SKRIPSI
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI DAN PERILAKU PENGGUNA SERTA KAITANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN KULIT
PADA MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN BARU
TAHUN 2012
OLEH:
YUNITA ULI LUBIS NIM: 091000245
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI DAN PERILAKU PENGGUNA SERTA KAITANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN KULIT PADA
MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI BABURA TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: YUNITA ULI LUBIS
NIM. 091000245
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Juli 2012
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji
Prof.Dr.Dra.Irnawati Marsaulina.MS NIP. 19650109199403 2 002
Penguji I
dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19780331200312 1 001 Penguji II
Ir.Evi Naria, M. Kes NIP. 19680320199303 2 001
Penguji III
Dr. dr.Wirsal Hasan,MPH NIP. 1940 1119 198701 1001 Medan, Agustus 2012
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
ABSTRAK
Kondisi air sungai Babura secara fisik berwarna keruh,terlihat berminyak dan mengandung tinja manusia. Perilaku masyarakat yang buruk tentang sanitasi terutama dalam hal penyediaan air bersih dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat sehingga dapat menimbulkan terjadinya keluhan kesehatan kulit. .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan perilaku masyarakat di sekitar sungai Babura dengan keluhan kesehatan kulit di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah jenis survai deskriptif. yaitu untuk mengetahui kualitas Air Sungai Babura dan perilaku masyarakat serta keluhan kesehatan kulit pada masyarakat di sekitar sungai Babura yang dilaksanakan di kelurahan petisah tengah.
Penelitian dilakukan pada Bulan April-Mei 2012 di Kecamatan Medan Baru. Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 56 kepala keluarga. Titik pengambilan sampel air ada sebanyak 3 titik yaitu titik hulu, tengah dan hilir. Titik hulu berada di Kelurahan Titi Rante , titik tengah di Kelurahan Darat,(di bawah jembatan sudirman) dan hilir di Kelurahan Petisah Tengah. (jembatan jalan kejaksaan). Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak 2,5 m dari tepi sungai.
Hasil penelitian parameter fisik, kimia dan bilogi bila dibandingkan dengan baku mutu, bahwa kualitas air sungai yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari seluruh responden, sebanyak 41,1% mengalami keluhan kesehatan kulit.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tiga titik sampel ditemukan bahwa pada sampel tiga,menunjukkan nilai colifaecal yang sangat tinggi yang mana lokasi tersebut digunakan oleh responden untuk keperluan MCK .Disarankan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Petisah Tengah agar tetep menjaga kebersihan air Sungai Babura sebagai sumber air bersih.
ABSTRACT
Water condition of the Babura River is physically muddy, oily, and contains human feces. People’s bad behavior in sanitation, especially in the lack of stockpiling clean water can decrease their health status so that it can cause skin disease.
The aim of the research was to know the quality of water and the behavior of the people surrounding the Babura River, Medan Baru Subdistrict, who suffered from skin disease in 2012.
The type of the research was a descriptive survey in order to know the quality of water of the Babura River and the behavior of the people who suffered from skin disease surrounding the Babura River, Kelurahan Petisah Tengah where the research was conducted.
The research was conducted from April until May, 2012 at Medan Baru Subdistrict. 56 families were used as the samples. The water samples were taken from three sites, at the upper course of the river (Kelurahan Titi Rante), at the middle course of the river (Kelurahan Darat, under Sudirman bridge), and at the lower course of the river (Kelurahan Petisah Tengah, under Jalan Kejaksaan bridge). The water was taken at the depth of 135 centimeters, about 2.5 meters from the river bank.
The result of the physical, chemical, and biological parameter, if compared to the quality standard, showed that the quality of the river water did not meet the health standard. 41.1% of the respondents were affected by skin disease.
Based the measurement of the three water samples, it was found that sample three showed high colifaecal value since this site was used by the respondents for defecating. It is recommended that people who live at Kelurahan Petisah Tengah should keep the water of the Babura River clean in order that it can be used as clean water source.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : YUNITA ULI LUBIS
Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidempuan,14 Juni 1986
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Anak Ke : 3 dari 4 bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Tennis no 23, Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL :
1. SD Negeri 26 Padangsidempuan : Tahun 1995-2000
2. SMP Negeri 4 Padangsidempuan : Tahun 2000-2003
3. SMA N1 Kotanopan Mandailing Natal : Tahun 2003-2005
4. D3 Keperawatan USU medan : Tahun 2005-2008
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan karunia NYAlah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
Analisis Kualitas Air Sungai Dan Perilaku Pengguna Serta Kaitanya Dengan Keluhan Kesehatan Kulit Pada Masyarakat Sekitar Sungai Babura Kecamatan Medan Baru Tahun 2012” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih teristimewa kepada
orang tuaku tercinta Ayahanda Rasoki Alam Nauli Lubis dan Ibunda Masdelima Siregar karena tidak bosan bosannya memberikan motivasi, dukungan moril maupun materil dan doa yang sangat luar biasa dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.Dr.Dra.Irnawati Marsaulina,MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak dr. Taufik Ashar, MKM
selaku dosen pembimbing II yang dalam proses penulisan skripsi ini telah begitu
banyak meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan,
petunjuk, saran dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara selaku penguji.
3. Dr.dr.Wirsal Hasan,MPH selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan
saran dan dukungan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan.
5. Pegawai BTKL,khususnya Pak noviandi, bg panji dan kak nia yang telah
membantu penulis selama proses penelitian di laboratorium.
6. Bapak Lurah Petisah Tengah Yang telah memberi izin penelitian dan
memberikan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Ibu Kepala Lingkungan 1 Kelurahan Petisah Tengah yang telah membantu
penelitian penulis.
8. Zico Sihite yang selalu memberi semangat dan kasih sayang dalam penyusunan
skripsi ini
9. Teman-temanku seperjuangan vina, rina, asep, suryati dan teman-teman yang
lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi,
kebersamaan, berbagi suka dan duka serta doa selama masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap
semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya
Daftar Isi
Halaman
Abstrak Indonesia ... i
Abstrak Inggris ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
Bab I Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.3.1. Tujuan Umum ... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
Bab II Tinjauan Pustaka ... 8
2.1. Air... 8
2.1.1. Peranan Air Bagi Kehidupan ... 8
2.1.2. Peranan Air Terhadap Penularan Penyakit ... 9
2.1.3. Pencemaran Air ... 11
2.2. Air Sungai ... 13
2.2.1 Pengertian Air Sungai ... 13
2.2.2 Pengolahan Air Sungai ... 13
2.2.4 Parameter Uji Kualitas Perairan Sungai... 16
2.3. Perilaku Masyarakat ... 23
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... 23
2.5. Pengetahuan ... 25
2.6. Sikap... 25
2.7. Tindakan ... 26
2.8. Keluhan Kesehatan Kulit Akibat Penggunaan Air... 26
2.9. Kerangka Konsep Penelitian ... 28
Bab III Metode Penelitian ... 29
3.1. Jenis Penelitian ... 29
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 29
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2 Waktu Penelitian... 29
3.3. Populasi Dan Sampel ... 29
3.4. Objek Penelitian ... 30
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.5.1. Data Primer ... 30
3.5.2. Data Sekunder ... 30
3.6. Definisi Operasional ... 31
3.7. Pengukuran Variabel Perilaku ... 34
3.8. Metode Pengumpulan Data ... 35
Bab IV Hasil Penelitian ... 36
4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 36
4.1.1 Kecamatan Medan Baru ... 36
4.1.2 Kelurahan Petisah Tengah ... 36
Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru ... 37
4.2.2 Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 39
4.2.3 Karakteristik Penggunaan Air ... 40
4.2.4 Analisa Keluhan Kesehatan ... 42
4.2.5 Tabulasi Silang Karateristik Responden Dengan Keluhan Kesehatan ... 45
Bab V Pembahasan ... 49
5.1 Kualitas Air Sungai Babura ... 49
5.2 Karakteristik Responden Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan1 ... 55
5.3 Penggunaan Air ... 56
5.4 Keluhan Kesehatan... 57
Bab VI Kesimpulan Dan Saran ... 60
6.1 Kesimpulan ... 60
6.2 Saran ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Kelurahan Petisah
Tengah 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 37
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan
Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru
Tahun 2012 ... 38
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan
Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru
Tahun 2012 ... 39
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan
Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru
Tahun 2012 ... 39
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Babura Di Kecamatan Medan
Baru Tahun 2012 ... 40
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan
Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan
Baru Tahun 2012 ... 41
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Di Kelurahan
Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru
Tahun 2012 ... 41
Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan
Baru Tahun 2012 ... 42
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Merasakan Keluhan Kesehatan
KulitSetelah Pemakaian Air Sungai Babura Di Kelurahan Petisah
Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012... 42
Tabel 4.10 Distribusi Responden Tentang Keluhan Kesehatan Kulit Yang
Berkaitan Dengan pemakaian Air Di Kelurahan Petisah
Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 43
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kesehatan Kulit
Yang Dirasakan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1
Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 44
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengobatan Di Kelurahan
Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan
Baru Tahun 2012 ... 44
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Tempat Berobat
Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan
Medan Baru Tahun 2012. ... 45
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Umur dan Keluhan
Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan
Medan Baru Tahun 2012. ... 45
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keluhan
Medan Baru Tahun 2012. ... 46
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Pendidikan Dan Keluhan
Dan Keluhan Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah
Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012. ... 47
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Dan Keluhan Kesehatan Di Kelurahan Petisah Tengah
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kondisi Pemukiman Sekitar Sungai Babura ... 89
Gambar 2. Aktivitas Masyarakat Di Sungai ... 89
Gambar 3. Wawancara Dengan Responden ... 90
Gambar 4. Tanya Jawab Dengan Responden ... 90
Gambar 5. Pemeriksaan Sampel Di Lab ... 91
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ... 63
Lampiran 2. Tabel Frekuensi ... 71
Lampiran 3. Crosstabs ... 76
Lampiran 4. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tanggal
14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air... 85
ABSTRAK
Kondisi air sungai Babura secara fisik berwarna keruh,terlihat berminyak dan mengandung tinja manusia. Perilaku masyarakat yang buruk tentang sanitasi terutama dalam hal penyediaan air bersih dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat sehingga dapat menimbulkan terjadinya keluhan kesehatan kulit. .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan perilaku masyarakat di sekitar sungai Babura dengan keluhan kesehatan kulit di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah jenis survai deskriptif. yaitu untuk mengetahui kualitas Air Sungai Babura dan perilaku masyarakat serta keluhan kesehatan kulit pada masyarakat di sekitar sungai Babura yang dilaksanakan di kelurahan petisah tengah.
Penelitian dilakukan pada Bulan April-Mei 2012 di Kecamatan Medan Baru. Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 56 kepala keluarga. Titik pengambilan sampel air ada sebanyak 3 titik yaitu titik hulu, tengah dan hilir. Titik hulu berada di Kelurahan Titi Rante , titik tengah di Kelurahan Darat,(di bawah jembatan sudirman) dan hilir di Kelurahan Petisah Tengah. (jembatan jalan kejaksaan). Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak 2,5 m dari tepi sungai.
Hasil penelitian parameter fisik, kimia dan bilogi bila dibandingkan dengan baku mutu, bahwa kualitas air sungai yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari seluruh responden, sebanyak 41,1% mengalami keluhan kesehatan kulit.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tiga titik sampel ditemukan bahwa pada sampel tiga,menunjukkan nilai colifaecal yang sangat tinggi yang mana lokasi tersebut digunakan oleh responden untuk keperluan MCK .Disarankan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Petisah Tengah agar tetep menjaga kebersihan air Sungai Babura sebagai sumber air bersih.
ABSTRACT
Water condition of the Babura River is physically muddy, oily, and contains human feces. People’s bad behavior in sanitation, especially in the lack of stockpiling clean water can decrease their health status so that it can cause skin disease.
The aim of the research was to know the quality of water and the behavior of the people surrounding the Babura River, Medan Baru Subdistrict, who suffered from skin disease in 2012.
The type of the research was a descriptive survey in order to know the quality of water of the Babura River and the behavior of the people who suffered from skin disease surrounding the Babura River, Kelurahan Petisah Tengah where the research was conducted.
The research was conducted from April until May, 2012 at Medan Baru Subdistrict. 56 families were used as the samples. The water samples were taken from three sites, at the upper course of the river (Kelurahan Titi Rante), at the middle course of the river (Kelurahan Darat, under Sudirman bridge), and at the lower course of the river (Kelurahan Petisah Tengah, under Jalan Kejaksaan bridge). The water was taken at the depth of 135 centimeters, about 2.5 meters from the river bank.
The result of the physical, chemical, and biological parameter, if compared to the quality standard, showed that the quality of the river water did not meet the health standard. 41.1% of the respondents were affected by skin disease.
Based the measurement of the three water samples, it was found that sample three showed high colifaecal value since this site was used by the respondents for defecating. It is recommended that people who live at Kelurahan Petisah Tengah should keep the water of the Babura River clean in order that it can be used as clean water source.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup:
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Adapun yang
dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk
memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang
hidup di dalamnya (Notoadmodjo, 2003).
Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat pengembangan
teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup, misalnya pencemaran air,
udara dan tanah akan mengakibatkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah,
akibatnya akan terjadi hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian
lingkungan. Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang
menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan baik yang bersifat fisik,
kimiawi maupun biologis, sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan
aktivitas manusia serta organisme lainnya (Supardi, 2003).
Faktor lingkungan (fisik, biologi dan sosiokultural) mempunyai kaitan yang
air bersih, membuang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat
termasuk pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air
tersebut dan penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air seperti
penyakit kulit, diare dan lain-lain (Depkes RI, 2003).
Sesuai dengan penjelasan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992, yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamatan dan penetapan
kualitas air untuk berbagai kebutuhan manusia. Oleh karena itu seharusnya air yang
dikonsumsi oleh manusia untuk kebutuhan sehari- hari selain harus mencukupi juga
harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia dan bakteriologis (Depkes, 1992).
Secara epidemiologis ada keterkaitan yang erat antara masalah air bersih
dengan penyakit kulit, maka oleh sebab itu dengan adanya cakupan air bersih yang
tinggi dapat menurunkan angka penyakit kulit. Dalam kaitan dengan hal tersebut
maka seharusnya air bersih yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas
yang ditetapkan. Persyaratan kualitas tersebut telah tertuang dalam Permenkes No.
416/1999 tentang syarat-syarat dan kualitas air bersih (Depkes RI,1990).
Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam agenda
Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah penurunan
sebesar separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air
minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015,
dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk didunia yang tinggal di desa maupun di kota
Berdasarkan laporan MDGs tahun 2008 di Indonesia jumlah penduduk yang
tidak memiliki akses air bersih sebesar 44,2 %, dan hanya 5,5 % penduduk di desa
yang mempunyai akses air bersih. Selanjutnya pada tempat-tempat umum cakupan
penduduk yang mempunyai akses air bersih hanya 32,9% (WHO,2008).
Pencemaran air dapat terjadi akibat masuknya atau dimasukkannya bahan
pencemar dari berbagai kegiatan, seperti rumah tangga, pertanian, industri. Akibat
pencemaran tersebut kualitas air dapat menurun hingga tidak memenuhi persyaratan
peruntukan yang ditetapkan. Penurunan kualitas air akibat pencemaran, seperti yang
terjadi di sungai-sungai dapat mengubah struktur komunitas organisme akuatik yang
hidup. Pencemaran senyawa organik, padatan tersuspensi, nutrient berlebih,
substansi toksik, limbah industri dapat menyebabkan gangguan kualitas air dan
dapat menyebabkan perubahan keanekaragaman komposisi organisme akuatik di
sungai. (Affandi, 1990).
Kota Medan yang berpenduduk 2.109.339 (BPS 2010), merupakan salah satu
kota yang mempunyai penduduk terbanyak di Indonesia. Dengan jumlah penduduk
yang sebegitu besarnya, kebutuhan akan air bersih juga sangat besar. Sedangkan
kenyataannya akses untuk mendapatkan air bersih sangatlah sulit.
Sungai-sungai di Kota Medan berdasarkan Keputusan Menteri Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang status sungai Deli dan Sungai Babura
adalah sungai yang merupakan kawasan lindung yang harus dilindungi maka
mengevaluasi penyelenggaraan kawasan sumber daya air, pendayagunaan dan
pengendalian dan pengendalian daya rusak air.
Daya rusak sungai ini disebabkan adanya aktifitas kegiatan/usaha disepanjang
Aliran Sungai (DAS) dari hulu sampai hilir antara lain usaha pertanian, pemukiman,
perkotaan/pembangunan, hotel, mall dan industri sehingga kualitas sungai
berkurang atau terjadi pencemaran lingkungan (Badan Lingkungan Hidup Kota
Medan ,2010).
Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis dan
polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum
yang terpolusi mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya
mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai
laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air
sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaaan air
laut menunjukkan adanya polusi. Tanda- tanda polusi air yang berbeda ini
disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda.
Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah
industri) tidak boleh langsung dibuang kelingkungan karena dapat menyebabkan
pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas
yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus mengalami
proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang kembali ke
Kondisi air sungai yang dijadikan pembuangan limbah berbahaya dari industri,
limbah rumah tangga, pestisida dan lain-lain. Limbah industri sangat potensial
sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Pada umumnya limbah industri
mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Karakteristik limbah
B3 korosif yang dapat menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak, bersifat
toksik atau beracun dan menyebabkan infeksi atau penyakit.
Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan
cairan asam. Misalnya limbah yang dihasilkan industri pelapisan logam, yang
mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat,
asam nitrat dan asam fosfat. Limbah bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan
dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu
pernafasan dan menyebabkan kanker.(Mukono,H,1999).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan terlihat bahawa air sungai Babura
keruh, terlihat berminyak dan mengandung tinja manusia. Dengan kondisi sungai
yang seperti ini masih banyak masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Babura
yang mencuci pakaian, buang air besar dan kecil termasuk mencuci kenderaan
bermotor. Perilaku masyarakat yang buruk tentang sanitasi terutama dalam hal
penyediaan dan penggunaan air bersih dapat menurunkan derajat kesehatan
masyarakat itu sendiri sehingga dapat menimbulkan terjadinya keluhan penyakit
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti
kualitas air, perilaku masyarakat dan keluhan penyakit kulit di sekitar sungai Babura
Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.
1.2.Perumusan Masalah
Sebagian besar masyarakat sekitar sungai Babura menggunakan air sungai
untuk MCK dan membersihkan kendaraan di sungai tersebut. Hal ini menyebabkan
sungai berwarna keruh dan dan berminyak. Dengan demikian yang menjadi
rumusan permasalahan adalah perilaku masyarakat yang meliputi Pengetahuan,
Sikap, Tindakan dalam penggunaan air sungai Babura dan Keluhan Kesehatan Kulit
di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 .
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan perilaku
masyarakat di sekitar sungai Babura dengan keluhan kesehatan kulit di
Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang bahaya
pencemaran air sungai
3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat terhadap pencemaran air
sungai.
4. Untuk menganalisa kualitas kimia air sungai Babura.
5. Untuk menganalisa kualitas biologi air sungai Babura.
6. Untuk menganalisa kualitas fisik air sungai Babura
7. Untuk mengetahui keluhan kesehatan kulit pada masyarakat sekitar
sungai.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Untuk dapat digunakan sebagai dasar kebijakan dalam perencanaan
pengelolaan sumber daya air.
2. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang kulitas air
Sungai Babura.
3. Sebagai informasi dan bahan refrensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Air
Menurut peraturan pemerintah PP No. 82Tahun 2001 : Air adalah semua air
yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil.
Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini mata air, sungai, rawa, danau, waduk dan muara.
2.1.1 Peranan Air Bagi Kehidupan
Air mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan
kelangsungan hidup manusia. Air bukanlah sesuatu yang baru untuk
dikonsumsi, oleh karena sejak ada kehidupan tidak satu pun manusia terlepas
dari penggunaan air terus menerus untuk kelangsungan hidupnya. Air
merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan di atas bumi (Slamet, 1994).
Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh
orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat
kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam
cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap
orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara
hari (Notoatmodjo, 2003). Adapun fungsi air bagi manusia antara lain adalah
sebagai berikut ;
1. Mempertahankan kelembaban organ-organ tubuh. Jika organ tubuh
kekurangan air bentuknya akan mengempis karena kehilangan kelembaban.
2. Untuk mempertahankan volume dan kekentalan darah dan getah
bening.
3. Mengatur suhu tubuh. Jika kekurangan air tubuh akan menjadi panas.
4. Untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kulit akan menjadi kasar dan
berkerut jika kekurangan air. Sebagai mediator dan saluran dari berbagai
reaksi kimia di dalam tubuh, proses metabolisme tubuh memerlukan air.
Dan masih banyak fungsi lainnya seperti sebagai pencuci, pelarut zat-zat
gizi dan sebagainya (Harini, 2007).
2.1.2 Peranan Air Terhadap Penularan Penyakit
Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam
sebagai berikut (Juli Soemirat, 2007) :
1. Air sebagai penyebar mikroba patogen
2. Air sebagai sarang insecta penyebar penyakit
3. Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat
membersihkan dirinya dengan baik
4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit .Dalam hal memindahkan
a. Cara Water Borne
Cara water borne merupakan penularan penyakit dimana air sebagai
medianya. Kuman pathogen berada di dalam air minum untuk manusia
dan hewan. Yang termasuk penyakit yang dihantarkan melalui air ini
antara lain: penyakit kolera, typhoid, hepatitis dan disentri basiler.
b. Cara Water Washed
Cara water washed merupakan penularan penyakit berhubungan dengan
air yang digunakan untuk kebersihan. Dengan terjaminnya kebersihan
oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat
dikurangi penularannya pada manusia. Yang termasuk penyakit karena
kurangnya air untuk kebersihan seseorang ini antara lain ; infeksi kulit
dan selaput lendir, infeksi oleh insekta parasit pada kulit.
c. Cara Water Based
Cara water based merupakan penularan penyakit melalui pejamu (host) di
air. Contoh penyakit yang ditularkan melalui water based adalah
Schistomiasis. Pejamu (host) perantara ini hidup di air contohnya siput
air. Dalam hal ini larva .Schistomiasis hidup dalam siput air hingga
berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia
yang berada dalam air tersebut. Penyaki ini disebut Schistomiasis.
d. Cara Water Related Insecta Vector
Cara water related insecta vector merupakan penularan penyakit melalui
Contoh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya
bergantung pada air ini seperti malaria. oleh vektor nyamuk Anopheles,
demam berdarah oleh vektor nyamuk Aedes Aegypti.
2.1.3 Pencemaran Air
Menurut peraturan pemerintah RI No.82 tahun 2001 menyebutkan
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 disebutkan pula bahwa: Mutu air
adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, enersi
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air. Sementara itu Status mutu air adalah
tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik
pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan
baku mutu air yang ditetapkan. Dan berdasarkan PP no. 82 thun 2001 juga
1. Unsur non-konservatif yaitu unsur yang sapat diuraikan oleh mikro
organisme, misalnya senyawa organik.
2. Unsur konservatif yaitu unsur yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme, misalnya senyawa anorganik.
3. Buangan termal (panas), radioaktif ataupun mikroorganisme.
Senyawa pencemar air dapat dibagi ke dalam beberapa golongan secara
umum, pencemaran air minum oleh tinja merupakan penyebab utama timbulnya
penyakit yang berasal dari air yang menyerang penduduk perkotaan. Banyak
penyakit epidemik yang disebabkan bakteri dan virus berasal dari air minum.
Di Indonesia, peruntukan badan air/air sungai menurut kegunaannya
ditetapkan oleh Gubernur. Peraturan pemerintah RI No. 20 tahun 1990
mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut
peruntukannya. Air sungai termasuk dalam golongan B, yaitu air yang dapat
digunakan sebagai bahan baku air minum. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Golongan A: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa Pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B: Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
2.2.Air Sungai
2.2.1.Pengertian air sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 35 tahun 1991 tentang sungai,
yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan
dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di
daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air
hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih
rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya
berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas
permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur
sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut
sungai (Gayo, 1994). Jadi yang dimaksud dengan air sungai adalah salah satu
badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan yang mengalir dari
dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang didapat dari
sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk tercemar
polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).
2.2.2 Pengolahan air sungai
Secara alamiah sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja.
pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi
sangat rendah. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang
berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar. Hampir
setiap hari sungai menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah,
buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, daerah
urban dan pertanian (Darwono, 2001).
Air sungai pada umumnya telah mengalami pencemaran, karena itu perlu
diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.
Pengolahan (purifikasi) air ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu purifikasi
alami dan purifikasi buatan. Dalam purifikasi buatan ini air mengalami tiga
proses secara bertahap yaitu proses koagulasi, filtrasi dan desinfeksi. Setelah
mengalami ketiga proses tadi barulah air sungai dapat dipergunakan untuk
kepentingan rumah tangga (RT). Secara sederhana di tiap-tiap rumah dapat
dibuat instalasi pengolahan air sehingga memenuhi syarat kesehatan yang akan
sangat membantu pula pada usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit
yang ditularkan melalui air. Untuk masyarakat luas pengolahan air permukaan
ini dilaksanakan di instalasi yang dibangun pemerintah dan dibagikan melalui
pipa (Entjang, 1985).
2.2.3.Pencemaran badan air
Kegoncangan dan keseimbangan lingkungan hidup sangat dipengaruhi
dan adanya ledakan penduduk. Temuan teknologi, di satu sisi akan
menguntungkan manusia karena lebih efisien dalam pemanfaatan waktu dan
biaya operasional, tetapi di sisi lain menyebabkan pemanfaatan sumberdaya
alam melampaui daya pulih alami sumber daya alam sehingga menimbulkan
ketidakstabilan kualitas lingkungan (Salim dalam Nurmayanti, 2002).
Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukkannya. Industrialisasi dan urbanisasi telah membawa dampak pada
lingkungan. Pembuangan limbah industri dan domestik ke badan air merupakan
penyebab utama polusi air. Pencemaran air didefinisikan sebagai pembuangan
substansi dengan karakteristik dan jumlah yang menyebabkan estetika, bau, dan
rasa menjadi terganggu dan atau menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin,
2002).
Penyebab pencemaran air berdasarkan sumbernya secara umum dapat
dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (Tempat
Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya.
Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari
mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga
digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian
(Suriawiria, 1996).
Pembuangan air limbah ke badan sungai tidak selalu terus menerus
sepanjang hari. Limbah yang dibuang baik kuantitas, kualitas maupun waktu
pembuangannya berkaitan erat dengan kegiatan yang dilakukan baik oleh
rumah tangga secara individu, tempat-tempat pelayanan dan fasilitas umum
maupun oleh pabrik yang menghasilkan limbah tersebut. Air limbah dari sektor
rumah tangga umumnya dibuang pada pagi hari hingga sore hari dan mencapai
puncaknya pada sekitar pukul 07.00 – 10.00 dan 16.00 – 20.00 sehingga
komposisi air limbah tidak akan konstan sepanjang waktu. Sekitar 60%-80%
dari total air yang digunakan dalam rumah tangga dibuang sebagai limbah cair.
Limbah tersebut secara langsung maupun tidak akan mencapai badan air (air
tanah, sungai, danau) sehingga mempengaruhi kualitas badan air (Sudarmadji,
1995 dalam Nurmayanti, 2002).
2.2.4.Parameter Uji Kualitas Perairan Sungai
Kualitas air sungai menurut Alaerts dan Santika (1987) sangat tergantung
yang berasal dari pemukiman. Perairan yang melintasi daerah pemukiman dapat
menerima masukan bahan organik yang berasal dari aktivitas penduduk.
Dengan demikian ekosistem sungai keberadaannya terkait integral dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik disekitarnya.
Menurut Riyadi (1984) parameter-parameter yang digunakan untuk
mengukur kualitas air meliputi sifat fisik, kimia, dan biologis.
Parameter-parameter tersebut adalah :
1. Sifat Fisik
Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas air adalah kekeruhan
(turbiditas), suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan tersuspensi, padatan
terlarut dan daya hantar listrik (DHL).
a. Suhu
Kenaikan suhu air akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut
dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya
kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif
tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air
lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut
tidak juga kembali pada suhu normal, lama kelaman dapat menyebabkan
kematian ikan dan hewan lainnya.
b. Total Suspended Solid( TSS)
Total Suspended Solids (TSS) adalah padatan dalam air yang bisa
materi lumpur, tanaman membusuk dan hewan, limbah industri, dan
limbah. Konsentrasi tinggi padatan tersuspensi dapat menyebabkan
banyak masalah bagi kesehatan aliran dan kehidupan akuatik.
Total Suspended Solid (TSS), adalah salah satu parameter yang
digunakan untuk pengukuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan
pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya
dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki
ukuran pori 0.45 μm (Clescerl, 1905).
Nilai TSS dari contoh air biasanya ditentukan dengan cara menuangkan
air dengan volume tertentu, biasanya dalam ukurtan liter, melalui sebuah
filter dengan ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang
dan kemudian beratnya akan dibandingkan dengan berat filter setelah
dialirkan air setelah mengalami pengeringan. Berat filter tersebut akan
bertambah disebabkan oleh terdapatnya partikel-partikel tersuspensi
yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang tersuspensi ini
dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS adalah
miligram per liter (mg/l).
Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan
perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi
penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS
dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik
Nilai TSS umumnya semakin rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan
padatan tersuspensi tersebuit disupply oleh daratan melalui aliran sungai
(Helfinalis, 2005). Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa
berdampak positif apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi
baku mutu kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup, yaitu 70 mg/l (Helfinalis, 2005).
c. Total Padatan Terlarut (TDS)
Total padatan terlarut (TDS) adalah jumlah total dari ion bermuatan
mobile, termasuk mineral, garam atau logam dilarutkan dalam volume
tertentu air, dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air (mg / L),
juga disebut sebagai bagian per juta (ppm).
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik, mis: garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan.
TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per
Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L).
2. Sifat Kimia
Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas air
adalah pH, oksigen terlarut, BOD, dan COD.
a. pH
pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam dan basa sesuatu larutan ( Sutrisno, 2004). Skala pH diukur
dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa
(rasanya pahit) ( Kusnaedi,2004).
b. BOD (Biological Oxigen Demand)
BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh
bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob. Menurut Mahida
(1981) BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran limbah
semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk
menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau
air yang telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu
200 C. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen
terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu
perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm. Kristanto (2002)
menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa kelemahan di
antaranya adalah:
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh
bahan-bahan organik atau bahan-bahan-bahan-bahan tereduksi lainnya, yang disebut juga
Intermediate Oxygen Demand.
2. Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari.
3. Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air
tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak
bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti.
c. Chemical Oxygen Demand (COD)
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan
suatu uji yang lebih cepat dari uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia
dari suatu bahan oksidan. Uji ini disebut dengan uji COD, yaitu suatu uji
yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan
misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat di dalam air. Banyak zat organik yang tidak mengalami
penguraian biologis secara cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari,
tetapi senyawa-senyawa organik tersebut juga menurunkan kualitas air.
Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O kalium
dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga menghasilkan
nilai COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang sama. Di samping
itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme
dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. 90 % hasil uji COD yang selama
10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama lima hari
(Kristanto, 2002). Senyawa klor, selain mengganggu uji BOD, juga
dikromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri
sulfat yang akan bereaksi dengan klor membentuk senyawa komplek.
d. Chromium
Berdasarkan sifat kimianya logam chromium dalam persenyawaannya
mempunyai bilangan oksidasi +2, +3 dan +6. Namun yang lebih bersifat
toksik adalah chromium heksavalen (Cr6+). Jika kadar chromium yang
masuk ke dalam tubuh manusia melebihi batas yang ditentukan maka
akan menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan serta pada sistem
pernapasan (Palar, 2008). Analisa chromium heksalen dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel dalam air sungai Babura memiliki kadar
chromium heksavalen melebihi batas ambang. Kadar chromium
maksimum yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,05
mg/Liter. Oleh karena itu chromium merupakan salah satu parameter
kimia yang penting dalam analisa kualitas air.
e. Arsen(As)
Salah Satu logam yang mencemari adalah arsen. Dengan nomor atom
33, berat atom 74,92 g/mol. Gejala toksisitas arsen per oral antara lain
berupa: ketidak normalan kulit, antara lain berupa spot gelap/ terang
pada kulit, keratosis pada telapak tangan/ kaki, dan akhirnya
2.3.Perilaku Masyarakat
Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan
dengan terjadinya keluhan kesehatan pada pengguna air sungai Babura .Perilaku
kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap
dan tindakan. Menurut Notoadmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya
adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan
sebagai berikut:
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagimana manusia
merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan
dengan penyakit dan sakit tersebut.
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap
sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang trdisional.
c. Perilaku terhadap makanan, adalah respon sesorang terhadap makanan sebagai
kebutuhan vital bagi kehidupan.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon terhadap lingkungan
sebagai determinan.
2.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang
a. Latar Belakang
Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang
kesehatan dibedakan atas: pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma
yang dimiliki dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial
budaya yang berlaku.
b. Kepercayaan dan Kesiapan Mental
Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan
orang tersebut terhadap kesehatan serta kesiapan mental yang dipunyai.
Kepercayaan tersebut setidak-tidaknya menjadi manfaat yang akan
diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan
bahwa dirinya dapat diserang penyakit.
c. Sarana
Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting
dalam munculnya perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, betapapun
positifnya latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki
tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak
akan muncul.
d. Faktor Pencetus
Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk
memunculkan perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai
seseorang baru berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah
2.4.Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membantuk tindakan seseorang
(overt behavior). Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni:awareness (kesadaran), interest (merasa tertarik), evaluation (menimbang),
trial (mencoba) dan adoption (adopsi).
2.5.Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap ini masih merupakan reaksi tertutup bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap adalah kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo
(2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
kepercayaan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga
dari berbagai tingkatan antara lain menerima, merespon, menghargai dan
bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2003).
2.6.Tindakan
Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan.
2.7.Keluhan Kesehatan Kulit Akibat Penggunaan Air
Kulit gatal dan merah merupakan gejala dermatitis. Dermatitis merupakan
peradangan kulit ( epidermis dan dermis) sebagai respons kulit terhadap pengaruh
faktor eksogen dan atau faktor endogen. Dermatitis cenderung residif dan menjadi
kronis. agens- agens yang beraneka ragam, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan
dan fungus. Respon tersebut biasanya berhubungan dengan alergi (Djuanda,2007). .
Dermatitis disebabkan oleh faktor dari dalam tubuh (endogen) dan luar tubuh
(eksogen). Faktor endogen seperti gangguan sirkulasi darah dan penyakit sistemik
(Diabetes mellitus). Faktor eksogen seperti zat toksik (deterjen), bakteri, jamur,
suhu rendah, suhu tinggi, obat-obatan dan makanan.
Menurut Djuanda Adhi (2007) Pada umumnya penderita Dermatitis mengeluh
gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit. Pada stadium akut kelainan
kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak
Stadium Subakut, eritema dan edema berkurang. Sedang pada stadium kronis lesi
tampak kering. Mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/ substansi yang
menempel pada kulit. Dikenal dua macam Dermatitis kontak yaitu Dermatitis
kontak iritan dan Dermatitis Kontak Alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun
kronis.
1. Dermatitis Kontak Iritan
Penyebab munculnya Dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali dan serbuk kayu. Kelainan
kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi
bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang
dimaksud adalah lama kontak, kekerapan( terus-menerus atau berselang) , suhu dan
kelembaban juga ikut berperan.
2. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Kulit penderita
Dermatitis Atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis
2.8.Kerangka Konsep Penelitian
Perilaku Masyarakat -Pengetahuan - Sikap - Tindakan
Keluhan kesehatan kulit: - Gatal- gatal
- Bintik- bintik merah - Nyeri
- Panas/ hangat - Kulit bersisik
Kualitas air sungai 1. Fisik
a) Suhu
b) TDS
c) TSS
2. Kimia
a) pH
b) BOD
c) COD
d) DO
e) Cr
f) As
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis survai deskriptif. yaitu untuk mengetahui
kualitas Air Sungai Babura dan perilaku masyarakat serta keluhan kesehatan kulit
pada masyarakat di sekitar sungai Babura di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Medan Baru, kelurahan Petisah
Tengah.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan bulan April-Mei 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar
sungai di kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Baru yang
berjumlah 56 Kepala Keluarga
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 56
adalah masyarakat banyak yang tinggal di sekitar sungai dan sebagian besar
menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari.
3.4 Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah air sungai Babura di kecamatan Medan
Baru. Sampel air diambil pada tiga titik yaitu (hulu, yaitu di kelurahan Titi rante,
tengah di kelurahan Darat dan hilir di kelurahan Petisah Tengah) yang diambil
secara serentak pada hari yang bersamaan. (Lihat Lampiran)
3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1.Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah berupa
1. Data perilaku responden mengenai pencemaran air sungai yang diperoleh
melalui wawancara
2. Data kualitas fisik,kimia dan biologis air sungai Babura yang diperoleh
dengan cara :
3. Titik pengambilan sampel
Titik pengambilan sampel air ada sebanyak 3 titik yaitu titik hulu, tengah
dan hilir. Titik hulu berada di Kelurahan Titi Rante, titik tengah di
Kelurahan Darat, (di bawah jembatan sudirman) dan hilir di Kelurahan
4. Teknik pengambilan sampel air secara rinci:
a. Menyiapkan alat pengambil contoh sesuai dengan analisis yang
diperlukan.
b. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3( tiga) kali.
c. Mengambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis
d. Memasukkan air ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis.
e. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan
khusus.
Pengambilan contoh untuk parameter pengujian dilakukan di
laboratorium.
f. Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak
2,5 m dari permukaan.
3.5.2.Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah data demografi yang diperoleh dari
Kantor Kelurahan Petisah Tengah.
3.6 Definisi Operasional
1. Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah
pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau.
2. Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas air adalah kekeruhan
(turbiditas), suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan tersuspensi, padatan
3. Parameter kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas
air adalah pH, oksigen terlarut, BOD, dan COD.
a. pH
pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam dan basa sesuatu larutan .
b. BOD ( Biological Oxigen Demand)
BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh
bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob.
c. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi
bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
d. Chromium
Logam berat kromium merupakan logam berat dengan berat atom
51,996 g/mol.Pencemaran kromium dilingkungan terutama berasal dari
aktivitas pembakaran dalam rumah tangga,industri kulit, industri
cat,serta industri yang menggunakan bahan baku Cr. Senyawa kromium
bisa menyebabkan iritasi mata, luka pada mata, iritasi kulit dan
membran mukosa.
Salah Satu logam yang mencemari adalah arsen. Dengan nomor atom
33, berat atom 74,92 g/mol. Gejala toksisitas yang dialami akibat
paparan arsen, ketidak normalan kulit berupa spot gelap/terang pada
kulit, keratosis pada telapak tangan/ kaki, dan akhirnya berkembang
menjadi kanker kulit..
4. Kualitas mikrobiologis adalah persyaratan bacteriologis terhadap air sungai
yang dipersyaratkan yaitu koliform tinja yaitu total faecal coli dalam air
sungai , kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 50 per 100 ml air.
5. Perilaku adalah semua kegiatan pengguna air baik yang dapat diamati
maupun tidak.
6. Pengetahuan adalah hasil tahu pengguna air tentang penggunaan air sungai
dan hubungannya dengan penyakit kulit.
7. Sikap adalah tanggapan pengguna air tentang penggunaan air sungai dan
hubungannya dengan penyakit kulit
8. Tindakan adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan pengguna air
terhadapa air sungai.
9. Keluhan kesehatan kulit Merupakan Gejala atau tanda yang dialami oleh
responden berupa:
a. gatal- gatal,
b. Bintik- bintik merah
3.7 Pengukuran Variabel Perilaku
Untuk mengukur variabel perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) masyarakat
terhadap pencemaran air pada penelitian ini digunakan skala Likert (Sugyono ,
2007). Ada 40 pertanyaan yang disajikan di dalam kuesioner.
1. Pengetahuan
Variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal terdiri dari 13 pertanyaan
dengan total skor 26, “Jika responden dapat menyebutkan 3 atau lebih jawaban
maka diberi skor 2”, “ Jika menyebutkan 1 atau 2 jawaban, maka diberi skor 1.”,
dan ‘jika tidak ada jawaban yang benar atau tidak tahu maka diberi skor nol.”
kemudian dikategorikan, dengan kategori sebagai berikut:
a. baik, jika skor yang diperoleh responden 75 % atau ≥ 19
b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 atau 12-18
c. Buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 12
2. Sikap
Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 13 pertanyaan
dengan total skor 26, alternatif jawaban setuju diberi skor2 ( dua), kurang setuju
diberi skor 1(satu) dan tidak setuju diberi skor 0 ( nol),untuk pertanyaan nomor
2,3,5,7,8,9,10 dan 11,alternatif jawaban tidak setuju diberi skor 2(dua),kurang
setuju satu (1), tidak setuju diberi skor nol (0) kemudian dikategorikan
berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, dengan kategori sebagai berikut:
a. baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% atau > 19
c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45% atau < 12
3. Tindakan
Pengukuran variabel tindakan didasarkan pada skala ukur ordinal dari 14
pertanyaan dengan total skor 28, alternatif jawaban “ ya” diberi skor 2( dua), dan
“tidak “ diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor
yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:
a. baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% atau > 21
b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 atau 13-20
c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45% atau <13.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Analisa terhadap data dengan mendistribusikan variabel penelitian yaitu
variabel kualitas fisik, kimia bakteriologi. Hasil yang didapat dibandingkandengan
PP No.82 Tahun 2001 apakah air sungai tersebut telah memenuhi syarat atau tidak,
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian 4.1.1 Kecamatan Medan Baru
Kecamatan Medan Baru adalah salah satu kecamatan dari 21 Kecamatan di
Kota Medan. Kecamatan Medan Baru mempunyai luas wilayah 5,84 km2 dan
mempunyai penduduk sebesar 43.415 jiwa. Kecamatan Medan Baru terdiri dari 6
Kelurahan yaitu Kelurahan Babura, Darat, Merdeka, Padang Bulan, Petisah dan
Kelurahan Titi Rante.
4.1.2 Kelurahan Petisah Tengah a. Geografis
Kelurahan Petisah Tengah adalah kelurahan yang secara administratif
dibagi menjadi 16 lingkungan. Secara geografis berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kelurahan Sekip
Sebelah Selatan : Kelurahan Madras Hulu
Sebelah Timur : Kelurahan Kesawan
Sebelah Barat : Kelurahan Sei Sikambing
b. Demografi
Kondisi kependudukanmaupun keadaan sosial budaya masyarakat
Petisah Tengah khususnya Lingkungan 1 mempunyai karakter yang
yang ada di daerah tersebut. Masyarakat Lingkungan 1 Petisah
Tengah ini mayoritas beragama Islam. Jumlah Penduduk Petisah
Tengah pada data kantor Kelurahan terahir September 2010 adalah
15.352 orang, yang terdiri dari 7437 orang laki- laki dan 7915 orang
perempuan. Sebagian besar masyarakat mempunyai pekerjaan
wiraswasta.
4.2 Analisa Air
4.2.1 Karakteristik Responden Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru
a. Umur
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang
umur responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
No Umur (tahun) Jumlah( Orang) Persentase (%)
1 27-32 6 10,7
2 33-38 7 12,5
3 39-44 10 17,9
4 45-50 15 26,8
5 51-56 13 23,2
6 57-62 5 8,9
Menunjukkan bahwa responden di Kelurahan Petisah Tengah
Kecamatan Medan Baru berusia 27-32 tahun sebanyak 6 orang
(10,7%), pada umur 33-38 tahun sebanyak 7 orang (12,5%), pada
umur 39-44 tahun sebanyak 10 orang (17,9%), pada umur 45-50 tahun
sebanyak 15 orang (26,8%), pada umur 51-56 tahun sebanyak 13
orang (23,2%), dan pada umur 57-62 tahun sebanyak 5 orang (8,9%).
b. Jenis kelamin
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang
jenis kelamin responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
No Jenis Kelamin Jumlah( orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 9 16,1
2 Perempuan 47 83,9
3 Jumlah 56 100
Menunjukkan bahwa responden di Kelurahan Petisah Tengah
Kecamatan Medan Baru tahun 2012 berjenis kelamin Laki-laki
berjumlah 9 orang (16,1%), dan perempuan berjumlah 47 orang
(83,9%).
c. Pendidikan
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase(%)
1 SD 22 39,3
2 SMP 24 42,9
3 SMU 10 17,7
Total 56 100,0
Menunjukkan bahwa responden Di Kelurahan Petisah Tengah
Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru mayoritas berpendidikan
tamatan SMP dengan jumlah 24 orang (42,9%), tamatan SD
sebanyak 22 orang (39,3%) dan tamatan SMU sebanyak 10 orang
(17,7%).
d. Pekerjaan
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang
pekerjaan responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
No Pekerjaan Jumlah( orang) Persentase (%)
1 Ibu Rumah Tangga 18 32,1
2 Pedagang 17 30,4
3 Wiraswasta 21 37,5
Total 56 100,0
4.2.2 Hasil Pengukuran Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air Sungai Babura yang dilakukan pada 3 titik
Tabel 4.5 Hasil pengukuran Kualitas Air Sungai Babura Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
No Parameter Sampel
(PP No.82 Tahun 2001)
1 Suhu 27,8 27,7 27,8 3
Hasil pengukuran terhadap COD menunjukkan bahwa sampel 2 memiliki
nilai yang lebih tinggi.
Hasil pengukuran terhadap BOD menunjukkan bahwa sampel 2 memiliki
nilai yang lebih tinggi.
Hasil pengukuran terhadap Colifecal menunjukkan bahwa sampel 3
memiliki nilai Colifecal yang paling tinggi dan seluruh sampel tidak memenuhi
kadar yang diperbolehkan . Dan Parameter yang lainnya masih memiliki nilai
yang standar atau berada di bawah baku mutu.
4.2.3 Karakteristik Penggunaan Air
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang
pengetahuan responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012.
No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 Baik 3 5,4
2 Sedang 15 26,8
3 Buruk 38 67,9
Total 56 100,0
Menunjukkan bahwa responden Di Kelurahan Petisah Tengah
Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru yang pengetahuan kategori
baik sebanyak 3 orang (5,4%), kategori sedang sebanyak 15 orang
(26,8%), dan paling banyak adalah kategori buruk sebanyak 38
orang(67,9%)
b. Sikap
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Di Kelurahan Petisah Tengah Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru Tahun 2012
No Kategori Sikap Jumlah Persentase
1 Baik 1 1,8
2 Sedang 55 98,2
3 Buruk 0 0
Total 56 100,0
Menunjukkan bahwa responden Di Kelurahan Petisah Tengah
Lingkungan 1 Kecamatan Medan Baru yang sikap kategori baik
sebanyak 1 orang( 1,8%), mayoritas adalah kategori sedang sebanyak