• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.76 Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada hasil identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Adapun

73 Susilowati, Sajidan dan Murni Ramli. “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan”. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2017.

223.

74 Joko Purwanto dan Winarti, “Profil Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah se-DIY”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 7 (2016), h. 8.

75 Yullianah Enneke. “Studi Komparatif Tingkat Berpikir Kritis Siswa yang Tinggal dan Tidak Tinggal di Pesantren Pada Pembelajaran Sejarah Kelas Xi Man Mojosari Mojokerto”. Journal Pendidikan Sejarah Vol. 3, No. 3, 2015. h. 580.

76 Sugiyono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 91.

kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui alur bagan penelitian di bawah ini:

Di Kabupaten Serang belum ada penelitian yang menggambarkan kondisi siswa terkait dengan kemampuan berpikir kritis.

Siswa perlu memiliki kemampuan berpikir dan bertindak kritis.

Hasil PISA dan TIMSS menempatkan

Indonesia pada peringkat 10 terbawah

Hasil UN Fisika 2019 di Kabupaten Serang pada konsep Suhu dan

Kalor dalam kategori rendah.

Terdapat kesenjangan pada perolehan hasil

UN Fisika tertinggi antara SMA dan MA di Kabupaten Serang.

National Education Association telah mengidentifikasi bahwa kemampuan abad ke-21 yang harus dimiliki setiap

orang dihimpun dalam istilah “The 4Cs” yang mana salah satunya adalah

kemampuan berpikir kritis

Visi Kabupaten Serang yaitu terwujudnya masyarakat yang berkualitas menuju Kabupaten Serang yang agamis, adil, dan

sejahtera.

Kebutuhan Abad 21 dan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

Penelitian terkait kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang

Dapat digunakan untuk perbaikan dan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa di Kabupaten Serang sehingga dapat bersaing di masa depan.

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Abad 21 memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek kehidupan.

Kemampuan individu pada abad ini sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan. Kemampuan tersebut salah satunya ialah kemampuan berpikir yang baik dalam membaca dan menganalisis permasalahan yang ada agar diperoleh suatu tindakan yang tepat. Sehingga kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki pada abad 21 ini salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis.

Sebagaimana Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir, salah satunya keterampilan berpikir kritis. Akan tetapi tingkat berpikir kritis siswa di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini dapat terlihat pada hasil evaluasi Internasional yang diikuti oleh Indonesia yaitu PISA dan TIMSS yang menempatkan Indonesia pada peringkat 10 terbawah.

Berpikir kritis dikembangkan melalui proses pendidikan sebagai bekal siswa dalam menghadapi tantangan zaman, karena dapat digunakan sebagai persiapan untuk berpikir dalam berbagai disiplin ilmu, persiapan menuju intelektual yang mandiri, dan persyaratan dari hak-hak siswa untuk diperlakukan dengan hormat (Schelecht, 1991).

Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Fisika diperlukan untuk mempersiapkan siswa agar memiliki pola pikir kritis sehingga mampu mengevaluasi, membedakan, dan menentukan sesuatu hal dalam kehidupan sehari-hari. Materi termodinamika khususnya, yang merupakan dasar untuk berbagai bidang ilmu dan memiliki peran mendasar pada kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya berpikir kritis dalam pembelajaran belum berjalan optimal, hal ini dapat terlihat pada hasil UN Fisika pada rumpun IPA mendapatkan skor terendah kalah daripada Biologi dan Kimia. Materi Fisika yang disajikan pada UN terbagi pada empat kelompok besar, dari pembagian tersebut skor terendah terdapat pada kelompok termodinamika tepatnya pada konsep Suhu dan Kalor.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis dapat menjadi masalah jika tidak ada upaya perbaikan yang dilakukan. Siswa yang tidak memiliki kemampuan ini dikhawatirkan tidak dapat bersaing seiring perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan National Education Association telah mengidentifikasi bahwa kemampuan abad ke-21 yang harus dimiliki setiap orang dihimpun dalam istilah “The 4Cs” yang mana salah

satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Salah satu daerah yang menjadi perhatian peneliti ialah kabupaten Serang. Kabupaten Serang memiliki visi yang sesuai dengan kebutuhan pada abad ini, yaitu terwujudnya masyarakat yang berkualitas menuju Kabupaten Serang yang agamis, adil, dan sejahtera. Sehingga agar dapat bersaing seperti halnya tuntutan zaman, perlu diketahui kemampuan berpikir kritis siswa di daerah ini. Selain itu, hal ini juga sebagai bentuk upaya untuk mewujudkan visi Banten yang maju, mandiri, berdaya saing, sejahtera, dan berakhlaqul karimah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, dikatahui bahwa hasil UN di Kabupaten Serang menunjukan nilai Fisika tertinggi SMA dan MA memiliki rentang cukup jauh. Hal ini bisa jadi karena perbedaan kualitas yang dimiliki masing-masing sekolah, mulai dari siswa hingga guru. Sejauh ini belum ada penelitian yang menggambarkan kondisi terkait mengenai kemampuan beripikir kritis siswa di Kabupaten Serang ini. Oleh karena itu, kemungkinan-kemungkinan tersebut tentunya perlu diperhatikan dan dicari tahu, dengan adanya data tersebut diharapkan akan mempermudah pihak terkait agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga, siswa di Kabupaten Serang dapat bersaing di abad ini.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 dari bulan Oktober sampai November 2020, dilakukan secara berkala selama satu sampai dua minggu pada tiap tempat penelitian. Tempat penelitian pada penelitian ini menggunakan dua Sekolah Menengah Atas (SMA) dan dua Madrasah Aliyah (MA) yang terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai waktu dan tempat penelitian:

1. Sekolah Menengah Atas (SMA)

Daftar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dijadikan tempat penelitian beserta waktu pengambilan data adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Serang

No. Nama Sekolah Alamat Hari/Tanggal

Penelitian

Cinangka, Serang Banten 42167.

Rabu, 18 s.d. Sabtu, 28 November 2020

2. SMAN 1 Kopo Jl. Raya Cikande-Maja, Kp.

Kopo, Desa Garut, Kec.

Kopo, Serang, Banten 42178.

Rabu, 11 s.d. 18 November 2020

2. Madrasah Aliyah (MA)

Daftar Madrasah Aliyah (MA) yang dijadikan tempat penelitian beserta waktu pengambilan data adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Data Madrasah Aliyah di Kabupaten Serang

No. Nama Sekolah Alamat Hari/Tanggal

Penelitian

1. MA

Al-Khairiyah

Jalan Kisarnaja No. 05

Rancaranji, Desa

Sabtu, 24 Oktober dan Sabtu, 31 Oktober

No. Nama Sekolah Alamat Hari/Tanggal Penelitian Rancaranji Kramatlaban, Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Kode Pos 42168.

2020

2. MA Assa’adah Dahu Cikeusal

Jl. Raya Serang-Pamarayan KM. 25, Dahu, Cikeusal, Kab.

Serang, Banten 42175

Sabtu, 17 Oktober dan 12 November 2020

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif komparatif. Pemilihan pendekatan kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka. Peneliti memberikan gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa secara komparatif dalam bentuk uraian, dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan perlakuan khusus terhadap subjek penelitian, tetapi hanya menganalisis kondisi siswa berdasarkan kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya.

Peneliti mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, berdasarkan instrumen tes yang diberikan kepada siswa kemudian dilakukan pengolahan data. Hasil pengolahan data tersebut selanjutnya dideskripsikan secara komparatif sesuai keadaan sebenarnya yang diperoleh dari angket siswa. Penelitian ini bermaksud untuk mengukur perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang serta faktor yang mempengaruhinya.

C. Unit Analisis

Unit analisis ini berkaitan dengan penentuan sampel atau subjek penelitian.

Subjek penelitian merupakan sumber data, tetapi tidak semua sumber data dijadikan subjek penelitian. Sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa dan guru. Akan tetapi, sumber data yang dijadikan subjek penelitian hanya siswa. Peneliti menggunakan instrumen tes dan angket ditujukan kepada siswa, dan lembar wawancara diberikan kepada guru.

Penentuan populasi dan sampel penelitian berdasarkan teknik purposive sampling. Penggunaan teknik ini dikarenakan peneliti memiliki tujuan tertentu yaitu

mengkomparasikan kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA dengan nilai UN fisika tertinggi dan terendah. Pemilihan SMA dan MA didasarkan pada hasil UN fisika tertinggi dan terendah di Kabupaten Serang pada tahun ajaran 2018/2019 yang terdapat pada laman http://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id//2019. Adapun sekolah dengan nilai UN fisika tertinggi terdapat pada SMA Islam Nurul Fikri dan terendah terdapat pada SMAN 1 Kopo, sedangkan untuk madrasah aliyah, nilai UN fisika tertinggi diperoleh MA Al-Khairiyah Rancaranji, dan terendah diperoleh MA As-Sa’adah Dahu Cikeusal. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah siswa yang sudah belajar materi fisika suhu dan kalor.

Jumlah siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 163 siswa.

Sampel tadi terdiri dari 45 siswa SMA Islam Nurul Fikri, 60 siswa SMAN 1 Kopo, 36 siswa MA Al-Khairiyah Rancaranji, dan 22 siswa MA As-Sa’adah Dahu Cikeusal.

Jumlah sampel penelitian didasarkan pada rumus perhitungan sampel menurut Slovin77 berikut ini:

Keterangan:

: jumlah sampel N: jumlah populasi e: toleransi error

Adapun cara penentuan sampel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Penentuan Sampel Penelitian

No Nama

77 Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research Methods. Rex Printing Company. Quezon City.

No Nama

Jumlah Sampel Keseluruhan 163

Sebelum dilakukan perhitungan, peneliti mengelompokan siswa dengan kategori tinggi, rendah, dan sedang di masing-masing sekolah. Pengkategorian tersebut didasarkan pada nilai PTS (Penilaian Tengah Semester) fisika semester satu tahun ajaran 2020/2021. Peneliti mengategorikan tinggi bagi yang nilainya di atas nilai rata-rata ditambah standar deviasi, dan kategori rendah untuk yang nilainya di bawah rata-rata setelah dikurangi standar deviasi, dan kategori sedang yaitu diantara keduanya. Toleransi error yang diambil peneliti yaitu 15%, hal ini disesuaikan dengan kondisi dalam masa pandemi Covid-19, untuk meminimalisir kendala-kendala yang akan terjadi agar penelitian tetap berjalan. Kendala-kendala yang dimaksud ialah: 1) mengurangi kerumunan untuk di sekolah yang penelitiannya dilakukan secara offline;

2) menjaga kelancaran dalam proses pengumpulan data untuk sekolah yang penelitiannya dilakukan secara online. Adapun penentuan keputusan tersebut didasarkan atas kesepakatan pihak sekolah dengan peneliti.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian. Peneliti menggunakan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yang digunakan berupa instrumen kemampuan berpikir kritis, sedangkan untuk instrumen non tes menggunakan angket dan lembar wawancara.

1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen tes kemampuan berpikir kritis yang di gunakan pada penelitian ini disusun berdasarkan indikator instrumen berpikir kritis menurut Robert H. Ennis.

Konsep yang digunakan merupakan konsep suhu dan kalor.

Adapun kisi-kisi instrumen kemampuan berpikir kritis yang digunakan terangkum dalam Tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis No. Aspek Berpikir

Kritis Indikator Berpikir Kritis No. Soal 1. Advance

2. Strategy and Tactics (mengatur strategi dan taktik)

Memutuskan suatu tindakan

(Melakukan review) 2*, 12*,

15*

Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan (Mengapa demikian)

Sebelum diujikan kepada sampel penelitian, instrumen ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan bantuan software anatesV4 sehingga instrumen layak untuk digunakan. Pengujian validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran kemudian dijelaskan pada sub teknik analisis data.

Selain itu, sebelum diuji coba ke siswa instrumen tes ini terlebih dahulu dilakukan penilaian oleh ahli (judgment expert). Penilaian ahli terdiri dari tiga aspek yaitu: aspek konstruks, aspek materi, dan aspek bahasa. Aspek konstruks menilai kesesuaian instrumen terhadap aturan penyusunan instrumen. Aspek materi menilai kesesuaian instrumen dengan konsep fisika yang digunakan. Aspek bahasa menilai kesesuaian bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Ketiga aspek tersebut memiliki indikator penilaian yang menonjolkan aspek-aspek yang hendak dicapai. Adapun penilaian terhadap instrumen menggunakan lembar judgment ahli sebagaimana dijelaskan pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.5 Tabel Lembar Judgment Ahli

NO. Aspek Aspek yang dinilai

1. Konstruk

Kesesuaian materi soal dengan kompetensi Kesesuaian materi soal dengan indikator Pokok permasalahan ada pada pokok soal Pokok soal dirumuskan secara jelas

Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya Butir soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban

2. Materi

Kesesuaian indikator pembelajaran, Indikator keterampilan berpikir kritis dengan soal

Kemampuan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Kesesuaian kasus dan gambar dalam kehidupan sehari-hari Kesesuaian soal dengan materi yang dipelajari

3. Bahasa

Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia Penggunaan bahasa yang komunikatif

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/daerah lain

Tidak mengandung arti ganda

2. Instrumen Nontes a. Angket

Angket merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian sebagai informasi tambahan dan pendukung data penelitian. Angket ditujukan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. Adapun angket yang digunakan pada penelitian ini seperti termuat pada Tabel 3.5 dan 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket

No. Sub Variabel Butir

Jumlah Positif Negatif

1. Disposisi Berpikir Kritis 1, 3, 5, 7, 9 2, 4, 6, 8, 10 10 2. Pembelajaran di Kelas 11, 13, 15, 17 12, 14, 16, 18 8

Jumlah total 18

Angket pada penelitian ini menuntut jawaban berdasarkan skala Likert.78 Setiap pernyataan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap dengan empat pilihan, yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Adapun skala penomoran yang digunakan adalah skor 4-1 untuk pernyataan positif sedangkan untuk pernyataan negatif diberikan skor sebaliknya. Pernyataan-pernyataan tersebut termuat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Angket Siswa

No Sub

Variabel Pernyataan Butir

(+)/ (-)

1. Disposisi Berpikir

Kritis

Saya terbiasa melengkapi asumsi yang tidak

dinyatakan +

Saya tidak pernah mencari tahu lebih lanjut

mengenai istilah dalam suatu definisi _ Saya terbiasa menyeleksi kriteria untuk

membuat solusi +

Saya tidak pernah merumuskan alternatif

yang memungkinkan -

Saya mempertimbangkan situasi secara

keseluruhan +

Saya tidak memperhitungkan perasaan dan

tingkat pemahaman orang lain _

78 Sugiyono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 134.

No Sub

Variabel Pernyataan Butir

(+)/ (-) jika ada suatu kejadian tertentu, saya selalu

menanyakan mengapa hal itu terjadi + saya tidak pernah memikirkan jawaban atas

pertanyaan yang saya ajukan -

Saya terbiasa berhipotesis +

saya tidak pernah memberikan pandangan

teoritis terhadap sesuatu _

2. Pembelajaran di Kelas

Saya selalu dilibatkan dalam pembelajaran di

kelas +

Pembelajaran fisika yang saya peroleh tidak dapat membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fisika yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari

-

Saya memahami materi fisika berdasarkan

logika/penalaran sendiri +

Saya cepat lupa dengan materi fisika yang

sudah dipelajari _

Saya mengharapkan adanya penggunaan tes dalam bentuk uraian yang menuntut saya berpendapat sesuai dengan pemahaman saya

+ Saya kurang dalam menyelesaikan soal yang tidak berkaitan dengan kasus kehidupan sehari-hari

-

Pembelajaran fisika selalu menarik perhatian

saya untuk berpikir kritis +

Saya selalu mengantuk dalam pembelajaran

fisika _

Jumlah

Pernyataan 18

(+) = 9 (-) = 9

b. Pedoman Wawancara

Selain angket, penelitian ini menggunakan pedoman wawancara untuk memperoleh data sebagai informasi tambahan dan pendukung data penelitian.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam.79 Peneliti menggunakan teknik ini untuk memperoleh data terkait dengan subjek penelitian. Wawancara yang dilakukan ditujukan kepada guru fisika dari siswa yang dijadikan sebagai sampel. Guru yang menjadi target wawancara sebanyak empat orang, yaitu satu orang dari tiap tempat penelitian, diantaranya: SMA Islam Nurul Fikri, SMAN 1 Kopo, MA Al-Khairiyah Rancaranji, dan MA As-Sa’adah Dahu Cikeusal. Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan kurikulum, materi fisika dan pembelajaran fisika di kelas. Penjelasan lebih lengkap mengenai pertanyaan yang diajukan dapat dilihat pada pedoman wawancara yang termuat pada tabel 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan

A. Profil Sekolah

1. Nama lengkap sekolah?

2. Akreditasi?

3. Apakah ada laboratorium IPA khususnya Fisika? Jika ada, apakah alat-alat praktikumnya sudah lengkap? Seberapa sering bapak/ibu menggunakan fasilitas tersebut?

B. Profil Guru

1. Apakah bapak/ibu lulusan Pendidikan Fisika? jika bukan, boleh sebutkan lulusan dari jurusan apa?

2. Sudah berapa lama bapak/ibu mengajar Fisika?

C. Kurikulum

1. Kurikulum apa yang bapak/ibu gunakan di sekolah?

D. Materi Fisika (Suhu dan Kalor)

1. Skor PISA (Programme for International Student Assesment) 2018 yang salah satunya mengukur literasi sains siswa, Indonesia berada pada peringkat 70 dari 79 peserta, dan skor TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) 2015 menempatkan Indonesia pada peringkat 44 dari 47 peserta. Hasil tersebut tergabung dalam kategori rendah. Apakah siswa disini menunjukan hasil yang sama dalam pembelajaran fisika?

79 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2011), h.

137

No. Pertanyaan

2. Menurut datam https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019.

Persentase siswa yang menjawab benar pada UN Fisika di tingkat nasional maupun Kabupaten Serang, paling rendah terdapat pada materi kelompok Termodinamika tepatnya konsep suhu dan kalor. Apakah di tempat bapak/ibu ngajar menunjukan hasil yang sama dalam pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor? Jika iya, kenapa demikian?

E. Pembelajaran di Kelas

1. Apakah bapak/ibu sudah menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di kelas? Jika sudah, apakah terdapat kendala? Jika belum, mengapa?

2. Metode pembelajaran apa saja yang sudah bapak/ibu terapkan di dalam kelas? Metode apa saja yang paling efektif?

3. Apakah di setiap materi Bapak/Ibu menggunakan metode pembelajaran yang

sama?

4. Apakah metode pembelajaran fisika di kelas yang Bapak/Ibu terapkan dapat

mendorong siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis?

5. Apakah bapak/ibu sudah mulai memberikan pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir kritis? Jika sudah, bagaimana hasilnya? Jika belum, apa penyebabnya?

6. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran fisika di kelas?

7. Apakah Bapak/Ibu selalu melibatkan siswa atau menuntut siswa aktif dalam

pembelajaran? Jika sudah melalui apa, jika belum mengapa?

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Peneliti mengumpulkan data menggunakan tes kemampuan berpikir kritis dan angket kepada siswa, serta melakukan wawancara terstruktur kepada guru. Berikut adalah paparan teknik pengumpulan data tersebut:

1) Tes

Tes yang digunakan pada penelitian ini merupakan tes uraian. Arikunto mengatakan tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana dengan aturan-aturan yang ditentukan.80 Tes uraian adalah tes bentuk tes yang mengharapkan peserta didik menyusun sendiri jawaban atas pertanyaan yang disampaikan pembuat soal.81 Adapun tujuan dari penggunaan tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.

2) Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.82 Angket berisi pernyataan positif dan negatif yang ditujukan kepada subjek penelitian. Angket tersebut dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.83 Peneliti menggunakan angket berupa pernyataan tertutup, angket ini disebar dalam dua bentuk yaitu dibagikan langsung untuk sekolah yang penelitiannya offline dan melalui google form untuk sekolah yang penelitiannya online, menyesuaikan sistem pembelajaran di sekolah pada masa pandemi Covid-19. Angket dalam penelitian ini diberikan kepada semua sampel yang menjadi subjek penelitian setelah soal selesai dikerjakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang memengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

3) Wawancara Terstruktur

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam.84 Peneliti melakukan wawancara kepada guru fisika sekolah yang menjadi tempat penelitian dengan tujuan untuk memperkuat hal-hal yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis statistik kuantitatif dengan bantuan Microsoft Excel dan analisis deskriptif. Kedua teknik ini digunakan agar data yang diperoleh dapat semakin baik dan sesuai dengan apa yang hendak diukur. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, angket dan wawancara. Dalam pengumpulan data yang

80 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.67

81 Noehi Nasution, Adi Suryanto, dan Yetti Supriyati. Evaluasi Pembelajaran Fisika.

Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) h. 1.36.

82 Sugiyono. Op.cit; h. 199

83 Ibid

84 Sugiyono. Op.cit; h. 137

dilakukan terdapat beberapa hal yang menjadi acuan dalam melakukan analisis data.

Adapun acuan tersebut terdiri dari penskoran dan analisis butir soal untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun penjelasan lebih lengkap mengenai acuan yang di gunakan adalah sebagai berikut:

1. Penskoran

Tes yang telah disusun dan diujikan kepada subjek penelitian dapat bermakna ketika dilakukan penskoran terhadap jawaban yang diberikan. Penskoran merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai85. Dalam melakukan pekerjaan menskor dapat digunakan tiga alat bantu yaitu menentukan jawaban benar disebut kunci jawaban, menyeleksi jawaban benar dan salah, disebut kunci skoring dan yang terakhir menentukan angka, disebut pedoman penilaian86

Penskoran yang dilakukan oleh peneliti melalui tahap:

a. Memberikan skor mentah pada setiap jawaban siswa berdasarkan pedoman

a. Memberikan skor mentah pada setiap jawaban siswa berdasarkan pedoman

Dokumen terkait