• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun 2017

Distribusi frekuensi keluhan nyeri punggung bawah berdasarkan masa kerja bagian produksi pada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.36 Distribusi Keluhan Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Masa Kerja Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Masa kerja Keluhan Nyeri Punggung Bawah Total (%)

Ya (%) Tidak (%)

1 < 5 tahun 7 54 6 46 100

2 ≥ 5 tahun 12 80 3 20 100

Dari tabel 4.36 dapat diketahui bahwa dari 19 pekerja yang mengalami

keluhan nyeri punggung bawah, proporsi terbesarnya adalah masa kerja ≥ 5 tahun

sebanyak 12 orang (80%) dan kelompok masa kerja < 5 tahun sebanyak 7 orang

(54%), artinya pada pekerjadengan masa kerja ≥ 5 tahun dengan keluhan nyeri

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Risiko Postur Kerja

Desa Sei Buluh merupakan salah satu desa di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang terdapat usaha pembuatan batu bata. Desa Sei Buluh terdapat 2 usaha pembuatan batu bata yaitu di CV. Aman Jaya dan CV Inti Perkasa. Bagian produksi pada pembuatan batu bata dimulai dari proses pencangkulan, pemotongan, pengangkatan dan pengangkutan, serta penyusunan.

Pada proses pencangkulan sepenuhnya masih menggunakan tenaga manusia. Pekerjaan dilakukan dengan posisi kerja yang lebih tinggi dari pekerja proses pemotongan. Berdasarkan observasi pada proses pencangkulan terdapat sikap kerja yang tidak alamiah. Sikap kerja tersebut yaitu posisi kerja berdiri sambil membungkuk dalam waktu 8 jam kerja yang diselang dengan waktu istirahat (sikap membungkuk dilakukan hampir setiap bekerja). Sikap kerja membungkuk (sudut yang dibentuk batang tubuh saat melakukan aktivitas kerja umumnya >45°) dengan berat cangkul 3-4 kg.

Pada proses pemotongan, pekerjaan dilakukan menggunakan mesin dan tenaga manusia. Dalam satu mesin dibutuhkan dua orang pekerja, dimana satu orang pekerja bertugas mendorong mega pemotong batu dan satu orang pekerja bertugas menekan mega pemotong batu. Pada proses pemotongan terdapat sikap kerja yang tidak alamiah yaitu sikap kerja membungkuk saat mendorong dan menekan alat pemotong batu bata. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan pekerja pada proses pemotongan (sudut yang dibentuk batang tubuh saat

melakukan aktivitas kerja umumnya >20°) kemudian sudut yang dibentuk batang tubuh pekerja akan kembali normal (≤20°), pada saat pegangan alat dinaikkan ke

atas/posisi siap untuk memulai memotong batu bata. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan pekerja pada saat mendorong dan menekan alat pemotong batu bata dalam waktu 2-3 detik untuk satu kali pemotongan.

Pada proses pengangkatan dan pengangkutan, pekerjaan masih menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan batu bata dari proses pemotongan ke proses penyusunan dengan menggunakan gerobak sorong. Pada proses pelangsiran juga terdapat sikap kerja yang tidak alamiah yaitu sikap kerja membungkuk (sudut yang dibentuk batang tubuh saat melakukan aktivitas kerja umumnya >30°) saat memindahkan batu bata dengan menggunakan gerobak sorong, ini dikarenakan berat gerobak sorong yang telah berisi batu bata ±100 kg. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan pekerja pada proses pengangkatan dan pengangkutan dalam waktu 20-30 detik untuk satu kali pengangkutan tergantung dari jarak yang mau diangkut.

Pada proses penyusunan, pekerjaan masih menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan batu bata dari gerobak sorong dan menyusunnya secara teratur. Pada proses penyusunan juga terdapat sikap kerja yang tidak alamiah yaitu sikap kerja membungkuk (sudut yang dibentuk batang tubuh saat melakukan aktivitas kerja umumnya >45°) pada saat mengambil batu bata dari gerobak sorong dan meletakkannya kembali sesuai dengan susunan batu bata yang telah dikerjakan, satu batu bata memiliki berat 1-1,2 kg. Sikap kerja membungkuk yang

dilakukan pekerja pada proses penyusunan dalam waktu 2-3 detik untuk satu kali mengambil batu bata dan menyusunnya.

Menurut Astuti (2007) posisi kerja membungkuk adalah posisi tubuh dimana tulang punggung melengkung kedepan melebihi batas normal. Posisi membungkuk tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dilakukan secara berulang dan periode cukup lama. Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan intvertebratal disk pada bagian lumbar mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari intervertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bawah.

Hasil observasi dan penilaian risiko postur kerja dengan menggunakan metode OWAS diketahui bahwa postur kerja pekerja batu bata pada saat mencangkul, memotong, mengangkat dan mengangkut, serta menyusun pada umumnya menunjukkan sikap kerja yang tidak alamiah atau postur kerja yang tidak normal karena pekerja umumnya melakukan gerakan membungkuk secara terus menerus dan berulang, dan berat beban yang diangkat berlebih khususnya pada proses pengangkatan dan pengangkutan.

Posisi netral (duduk dan berdiri secara normal) merupakan kondisi yang paling alamiah untuk bekerja, dengan usaha otot dan tekanan pada sendi, tendon, dan ligamen yang paling minimum. Namun sayang banyak pekerjaan yang memaksa pekerjanya dengan posisi bungkuk, jongkok, atau sikap kerja dengan pergelangan tangan menekuk, leher mendongkak, dan lain-lain. Sikap-sikap kerja

yang melelahkan inilah yang sering menjadi keluhan pekerja. Dalam jangka panjang, sikap kerja tersebut sangat beresiko berdampak pada gangguan sistem otot-rangka. Kerja otot yang berlebihan akan mengakibatkan penekanan yang berlebihan pada tendon, ligamen, dan sendi. Nyeri atau cedera pada punggung bawah biasanya diakibatkan oleh kerja angkat dan angkut yang berlebihan (Iridiastadi dan Yassierli, 2014).

Postur pekerja batu bata perlu diambil tindakan sesuai dengan tingkatan, dimana terdapat pekerja dengan risiko tinggi sebanyak 11 orang (39,3%) yang berarti postur kerja ini perlu dilakukan tindakan perbaikan segera untuk menghindari kejadian keluhan penyakit karena postur kerja yang tidak ergonomi. Pekerja dengan risiko tinggi berada di bagian menyusun sebanyak 1 orang (11%), pekerja dengan risiko tinggi terdapat dibagian memotong sebanyak 1 orang (17%) dan bagian melangsir sebanyak 9 orang (100%).

Tingkatan risiko sedang sebanyak 16 orang (57,1%), mungkin diperlukan tindakan perbaikan untuk menghindari kejadian keluhan penyakit akibat pekerjaan, pekerja dengan risiko sedang berada di bagian mencangkul sebanyak 3 orang (75%), bagian memotong sebanyak 5 orang (83%) dan bagian menyusun sebanyak 8 orang (89%). Tingkatan risiko rendah sebanyak 1 orang (3,6%) dimana postur kerja ini aman sehingga tidak perlu dilakukan tindakan perbaikan, pekerja dengan risiko rendah ini berada di bagian mencangkul.

Pekerja batu bata di bagian pengangkatan-pengangkutan merupakan pekerjaan dengan tingkat risiko yang paling tinggi. Seluruh pekerja di bagian

besarnya berat beban yang harus diangkut dengan gerobak sorong sehingga pekerja harus membungkuk ketika mendorong gerobak ke bagian penyusunan ditambah pekerjaan yang harus dilakukan dengan sikap kaki berjalan sehingga semakin beresiko terjadinya keluhan penyakit karena postur kerja yang tidak ergonomi. Maka pekerja disarankan untuk sebisa mungkin menghindari sikap membungkuk ketika bekerja dan harus dilakukan rotasi kerja.

Pekerja batu bata di bagian pemotongan dan bagian penyusunan didapati dalam tingkatan risiko sedang dan tinggi. Dari 6 orang pekerja di bagian pemotongan didapati 5 orang (83%) termasuk tingkatan risiko sedang, dan 1 orang (17%) termasuk tingkatan risiko tinggi. Dari 9 orang pekerja di bagian penyusunan didapati 8 orang (89%) termasuk tingkatan risiko sedang, dan 1 orang (11%) termasuk tingkatan risiko tinggi.

Pada pekerjaan bagian pemotongan dan penyusunan masih perlu dilakukan perubahan karena masih terdapat pekerja pada tingkatan risiko tinggi dengan sebisa mungkin menghindari sikap membungkuk ketika bekerja, dan sikap kedua kaki yang terlalu ditekuk sedangkan pada bagian penyusunan perlu dukungan dari perusahaan untuk menyediakan meja kerja sesuai dengan tinggi berdiri pekerja batu bata di bagian pelangsiran sehingga pekerja tidak harus membungkuk ketika meletakkan batu bata dan disarankan kepada pekerja bagian pelangsiran untuk beristirahat dengan duduk di susunan batu bata yang telah kering sambil menunggu pekerja bagian pengangkatan dan pengangkutan membawa batu bata.

Pekerja batu bata di bagian pencangkulan didapati dalam tingkatan risiko rendah dan sedang. Dari 4 orang pekerja di bagian pencangkulan didapati 3 orang (75%) termasuk tingkatan risiko sedang, dan 1 orang (25%) termasuk tingkatan risiko rendah. Pada pekerjaan bagian pencangkulan mungkin perlu dilakukan perubahan sikap kerja dengan mengurangi sikap membungkuk ketika bekerja.

Hasil penelitian Simamora (2015) pada pekerja batu bata terdapat sikap kerja yang berisiko terhadap keluhan penyakit pada saat mengolah bahan baku, mencetak batu bata, dan mengeringkan batu bata terdapat sikap kerja dengan tingkat risiko sedang sebanyak 13 orang (30,2%), sikap kerja dengan tingkat risiko tinggi sebanyak 24 orang (55,8%) dan sikap kerja dengan tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 5 orang (11,6%) dan sikap kerja yang aman sebanyak 1 orang (2,3%).

Dokumen terkait