Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan nalar. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan
commit to user
dalam pemecahan masalah / pencarian solusi, dan pengelolaan proyek.Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.
Pengertian berpikir kritis dijelaskan oleh beberapa ahli yang dikutip oleh Tilaar H. A. R. (2011:15-16) sebagai berikut: Robert H.
Ennis (2011), menyatakan bahwa Critical thinking is reasonable and reflective thinking focused on deciding what to believe or de (berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang diyakini untuk diperbuat). Dengan demikian dalam berpikir kritis diarahkan kepada rumusan-rumusan yang memenuhi kriteria tertentu untuk diperbuat. Lipman (1991) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang memfasilitasi keputusan oleh karena itu didasarkan kepada kriteria yang nyata, yang self-corrective dan substantif dalam konteks. Richard Paul (1990), menyatakan berpikir kritis adalah suatu kemampuan dan disposisi untuk mengevaluasi secara kritis suatu kepercayaan atau keyakinan, asumsi apa yang mendasarinya dan atas dasar pandangan hidup mana asumsi tersebut terletak.
commit to user
Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis, diantaranya adalah:
a. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada,
b. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis
c. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks.
Lebih lanjut Mark Mason (2007: 341) mengutip pendapat Robert H. Ennis, mendefinisikan konsep berpikir kritis terutama didasarkan pada keterampilan tertentu khususnya keterampilan mengamati, menyimpulkan, generalisasi, penalaran, mengevaluasi penalaran dan sejenisnya. Berpikir merupakan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi informasi dalam memori. Seseorang berpikir untuk membentuk konsep, menalar, berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir secara kreatif, dan memecahkan masalah (Santrock, 2009:8). Sedangkan berpikir kritis adalah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan dan menganalisis asumsi (Johnson, 2007:183) Setiap individu adalah seorang pemikir kritis.
Berpikir kritis dapat juga dikatakan sebagai suatu keterampilan berpikir secara reflektif untuk memutuskan hal-hal yang dilakukan dimana kemampuan berpikir kritis setiap siswa tidaklah sama, oleh
commit to user
karena itu kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran perlu dilatih dan dikembangkan oleh guru. Salah satu cara yang dapat dikembangkan dalam melatih kemampuan berpikir kritis bagaimana siswa dapat mencari dan menemukan masalah, menganalisis masalah, membuat hipotesis mengumpulkan data, menguji hipotesis serta menentukan alternatif penyelesaian.
Ada 13 indikator karakter berpikir kritis yang dikembangkan Ennis (1985) yaitu:
1. Mencari pertanyaan jelas dari teori dan pertanyaan.
2. Mencari alasan.
3. Mencoba menjadi yang teraktual.
4. Menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya dan menyatakannya.
5. Menjelaskan keseluruhan situasi.
6. Mencoba tetap relevan dengan ide utama.
7. Menjaga ide dasar dan orisinil di dalam pikiran.
8. Mencari alternatif.
9. Berpikiran terbuka.
10. Mengambil posisi (dan mengubah posisi) ketika bukti-bukti dan alasan-alasan memungkinkan untuk melakukannya.
11. Mencari dokumen-dokumen dengan penuh ketelitian.
12. Sepakat dalam suatu cara yang teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan kompleks.
commit to user
13. Peka terhadap perasaan, pengetahuan, dan kecerdasan orang lain.
Selain itu, masih ada 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang terbagi ke dalam lima kelompok besar berikut ini. (1) Memberikan penjelasan sederhana: a) memfokuskan pertanyaan, b) menganalisis argumen, c) bertanya dan menjawab tentang suatu penjelasan atau tantangan, (2) Membangun keterampilan dasar: d) mempertimbangkan kredibilitas sumber, e) mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. (3) Menyimpulkan: f) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, g) menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, h) membuat dan menentukan nilai pertimbangan, (4) Memberikan penjelasan lebih lanjut: i) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, j) mengidentifikasi asumsi. (5) Mengatur strategi dan taktik: k) menentukan tindakan, l) berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Dengan kemampuan ini diharapkan siswa dapat menjadikan hidupnya lebih baik lagi. Richard W. Paul dalam Rahmawati (2006:62) mengemukakan pentingnya keterampilan berpikir kritis bagi siswa. Ia berpendapat bahwa, hanya ketika kita mengembangkan keterampilan berpikir kritis terhadap mata pelajaran, berarti kita mendidik anak untuk menguji struktur logika dan menguji pengalamannya dari berbagai aspek sehingga pada akhirnya akan menjadikan mereka menjadi orang dewasa yang kritis.
commit to user b. Ciri-ciri Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis pada dasarnya merupakan sesuatu yang abstrak. Sehingga sangat sulit untuk dapat mengukurnya. Namun demikian untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dalam diskusi dan interaksi dengan temannya ketika proses pembelajaran. Dengan kata lain kemampuan berpikir kritis merupakan satu hal yang tidak terpisahkan dengan sikap kritis.
Menurut L. M. Sartolli (1989) dalam Zaleha, ukuran dan kriteria seseorang dikatakan telah berpikir kritis adalah:
1) Menghadapi tantangan demi tantangan dengan alasan-alasan 2) Memberikan contoh-contoh dan argumen yang berbeda dari
yang sudah ada.
3) Mencari dan memaparkan hubungan antara masalah atau pengalaman lain yang relevan
4) Menghubungkan masalah khusus yang menjadi subjek diskusi dengan prinsip yang lebih bersifat umum
5) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan beraturan 6) Meminta klarifikasi
7) Menanyakan sumber informasi 8) Berusaha untuk memahami 9) Mendengarkan dengan hati-hati 10) Mendengarkan agar pikiran terbuka 11) Berbicara dengan bebas
commit to user 12) Bersikap sopan
13)Mencari dan memberikan ide dan pilihan variasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dapat dimiliki seseorang melalui proses belajar yang tentunya dengan memiliki kemampuan dan kecakapan dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
c. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis sebagaimana diungkapkan oleh R.
Swart dalam Zaleha (2002: 95) merupakan sebuah kemampuan yang dapat dikembangkan dan dilatih. Adapun beberapa cara dan strategi dalam melatih siswa berpikir kritis diantaranya adalah:
a) Membaca dengan kritis. Untuk berpikir kritis seseorang harus membaca secara dengan kritis pula.
b) Meningkatkan daya analisis
c) Mengembangkan kemampuan observasi
d) Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
e) Metakognisi/memahami cara berpikir sendiri f) Mengamati model dalam berpikir kritis g) Diskusi yang kaya
Keterampilan berpikir kritis sangat penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Dengan kemampuan ini diharapkan siswa dapat
commit to user
menjadikan hidupnya lebih baik. Richard W. Paul dalam Rahmawati (2006: 62) mengemukakan pentingnya keterampilan berpikir kritis bagi siswa. Ia berpendapat bahwa, hanya ketika kita mengembangkan keterampilan berpikir kritis terhadap mata pelajaran, berarti kita mendidik anak untuk menguji struktur logika dan menguji pengalamannya dari berbagai aspek sehingga pada akhirnya akan menjadikan mereka menjadi orang dewasa yang kritis.