom 74,92 g/mol. Gejala toksisitas yang dialami akibat

paparan arsen, ketidak normalan kulit berupa spot gelap/terang pada

kulit, keratosis pada telapak tangan/ kaki, dan akhirnya berkembang

menjadi kanker kulit..

4. Kualitas mikrobiologis adalah persyaratan bacteriologis terhadap air sungai

yang dipersyaratkan yaitu koliform tinja yaitu total faecal coli dalam air

sungai , kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 50 per 100 ml air.

5. Perilaku adalah semua kegiatan pengguna air baik yang dapat diamati

maupun tidak.

6. Pengetahuan adalah hasil tahu pengguna air tentang penggunaan air sungai

dan hubungannya dengan penyakit kulit.

7. Sikap adalah tanggapan pengguna air tentang penggunaan air sungai dan

hubungannya dengan penyakit kulit

8. Tindakan adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan pengguna air

terhadapa air sungai.

9. Keluhan kesehatan kulit Merupakan Gejala atau tanda yang dialami oleh

responden berupa:

a. gatal- gatal,

b. Bintik- bintik merah

(51)

3.7 Pengukuran Variabel Perilaku

Untuk mengukur variabel perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) masyarakat

terhadap pencemaran air pada penelitian ini digunakan skala Likert (Sugyono ,

2007). Ada 40 pertanyaan yang disajikan di dalam kuesioner.

1. Pengetahuan

Variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal terdiri dari 13 pertanyaan

dengan total skor 26, “Jika responden dapat menyebutkan 3 atau lebih jawaban

maka diberi skor 2”, “ Jika menyebutkan 1 atau 2 jawaban, maka diberi skor 1.”,

dan ‘jika tidak ada jawaban yang benar atau tidak tahu maka diberi skor nol.”

kemudian dikategorikan, dengan kategori sebagai berikut:

a. baik, jika skor yang diperoleh responden 75 % atau ≥ 19

b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 atau 12-18

c. Buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 12

2. Sikap

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 13 pertanyaan

dengan total skor 26, alternatif jawaban setuju diberi skor2 ( dua), kurang setuju

diberi skor 1(satu) dan tidak setuju diberi skor 0 ( nol),untuk pertanyaan nomor

2,3,5,7,8,9,10 dan 11,alternatif jawaban tidak setuju diberi skor 2(dua),kurang

setuju satu (1), tidak setuju diberi skor nol (0) kemudian dikategorikan

berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, dengan kategori sebagai berikut:

a. baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% atau > 19

(52)

c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45% atau < 12

3. Tindakan

Pengukuran variabel tindakan didasarkan pada skala ukur ordinal dari 14

pertanyaan dengan total skor 28, alternatif jawaban “ ya” diberi skor 2( dua), dan

“tidak “ diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor

yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:

a. baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% atau > 21

b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 atau 13-20

c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45% atau <13.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Analisa terhadap data dengan mendistribusikan variabel penelitian yaitu

variabel kualitas fisik, kimia bakteriologi. Hasil yang didapat dibandingkandengan

PP No.82 Tahun 2001 apakah air sungai tersebut telah memenuhi syarat atau tidak,

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian 4.1.1 Kecamatan Medan Baru

Kecamatan Medan Baru adalah salah satu kecamatan dari 21 Kecamatan di

Kota Medan. Kecamatan Medan Baru mempunyai luas wilayah 5,84 km2 dan

mempunyai penduduk sebesar 43.415 jiwa. Kecamatan Medan Baru terdiri dari 6

Kelurahan yaitu Kelurahan Babura, Darat, Merdeka, Padang Bulan, Petisah dan

Kelurahan Titi Rante.

4.1.2 Kelurahan Petisah Tengah a. Geografis

Kelurahan Petisah Tengah adalah kelurahan yang secara administratif

dibagi menjadi 16 lingkungan. Secara geografis berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kelurahan Sekip

Sebelah Selatan : Kelurahan Madras Hulu

Sebelah Timur : Kelurahan Kesawan

Sebelah Barat : Kelurahan Sei Sikambing

b. Demografi

Kondisi kependudukanmaupun keadaan sosial budaya masyarakat

Petisah Tengah khususnya Lingkungan 1 mempunyai karakter yang

(54)

yang ada di daerah tersebut. Masyarakat Lingkungan 1 Petisah

Tengah ini mayoritas beragama Islam. Jumlah Penduduk Petisah

Tengah pada data kantor Kelurahan terahir September 2010 adalah

15.352 orang, yang terdiri dari 7437 orang laki- laki dan 7915 orang

perempuan. Sebagian besar masyarakat mempunyai pekerjaan

wiraswasta.

4.2 Analisa Air

4.2.1 Karakteristik Responden Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru

a. Umur

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang

umur responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

No Umur (tahun) Jumlah( Orang) Persentase (%)

1 27-32 6 10,7

2 33-38 7 12,5

3 39-44 10 17,9

4 45-50 15 26,8

5 51-56 13 23,2

6 57-62 5 8,9

(55)

Menunjukkan bahwa responden di Kelurahan Petisah Tengah

Kecamatan Medan Baru berusia 27-32 tahun sebanyak 6 orang

(10,7%), pada umur 33-38 tahun sebanyak 7 orang (12,5%), pada

umur 39-44 tahun sebanyak 10 orang (17,9%), pada umur 45-50 tahun

sebanyak 15 orang (26,8%), pada umur 51-56 tahun sebanyak 13

orang (23,2%), dan pada umur 57-62 tahun sebanyak 5 orang (8,9%).

b. Jenis kelamin

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang

jenis kelamin responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah( orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 9 16,1

2 Perempuan 47 83,9

3 Jumlah 56 100

Menunjukkan bahwa responden di Kelurahan Petisah Tengah

Kecamatan Medan Baru tahun 2012 berjenis kelamin Laki-laki

berjumlah 9 orang (16,1%), dan perempuan berjumlah 47 orang

(83,9%).

c. Pendidikan

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang

(56)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase(%)

1 SD 22 39,3

2 SMP 24 42,9

3 SMU 10 17,7

Total 56 100,0

Menunjukkan bahwa responden Di Kelurahan Petisah Tengah

Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru mayoritas berpendidikan

tamatan SMP dengan jumlah 24 orang (42,9%), tamatan SD

sebanyak 22 orang (39,3%) dan tamatan SMU sebanyak 10 orang

(17,7%).

d. Pekerjaan

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang

pekerjaan responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

No Pekerjaan Jumlah( orang) Persentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 18 32,1

2 Pedagang 17 30,4

3 Wiraswasta 21 37,5

Total 56 100,0

4.2.2 Hasil Pengukuran Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air Sungai Babura yang dilakukan pada 3 titik

(57)

Tabel 4.5 Hasil pengukuran Kualitas Air Sungai Babura Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

No Parameter Sampel

(PP No.82 Tahun 2001)

1 Suhu 27,8 27,7 27,8 3

Hasil pengukuran terhadap COD menunjukkan bahwa sampel 2 memiliki

nilai yang lebih tinggi.

Hasil pengukuran terhadap BOD menunjukkan bahwa sampel 2 memiliki

nilai yang lebih tinggi.

Hasil pengukuran terhadap Colifecal menunjukkan bahwa sampel 3

memiliki nilai Colifecal yang paling tinggi dan seluruh sampel tidak memenuhi

kadar yang diperbolehkan . Dan Parameter yang lainnya masih memiliki nilai

yang standar atau berada di bawah baku mutu.

4.2.3 Karakteristik Penggunaan Air

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang

pengetahuan responden adalah sebagai berikut:

(58)

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.

No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 3 5,4

2 Sedang 15 26,8

3 Buruk 38 67,9

Total 56 100,0

Menunjukkan bahwa responden Di Kelurahan Petisah Tengah

Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru yang pengetahuan kategori

baik sebanyak 3 orang (5,4%), kategori sedang sebanyak 15 orang

(26,8%), dan paling banyak adalah kategori buruk sebanyak 38

orang(67,9%)

b. Sikap

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

No Kategori Sikap Jumlah Persentase

1 Baik 1 1,8

2 Sedang 55 98,2

3 Buruk 0 0

Total 56 100,0

Menunjukkan bahwa responden Di Kelurahan Petisah Tengah

Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru yang sikap kategori baik

sebanyak 1 orang( 1,8%), mayoritas adalah kategori sedang sebanyak

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
Tabel 4.5 Hasil pengukuran Kualitas Air Sungai Babura Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan warga menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih dapat mengakibatkan timbulnya keluhan kesehatan yaitu gatal-gatal, mata merah, gatal dan panas dan diare..

Jenis penelitian bersifat deskriptif untuk mengetahui kualitas air dan keluhan gangguan kulit pada masyarakat pengguna air Sungai Siak di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hygiene dan sanitasi lingkungan dan keluhan kesehatan kulit di Panti Asuhan Al- Jam’iyatul Washliyah Pulo Brayan

Pemetaan distribusi dan jumlah mikroplastik pada air permukaan aliran Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing Kota Medan dibagi pada 3 zonasi warna dengan menggunakan software

SHARAH DINA Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Pabrik Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia.. Dibimbing oleh ALEXANDER TERNALA BARUS dan MARAGUNUNG

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air dan keluhan gangguan kulit pada masyarakat pengguna air Sungai Siak di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan Tanjung

Sebagian besar masyarakat di wilayah Tanjung Raja membuang sampah akhirnya kedalam sungai ataupun di tepi sungai yang ada di sekitar Tanjung Raja tersebut

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan higiene pengguna air Sungai Deli dan tindakan pencemaran sungai dengan keluhan kesehatan kulit di Kelurahan Hamdan