• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Penelitian Utama

4.3.1 Kelulusan hidup lobster air tawar selama penyimpanan

Kelulusan hidup lobster ditentukan setelah lobster dibugarkan dalam air selama 1 jam untuk melihat kemampuan lobster beradaptasi kembali dalam media air setelah dilakukan penyimpanan (Suryaningrum et al. 2008). Uji penyimpanan lobster dengan menggunakan cara pengemasan yang berbeda (serbuk gergaji dan spons busa) pada penelitian ini menghasilkan mortalitas dan tingkat kebugaran

lobster yang berbeda pula. Tingkat kelulusan hidup lobster air tawar pada uji penyimpanan sistem kering ditampilkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat kelulusan hidup lobster air tawar

Media kemasan Kelulusan hidup lobster air tawar (%)

12 jam 24 jam 36 jam 48 jam 60 jam 72 jam

Serbuk gergaji 100 100 93,33 80 80 73,33

Spon busa 100 100 100 100 100 93,33

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lobster air tawar yang dikemas menggunakan media serbuk gergaji menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 100% hingga penyimpanan jam ke-24. Selanjutnya tingkat kelulusan hidup lobster turun menjadi 93,33% pada jam ke-36, 80% pada jam ke-48 dan jam ke-60. Pada akhir penyimpanan jam ke-72, tingkat kelulusan hidup lobster sebesar 73,33%.

Pengemasan lobster air tawar dengan menggunakan spons busa secara umum menghasilkan tingkat kelulusan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pengemasan menggunakan media pengisi serbuk gergaji. Lobster yang dikemas pada media spons busa memiliki tingkat kelulusan hidup sebesar 100% hingga penyimpanan jam ke-60, dan pada akhir penyimpanan jam ke-72 sebesar 93,33%, lebih tinggi dibandingkan tingkat kelulusan hidup pada media serbuk gergaji yaitu sebesar 73,33%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelulusan hidup lobster air tawar menurun seiring bertambahnya lama penyimpanan. Penurunan nilai kelulusan hidup tersebut disebabkan karena sebagian lobster yang dibius telah tersadar pada saat disimpan sehingga aktivitas maupun metabolismenya meningkat. Aktivitas dan metabolisme lobster yang semakin tinggi menuntut ketersediaan oksigen yang tinggi pula, sedangkan ketersediaan oksigen dalam media kemasan sangat terbatas sehingga lobster dapat mengalami kekurangan oksigen yang berakibat pada kematian (Suryaningrum et al. 2005).

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan cara pengemasan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap kelulusan hidup lobster air tawar, akan tetapi interaksi kedua faktor tersebut tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05). Hasil uji lanjut Tukey

Multiple Comparison untuk perlakuan cara pengemasan ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Kelulusan hidup lobster air tawar dengan perlakuan cara pengemasan

Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript

....yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)

Hasil uji lanjut Tukey untuk perlakuan cara pengemasan menunjukkan bahwa kelulusan hidup lobster hingga 72 jam penyimpanan pada media spons busa adalah sebesar 98,89±4,71%, lebih tinggi dibandingkan kelulusan hidup lobster pada media serbuk gergaji sebesar 87,78±13,96%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan spons busa sebagai media kemasan menghasilkan tingkat kelulusan hidup yang lebih baik dibandingkan serbuk gergaji.

Tingkat kelulusan hidup lobster yang dikemas menggunakan media pengisi spons busa lebih tinggi dibandingkan serbuk gergaji. Hal ini antara lain disebabkan oleh masih tingginya kelembaban media spons busa selama penyimpanan. Kelembaban yang masih tinggi pada spons busa selama penyimpanan mampu mempertahankan suasana basah pada karapas maupun insang lobster, sehingga ketika lobster tersadar dan konsumsi oksigen meningkat maka lobster masih dapat memperoleh oksigen melalui pertukaran gas secara difusi antara titik air yang menempel pada insang dan lingkungan sekitar (media pengisi). Media pengisi yang digunakan untuk transportasi krustasea hidup seperti lobster atau udang sebaiknya memiliki kelembaban 70-100% untuk mencegah

87,78±13,96a 98,89±4,71b 80 85 90 95 100

Serbuk Gergaji Spons Busa

K e lu lu san H id u p (% ) Media Kemasan

terjadinya dehidrasi dan mengurangi risiko mortalitas selama trasnportasi (Mohamed dan Devaraj 1997).

Hasil uji lanjut Tukey juga menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kelulusan hidup lobster pada media serbuk gergaji, akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada media spons. Hasil uji lanjut Tukey Multiple Comparison untuk perlakuan lama penyimpanan ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Kelulusan hidup lobster air tawar dengan perlakuan lama penyimpanan

Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript

....yang berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)

Tingkat kelulusan hidup lobster air tawar yang dikemas menggunakan serbuk gergaji pada penyimpanan jam ke-12 dan ke-24 tidak berbeda nyata dengan kelulusan hidup pada penyimpanan jam ke-36, 48 dan 60, akan tetapi berbeda nyata dengan kelulusan hidup pada penyimpanan jam ke-72. Perlakuan lama penyimpanan pada media spons busa terlihat tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kelulusan hidup losbter.

Kematian lobster yang disimpan dalam media serbuk gergaji diduga karena lobster tersebut dalam kondisi lemah atau telah sadar selama penyimpanan akibat meningkatnya suhu media. Lobster yang telah sadar membutuhkan oksigen lebih banyak karena aktivitasnya mulai meningkat sementara cadangan oksigen dalam tubuh terbatas sehingga lobster membutuhkan pasokan oksigen dari lingkungan

100a 100a 93,33ab 80ab 80ab 73,33b 100a 100a 100a 100a 100a 93,33a 0 20 40 60 80 100 12 24 36 48 60 72 K e lu lu san H id u p (% )

Lama Penyimpanan (Jam)

Chart Title

Serbuk Gergaji Spon Busa

sekitar (media pengisi). Namun pasokan oksigen dalam media pengisi serbuk gergaji terbatas sehingga menyebabkan lobster tersebut akan kekurangan oksigen dan akhirnya mati saat penyimpanan. Bentuk serbuk gergaji yang memiliki rongga udara kecil menyebabkan kemampuan memasok oksigennya tidak sebaik spons busa yang memiliki rongga udara lebih besar dibandingkan serbuk gergaji.

Bertahannya lobster hidup lebih lama dalam media kemasan spons juga karena spons memiliki kelembaban yang tinggi. Hasil pengukuran air yang terdapat dalam media spons cukup tinggi, karena spons dapat menyerap air hingga 14 kali dari berat spons sendiri. Spon busa memiliki nilai densitas kamba sebesar 0,35 kg/l serta memiliki tekstur yang berongga-rongga sehingga dapat menampung oksigen (Hastarini et al. 2006). Jenis media pengisi yang memiliki rongga udara yang lebih besar akan memasok udara (O2) bebas lebih besar (Sufianto 2008).

Kondisi lobster air tawar sebelum diberi perlakuan juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan transportasi. Lobster air tawar yang ditransportasikan dalam keadaan tidak bugar, cacat fisik, bertelur maupun moulting lebih rentan terhadap kematian ketika ditransportasikan. Fotedar dan Evans (2011) menyatakan bahwa tingginya mortalitas pada krustasea selama penyimpanan pasca penangkapan dan transportasi krustasea hidup kebanyakan merupakan hasil dari respon stres yang disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai, penanganan fisik ataupun hipoksia. Waktu transportasi yang semakin lama dapat menyebabkan rusaknya insang, yang menurut Morrissy et al. (2001) bersifat tidak reversible setelah ditransportasi dalam keadaan kering.

Jeffs (2003) menambahkan bahwa kelulusan hidup lobster juga dipengaruhi oleh ukuran lobster yang akan ditransportasikan. Lobster yang berukuran kecil memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lobster

yang berukuran besar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Romero dan Murillo (1997) serta (Morrissy et al. 2001) yang menyatakan bahwa transportasi

bibit lobster air tawar (±10 g) dengan menggunakan sistem basah selama 24 jam dan 48 jam menghasilkan kelulusan hidup sebesar 88,7% dan 72,7%.

Dokumen terkait