ANALISIS KEBERADAAN CANDIDA ALBICANS DAN ASPERGILLUS SPP. SERTA KELUHAN KESEHATAN DAN PERILAKU PENJUAL
TENTANG BAHAYA KESEHATAN PADA PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH
HERNA MONALISA HURA NIM : 111000134
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KEBERADAAN CANDIDA ALBICANS DAN ASPERGILLUS SPP. SERTA KELUHAN KESEHATAN DAN PERILAKU PENJUAL
TENTANG BAHAYA KESEHATAN PADA PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
HERNA MONALISA HURA NIM : 111000134
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Suhu dan kelembapan di Indonesia baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan patogen penyebab penyakit pada manusia, antara lain Candida albicans dan Aspergillus. Salah satu tempat yang baik bagi perkembangbiakan jamur yaitu pakaian bekas impor.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan populasi seluruh penjual pakaian bekas sebanyak 150 orang dan sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan dari 10 sampel pakaian bekas yang diperiksa tidak ditemukan Candida albicans. Delapan puluh persen pakaian bekas ditemukan Aspergillus spp. Pengetahuan penjual kategori baik sebanyak 0,0%, sikap penjual kategori baik sebanyak 3,3% dan tindakan penjual kategori baik sebanyak 1,7%. Keluhan kesehatan kulit dirasakan 5,0% penjual dan keluhan kesehatan pernafasan dirasakan 8,3% penjual.
Disarankan kepada penjual agar meningkatkan pengetahuan mereka tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas dan memperbaiki tindakan mereka sewaktu membongkar, berjualan dan mencuci pakaian bekas. Bagi konsumen pakaian bekas agar memakai masker, sarung tangan sewaktu membeli pakaian bekas dan mencuci pakaian bekas dengan benar. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memeriksa keberadaan jamur pada jenis pakaian lain dan kesehatan kulit serta pernafasan pada penjual pakaian bekas.
ABSTRACT
Indonesia is a good tropical country for fungus. Some species of fungus can cause diseases, such as Candida albicans and Aspergillus spp. One of good places for fungi is the import second clothes.
The aim of this study is to identity the living of Candida albicans and Aspergillus spp. also health complaint and the behaviours of the traders about the second clothes at Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan 2015.This study is a descriptive which all the traders 150 population and sample taken about 60. This study used random sampling technique.
The research showed that Candida albicans were not found. There was Aspergillus spp. about 80% of 10 samples. The good knowledge of the traders was 0,0%, the behaviour was 3,3% and attitudes was 1,7%. The health complaint of derma felt 5,0% and respiratory disease felt 8,3% by the traders.
We suggest the traders to enrich their knowledge and improve their behaviours while spreading, selling and washing the second clothes. Consumers are suggested to use masker, covering their hands when buying second clothes and wash the clothes well. The next researcher to check fungus of another clothes and skin care also the respiration.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Herna Monalisa Hura
Tempat Lahir : Sidikalang
Tanggal Lahir : 8 April 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Nias
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 1 dari 1 Bersaudara
Status Perkawinan : Belum kawin
Alamat Rumah : Jl. Sudirman, Sidikalang
Nama Ayah : Y. P. Hura
Suku Bangsa Ayah : Nias
Nama Ibu : E. R. Saragih
Suku Bangsa Ibu : Batak Simalungun
Pendidikan Formal
1. SDN 030284 Sidikalang : 1999-2005
2. SMPN 2 Sidikalang : 2005-2008
3. SMAN 1 Sidikalang : 2008-2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Analisis keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015“.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Penulis juga menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak sekali
memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas
kepada:
1. Dr. Drs. Surat Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu untuk bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH dan dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis hingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, terkhusus untuk Kak Dian.
8. dr. R. Lia Kusumawati, MS, Sp.MK (K) selaku Ketua Departemen
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Ibu Ida
selaku pembimbing selama pengerjaan penelitian.
9. Teristimewa kepada orang tuaku (Yaaro Pitter Hura dan Emmi Rosinta
Saragih) beserta keluarga besar, terima kasih atas segala doa dan dukungan
moril maupun materil, motivasi dan kasih sayang yang kalian berikan kepada
penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
10. Sahabat-sahabatku mulai awal perkuliahan, Agnes, Desi, Esta dan Renita
yang memberikan banyak cerita dan pengalaman hidup bagi penulis.
11. Kelompok kecil Sammantha (Kak Bian, Dian, Ita, Mitra, Renita, Ririn) yang
12. Teman-teman seperjuangan di peminatan Kesehatan Lingkungan 2011,
khususnya Martha, Elisabet, Mitra dan Ririn yang menjadi teman berbagi
suka dan duka.
13. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
memberi manfaat bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2015
Penulis
.DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ...i
ABSTRAK ...ii
ABSTRACT ...iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...iv
KATA PENGANTAR ...v
1.2 Perumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian ...4
1.3.1 Tujuan Umum ...4
1.3.2 Tujuan Khusus ...4
1.4 Manfaat Penelitian ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7
2.1 Jamur ...7
2.1.1 Definisi Jamur ...7
2.1.2 Morfologi dan Struktur Jamur ...7
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur...8
2.1.4 Teori Simpul ...12
2.1.5 Penyakit yang Disebabkan Jamur ...14
2.2 Candida albicans ...17
2.2.1 Taksonomi ...16
2.2.2 Ciri-Ciri...17
2.2.3 Epidemiologi...19
2.2.4 Penyakit yang Ditimbulkan ...19
2.3 Aspergillus spp. ...22
2.3.1 Taksonomi ...22
2.3.2 Ciri-Ciri ...23
2.3.3 Epidemiologi ...26
2.3.4 Penyakit yang Ditimbulkan ...26
2.4 Perilaku ...27
2.5.3 Penanganan Jamur pada Pakaian Bekas ...35
2.6 Kerangka Konsep ...36
BAB III METODE PENELITIAN ...37
3.1 Jenis Penelitian ...37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...37
3.2.1 Lokasi Penelitian ...37
3.2.2 Waktu Penelitian ...37
3.3 Objek Penelitian ...37
3.4 Populasi dan Sampel ...38
3.4.1 Populasi ...38
3.4.2 Sampel ...38
3.5 Metode Pengumpulan Data ...39
3.5.1 Data Primer ...39
3.5.2 Data Sekunder ...39
3.6 Definisi Operasional...39
3.7 Aspek Pengukuran ...40
3.7.1 Perilaku Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...40
3.7.2 Keluhan Kesehatan Penjual Pakaian Bekas ...43
3.7.3 Jamur Candida albicans dan Aspergillus spp. ...44
3.8 Prosedur Pengukuran Jamur Candida albicans dan Aspergillus spp. ...44
3.8.1 Alat dan Bahan ...44
3.8.2 Cara Kerja ...45
3.9 Teknik Pengolahan Data ...45
3.10 Teknik Analisis Data ...46
BAB IV HASIL PENELITIAN ...47
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...47
4.2 Karakteristik Responden ...47
4.3 Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan Penjual ...49
4.4 Hasil Pengukuran Tingkat Sikap Penjual ...52
4.5 Hasil Pengukuran Tingkat Tindakan Penjual ...54
4.6 Hasil Pengukuran Keluhan Kesehatan Kulit pada Penjual ...57
4.7 Hasil Pengukuran Keluhan Kesehatan Pernafasan pada Penjual ...58
4.8 Tabulasi Silang ...60
4.8.1 Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap ...60
4.8.2 Tabulasi Silang antara Tingkat Sikap dengan Tindakan ...60
4.8.3 Tabulasi Silang antara Tingkat Tindakan dengan Keluhan Kesehatan Kulit ...61
4.8.4 Tabulasi Silang antara Tingkat Tindakan dengan Keluhan Kesehatan Pernafasan...62
BAB V PEMBAHASAN ...64
5.1 Karakteristik Responden ...64
5.2 Pengetahuan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...64
5.3 Sikap Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...65
5.4 Tindakan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...67
5.5 Keluhan Kesehatan Kulit pada Penjual Pakaian Bekas ...69
5.6 Keluhan Kesehatan Pernafasan pada Penjual Pakaian Bekas ...70
5.7 Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. pada Pakaian Bekas ...71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...73
6.1 Kesimpulan ...73
6.2 Saran ...73
DAFTAR PUSTAKA ...75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 1 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan
Kota Medan Tahun 2015... 47 2 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun
2015 ... 49 3 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan
KotaMedan Tahun 2015... 51 4 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penjual
Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat
Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun
2015 ... 52 5 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap
Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun
2015 ... 54 6 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan
Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun
2015 ... 54 7 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
Tindakan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan
Tahun 2015 ... 56 8 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan
Kesehatan Kulit di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan
Kota Medan Tahun 2015... 57 9 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keluhan
Tahun 2015 ... 57 10 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan
Kesehatan Pernafasan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan
Kota Medan Tahun 2015... 58 11 Tabel4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keluhan
Kesehatan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan
Tahun 2015 ... 59 12 Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan
Sikap di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun
2015 ... 60 13 Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Tingkat Sikap dengan
Tindakan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ... 60 14 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Tingkat Tindakan Penjual dengan
Keluhan Kesehatan Kulit di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ... 61 15 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Tingkat Tindakan Penjual dengan
Keluhan Kesehatan Pernafasan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ... 62 16 Tabel 4.16 Hasil Pemeriksaan Jamur Candida albicans dan
Aspergillus spp. pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 1 Gambar 1 Teori Simpul Penyakit yang Disebabkan Jamur
Candida albicans dan Aspergillus spp. pada
Pakaian Bekas ... 12
2 Gambar 2 Badan penderita Tinea versicolor (panu) ... 16
3 Gambar 3 Tangan penderita sporotrichosis ... 16
4 Gambar 4 Sel Candida albicans ... 18
5 Gambar 5 Koloni Candida albicans ... 18
6 Gambar 6 Kandidiasis di ketiak... 21
7 Gambar 7 Kandidiasis di vulva sampai daerah inguinal ... 22
8 Gambar 8 Sel Aspergillus ... 24
9 Gambar 9 Koloni Aspergillus fumigatus ... 24
10 Gambar 10 Koloni Aspergillus flavus ... 25
11 Gambar 11 Koloni Aspergillus niger ... 25
12 Gambar 12 Foto thorax aspergillosis paru invasif ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman 1 Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ...78 2 Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Riset ...79 3 Lampiran 3 Kuesioner Perilaku Penjual tentang Bahaya
Kesehatan pada Pakaian Bekas ...80 4 Lampiran 4 Kuesioner Keluhan Kesehatan Penjual Pakaian
Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ...85 5 Lampiran 5 Daftar Nomor Responden yang Dijadikan
Sampel Penelitian ...87 6 Lampiran 6 Skema Pasar Melati ...88 7 Lampiran 7 Master Data Karakteristik Penjual Pakaian
Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ...90 8 Lampiran 8 Master Data Pengetahuan Penjual Pakaian
Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ...93 9 Lampiran 9 Master Data Sikap Penjual Pakaian Bekas di
Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan
Tahun 2015 ...96 10 Lampiran 10 Master Data Tindakan Penjual Pakaian Bekas
di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan
Tahun 2015 ...99 11 Lampiran 11 Master Data Keluhan Kesehatan Kulit Penjual
Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...102 12 Lampiran 12 Master Data Keluhan Kesehatan Pernafasan
Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati
Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...104 13 Lampiran 13 Output Karakteristik Penjual Pakaian Bekas
di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan
14 Lampiran 14 Output Hasil Kuesioner Pengetahuan Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...107 15 Lampiran 15 Output Hasil Tingkat Pengetahuan Penjual
Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...111 16 Lampiran 16 Output Kuesioner Sikap Penjual Pakaian Bekas
di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan
Tahun 2015 ...112 17 Lampiran 17 Output Hasil Tingkat Sikap Penjual Pakaian
Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ...115 18 Lampiran 18 Output Kuesioner Tindakan Penjual Pakaian
Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ...116 19 Lampiran 19 Output Hasil Tingkat Tindakan Penjual Pakaian
Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015 ...119 20 Lampiran 20 Output Kuesioner Keluhan Kesehatan Kulit
Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati
Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...120 21 Lampiran 21 Output Kuesioner Keluhan Kesehatan
Pernafasan Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan
ABSTRAK
Suhu dan kelembapan di Indonesia baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan patogen penyebab penyakit pada manusia, antara lain Candida albicans dan Aspergillus. Salah satu tempat yang baik bagi perkembangbiakan jamur yaitu pakaian bekas impor.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan populasi seluruh penjual pakaian bekas sebanyak 150 orang dan sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan dari 10 sampel pakaian bekas yang diperiksa tidak ditemukan Candida albicans. Delapan puluh persen pakaian bekas ditemukan Aspergillus spp. Pengetahuan penjual kategori baik sebanyak 0,0%, sikap penjual kategori baik sebanyak 3,3% dan tindakan penjual kategori baik sebanyak 1,7%. Keluhan kesehatan kulit dirasakan 5,0% penjual dan keluhan kesehatan pernafasan dirasakan 8,3% penjual.
Disarankan kepada penjual agar meningkatkan pengetahuan mereka tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas dan memperbaiki tindakan mereka sewaktu membongkar, berjualan dan mencuci pakaian bekas. Bagi konsumen pakaian bekas agar memakai masker, sarung tangan sewaktu membeli pakaian bekas dan mencuci pakaian bekas dengan benar. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memeriksa keberadaan jamur pada jenis pakaian lain dan kesehatan kulit serta pernafasan pada penjual pakaian bekas.
ABSTRACT
Indonesia is a good tropical country for fungus. Some species of fungus can cause diseases, such as Candida albicans and Aspergillus spp. One of good places for fungi is the import second clothes.
The aim of this study is to identity the living of Candida albicans and Aspergillus spp. also health complaint and the behaviours of the traders about the second clothes at Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan 2015.This study is a descriptive which all the traders 150 population and sample taken about 60. This study used random sampling technique.
The research showed that Candida albicans were not found. There was Aspergillus spp. about 80% of 10 samples. The good knowledge of the traders was 0,0%, the behaviour was 3,3% and attitudes was 1,7%. The health complaint of derma felt 5,0% and respiratory disease felt 8,3% by the traders.
We suggest the traders to enrich their knowledge and improve their behaviours while spreading, selling and washing the second clothes. Consumers are suggested to use masker, covering their hands when buying second clothes and wash the clothes well. The next researcher to check fungus of another clothes and skin care also the respiration.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang sangat baik untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan
flora normal yang dapat menjadi jamur patogen penyebab penyakit pada manusia.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut dengan mikosis. Mikosis dibagi
menjadi 3 yaitu mikosis superficial (menginfeksi kulit, rambut dan kuku),
subcutaneous (menginfeksi kulit dan tulang) dan sistemik (menginfeksi organ
dalam). Sejak tahun 1950-an, penyebab mikosis sistemik terutama adalah
Candida albicans dan Aspergillus yang menyebabkan mukormikosis. Selama
lebih kurang 20 tahun terakhir terdapat perubahan epidemiologi infeksi Candida,
seperti Candida albicans, demikian pula Aspergillus spp, yang semakin sering
dilaporkan sebagai penyebab mikosis sistemik. Penelitian epidemiologi infeksi
Candida di Anderson Cancer USA selama tahun 1988-1992 menunjukkan 42%
kandidemia oleh Candida albicans, selebihnya oleh Candida tropicalis (18%),
Candida parapsilosis (17%), Candida glabrata (11%) dan Candida krusei (4%).
Aspergillus spp. menyebabkan aspergillosis. Spesies Aspergillus yang dapat
menginfeksi manusia ialah Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus
niger, Aspergillus clavatus dan Aspergillus nidulans (Bennet dan Nana dalam
PMKI, 2001).
Candida albicans dapat menyebabkan penyakit pada berbagai organ tubuh
Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan
jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada
pasien rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia berdasarkan jumlah kunjungan
yaitu sebanyak 192.414 kunjungan dan 122.076 kunjungan di antaranya
merupakan kasus baru. Sementara di Kota Medan, data pola 10 penyakit terbesar
tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit kulit infeksi dengan jumlah penderita
39.267 orang atau 5,90% menduduki urutan kelima setelah penyakit infeksi akut
lain pada saluran pernafasan atas, hipertensi, penyakit pada sistem otot dan
jaringan pengikat serta penyakit lain pada saluran pernafasan atas (Kemenkes,
2011 dalam Harahap, 2013). Aspergillus dapat menyebabkan penyakit pada
paru-paru. Beberapa mikosis paru ditemukan endemis di daerah tertentu seperti
Amerika, Afrika, Meksiko, Kanada dan Australia. Di Indonesia, angka kejadian
penyakit jamur pada saluran nafas belum diketahui, namun terdapat sejumlah
kasus yang telah dilaporkan (Bennet dkk dalam PMKI 2001).
Candida albicans dan Aspergillus dapat hidup di pakaian. Peneliti
Departement Microbiology and Immunology Universitas New York melakukan
penelitian pada 14 potong pakaian baru, mulai dari atasan, celana, dan pakaian
dalam. Hasilnya mereka menemukan jejak partikel ragi, feses, bekas ludah,
bakteri kulit, dan bakteri vagina melekat pada baju-baju baru. “Paling banyak
ditemukan di daerah ketiak dan pangkal paha”, kata Dr. Philip Tierno, yang
memimpin penelitian itu (Rizky, 2012). Penelitian tentang jamur pada pakaian
juga dilakukan oleh Ditjen Kemendag yang telah melakukan pengujian terhadap
Jakarta terdiri atas beberapa jenis pakaian yaitu pakaian anak (jaket), pakaian
wanita (vest, baju hangat, dress, rok, atasan, hot pants, celana pendek), pakaian
pria (jaket, celana panjang, celana pendek, kemeja, t-shirt, kaos, sweater, kemeja,
boxer, celana dalam). Hasil pengujian menunjukkan ditemukannya sejumlah
koloni jamur yang ditunjukkan oleh parameter pengujian Angka Lempeng Total
(ALT) pada semua contoh pakaian bekas yang nilainya cukup tinggi. Kandungan
kapang yang ditemukan pada pakaian bekas sebesar 36.000 koloni/g, seperti yang
diungkapkan Widodo, Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen. Jamur yang diduga hidup pada pakaian bekas yaitu kapang
(Aspergillus spp.) dan khamir (Candida spp.). Meskipun berdasarkan hasil
pengujian tidak secara spesifik ditemukan jamur tersebut, pengujian ini
memastikan adanya cemaran jamur patogen lain yang dapat menimbulkan
penyakit. Hal ini dikarenakan nilai parameter ALT hasil pengujian menunjukkan
total jumlah koloni jamur pada contoh masih terdapat jamur kapang lain yang
belum teridentifikasi yang kemungkinan bersifat patogen (Kementerian
Perdagangan RI, 2015).
Timbulnya penyakit dari pakaian bekas impor ini bisa berawal dari kontak
langsung dengan kulit atau ditransmisikan oleh tangan manusia yang kemudian
membawa infeksi masuk lewat mulut, hidung, dan mata. Cemaran jamur patogen
dapat menyebabkan gangguan beragam kesehatan. Sesuai dengan penelitian Y. M.
Muthiani dkk (2002) dan S. F. Bloomfield dkk. (2013) dalam Kementerian
Perdagangan RI (2015), kapang (Aspergillus spp.) dan khamir (Candida spp.)
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang tersebut, maka peneliti
ingin melakukan penelitian yang berjudul “Analisis keberadaan Candida albicans
dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya
kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat
Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015”.
1.2 Perumusan Masalah
Berbagai macam spesies jamur mungkin terdapat pada pakaian bekas. Jika
terdapat spesies jamur patogen pada pakaian bekas, maka pakaian bekas tersebut
dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah terdapat Candida albicans dan Aspergillus spp. serta
apakah ada keluhan kesehatan pada penjual dan bagaimana perilaku penjual
tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung
Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta
keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian
bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan
Kota Medan tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas
di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan
2. Mengetahui keluhan kesehatan penjual pakaian bekas di Pasar Melati
Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
3. Mengetahui persentase pakaian bekas yang mengandung jamur Candida
albicans dan Aspergillus spp. di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat
Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
4. Mengetahui spesies jamur yang terdapat pada pakaian bekas di Pasar
Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk
pengayaan literatur tentang keberadaan Candida albicans dan Aspergillus
spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya
kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat
Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015.
2. Bagi masyarakat Kota Medan dan khususnya masyarakat di Kelurahan
Tanjung Selamat sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan masyarakat tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya
mengenai keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan
kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian
bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
4. Untuk peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan
dan memecahkan permasalahan tentang keberadaan Candida albicans dan
Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur
2.1.1Definisi Jamur
Mikologi berasal dari bahasa Yunani mykes=jamur dan logos=ilmu.
Menurut Alexopoulos et al. (1996) dalam Gandjar (2006), sebenarnya istilah
mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat adalah mycetology, karena mykes
berdasarkan tatabahasa Yunani adalah myceto. Fungi dalam bahasa Latin juga
berarti jamur. Jamur merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat
biologisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri. Habitat hidupnya
terutama di alam seperti air dan tanah sebagai jamur saprofit. Kehidupan jamur
memerlukan suasana lingkungan dengan kelembapan yang tinggi. Meskipun
demikian jamur dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sehingga jamur
dapat hidup di gurun pasir yang kering dan panas (Kumala, 2006).
2.1.2 Morfologi dan Struktur Jamur
Menurut Brooks dkk (2005), jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar,
sebagai yeast/ragi dan molds. Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan
produksi koloni filamentosa multiseluler. Koloni ini mengandung tubulus silindris
yang bercabang yang disebut hifa, diameternya bervariasi dari 2-10 µm. Massa
hifa yang jalin-menjalin dan berakumulasi selama pertumbuhan aktif adalah
miselium. Beberapa hifa terbagi menjadi sel-sel oleh dinding pemisah atau septa,
yang secara khas terbentuk pada interval yang teratur selama pertumbuhan hifa.
makanan adalah hifa vegetatif atau hifa substrat. Sebaliknya, hifa aerial
menyembul di atas permukaan miselium dan biasanya membawa struktur
reproduktif dari mold.
Ragi adalah sel tunggal, biasanya berbentuk bulat atau elips dan
diameternya bervariasi dari 3-15 µm. Kebanyakan ragi bereproduksi melalui
pertunasan. Beberapa spesies menghasilkan tunas yang mempunyai ciri khas
gagal melepaskan diri dan menjadi memanjang; kesinambungan dari proses
pertunasan kemudian menghasilkan suatu sel ragi panjang yang disebut
pseudohifa (Brooks dkk, 2005).
Semua jamur mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk
menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh lapisan
karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida, juga glikoprotein dan lipid.
Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai sifat-sifat patobiologi yang penting.
Komponen permukaan dinding memperantai penempelan jamur pada sel inang.
Beberapa ragi dan mold memberi melanin pada dinding sel, memberikan pigmen
coklat atau hitam. Jamur yang demikian adalah dematiaceous. Dalam beberapa
penelitian, melanin berhubungan dengan virulensi (Brooks dkk, 2005).
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur
Setiap mikroorganisme mempunyai kurva pertumbuhan, begitu pula fungi.
Kurva tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada kapang atau kekeruhan
media pada khamir dalam waktu tertentu. Kurva pertumbuhan mempunyai
1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan
enzim-enzim untuk mengurai substrat;
2. fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase
aktif;
3. fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat
banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang
penting dalam kehidupan fungi. Pada awal dari fase ini kita dapat memanen
enzim-enzim dan pada akhir dari fase ini atau;
4. fase deselerasi (Moore-Landecker, 1996 dalam Gandjar, 2006), yaitu waktu
sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat memanen biomassa sel atau
senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-sel;
5. fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati
relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal.
Banyak senyawa metabolit sekunder dapat dipanen pada fase stasioner;
6. fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali
lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup.
Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh (Gandjar, 2006):
1. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru
dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular
yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya
mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah amilum menjadi glukosa.
Senyawa glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi. Apabila
substratnya daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim yang
proteolitik untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian
protein. Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi,
maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa asam
lemak hasil uraian dapat diserap ke dalam tubuhnya. Fungi yang tidak dapat
menghasilkan enzim sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat
memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.
2. Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi
tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan
kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium,
dan banyak hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang
lebih rendah, yaitu 80%. Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada
kelembapan 70%, misalnya Wallemia sebi, Aspergillus glaucus, banyak strain
Aspergillus tamarii dan A. Flavus (Santoso et al., 1998 dalam Gandjar, 2006).
Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan pangan dan materi
lainnya dapat dicegah kerusakannya.
3. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi
dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Fungi
dibawah 00C dan suhu maksimum 200C. Hanya sebagian kecil spesies fungi yang psikofril. Fungi mesofil adalah fungi yang tumbuh pada suhu 10-350C,
suhu optimal 20-350C. Fungi dapat tumbuh baik pada suhu ruangan (22-250C). Sebagian besar fungi adalah mesofilik. Fungi termofil adalah fungi yang hidup
pada suhu minimum 200C, suhu optimum 400C dan suhu maksimum 50-600C. Contohnya Aspergillus fumigatus yang hidup pada suhu 12-550C. Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila
isolat-isolat tertentu akan digunakan di industri. Misalnya, fungi yang termofil
atau termotoleran (Candida tropicalis, Paecilomyces variotii, dan Mucor
miehei), dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan
suhu, karena metabolisme funginya, sehingga industri tidak memerlukan
penambahan alat pendingin.
4. Derajat keasaman lingkungan
pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim
tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada
pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7.0. Jenis-jenis khamir
tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH 4.5-5.5.
Mengetahui sifat tersebut adalah sangat penting untuk industri agar fungi yang
ditumbuhkan menghasilkan produk yang optimal, misalnya pada produksi
asam sitrat, produksi kefir, produksi enzim protease-asam, produksi antibiotik,
5. Bahan kimia
Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi. Senyawa
formalin disemprotkan pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu tertentu
sebelum dijual. Hal ini terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang yang
bersifat selulolitik, seperti Chaetomium globosum, Aspergillus niger, dan
Cladosporium cladosporoides yang dapat merapuhkan tekstil, atau
meninggalkan noda-noda hitam akibat sporulasi yang terjadi, sehingga
menurunkan kualitas bahan tersebut.
Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan suatu pengaman pada dirinya terhadap serangan oleh mikroorganisme
lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme. Manusia memanfaatkan
senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik, untuk mencegah
berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (Gandjar, 2006).
2.1.4 Teori Simpul
Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4
Gambar 1. Teori Simpul Penyakit yang Disebabkan Jamur Candida albicans dan
Aspergillus spp. pada Pakaian Bekas
Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit menular, pada
hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul (Anies, 2006). Simpul 1 yaitu
sumber penyakit. Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan dan/atau
menggandakan agen penyakit serta mengeluarkan atau mengemisikan agen
penyakit. Agen penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan
gangguan penyakit melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan)
(Achmadi, 2013). Dalam hal ini, simpul 1 berupa jamur yang terdapat pada
pakaian bekas, diantaranya jamur Candida albicans dan Aspergillus spp.
Simpul 2 yaitu media transmisi penyakit. Media transmisi penyakit yaitu
komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit. Media transmisi
tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di dalamnya tidak mengandung agen
penyakit (Achmadi, 2013). Dalam hal ini, simpul 2 berupa udara dan pakaian
yang mengandung bakteri yang berasal manusia.
Simpul 3 yaitu perilaku pemajanan. Hubungan interaktif antara komponen
lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dengan konsep
yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioral exposure. Perilaku
pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan
yang mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit) (Achmadi, 2013).
Dalam hal ini, simpul 3 berupa pengetahuan, perilaku, pekerjaan, dan lokasi
penduduk.
Simpul 4 yaitu kejadian penyakit. Kejadian penyakit merupakan outcome
hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi
penduduk dengan lingkungan menghasilkan penyakit pada penduduk (Achmadi,
2013).
2.1.5 Penyakit yang Disebabkan Jamur
Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Menurut
Entjang (2003), penyakit-penyakit yang disebabkan jamur yaitu:
1. Tinea versicolor (panu) yaitu mikosis superfisial dengan gejala berupa macula
(bercak) putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada,
bahu, punggung, axilla, leher dan perut bagian atas. Pada penyembuhan, daerah
yang terkena biasanya mengalami depigmentasi dalam waktu yang cukup lama.
Penyakit ini disebabkan Malassezia furfur.
2. Tinea cruris yaitu mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah
dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya, daerah
scrotum, perineum, perut dan ketiak. Penyakit ini disebabkan Epidermophyton
floccosum atau Trichophyton sp.
3. Tinea circinata (tinea corporis) yaitu mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat
(cincin) dimana terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit
disertai rasa gatal. Gejala penyakitnya bermula berupa papula kemerahan yang
melebar ke arah luar sedang bagian tengahnya membaik, pinggirnya agak
menonjol dan berwarna merah. Penyakit ini disebabkan Mycrosporum sp. dan
Trichophyton sp.
4. Nocardiosis yaitu mikosis yang menyerang jaringan subkutan dimana terjadi
mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyakit ini disebabkan
Nocardia asteroides.
5. Candidiasis yaitu mikosis yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir mulut,
vagina dan organ tubuh seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Penyakit ini
disebabkan Candida albicans.
6. Sporotrichosis yaitu mikosis yang mengenai kulit dan kelenjar lympha
superfisial dengan gejala benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar,
merah, meradang, proses nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodula yang
sama terjadi sepanjang pembuluh lympha regional dan terjadi ulcus-ulcus
berikutnya. Penyakit ini disebabkan Sporotrichum schenckii.
7. Blastomycosis yaitu mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera tulang
dan sistem syaraf dengan gejala berupa papula atau pustula yang berkembang
menjadi ulcus kronik dengan jaringan granulasi pada alasnya. Penyakit ini
disebabkan Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces brasieliensis.
8. Aspergillosis yaitu infeksi oputunistik yang paling sering terjadi pada
paru-paru dengan gejala yang mirip dengan TB paru-paru. Penyakit ini disebabkan
Gambar 2. Badan penderita Tinea versicolor (panu) (Sumber: Siregar, 2004)
2.2 Candida albicans 2.2.1 Taksonomi
Menurut Lodder (1970) dalam Siregar (2004), taksonomi Candida
albicans adalah :
Kelas : Deutromycota
Famili : Cryptococcaccae
Subfamili : Candidoidea
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
2.2.2 Ciri-Ciri
Sel-sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ. Berkembang biak
dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut
blastospora. Candida albicans dapat mudah tumbuh di dalam media Sabauroud
dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat yang khas, yakni: menonjol dari
permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih
Gambar 4. Sel Candida albicans (Sumber: Malik, 2012)
2.2.3 Epidemiologi
Candida albicans hidup sebagai saprofit, merupakan flora normal pada
mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, vagina, lipatan kulit dan di alam
ditemukan pada tanah, air, serangga dan tumbuh-tumbuhan (KSDMI, 2001).
Candida albicans mudah tumbuh pada suhu 200C-370C, tahan terhadap suhu
dingin, tetapi sensitif terhadap suhu panas 500C-600C (Firda, 2008). Diperkirakan sekitar 25%-50% individu sehat mengandung jamur kandida di dalam mulut
sebagai flora normal (Kumala, 2006). Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini
dapat berubah menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut
kandidiasis atau kandidosis (Siregar, 2004).
2.2.4 Penyakit yang Ditimbulkan
Penyakit yang ditimbulkan oleh jamur Candida albicans yaitu kandidiasis.
Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam
lagi (Entjang, 2003). Candida albicans dapat menyebabkan kandidiasis mukosa
superfisial dan kandidiasis kulit yang menyebar secara hematogen ke berbagai
organ seperti hepar, lien, ginjal, jantung dan otak dengan kematian sekitar 50%.
Candida albicans akan menyerang organ tubuh (Kumala, 2006) seperti :
a. Kandidiasis kulit, sering mengenai sela-sela jari kaki atau tangan dengan faktor
predisposisi kaki atau tangan yang selalu basah atau lembab. Gejala yang
timbul terutama rasa gatal dan kulit maserasi. Pada bayi yang popoknya selalu
basah karena kurang perawatan akan timbul diaper rash yaitu lesi kemerahan
dan lipatan payudara. Lesi berupa kemerahan disertai rasa gatal, biasanya
sering pada penderita diabetes melitus dan orang gemuk.
b. Kandidiasis mukosa, dikenal sebagai oral thrush yang terbatas pada sekitar
orofaring. Terdapat pseudomembran di lidah yang bila disentuh/dikerok mudah
berdarah. Pada wanita sering menimbulkan kandidiasis vaginitis yang disertai
fluor albus (keputihan).
c. Kandidiasis pada kuku, menyebabkan onychomycosis dan sering disertai
paronychia.
d. Kandidiasis pada saluran kemih, sering tanpa gejala. Penyebaran secara
hematogen sampai ke organ ginjal dapat mengakibatkan abses ginjal, nekrosis
pipilari ginjal dan timbul fungus ball pada ureter atau di pelvis ginjal.
Pemeriksaan urin untuk membantu diagnosisnya.
e. Kandidiasis peritonitis, sering pada penderita peritonial dialisis kronis dan pada
penderita setelah operasi saluran cerna.
f. Hematogen kandidiasis (fungemia), gejalanya bisa akut atau kronis, disertai
demam, peningkatan kadar alkali fosfatase darah dan terjadi lesi yang multipel
pada hepar dan lien.
g. Kandidiasis susunan saraf pusat, terjadi melalui penyebaran secara hematogen,
atau akibat tindakan bedah saraf. Gejalanya seperti meningitis bakterial.
h. Kandidiasis jantung, akibat penyebaran hematogen menyebabkan kelainan
pada katup jantung buatan, katup yang cacat, miokard, ruang perikardial.
Gejala klinis mirip dengan gejala endokarditis bakterialis, terdapat demam,
i. Kandidiasis mata, terjadi akibat penyebaran hematogen. Timbul gejala
korioretinitis dan endoptalmitis. Sehingga pada penderita kandidemia harus
memeriksakan matanya secara teratur.
j. Kandidiasis tulang dan sendi, merupakan sequelae dari kandidemia. Seringkali
timbul beberapa bulan setelah berhasilnya pengobatan kandidemia. Keadaan
tersebut dapat terjadi karena seolah-olah kandidemia yang bersifat sementara,
tetapi jamur kandida tersebut sudah masuk ke dalam skeletal dan merupakan
fokus yang akan menimbulkan penyakit di kemudian hari. Meskipun
kandidiasis hematogen merupakan infeksi endogen dari saluran cerna, tetapi
dapat juga disebabkan kontaminasi dari kateter. Jamur masuk ke dalam kuman
kateter dan membentuk biofilm yang dapat menyebar ke dalam sirkulasi darah
sebagai sumber endogen.
Gambar 7. Kandidiasis di vulva sampai daerah inguinal (Sumber: Siregar, 2004)
2.3 Aspergillus spp. 2.3.1 Taksonomi Kingdom : Myceteae
Divisio : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
2.3.2 Ciri-Ciri
Jamur Aspergillus rata-rata membutuhkan suhu yang hangat (40-430C),
kelembapan tinggi (80-850C) dan material organik untuk tumbuh dan berkembangbiak. Pertumbuhan jamur tersebut akan terganggu pada suhu 4,50C
dan bisa dimusnahkan pada suhu 71-1000C (Info Medion Online, 2015).
Aspergillus spp. yang tumbuh pada kultur menghasilkan hifa hialin. Koloni dapat
berwarna coklat, hitam, hijau, kuning, putih atau warna lainnya tergantung dari
masing-masing spesies. Spesies Aspergillus fumigatus memiliki ciri-ciri koloni
saat muda berwarna putih dan dengan cepat berubah menjadi hijau dengan
terbentuknya konidia. Konidiofor pendek dan berwarna hijau (khusus pada bagian
atas). Vesikula berbentuk gada. Konidia bulat hingga semi bulat dan berdinding
kasar (Wangge dkk, 2012). Spesies Aspergillus flavus menghasilkan koloni
berwarna kuning. Spesies Aspergillus niger menghasilkan koloni berwarna hitam.
Gambaran mikroskopik dari Aspergillus memiliki tangkai-tangkai panjang
(conidiophores) yang mendukung kepalanya yang besar (vesicle). Di kepala ini
terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora.
Aspergillus mampu tumbuh pada suhu 370C. Pada rumput kering Aspergillus
Gambar 8. Sel Aspergillus (1. Konidia; 2. Sterigmata; 3. Vesikel; 4. Konidiophor;
5. Miselium)
Gambar 10. Koloni Aspergillus flavus (Sumber: Ellis, 2015)
2.3.3 Epidemiologi
Jamur Aspergillus tersebar di seluruh dunia. Konidianya dapat hidup di
tanah dan di udara. Sehingga spora jamur ini selalu dapat terhirup oleh manusia.
Terjadinya infeksi Aspergillus pada manusia lebih berperan pada faktor daya
imunitas penderita dibandingkan virulensi jamurnya sendiri. Saluran napas atas
merupakan organ yang paling sering terkena infeksi jamur Aspergillus (Kumala,
2006).
2.3.4 Penyakit yang Ditimbulkan
Jamur Aspergillus menyebabkan penyakit aspergillosis. Aspergillosis
terdiri dari 3 stadium yaitu stadium aspergillosis alergika, kolonisasi sspergillosis
dan invasif aspergillosis. Pada aspergillosis alergika terdapat gejala sesak seperti
asma, infiltrat ke dua paru, eosinofilia dan terjadi peningkatan kadar IgE dalam
darah. Hal tersebut disebabkan tubuh sensitif terhadap antigen Aspergillus
(Kumala, 2006).
Stadium aspergillosis kolonisasi ditandai dengan gejala “fungus ball”
(Aspergilloma) yaitu gumpalan yang berbentuk bola terdiri dari elemen hifa jamur
disertai lendir dari bronkhus. Selain di paru fungus ball dapat terjadi di sinus
paranasal. Aspergilloma dapat dilihat dengan pemeriksaan radiologis. Pada
stadium kolonisasi sering timbul perdarahan. Bila di paru, maka gejalanya mirip
dengan tuberkulosis yang disertai hemoptisis. Stadium aspergillosis invasif sering
terdapat pada penderita penyakit kolagen dan diabetes melitus. Pada stadium ini
Gambar 12. Foto thorax aspergillosis paru invasif (Sumber: Putrimaura, 2014)
2.4 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena
mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan
perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2007). Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Sedangkan perilaku kesehatan adalah
tindakan/aktivitas/kegiatan baik yang diobservasi secara kasat mata ataupun tidak
terhadap stimulus/rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan (Setiawati, 2008).
2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2007). Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan tentang
kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara
memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memlihara kesehatan ini
meliputi:
1. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan
tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).
2. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi
kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah,
pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi
udara, dan sebagainya.
3. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun
4. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga
maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Azwar (2007),
yaitu :
1. Faktor intrinstik / internal
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlian khusus
dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan pertimbangan dan kebijakan.
2. Minat
Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai suatu minat merupakan kekuatan
diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan.
3. Intelegensi
Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi
dimana seseorang dapat brtindak secara tepat, cepat dan mudah dalam
pengambilan keputusan seseorang yang memiliki intelegensi yang rendah
b. Faktor Eksternal
1. Media massa
Dengan majunya teknologi akan tersedianya pula dengan bermacam-macam
media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
2. Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan
yang paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.
3. Sosial
Sosial budaya adalah hal hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya dan cipta
masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa beberapa tradisi dan
sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan dan dimana hal ini
tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu penelitian.
4. Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup mempunyai pengaruh besar terhadap
pengetahuan seseorang,
5. Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melaui metode
penyuluhan dan jika pengetahuan bertambah seseorang akan berubah
6. Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambahan
pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran
seseorang terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.
2.4.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo
(2010), sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup
sekurang-kurangnya 4 variabel, yaitu:
1. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan
tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).
2. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan
antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah,
pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi
udara, dan sebagainya.
3. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun
4. Sikap untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun
kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
2.4.3 Tindakan
Tindakan adalah suatu perbuatan nyata yang merupakan hasil dari
perwujudan sikap yang didukung oleh faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus
atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap
apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempratikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang
disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan
(overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2010), tindakan
atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor, yaitu:
1. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan
tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya,
cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani
2. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,
perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
3. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi) fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah
tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.
2.5 Pakaian Bekas 2.5.1 Pengertian
Pakaian bekas adalah pakaian yang telah dikonsumsi oleh masyarakat luar
negeri lalu diimpor untuk diperdagangkan kembali di dalam negeri (Komaria,
2013). Pakaian bekas itu tidak seluruhnya bekas pakai, karena ada sebagian di
antaranya yang merupakan pakaian dari gerai ritel yang sudah ketinggalan mode,
setelah tidak laku dijual walaupun dengan diskon yang cukup besar (Sitorus,
2008). Selanjutnya pakaian ini ditimbun bertahun-tahun di gudang.
Pakaian-pakaian timbunan inilah yang kemudian dijual kembali oleh pihak-pihak tertentu
(Rizky, 2012).
2.5.2 Alur Perjalanan Pakaian Bekas
Pakaian bekas masuk melalui pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Riau,
Aceh (seperti di Lhokseumawe, Sabang dan Langsa), Sumatera Utara (Belawan,
Tanjung Balai Asahan dan Pangkalan Brandan), Sulawesi Utara, Tengah,
Tenggara dan Timur, Maluku, dan daerah-daerah pantai lainnya. Pakaian-pakaian
dari Eropa. Tetapi masyarakat umum hanya mengetahui pakaian bekas tersebut
datang dari Singapura dan Malaysia (Sitorus, 2008).
Pakaian bekas dikapalkan melalui pelabuhan Port Klang Malaysia dan
sampai ke pelabuhan Tanjung Balai. Pakaian-pakaian bekas yang dikirim ini
dikemas dalam bentuk bal. Bal itu sendiri adalah suatu kemasan pakaian bekas
import berbentuk segi empat yang memiliki berbagai merek dan kode tergantung
jenis pakaian yang dikehendaki. Satu bal pakaian bekas rata-rata memuat 250
sampai dengan 300 potong. Bal juga terdiri dari beberapa merk yang menentukan
harga dari suatu bal serta kualitas pakaian di dalamnya. Sejak tahun 1997, para
pedagang sudah memilah-milah bal mana yang mempunyai nilai jual tinggi,
karena barang-barang yang dijual mempunyai kualitas yang baik dan diminati
oleh semua lapisan masyarakat (Aisyah, 2003).
Pakaian bekas yang dikirim ke Tanjung Balai ini telah di pilah-pilah
menurut jenisnya (Aisyah, 2003) antara lain :
1. Bal pakaian wanita dewasa
2. Bal pakaian pria dewasa
3. Bal pakaian dalam wanita
4. Bal pakaian anak-anak
5. Bal kain parasut
6. Bal pakaian rajut
7. Bal pakaian jeans
8. Bal pakaian resmi pria dan wanita
10. Bal sepatu bekas
11. Bal tas bekas
12. Bal kaus kaki bekas
13. Bal tali pinggang bekas
14. Bal bahan untuk orden bekas
15. Bal roncah : terdiri dari sarung bantal, penutup untuk TV, kain penutup untuk
kulkas, bantal bayi, celemek, dan lain-lain.
16. Bal khusus celana panjang pria
17. Bal khusus boneka
18. Bal kemeja
Penjual atau pedagang pakaian bekas memesan bal kepada agen-agen bal
di sekitar tempat penjualan yang diperoleh agen-agen tersebut dari agen induk.
Pedagang-pedagang tersebut berjualan dengan sarana kios-kios yang lebarnya
sekitar 3x3 m (Aisyah, 2003).
2.5.3 Penanganan Jamur pada Pakaian Bekas
Pakaian bekas dapat menjadi tempat perkembangbiakan jamur. Jamur
yang terdapat pada pakaian bekas kemungkinan merupakan jamur patogen yang
dapat menimbulkan penyakit kulit dan saluran pernafasan pada konsumennya.
Dalam Sukmasari (2015), ada beberapa penanganan yang tepat sebelum pakaian
bekas digunakan, di antaranya:
1. Memisahkan pakaian bekas dengan pakaian kotor yang lain.
2. Mencuci menggunakan sabun yang kemudian dilanjutkan dengan cairan
3. Merebus atau merendam pakaian dengan air panas mendidih (1000C) selama 5
menit.
4. Setelah direbus atau direndam, dicuci dengan sabun, dijemur, dan disetrika
dengan suhu yang disesuaikan dengan bahan.
2.6 Kerangka Konsep
Jamur Candida albicans
dan Aspergillus spp. pada pakaian bekas
Keluhan kesehatan penjual pakaian bekas
Ada
Tidak ada
Perilaku penjual tentang bahaya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk
mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan
kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di
pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat
Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Adapun alasan penulis memilih
lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena:
1. Pasar Melati sebagai pusat pakaian bekas di Kota Medan.
2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis di pasar Melati Kelurahan Tanjung
Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2015.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pakaian bekas yang dijual di pasar Melati
Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Objek
penelitian yang diambil sebanyak 10 buah dengan pengambilan sampel
yang paling banyak dibeli, antara lain baju bayi, celana bayi, baju anak-anak, baju
wanita, celana wanita, tanktop, celana dalam wanita, baju pria, celana pria, dan
celana dalam pria.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek dengan karakteristik tertentu yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari penjual yang berjualan
pakaian bekas di Pasar Melati sebanyak 150 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki. Pengambilan sampel penjual sebagai
responden dengan metode simple random sampling yaitu pengambilan sampel
sedemikian rupa sehingga tiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel (Kasjono dan Yasril, 2009). Pengambilan
sampel dilakukan dengan aplikasi RNG (Random Number Generator). Menurut
Rumus Taro Yamane dalam Notoatmodjo (2005) jika populasi <10.000 maka
besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus:
n =
=
= 60
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi