• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Risiko Postur Kerja dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptifuntuk mengetahui gambaran risiko postur kerja dan keluhan nyeri punggung bawah bagian produksi pada pekerja pembuatan batu bata di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Februari 2017 sampai dengan bulan Juni 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian produksi pada 2 usaha pembuatan batu bata di Desa Sei Buluh yaitu 28 orang.

Tabel 3.1 Jumlah Pekerja di Bagian Produksi

Bagian Produksi Jumlah Pekerja

Cv. Aman Jaya Cv. Inti Perkasa 1. Pekerjaan Pencangkulan

2. Pekerjaan Pemotongan 3. Pekerjaan Pengangkatan dan Pengangkutan 4. Pekerjaan Penyusunan

(2)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Elfindri dkk, 2011). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total populasidimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

1. Kuesioner

Dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan secara tertulis kepada responden yang harus dijawab untuk mengetahui keluhan nyeri punggung bawah yang dialami.

2. Observasi

Melihat dan mengamati secara langsung untuk mengetahui atau merekam postur kerja dengan metode OWAS.

3.4.2.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara kepada pemilik usaha mengenai proses kerja, jumlah tenaga kerja, dan data-data lainnya. Data sekunder juga diperoleh dari sumber refrensi lain yang relevan terhadap objek yang diteliti, seperti misalnya jurnal-jurnal ilmiah, bahan kajian dari internet yang sesuai dengan penelitian.

3.5 Definisi Operasional

(3)

2. Keluhan subjektif nyeri punggung bawah (low back pain) adalah keluhan subjektif rasa nyeri/panas/kaku pada bagian tubuh pekerja terutama di bagian pinggang dan pinggul.

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk sebelum data dianalisis.

3.6.2 Metode Analisis Data

(4)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini berada di CV. Aman Jaya dan CV. Inti Perkasa yang terletak di Desa Sei Buluh yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Perbaungan dimana luas wilayahnya 92,2 km2 dan umumnya kegiatan masyarakat adalah pekerja tidak menetap (harian lepas). Jumlah Kepala Keluarga Tahun 2016 sebanyak 937 KK dengan Jumlah Penduduk 3280 jiwa dimana laki-laki sebanyak 1841 jiwa dan perempuan sebanyak 1439 jiwa.

Secara geografis, Desa Sei Buluh mempunyai batasan wilayah: a. Sebelah Utara berbatasan dengan perumahan jalan kereta api. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Socfindo.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Sijenggi.

4.2 Proses Kerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Bagian produksi bertugas berperan penting dalam pembuatan batu bata yang terdiri dari pekerjaan mencangkul, pekerjaan memotong batu bata, pekerjaan mengangkat dan mengangkut, serta pekerjaan menyusun batu bata.

(5)

Pekerjaan memotong batu bata bertugas memotong batu bata dalam ukuran panjang dengan alat mega pemotong batu, alat ini digerakkan oleh belting dan gardan (roda angin) dengan berat ±100 kg. Alat ini bekerja dengan cara menekan pegangannya selanjutnya alat yang telah terdapat kawat ini, langsung memotong batu bata menjadi 18-20 potong.

Pekerjaan mengangkat dan mengangkut batu bata bertugas untuk memindahkan batu bata hasil pemotongan menggunakan gerobak sorong dengan berat ±100 kg dan dibawa ke bagain pengeringan untuk disusun.

Pekerjaan menyusun batu bata bertugas menerima batu bata yang telah dibawa oleh bagian pelangsiran untuk disusun agar cepat kering. Waktu pengeringan berlangsung 3 hari jika cuaca baik, dan dapat 7 hari jika cuaca kurang baik.

4.3 Risiko Postur Kerja Bagian Produksi dengan Metode OWAS pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Penilaian postur kerja menggunakan metode OWAS penilaian dilakukan berdasarkan punggung, lengan, kaki, dan berat beban. Penilaian dilakukan pada saat bekerja dengan metode observasi yaitubagian mencangkul, bagian memotong batu bata, bagian mengangkat dan mengangkut batu bata, serta bagian menyusun batu bata.

4.3.1 Penilaian Risiko Postur Kerja Pekerja Mencangkul dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(6)

Gambar 4.1Postur Kerja saat Mencangkul

Sesuai dengan gambar 4.1 maka dapat dilakukan penilaian sebagai berikut : a. Penilaian sikap punggung

Punggung pekerja membungkuk 40° maka diberi skor 2.

b. Penilaian sikap lengan

Kedua lengan dibawah bahu maka diberi skor 1.

c. Penilaian sikap kaki

Dengan satu kaki lurus dan kaki seimbang antara kedua kaki skor 3.

d. Berat Beban

Berat beban kurang dari 10 kg maka diberi skor 1

Penilaian risiko postur kerja mencangkul menggunakan metode OWAS dapat dilihat pada tabel berikut:

(7)

Tabel 4.1 Penilaian Risiko Postur KerjaPekerja Mencangkul dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Batadi Desa Sei Buluh Tahun 2017

Punggung Lengan 1 2 3 4 5 6 7 Kaki

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Berat

beban

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

X

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3

2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4

3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1

2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1

3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1

4 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Sumber : Tarwaka, 2015

Skor akhir untuk postur kerja mencangkul pada gambar 4.1 sesuai dengan tabel 4.1 adalah 2 maka termasuk kedalam kategori risiko sedang dimana posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal.

4.3.2 Penilaian Risiko Postur Kerja Pekerja Mencangkul dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(8)

Tabel 4.2 PenilaianRisiko Postur Kerja Pekerja Mencangkul dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No. Punggung Lengan Kaki Berat

Beban

Grand Skor

1. Badan kedepan membentuk sudut 40° (2)

1 3 1 2

2. Badan kedepan membentuk sudut 60° (2)

1 3 1 2

3. Badan sejajar dengan sumbu kaki dan pinggul (1)

1 3 1 1

4. Membentuk sudut 70° (2) 1 3 1 2

Keterangan :

Punggung (1) = Lurus

Punggung (2) = Membungkuk

Lengan 1 = Kedua lengan dibawah

Kaki 3 = Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus Berat Beban 1 = <10 kg

Grand Skor 1 = Rendah Grand Skor 2 = Sedang

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil penilaianrisiko postur kerja pekerja mencangkul dengan metode OWAS berada dalam grand skor 1 termasuk ke dalam kategori rendah dan grand skor 2 termasuk kedalam kategori sedang.

4.3.3 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(9)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja Pekerja Mencangkul Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Skor Kategori Risiko Jumlah Persentase (%)

1 Rendah 1 25

2 Sedang 3 75

3 Tinggi 0 0

4 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 4 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat distribusi frekuensi risiko postur kerja pekerja mencangkul, didapati dalam kategori rendah sebanyak 1 orang (25%) dan kategori risiko sedang sebanyak 3 orang (75%).

4.3.4 Penilaian Risiko Postur Kerja Pekerja Memotong dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Postur pekerja memotong pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2Postur kerja saat memotong

(10)

a. Penilaian sikap punggung

Punggung pekerja membungkuk30° maka diberi skor 2.

b. Penilaian sikap lengan

Kedua lengan dibawah bahu maka diberi skor 1.

c. Penilaian sikap kaki

Berdiri dengan satu kaki lurus dan kaki seimbang antara kedua kaki diberi skor 3.

d. Berat Beban

Berat beban kurang dari 10 kg maka diberi skor 1.

Skor akhir untuk postur kerja memotong sesuai gambar 4.2 adalah 2 maka termasuk kedalam kategori sedang dimana posisi ini berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal.

Penilaian risiko postur kerja memotong menggunakan metode OWAS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 PenilaianRisiko Postur Kerja Pekerja Memotong dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Batadi Desa Sei Buluh Tahun 2017

Punggung Lengan 1 2 3 4 5 6 7 Kaki

(11)

Skor akhir untuk postur kerja memotong pada gambar 4.2 sesuai dengan tabel 4.4 adalah 2 maka termasuk kedalam kategori risiko sedang dimana Posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal.

4.3.5 PenilaianRisiko Postur Kerja Pekerja Memotong dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Penilaian risiko postur kerja pekerja memotong dengan metode OWAS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 PenilaianRisiko Postur Kerja Pekerja Memotong dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No. Punggung Lengan Kaki Berat

Beban

Grand Skor

1. Badan kedepan membentuk sudut 30° (2) sumbu kaki dan pinggul (1) Badan sejajar dengan sumbu kaki dan pinggul (1)

1

Lengan 1 = Kedua lengan dibawah

Kaki 2 = Berdiri pada kedua kaki lurus Kaki 3 = Berdiri pada satu kaki lurus

(12)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil penilaianrisiko postur kerja pekerja memotong dengan metode OWAS berada dalam grand skor 2 termasuk ke dalam kategori sedang dan grand skor 3 termasuk kedalam kategori tinggi.

4.3.6 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja PekerjaMemotong Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi risiko postur kerja pekerjamemotong pekerja bagian produksi pada pembuatan batu bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja PekerjaMemotong Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Skor Kategori Risiko Jumlah Persentase (%)

1 Rendah 0 0

2 Sedang 5 83

3 Tinggi 1 17

4 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 6 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat distribusi frekuensi risiko postur kerja pekerja memotong didapati dalam kategori sedang sebanyak 5 orang (83%) dan kategori risiko tinggi sebanyak 1 orang (17%).

4.3.7 Penilaian Risiko Postur Kerja Pekerja Mengangkat-Mengangkut dengan Metode OWAS pada Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(13)

Gambar 4.3 Postur kerja saat mengangkat-mengangkut

Sesuai dengan gambar 4.3 maka dapat dilakukan penilaian sebagai berikut : a. Penilaian sikap punggung

Punggung pekerja membungkuk29° maka diberi skor 2.

b. Penilaian sikap lengan

Kedua lengan dibawah maka diberi skor 1.

c. Penilaian sikap kaki

Pekerja dalam posisi berjalan saat melakukan pekerjaan maka diberi skor 7

d. Berat Beban

Berat Beban lebih dari 20 kg maka diberi skor 3

Penilaian risiko postur kerja pekerja mengangkat-mengangkut menggunakan metode OWAS dapat dilihat pada tabel berikut:

(14)

Tabel 4.7 Penilaian Risiko Postur KerjaPekerja Mengangkat-Mengangkut dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Batadi Desa Sei Buluh Tahun 2017

Punggung Lengan

1 2 3 4 5 6 7 Kaki

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Berat

beban

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

X

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3

2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4

3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1

2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1

3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1

4 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Sumber : Tarwaka, 2015

Skor akhir untuk postur kerja mengangkat-mengangkut pada gambar 4.3 sesuai dengan tabel 4.7 adalah 3maka termasuk kedalam kategori risiko tinggi dimana posisi ini berefek berbahaya pada sistem musculoskeletal.

4.3.8 PenilaianRisiko Postur Kerja Pekerja Mengangkat-Mengangkut dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(15)

Tabel 4.8 Penilaian Risiko Postur Kerja Pekerja Mengangkat-Mengangkut dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No. Punggung Lengan Kaki Berat

Beban

Grand Skor

1. Badan kedepan membentuk sudut 29° (2)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil penilaianrisiko postur kerja pekerja mengangkat-mengangkut dengan metode OWAS berada dalam grand skor 3 termasuk kedalam kategori tinggi.

4.3.9 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja PekerjaMengangkat-Mengangkut Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(16)

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja PekerjaMengangkat-Mengangkut Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Skor Kategori Risiko Jumlah Persentase (%)

1 Rendah 0 0

2 Sedang 0 0

3 Tinggi 9 100

4 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat distribusi frekuensi risiko postur kerja pekerjaan mengangkat dan mengangkut dalam kategori tinggi sebanyak 9 orang (100%).

4.3.10 Penilaian Risiko Postur Kerja Menyusun dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Postur pekerja menyusun pada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.4 Postur kerja menyusun batu bata

(17)

Sesuai dengan gambar 4.4 maka dapat dilakukan penilaian sebagai berikut : a. Penilaian sikap punggung

Punggung pekerja membungkuk68° maka diberi skor 2.

b. Penilaian sikap lengan

Kedua lengan dibawah maka diberi skor 1.

c. Penilaian sikap kaki

Berdiri dengan satu kaki lurus dan kaki seimbang antara kedua kaki maka diberi skor 3.

d. Berat Beban

Berat Beban kurang dari 10 kg maka diberi skor 1

Penilaian risiko postur kerja menyusun menggunakan metode OWAS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Penilaian Risiko Postur Kerja Menyusun dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Batadi Desa Sei Buluh Tahun 2017

(18)

Skor akhir untuk postur kerja menyusun pada gambar 4.4 sesuai dengan tabel 4.10 adalah 2maka termasuk kedalam kategori risiko sedang dimana posisi ini berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal.

4.3.11 Penilaian Risiko Postur Kerja Pekerja Menyusun dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Penilaian risiko postur kerja pekerja menyusun dengan metode OWAS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 PenilaianRisiko Postur Kerja Pekerja Menyusun dengan Metode OWAS Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No. Punggung Lengan Kaki Berat

Beban

Grand Skor

1. Badan kedepan membentuk sudut 45° (2)

(19)

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hasil penilaianrisiko postur kerja menyusun dengan metode OWAS berada dalam grand skor 2 termasuk kedalam kategori sedang dan grand skor 3 termasuk kedalam kategori tinggi.

4.3.12 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja Pekerja Menyusun Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi risiko postur kerja pekerjamenyusun pekerja bagian produksi pada pembuatan batu bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja Pekerja Menyusun Pekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Skor Kategori Risiko Jumlah Persentase (%)

1 Rendah 0 0

2 Sedang 8 89

3 Tinggi 1 11

4 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat distribusi frekuensi risiko postur kerja pekerjaan menyusun dalam kategori sedang sebanyak 8 orang (89%), dan dalam kategori tinggi sebanyak 1 orang (11%).

4.3.13 Penilaian Risiko Postur Kerja Pekerja Bagian Produksi dengan Metode OWAS pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(20)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Risiko Postur Kerja Pekerja Bagian Produksi dengan Metode OWAS pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Skor Kategori Risiko Jumlah Persentase (%)

1 Rendah 1 3,6

2 Sedang 16 57,1

3 Tinggi 11 39,3

4 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat distribusi frekuensi risiko postur kerja pekerja bagian produksi dengan metode OWAS pada pembuatan batu bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017 dibagi menjadi 3 kategori risiko yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan risiko postuer kerja didapati paling banyak dalam risiko sedang 16 pekerja (57,1%), risiko tinggi 11 pekerja (39,3%), dan risiko rendah 1 pekerja (3,6%).

4.4 Gambaran Keluhan Nyeri Punggung Bawah Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

4.4.1 Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(21)

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Keluhan pada Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Bagian Tubuh Jumlah Persentase (%)

1 Pinggang Belakang

Ya 3 75

Berdasarkan tabel4.14 dapat diketahui bahwa dari 4 orang dengan pekerja mencangkul sebanyak 3 orang (75%) mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang dan 1 orang (25%) tidak mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang. Keluhan pada pinggul dialami sebanyak 3 orang (75%) dan 1 orang (25%) tidak mengalami keluhan pada pinggul.

4.4.2 Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Memotong Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi keluhan pada bagian tubuh pinggang belakang dan pinggul pekerja memotongbagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Keluhan pada Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Memotong Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Bagian Tubuh Jumlah Persentase (%)

1 Pinggang Belakang

Ya 3 50

Tidak 3 50

Jumlah 6 100

(22)

Berdasarkan tabel4.15 dapat diketahui bahwa dari 6 orang dengan pekerja memotong sebanyak 3 orang (50%) mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang dan 3 orang (50%) tidak mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang. Keluhan pada pinggul dialami sebanyak 2 orang (33%) dan 4 orang (67%) tidak mengalami keluhan pada pinggul.

4.4.3 Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Mengangkat-Mengangkut Bagian Produksi Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi keluhan pada bagian tubuh pinggang belakang dan pinggul pekerja mengangkat-mengangkutbagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Keluhan pada Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Mengangkat-Mengangkut Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Bagian Tubuh Jumlah Persentase (%)

1 Pinggang Belakang

Ya 8 89

Tidak 1 11

Jumlah 9 100

2 Pinggul

Ya 7 78

Tidak 2 22

Jumlah 9 100

(23)

4.4.4 Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Menyusun Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi keluhan pada bagian tubuh pinggang belakang dan pinggul pekerja menyusunbagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Keluhan pada Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul pada Pekerja Menyusun Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Bagian Tubuh Jumlah Persentase (%)

1 Pinggang Belakang

Ya 5 56

Tidak 4 44

Jumlah 9 100

2 Pinggul

Ya 3 33

Tidak 6 67

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel4.17 dapat diketahui bahwa dari 9 orang dengan pekerja menyusun sebanyak 5 orang (56%) mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang dan 4 orang (44%) tidak mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang. Keluhan pada pinggul dialami sebanyak 3 orang (33%) dan 6 orang (67%) tidak mengalami keluhan pada pinggul.

4.4.5 Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(24)

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Keluhan pada Bagian Tubuh Pinggang Belakang dan Pinggul Pekerja Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Bagian Tubuh Jumlah Persentase (%)

1 Pinggang Belakang

Ya 19 67,8

Berdasarkan tabel4.18 dapat diketahui bahwa dari 28 orang yang merupakan pekerja di bagian produksi pada pekerja pembuatan batu bata sebanyak 19 orang (67,8%) mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang dan 9 orang (32,2%) tidak mengalami keluhan pada bagian pinggang belakang. Keluhan pada pinggul dialami sebanyak 15 orang (53,6%) dan 13 orang (46,4%) tidak mengalami keluhan pada pinggul.

4.4.6 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung

BawahPekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensiwaktu terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja mencangkul bagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Waktu terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 1 25

2 Pada saat melakukan pekerjaan 1 25

3 Setelah melakukan pekerjaan 2 50

4 Terasa sakit hanya pada akhir minggu 0 0

(25)

Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui dari 4 orang dengan pekerja mencangkul sebanyak 1 orang (25%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 1 orang (25%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah pada saat melakukan pekerjaan, dan sebanyak 2 orang (50%) mengalami keluhan nyeri punggung bawah setelah melakukan pekerjaan.

4.4.7 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawahpada Pekerja Memotong Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensiwaktu terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja memotong bagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada PekerjaMemotong Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Waktu terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 3 50

2 Pada saat melakukan pekerjaan 1 17 3 Setelah melakukan pekerjaan 2 33

4 Terasa sakit hanya pada akhir minggu 0 0

Jumlah 6 100

(26)

4.4.8 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawahpada Pekerja Mengangkat-Mengangkut Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensiwaktu terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja mengangkat dan mengangkut bagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada PekerjaMengangkat-Mengangkut Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Waktu terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 1 11

2 Pada saat melakukan pekerjaan 3 33

3 Setelah melakukan pekerjaan 5 56

4 Terasa sakit hanya pada akhir minggu 0 0

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa dari 9 orang dengan pekerja mengangkat-mengangkut sebanyak 1 orang (11%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 3 orang (33%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah pada saat melakukan pekerjaan, dan sebanyak 5 orang (56%) mengalami keluhan nyeri punggung bawah setelah melakukan pekerjaan.

4.4.9 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawahpada Pekerja Menyusun Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(27)

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada PekerjaMenyusun Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Waktu terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 4 44

2 Pada saat melakukan pekerjaan 0 0

3 Setelah melakukan pekerjaan 5 56

4 Terasa sakit hanya pada akhir minggu 0 0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel 4.22 dapat diketahui bahwa dari 9 pekerja dengan pekerja menyusun sebanyak 4 orang (44%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, dan tidak ada pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah pada saat melakukan pekerjaan, dan sebanyak 5 orang (56%) mengalami keluhan nyeri punggung bawah setelah melakukan pekerjaan.

4.4.10 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pekerja Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi waktu terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian produksi pada pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel:

Tabel 4.23 Distribusi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung BawahPekerja Bagian Produksi pada Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Waktu terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 9 32,1

2 Pada saat melakukan pekerjaan 7 25 3 Setelah melakukan pekerjaan 12 42,9 4 Terasa sakit hanya pada akhir minggu 0 0

(28)

Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa dari 28 pekerja yang merupakan pekerja bagian produksi pada pembuatan batu bata sebanyak 9 orang (32,1%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 7 orang (25%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah pada saat melakukan pekerjaan, dan sebanyak 12 orang (42,9%) mengalami keluhan nyeri punggung bawah setelah melakukan pekerjaan.

4.4.11 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung

Bawahpada Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja mencangkul bagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Frekuensi terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 1 25

2 Jarang (1-2 kali/tahun) 0 0

3 Kadang-kadang (1-2 kali/bulan) 0 0 4 Sering (1-2 kali/minggu) 1 25 5 Sangat Sering (setiap hari) 2 50

Jumlah 4 100

(29)

4.4.12 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawahpada Pekerja Memotong Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja memotong bagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah

pada PekerjaMemotong Bagian Produksi pada Pekerja

Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Frekuensi terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 3 50

2 Jarang (1-2 kali/tahun) 0 0

3 Kadang-kadang (1-2 kali/bulan) 0 0

4 Sering (1-2 kali/minggu) 2 34

5 Sangat Sering (setiap hari) 1 16

Jumlah 6 100

Berdasarkan tabel 4.25 dapat diketahui bahwa dari 6 orang dengan pekerja memotong sebanyak 3 orang (25%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 2 orang (34%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 1-2 kali/minggu, dan sebanyak 1 orang (16%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah setiap hari.

4.4.13 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung

Bawahpada Pekerja Mengangkat-Mengangkut Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(30)

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada PekerjaMengangkat-Mengangkut Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Frekuensi terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 1 11

Berdasarkan tabel 4.26 dapat diketahui bahwa dari 9 orang dengan pekerja mengangkat-mengangkut sebanyak 1 orang (11%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 5 orang (56%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 1-2 kali/minggu, dan sebanyak 3 orang (33%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah setiap hari.

4.4.14 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung

Bawahpada Pekerja Menyusun Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja menyusun bagian produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah

pada PekerjaMenyusun Bagian Produksi pada Pekerja

Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Frekuensi terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

(31)

Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa dari 9 orang dengan pekerja menyusun sebanyak 4 orang (44%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 3 orang (33%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 1-2 kali/minggu, dan sebanyak 2 orang (23%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah setiap hari.

4.4.15 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi terjadinya keluhan nyeri punggung bawah bagian produksi pada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Frekuensi terjadinya keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 9 32,1

2 Jarang (1-2 kali/tahun) 0 0 3 Kadang-kadang (1-2 kali/bulan) 0 0 4

5

Sering (1-2 kali/minggu) Sangat Sering (setiap hari)

11 8

39,3 28,6

Jumlah 28 100

(32)

4.4.16 Gambaran Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi tingkat keluhan nyeri punggung bawah pekerja mencangkul bagian produksipada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Mencangkul Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Tingkat keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 1 25

2 Ringan (tidak nyaman dan tetap bekerja) 3 75 3 Sedang (tidak bisa bekerja lagi) 0 0

4 Parah (harus libur) 0 0

Jumlah 4 100

Berdasarkan tabel 4.29 dapat diketahui bahwa dari 4 orang dengan pekerja mencangkul sebanyak 1 orang (25%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 3 orang (75%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung dalam tingkat keluhan ringan yaitu keluhan dengan rasa tidak nyaman namun pekerjaan tetap dapat dilakukan.

4.4.17 Gambaran Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Memotong Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

(33)

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Memotong Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Tingkat keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 3 50

2 Ringan (tidak nyaman dan tetap bekerja) 3 50 3 Sedang (tidak bisa bekerja lagi) 0 0

4 Parah (harus libur) 0 0

Jumlah 6 100

Berdasarkan tabel 4.30 dapat diketahui bahwa dari 6 orang dengan pekerja memotong sebanyak 3 orang (50%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 3 orang (50%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung dalam tingkat keluhan ringan yaitu keluhan dengan rasa tidak nyaman namun pekerjaan tetap dapat dilakukan.

4.4.18 Gambaran Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Mengangkat-Mengangkut Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi tingkat keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja mengangkat-mengangkut bagian produksipada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Mengangkat-Mengangkut Bagian Produksi Pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Tingkat keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 1 11

2 Ringan (tidak nyaman dan tetap bekerja) 8 89 3 Sedang (tidak bisa bekerja lagi) 0 0

4 Parah (harus libur) 0 0

(34)

mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 8 orang (89%) pekerja mengalami keluhan nyeri punggung dalam tingkat keluhan ringan yaitu keluhan dengan rasa tidak nyaman namun pekerjaan tetap dapat dilakukan.

4.4.19 Gambaran Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Menyusun Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi tingkat keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja menyusun bagian produksipada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah

pada Pekerja Menyusun Bagian Produksipada Pekerja

Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Tingkat keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 4 44

2 Ringan (tidak nyaman dan masih bisa bekerja)

5 56

3 Sedang (tidak bisa bekerja lagi) 0 0

4 Parah (harus libur) 0 0

Jumlah 9 100

(35)

4.4.20 Gambaran Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi tingkat keluhan nyeri punggung bawahn bagian produksi pada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Tingkat keluhan nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Pernah 9 32,1

2 Ringan (tidak nyaman dan masih bisa bekerja)

19 67,9

3 Sedang (tidak bisa bekerja lagi) 0 0

4 Parah (harus libur) 0 0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel 4.33 dapat diketahui bahwa dari 28 pekerja bagian produksi sebanyak 9 orang (32,1%) pekerja tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 19 orang (67,9%) pekerja merasakan tingkat keluhan ringan yaitu keluhan rasa tidak nyaman namun pekerjaan tetap dapat dilakukan.

4.5 Keluhan Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan UmurBagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi keluhan nyeri punggung bawah berdasarkan umurbagian produksi pada pekerjapembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel:

Tabel 4.34 Distribusi Keluhan Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Umur Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Umur Keluhan Nyeri Punggung Bawah Total (%)

(36)

Berdasarkan tabel 4.34 dapat diketahui bahwa dari 19 pekerja yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah, proporsi terbesarnya adalah pekerja

dengan umur ≥ 38 tahun yaitu sebanyak 11 orang (79%) dan pada kelompok umur

< 38 tahun yaitu seabanyak 8 orang (57%), artinya pada kelompok umur ≥ 38 tahun pekerja dengan keluhan nyeri punggung bawah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur < 38 tahun.

4.6 Keluhan Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Jenis Kelamin Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi keluhan nyeri punggung bawah berdasarkan jenis kelamin bagian produksi pada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.35 Distribusi Keluhan Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Jenis Kelamin Bagian Produksipada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Jenis Kelamin Keluhan Nyeri Punggung Bawah Total (%) a (%) Tidak (%)

1 Laki-laki 13 65 7 35 100

2 Perempuan 6 75 2 25 100

(37)

4.7 Keluhan Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Masa Kerja Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

Distribusi frekuensi keluhan nyeri punggung bawah berdasarkan masa kerja bagian produksi pada pekerja pembuatan batu bata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.36 Distribusi Keluhan Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Masa Kerja Bagian Produksi pada Pekerja Pembuatan Batu Bata di Desa Sei Buluh Tahun 2017

No Masa kerja Keluhan Nyeri Punggung Bawah Total (%)

Ya (%) Tidak (%)

1 < 5 tahun 7 54 6 46 100

2 ≥ 5 tahun 12 80 3 20 100

Dari tabel 4.36 dapat diketahui bahwa dari 19 pekerja yang mengalami

keluhan nyeri punggung bawah, proporsi terbesarnya adalah masa kerja ≥ 5 tahun

sebanyak 12 orang (80%) dan kelompok masa kerja < 5 tahun sebanyak 7 orang

(54%), artinya pada pekerjadengan masa kerja ≥ 5 tahun dengan keluhan nyeri

(38)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Risiko Postur Kerja

Desa Sei Buluh merupakan salah satu desa di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang terdapat usaha pembuatan batu bata. Desa Sei Buluh terdapat 2 usaha pembuatan batu bata yaitu di CV. Aman Jaya dan CV Inti Perkasa. Bagian produksi pada pembuatan batu bata dimulai dari proses pencangkulan, pemotongan, pengangkatan dan pengangkutan, serta penyusunan.

Pada proses pencangkulan sepenuhnya masih menggunakan tenaga manusia. Pekerjaan dilakukan dengan posisi kerja yang lebih tinggi dari pekerja proses pemotongan. Berdasarkan observasi pada proses pencangkulan terdapat sikap kerja yang tidak alamiah. Sikap kerja tersebut yaitu posisi kerja berdiri sambil membungkuk dalam waktu 8 jam kerja yang diselang dengan waktu istirahat (sikap membungkuk dilakukan hampir setiap bekerja). Sikap kerja membungkuk (sudut yang dibentuk batang tubuh saat melakukan aktivitas kerja umumnya >45°) dengan berat cangkul 3-4 kg.

(39)

melakukan aktivitas kerja umumnya >20°) kemudian sudut yang dibentuk batang tubuh pekerja akan kembali normal (≤20°), pada saat pegangan alat dinaikkan ke atas/posisi siap untuk memulai memotong batu bata. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan pekerja pada saat mendorong dan menekan alat pemotong batu bata dalam waktu 2-3 detik untuk satu kali pemotongan.

Pada proses pengangkatan dan pengangkutan, pekerjaan masih menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan batu bata dari proses pemotongan ke proses penyusunan dengan menggunakan gerobak sorong. Pada proses pelangsiran juga terdapat sikap kerja yang tidak alamiah yaitu sikap kerja membungkuk (sudut yang dibentuk batang tubuh saat melakukan aktivitas kerja umumnya >30°) saat memindahkan batu bata dengan menggunakan gerobak sorong, ini dikarenakan berat gerobak sorong yang telah berisi batu bata ±100 kg. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan pekerja pada proses pengangkatan dan pengangkutan dalam waktu 20-30 detik untuk satu kali pengangkutan tergantung dari jarak yang mau diangkut.

(40)

dilakukan pekerja pada proses penyusunan dalam waktu 2-3 detik untuk satu kali mengambil batu bata dan menyusunnya.

Menurut Astuti (2007) posisi kerja membungkuk adalah posisi tubuh dimana tulang punggung melengkung kedepan melebihi batas normal. Posisi membungkuk tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dilakukan secara berulang dan periode cukup lama. Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan intvertebratal disk pada bagian lumbar mengalami penekanan. Pada bagian

ligamen sisi belakang dari intervertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bawah.

Hasil observasi dan penilaian risiko postur kerja dengan menggunakan metode OWAS diketahui bahwa postur kerja pekerja batu bata pada saat mencangkul, memotong, mengangkat dan mengangkut, serta menyusun pada umumnya menunjukkan sikap kerja yang tidak alamiah atau postur kerja yang tidak normal karena pekerja umumnya melakukan gerakan membungkuk secara terus menerus dan berulang, dan berat beban yang diangkat berlebih khususnya pada proses pengangkatan dan pengangkutan.

(41)

yang melelahkan inilah yang sering menjadi keluhan pekerja. Dalam jangka panjang, sikap kerja tersebut sangat beresiko berdampak pada gangguan sistem otot-rangka. Kerja otot yang berlebihan akan mengakibatkan penekanan yang berlebihan pada tendon, ligamen, dan sendi. Nyeri atau cedera pada punggung bawah biasanya diakibatkan oleh kerja angkat dan angkut yang berlebihan (Iridiastadi dan Yassierli, 2014).

Postur pekerja batu bata perlu diambil tindakan sesuai dengan tingkatan, dimana terdapat pekerja dengan risiko tinggi sebanyak 11 orang (39,3%) yang berarti postur kerja ini perlu dilakukan tindakan perbaikan segera untuk menghindari kejadian keluhan penyakit karena postur kerja yang tidak ergonomi. Pekerja dengan risiko tinggi berada di bagian menyusun sebanyak 1 orang (11%), pekerja dengan risiko tinggi terdapat dibagian memotong sebanyak 1 orang (17%) dan bagian melangsir sebanyak 9 orang (100%).

Tingkatan risiko sedang sebanyak 16 orang (57,1%), mungkin diperlukan tindakan perbaikan untuk menghindari kejadian keluhan penyakit akibat pekerjaan, pekerja dengan risiko sedang berada di bagian mencangkul sebanyak 3 orang (75%), bagian memotong sebanyak 5 orang (83%) dan bagian menyusun sebanyak 8 orang (89%). Tingkatan risiko rendah sebanyak 1 orang (3,6%) dimana postur kerja ini aman sehingga tidak perlu dilakukan tindakan perbaikan, pekerja dengan risiko rendah ini berada di bagian mencangkul.

(42)

besarnya berat beban yang harus diangkut dengan gerobak sorong sehingga pekerja harus membungkuk ketika mendorong gerobak ke bagian penyusunan ditambah pekerjaan yang harus dilakukan dengan sikap kaki berjalan sehingga semakin beresiko terjadinya keluhan penyakit karena postur kerja yang tidak ergonomi. Maka pekerja disarankan untuk sebisa mungkin menghindari sikap membungkuk ketika bekerja dan harus dilakukan rotasi kerja.

Pekerja batu bata di bagian pemotongan dan bagian penyusunan didapati dalam tingkatan risiko sedang dan tinggi. Dari 6 orang pekerja di bagian pemotongan didapati 5 orang (83%) termasuk tingkatan risiko sedang, dan 1 orang (17%) termasuk tingkatan risiko tinggi. Dari 9 orang pekerja di bagian penyusunan didapati 8 orang (89%) termasuk tingkatan risiko sedang, dan 1 orang (11%) termasuk tingkatan risiko tinggi.

(43)

Pekerja batu bata di bagian pencangkulan didapati dalam tingkatan risiko rendah dan sedang. Dari 4 orang pekerja di bagian pencangkulan didapati 3 orang (75%) termasuk tingkatan risiko sedang, dan 1 orang (25%) termasuk tingkatan risiko rendah. Pada pekerjaan bagian pencangkulan mungkin perlu dilakukan perubahan sikap kerja dengan mengurangi sikap membungkuk ketika bekerja.

Hasil penelitian Simamora (2015) pada pekerja batu bata terdapat sikap kerja yang berisiko terhadap keluhan penyakit pada saat mengolah bahan baku, mencetak batu bata, dan mengeringkan batu bata terdapat sikap kerja dengan tingkat risiko sedang sebanyak 13 orang (30,2%), sikap kerja dengan tingkat risiko tinggi sebanyak 24 orang (55,8%) dan sikap kerja dengan tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 5 orang (11,6%) dan sikap kerja yang aman sebanyak 1 orang (2,3%).

5.2 Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Keluhan nyeri punggung bawah dialami pekerjaan mencangkul sebanyak 3 dari 4 pekerja (75%), keluhan dirasakan setelah melakukan pekerjaan, frekuensi terjadinya keluhan dirasakan hampir setiap hari oleh pekerja dengan tingkat keluhan dirasakan seperti rasa tidak nyaman di daerah punggung namun pekerjaan masih dapat dilakukan.

(44)

Keluhan nyeri punggung bawah dialami pekerjaan mengangkat dan mengangkut sebanyak 8dari 9 pekerja (89%), keluhan dirasakan setelah melakukan pekerjaan, frekuensi terjadinya keluhan dirasakan 1-2 kali/minggu dengan tingkat keluhan dirasakan seperti rasa tidak nyaman di daerah punggung namun pekerjaan masih dapat dilakukan.

Keluhan nyeri punggung bawah dialami pekerjaan menyusun sebanyak 5dari 9 pekerja (56%), keluhan dirasakan setelah melakukan pekerjaan, frekuensi terjadinya keluhan dirasakan 1-2 kali/minggu dengan tingkat keluhan dirasakan seperti rasa tidak nyaman di daerah punggung namun pekerjaan masih dapat dilakukan.

Keluhan nyeri punggung bawah tertinggi dialami oleh pekerja di bagian pengangkatan dan pengangkutan ini dikarenakan pekerjaan yang memaksa melakukan sikap kerja yang tidak alamiah atau postur janggal ketika melakukan pekerjaan. Sikap kerja yang tidak alamiah tersebut seperti berdiri statis selama bekerja dengan badan membungkuk secara berulang dan dalam periode cukup lama sehingga akan membebani otot rangka tulang belakang. Pekerja dengan badan membungkuk dikarenakan beban yang harus diangkat pekerja berlebihan yiatu ±100 kg untuk satu kali pengangkutan.

(45)

pencangkulan akan membungkuk dalam periode yang lama dikarenakan pekerjaan yang harus memaksa pekerja untuk membungkuk.

Keluhan nyeri punggung bawah juga dialami oleh pekerja bagian pemotongan dan penyusunan dengan frekuensi yang lebih kecil dibandingkan pekerja di bagian pengangkatan-pengangkutan dan bagian pencangkulan. Pekerja di bagian pemotongan dan penyusunan juga melakukan sikap kerja yang tidak alamiah ketika melakukan pekerjaan seperti badan yang membungkuk ketika bekerja dan dilakukan berulang namun dalam periode yang tidak lama berbeda dengan pekerja di bagian pengangkatan-pengangkutan yang harus membungkuk berulang dan dalam periode yang lama.

Secara keseluruhan dapat diketahui dari 28 orang pekerja di bagian produksi keluhan nyeri paling banyak, yaitu bagian pinggang belakang dialami sebanyak 19 pekerja (67,8%) dan keluhan pada pinggul dialami sebanyak 15 pekerja (53,6%). Hasil penelitian juga menunjukkan keluhan nyeri punggung bawah dirasakan oleh pekerja di bagian produksi mulai dari pekerjaan mencangkul batu bata, pekerjaan memotong batu bata, pekerjaan mengangkat-mengangkut batu bata, dan pekerjaan menyusun batu bata.

(46)

Waktu terjadinya keluhan nyeri punggung bawah terbanyak dirasakan pekerja setelah melakukan pekerjaan sebanyak 12 orang (42,9%) ini dikarenakan ketika bekerja, pekerja banyak melakukan sikap kerja yang tidak alamiah seperti badan terlalu membungkuk secara berulang-ulang dan kurangnya relaksasi otot punggung.

Menurut Grandjean dan Pheasant dalam Septiawan (2012) sikap kerja statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis dengan keluhan yang dirasakan pada punggung.

Frekuensi terjadinya keluhan nyeri punggung bawah terbanyak dirasakan pekerja dalam kategori sering (1-2 kali/minggu) sebanyak 11 orang (39,3%), ini disebabkan oleh seberapa sering pekerja melakukan sikap kerja yang tidak alamiah dan tingkat kekuatan otot juga yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan massa kerja dan kekuatan fisik seseorang.

Tingkat keluhan nyeri punggung bawah terbanyak dirasakan pekerja dalam kategori ringan (tidak nyaman) sebanyak 19 orang (67,9%), pekerja umumnya merasakan keluhan nyeri pada daerah punggung sehingga tidak nyaman ketika bekerja, namun pekerjaan masih dapat dilakukan.

Proporsi pekerja yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah

terbanyak berumur ≥ 38 tahun sebanyak 11 dari 19 dari pekerja (79%). Koesyanto

(47)

tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.

Proporsi pekerja yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 dari 8 pekerja (75%). Penelitian Valeri TS dalam Hadyan (2015) laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri punggung sampai umur 60 tahun, namun jenis kelamin dapat mempengaruhi timbulnya keluhan LBP, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopuase juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan kadar hormon esterogen, sehingga memumngkinkan LBP

Pekerja yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah terbanyak

memiliki masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 12 pekerja (80%). Menurut Boshuzen

(48)

5.3 Resiko Postur Kerja dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Postur kerja pekerja pembuatan batu bata di Desa Sei Buluh berdasarkan metode OWAS dalam tingkat risiko rendah, sedang, dan tinggi.Pekerja bagian pencangkulan dengan tingkat risiko rendah sebanyak 1 orang (25%), dan tidak mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sedangkan pekerja batu bata di bagian pemotongan dengan tingkat risiko sedang sebanyak 3 orang (75%) semuanya mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

Pekerja bagian pemotongan dengan tingkat risiko sedang sebanyak 5 orang (83%) dan mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 2 orang (33%) sedangkan tingkat risiko tinggi sebanyak 1 orang (17%) dan mengalami keluhan nyeri punggung bawah. Pekerja bagian pengangkatan-pengangkutan memiliki tingkat risiko tinggi sebanyak 9 orang (100%) dan seluruhnya mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

Pekerja batu bata bagian penyusunan dengan tingkat risiko sedang sebanyak 8 orang (89%) dan mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 5 orang (55%) sedangkan tingkat risiko tinggi sebanyak 1 orang (11%) dan tidak mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Pekerja bagian pencangkulan dengan tingkat risiko rendah sebanyak 1 orang (25%), dan tidak mengalami keluhan nyeri punggung bawah, sedangkan pekerja batu bata di bagian pemotongan dengan tingkat risiko sedang sebanyak 3 orang (75%) semuanya mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

2. Pekerja bagian pemotongan dengan tingkat risiko sedang sebanyak 5 orang (83%) dan mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 2 orang (33%) sedangkan tingkat risiko tinggi sebanyak 1 orang (17%) dan mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

3. Pekerja bagian pengangkatan-pengangkutan memiliki tingkat risiko tinggi sebanyak 9 orang (100%) dan semuanya mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

4. Pekerja batu bata bagian penyusunan dengan tingkat risiko sedang sebanyak 8 orang (89%) dan mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 5 orang (55%) sedangkan tingkat risiko tinggi sebanyak 1 orang (11%) dan tidak mengalami keluhan nyeri punggung bawah.

(50)

6. Proporsi pekerja dengan keluhan nyeri punggung bawah tertinggi terjadi pada jenis kelamin perempuan sebanyak 6 dari 8 pekerja (75%),

7. Proporsi pekerja dengan keluhan nyeri punggung bawah tertinggi pada masa

kerja ≥ 5 tahun sebanyak 12 dari 15 pekerja (80%).

6.2 Saran

1. Pekerja bagian produksi dimulai dari pekerjaan mencangkul, pekerjaan memotong, pekerjaan melangsir, dan pekerjaan menyusun sebisa mungkin dalam posisi punggung lurus sehingga dapat menghindari keluhan nyeri pada punggung bagian bawah.

2. Mengurangi berat beban yang harus diangkat untuk bagian pengangkatan-pengangkutan menjadi 55-60 kg, sehingga dapat menghindari membungkuk ketika bekerja.

3. Menyediakan meja kerja untuk bagian penyusunan yang telah disesuaikan dengan rata-rata tinggi pekerja bagian penyusunan, agar pekerja bagian penyusunan lebih mudah dalam menyusun batu bata dan mengurangi sikap kerja yang terlalu membungkuk.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Pekerja di Bagian Produksi
Gambar 4.1Postur Kerja saat Mencangkul
Tabel 4.1 Penilaian Risiko Postur KerjaPekerja Mencangkul dengan
gambar berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakter meristik Kepiting Bakau ( S. serrata ) yang dihitung (Tabel 3) diperoleh jumlah duri frontal margin (FM): 4 ; jumlah duri anterolateral margin.. Perhitungan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba bersih, komponen arus kas, dan likuiditas terhadap harga saham .Populasi penelitian yang digunakan adalah perusahaan

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan prinsip- prinsip penggunaan agen antibakteri dapat menyebabkan peningkatan resistensi yang menyebabkan munculnya bakteri-bakteri

Beratnya sanksi yang diterima oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam perusakan atau pencemaran lingkungan tersebut diharapkan dapat menekan terjadinya kasus

GLJXQDNDQ XQWXN PHPYDOLGDVL KDVLO WHUVHEXW +DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ EDKZD VHODPD SHQ\LPSDQDQ GLQJLQ VSHNWUD UHÀHNWDQ PDQJJD PHQJDODPL SHQXUXQDQ PHQJLQGLNDVLNDQ DGDQ\D

Data persentase karkas dan bobot organ dalam ayam broiler (rempela, tebal usus dan lemak abdomen) akibat pemberian ampas mengkudu dan antibiotika ZnB tidak menunjukkan hasil

Pada tahap obesrvasi ini merupakan penelitian yang menggunakan panca indra yang dapat mengamati secara langsung di tempat kejadian yang berada di dalam kelas sehingga

Seksyen ini memberi perlindungan terhadap kerugian atau kerosakan fizikal yang terjadi secara mengejut atau tidak diduga ke atas jentera anda yang sedang berfungsi atau