• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DAN MA DI KABUPATEN SERANG PADA MATA PELAJARAN FISIKA KONSEP SUHU DAN KALOR TAHUN AJARAN 2020/2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DAN MA DI KABUPATEN SERANG PADA MATA PELAJARAN FISIKA KONSEP SUHU DAN KALOR TAHUN AJARAN 2020/2021"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DAN MA DI KABUPATEN SERANG PADA MATA PELAJARAN FISIKA

KONSEP SUHU DAN KALOR TAHUN AJARAN 2020/2021

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Yusi Yuswati NIM. 11160163000035

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN PROGRAM STUDI

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

(6)

v ABSTRAK

Yusi Yuswati, “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang pada Mata Pelajaran Fisika Konsep Suhu dan Kalor Tahun Ajaran 2020/2021”.

Program Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

Abad 21 memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek kehidupan.

Kemampuan individu pada abad ini sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki setiap individu pada abad ini ialah kemampuan berpikir kritis. Di Kabupaten Serang belum ada penelitian maupun informasi terkait kemampuan berpikir kritis khususnya siswa SMA dan MA. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang, berdasarkan skor, perolehan tiap indikator, dan konsep. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kemampuan berpikir kritis, angket kepada siswa dan wawancara kepada guru.

Populasi dan sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling. Sampel berjumlah 163 siswa, terdiri dari 45 siswa SMA Islam Nurul Fikri, 60 siswa SMAN 1 Kopo, 36 siswa MA Al-Khairiyah Rancaranji, dan 22 siswa MA As-Sa’adah Dahu Cikeusal. Hasil penelitian menunjukan: kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang berkategori rendah, SMA 26.05 (39.39%) dan MA 26.74 (40.51%). Berdasarkan indikator, : skor memberikan penjelasan mendasar (elementary clarification) ada pada kategori sedang yaitu 2.07 (47%) untuk SMA dan 2.15 (49%) untuk MA. Kategori rendah pada keterampilan dasar (basic support) dengan skor 1.43 (32%) untuk SMA, dan 1.35 (31%) untuk MA.

Berdasarkan konsep, : skor terendah adalah konsep perpindahan kalor (SMA 1.40 dan MA 1.53), sedangkan skor tertinggi yaitu konsep suhu dan pemuaian (SMA 1.97 dan MA 1.93). Penelitian yang dilakukan dapat menjadi gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang. Data yang diperoleh dapat dijadikan dasar dalam melakukan perbaikan kemampuan berpikir kritis siswa supaya dapat bersaing di abad 21.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Konsep Suhu dan Kalor.

(7)

vi ABSTRACT

Yusi Yuswati, "Critical Thinking Skill of High School and MA Students in Serang Regency in the Physics Subject of the Temperature and Heat Concept for the Academic Year 2020/2021". Thesis Physics education program, Department of Natural Sciences Education. The Faculty of Science and Teacher Training, Syarif Hidayatullah UIN Jakarta, 2021.

The 21st century has had quite a broad impact in various aspects of life. The skill of individuals in this century greatly determines one's success in dealing with various problems. One of the skills that every individual must have in this century is the critical thinking skill. In Serang Regency, there is no research or information related to critical thinking skills, especially for high school and MA students. This study aims to provide an overview of the critical thinking skills of high school and MA students in Serang Regency, based on scores, indicator attainment, and concepts. This research is a descriptive comparative study with a quantitative approach. The research instrument used was the critical thinking skill, questionnaires for the students and interviews with the teachers. The population and sample in this study were determined based on purposive sampling technique. The sample was 163 students, consisting of 45 students of SMA Islam Nurul Fikri, 60 students of SMAN 1 Kopo, 36 students of MA Al-Khairiyah Rancaranji, and 22 students of MA As-Sa'adah Dahu Cikeusal. The results showed: the low category of critical thinking skills of SMA and MA students in Serang Regency, SMA 26.05 (39.39%) and MA 26.74 (40.51%). Based on the indicators, the score provides a basic clarification (elementary clarification) in the medium category, namely 2.07 (47%) for SMA and 2.15 (49%) for MA. The low category is basic skills (basic support) with a score of 1.43 (32%) for SMA, and 1.35 (31%) for MA. Based on the concept, the lowest score is the concept of heat transfer (SMA 1.40 and MA 1.53), while the highest score is the concept of temperature and expansion (SMA 1.97 and MA 1.93). The research conducted can be as description of the critical thinking skills of high school and MA students in Serang Regency. The data obtained can be used as a basis for improving students' critical thinking skills so that they can compete in the 21st century.

Keywords: Critical Thinking Skill, Concept of Temperature and Heat.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena dengan rahmat, taufik dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang pada Mata Pelajaran Fisika Konsep Suhur dan Kalor Tahun Ajaran 2020/2021”. Sholawat serta salam selalu tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya serta kepada umatnya hingga akhir zaman. Amiin ya Allah rabbal’alamiin.

Skripsi ini terselesaikan dengan penuh dinamika; disertai tawa-tangis, juga penyesalan karena menunda. Tapi, Allah Swt., begitu baik dengan mengirimkan banyak pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, menyemangati, dan senantiasa menyuntikan energi positif pada penulis dari semenjak menjadi mahasiswa hingga mengiringi menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini secara tulus dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah sabar dan kuat dalam membimbing, memberikan arahan, masukkan, dan meluangkan waktu untuk penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Dzikri Rahmat Romadhon, M.Pfis. selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dan kuat dalam membimbing, memberikan arahan, masukkan, dan meluangkan waktu untuk penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Fathiah Alatas, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti selama menjadi mahasiswa pendidikan fisika.

5. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, dan pelayanan dalam proses perkuliahan.

(9)

viii

6. Kepala Sekolah dan Madrasah beserta jajarannya dari SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Kabupaten Serang, MAS Al-Khairiyah Rancaranji Kabupaten Serang, SMAN 1 Kopo Kabupaten Serang, dan MA As-Sa’adah Dahu Cikeusal yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan penelitian di tempat bapak/ibu mengemban amanah.

7. Ustadzah Sari selaku guru Fisika di SMA Islam Nurul Fikri Boarding School, Bapak Dedi Hardianto selaku guru Fisika di MA Al-Khairiyah Rancaranji, Bapak Suudi selaku guru fisika SMAN 1 Kopo dan Ustadzah Citra selaku guru Fisika MA As-Sa’adah Dahu Cikeusal yang telah menerima peneliti dengan tangan terbuka sehingga peneliti merasa nyaman dan sangat terbantu dalam melakukan penelitian hingga selesai.

8. Seluruh siswa yang menjadi sampel penelitian terdiri dari SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Kabupaten Serang, MAS Al-Khairiyah Rancaranji Kabupaten Serang, SMAN 1 Kopo Kabupaten Serang, dan MA As-Sa’adah Dahu Cikeusal yang telah bersedia menerima dan membantu peneliti.

9. Keluarga tercinta, Bapak Ahmad Yani, Mamah Fathiah yang selalu memberikan do’a dan dukungan serta menjadi motivasi yang luar biasa kepada penulis, serta kakak (Aakih, Teteh, dan Aendut) Adik (Paan, Imal, Mila, dan Daus) yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada penulis. Tak lupa kepada kedua ponakan (Aca dan Acaf) yang sering menghibur penulis selama mengerjakan skripsi.

10. Saudara ketemu gede: Naam, Maya, Minha, Binta, Lulu, Mesi, Kak Idew, Kak Ulya, Kak Yayi, Sureyya abla, Annisa Abla, Farah abla, dan Fatimah abla. Terima kasih telah menerima, membersamai, menjadi tempat curhat, pengingat dan penghibur selama di Ciputat bahkan beberapa diantaranya masih aktif komunikasi hingga saat ini.

11. Teman seperjuangan di P. Fisika, Siti Khoiriyah dari semenjak maba yang selalu berangkat dan pulang kuliah berdua, Astri Wulandari tempat curhat selama semester akhir, ayu wahyuni teman receh yang ketika sedang keluar kota/negeri tidak lupa selalu membawakan oleh-oleh, lukman hakim teman sharing berbagai ilmu dan pengalaman, Muhammad Sahri dan Ahmad Rifa’I yang sangat membantu ketika menjelang penyelesaian skripsi. Terima kasih kalian sudah memberikan kesan yang mendalam selama di pendidikan fisika.

(10)

ix

12. Keluarga pendidikan Fisika 2016 B, keluarga yayasan lumina cabang ciputat, teman-teman rumah cahaya, sekolah Kharisma Bangsa yang telah memberi pelajaran serta pengalaman yang berarti dan selalu memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis selama menimba ilmu di Ciputat.

13. Teman-teman KKN Rahwana yang sudah memberikan warna dalam proses perkuliahan, sudah seperti keluarga, rasanya ingin KKN lagi. Terima kasih Syabila, Pitry, Reza, Gagan, Yumna, Kikib, Nanda, Siswo, Adit, Juned, Pasawa, Ihda, Sabrina, Ipeh, Dijah, Poppy, Ersha, dan Axel.

14. Sepupu terbaik Siti Julaeha dan sahabat yang selalu ada Widian Sri Rahayu, terima kasih selalu bersedia mendengarkan curhat penulis dikala sedih dan selalu menguatkan serta memberikan semangat agar skripsi segera selesai,

15. Kak Ahmad Hamdani yang sudah banyak membantu penulis dari semenjak masuk kuliah hingga penyelesaian skripsi.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan balasan yang terbaik. Aamiin. Selain itu penulis memohon maaf apabila dalam skripsi ini terdapat kata-kata atau ucapan yang salah, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Aamiin.

Jakarta, Januari 2021

Penulis

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN PROGRAM STUDI ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I ………1

A. Latar Belakang ... ………..1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II ……….8

A. Kajian Teori ... 8

1. Kemampuan Berpikir Kritis ... 8

2. Konsep Suhu, Kalor dan Perpindahan kalor ... 17

B. Hasil Penelitian Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III ……….37

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 38

(12)

xi

C. Unit Analisis ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 47

a. Uji Validitas Instrumen ... 49

b. Uji Reliabilitas Instrumen ... 52

c. Taraf Kesukaran ... 53

d. Daya Pembeda ... 54

BAB IV ……….56

A. Hasil Penelitian ... 56

1. Profil Sekolah dan Madrasah ... 56

2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang Berdasarkan Skor ... 57

3. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang Berdasarkan Kelompok KBK ditinjau dari Jenis Sekolah ... 58

4. Ketercapaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA di Kabupaten Serang Berdasarkan Indikator ... 59

5. Ketercapaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MA di Kabupaten Serang Berdasarkan Indikator ... 62

6. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang Berdasarkan Konsep Suhu dan Kalor ... 66

7. Hasil Analisis Angket Siswa ... 69

B. Pembahasan ... 70

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA ... 70

2. Ketercapaian Siswa SMA dan MA terhadap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 73

(13)

xii

3. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA Berdasarkan

Konsep Suhu dan Kalor ... 79

BAB V ……….81

KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Implikasi ... 82

C. Saran-saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA... 84

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta konsep suhu kalor, dan perpindahan kalor ... 17 Gambar 2. 2Perbandingan Empat Skala Termometer ... 18 Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir... 35 Gambar 4. 1 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang ... 58 Gambar 4. 2 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Berdasarkan Kelompok KBK ... 59 Gambar 4. 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MA Berdasarkan Kelompok KBK . 63 Gambar 4. 4 Rata-rata Skor Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA

Berdasarkan Konsep Suhu dan Kalor ... 67 Gambar 4. 5 Rata-rata Skor Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Sub

Konsep Suhu dan Kalor ... 68 Gambar 4. 6 Rata-rata Skor Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MA pada Konsep Suhu dan Kalor ... 69

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Indikator Berpikir Kritis ... 12

Tabel 2. 2 Jenis-jenis pemuaian ... 19

Tabel 2. 3 Nilai koefisien muai panjang (∝) untuk berbagai zat. ... 20

Tabel 2. 4 Nilai koefisien muai volume pada bahan tertentu ... 21

Tabel 2. 5 Nilai Kalor Jenis Pada Berbagai Zat ... 23

Tabel 2. 6 Nilai kalor lebur dan kalor uap untuk beberapa zat pada tekanan 1 atm .... 26

Tabel 2. 7 Nilai Konduktivitas Termal Berbagai Zat ... 28

Tabel 3. 1 Data Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Serang ... 37

Tabel 3. 2 Data Madrasah Aliyah di Kabupaten Serang ... 37

Tabel 3. 3 Penentuan Sampel Penelitian ... 39

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 41

Tabel 3. 5 Tabel Lembar Judgment Ahli ... 42

Tabel 3. 6 Kisi-kisi Angket ... 43

Tabel 3. 7 Angket Siswa ... 43

Tabel 3. 8 Pedoman Wawancara ... 45

Tabel 3. 9 Kriteria Skor dan Ketercapaian Berdasarkan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 49

Tabel 3. 10 Kategori Validitas ... 50

Tabel 3. 11 Interpretasi Validitas Butir Soal ... 50

Tabel 3. 12 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 51

Tabel 3. 13 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI) ... 52

Tabel 3. 14 Hasil Validitas Isi ... 52

Tabel 3. 15 Interpretasi Reliabilitas Butir Soal ... 53

Tabel 3. 16 Interpretasi Taraf Kesukaran Butir Soal ... 53

Tabel 3. 17 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 54

Tabel 3. 18 Interpretasi Indeks Diskriminasi Butir Soal ... 54

Tabel 3. 19 Hasil Uji Daya Pembeda ... 55

Tabel 4. 1 Data Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Serang ... 56

Tabel 4. 2 Data Madrasah Aliyah di Kabupaten Serang ... 57

Tabel 4. 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA ... 58

Tabel 4. 4 Persentase Ketercapaian Kelompok KBK Siswa SMA ... 60

(16)

xv

Tabel 4. 5 Persentase Ketercapaian Kelompok KBK Siswa MA ... 63 Tabel 4. 6 Hasil Analasis Angket Siswa ... 70

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Lampiran Instrumen Penelitian ... 90

LAMPIRAN A. 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Uraian Berpikir Kritis ... 90

LAMPIRAN A. 2 Instrumen Tes Uraian Berpikir Kritis ... 93

LAMPIRAN B Lampiran Hasil Penelitian ... 121

LAMPIRAN B. 1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang ... 121

LAMPIRAN B. 2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA berdasarkan Indikator ... 123

LAMPIRAN B. 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MA berdasarkan Indikator ... 126

LAMPIRAN B. 4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA berdasarkan Konsep Suhu dan Kalor ... 129

LAMPIRAN B. 5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MA berdasarkan Konsep Suhu dan Kalor ... 130

LAMPIRAN B. 6 Analisis Hasil Angket ... 131

LAMPIRAN B. 7 Analisis Validasi Konstruk ... 134

LAMPIRAN B. 8 Analisis Validasi Materi ... 136

LAMPIRAN B. 9 Analisis Validasi Bahasa ... 138

LAMPIRAN B. 10 Analisis Instrumen Anates ... 140

LAMPIRAN B. 11 Hasil Validasi Ahli Konstruk ... 143

LAMPIRAN B. 12 Hasil Validasi Ahli Materi ... 149

LAMPIRAN B. 13 Hasil Validasi Ahli Bahasa ... 153

LAMPIRAN B. 14 Lembar Jawaban Siswa ... 158

LAMPIRAN B. 15 Lembar Jawaban Angket Siswa ... 159

LAMPIRAN B. 16 Hasil Wawancara ... 160

LAMPIRAN C Pelengkap Penelitian ... 167

LAMPIRAN C. 1 Profil Sekolah ... 167

LAMPIRAN C. 2 Surat Izin Kantor Cabang Dinas Kabupaten Serang ... 169

LAMPIRAN C. 3 Surat Telah Melakukan Penelitian ... 170

LAMPIRAN C. 4 Absensi Siswa ... 172

LAMPIRAN C. 5 Dokumentasi Penelitian ... 173

(18)

xvii

LAMPIRAN C. 6 Uji Referensi ... 175 LAMPIRAN C. 7 Lampiran Daftar Riwayat Hidup Penulis Error! Bookmark not defined.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kehidupan abad 21 semakin kompleks, penuh tantangan dan ketidakpastian.

Kemampuan individu pada abad ini sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki setiap individu pada abad ini ialah kemampuan berpikir kritis. Penyiapan sumber daya manusia untuk menguasai keterampilan abad ke-21 akan efektif jika ditempuh melalui jalur pendidikan.1 Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 20 tahun 2016 bahwa standar kompetensi lulusan salah satunya memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kritis.2 Khususnya dalam pembelajaran fisika, yakni pembelajaran yang dilakukan harus mampu melahirkan siswa yang memiliki daya pikir kritis.3 Namun, informasi mengenai gambaran kemampuan berpikir kritis siswa di tiap daerah Indonesia belum semua tersedia, contohnya di Kabupaten Serang. Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran kemampuan berpikir kritis siswa menjadi penting untuk diketahui agar upaya perbaikan dan pengembangan dalam pendidikan sesuai dengan kebutuhan zaman.

Beberapa penelitian menunjukan kemampaun berpikir kritis siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Purwanto dan Winart, dalam jurnalnya yang berjudul Profil Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah se-DIY. Hasil penelitian tersebut ialah kemampuan berpikir kritis siswa MA masih pada kategori rendah.4Hal ini sesuai dengan Syifa Nurazizah dkk dalam penelitiannya yang memperoleh hasil bahwa kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah.5 Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fisika ini

1 I Wayan Redhana “Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 dalam Pembelajaran Kimia”

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No1, 2019, h.2240.

2 Permendikbud No. 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasardan Menengah, (Jakarta: Kemendikbud, 2016), h.8

3 Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) Fisika, (Jakarta: Kemendikbud, 2016), h. 3.

4 Joko Purwanto dan Winarti. “Profil Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah se-DIY”. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 7 (2016). H. 8.

5 Syifa Nurazizaha, Parlindungan Sinagab, dan Agus Jauhari. “Profil Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Usaha dan Energi”. JPPPF -Jurnal Penelitian &

Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 3Nomor 2,Desember2017. H. 197.

(20)

terlihat pada hasil UN tahun 2019. Ujian Nasional (UN) merupakan alat ukur keberhasilan proses pembelajaran Fisika. Diketahui output yang diharapkan dari UN Fisika masih kalah daripada pelajaran rumpun IPA lainnya. Berdasarkan data hasil UN tahun 2019 tingkat SMA/MA, diketahui bahwa rata-rata nilai UN Fisika adalah 45.79, masih rendah daripada Biologi (49.91) dan Kimia (50.29).6

Hasil UN Fisika 2019, dari sekian materi yang diujikan skor terendah terdapat pada kelompok materi termodinamika. Salah satunya ialah konsep suhu dan kalor. Persentase siswa yang menjawab benar dalam materi suhu, kalor dan perpindahan kalor hanya 42,5%.7 Suhu dan kalor merupakan salah satu konsep fisika dengan kategori kemampuan berpikir kritisnya paling rendah.8 Maka dari itu, perlu pembelajaran yang baik dan efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika.9 Hal itu akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Terlebih konsep fisika yang bersifat makroskopis ini yakni suhu dan kalor.10 Karena hal itulah konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor menjadi materi paling urgent untuk diteliti. Informasi lain yang didapatkan pneliti saat studi literatur ialah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ada kesenjangan kemampuan dan prestasi siswa antara Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai UN fisika tertinggi di Kabupaten Serang, yakni 58.96 untuk SMA, dan 42.73 untuk MA.11

Kesenjangan tersebut menarik perhatian peneliti untuk mencari tahu gambaran kemampuan berpikir kritis siswa di Kabupaten Serang pada jenjang SMA dan MA. Hal ini karena mengingat pemisahan pengelolaan antara SMA dan MA secara tidak langsung akan memberikan pengaruh dan perbedaan output yang dihasilkan. Walaupun pemerintah telah menganjurkan untuk menggunakan kurikulum

6 Puspendik, Capaian Daerah Hasil UN SMA Tahun Ajaran 2018-2019 https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!sma!capaian_wilayah!30&05&999!a&T&T&T&1&!

3!&

7Puspendik, Persentase siswa yang menjawab benar Hasil UN SMA Tahun Ajaran 2018-2019.

https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!sma!daya_serap!99&99&999!a&04&T&T&1&!1!&

8 Elfa Ma’rifah, dkk., “Identifikasi Kesulitan Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor”, Seminar Nasional Pendidikan, Vol.1, 2016, h. 129.

9 Putri Zakiyatul Zannah, Diah Mulhayatiah, dan Fathiah Alatas. “Penggunaan Media Pembelajaran Zooming Presentation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Suhu dan Kalor”, EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 212 – 216.

10 Ibid

11Puspendik, Persentase siswa yang menjawab benar Hasil UN SMA Tahun Ajaran 2018-2019.

https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!sma!daya_serap!99&99&999!a&04&T&T&1&!1!&

(21)

yang sama, yakni kurikulum 2013 yang di dalamnya telah mengakomodasi keterampilan abad ke-21, baik dilihat dari standar isi, standar proses, maupun standar penilaian.12 Namun kebijakan riil dari Dinas Pendidikan untuk SMA dan Kementerian Agama untuk MA dimungkinkan berbeda. Kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah ini bisa dilihat dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis terdapat pada dua aspek, yaitu aspek guru dan siswa.13 Kedua faktor tersebut dapat dilihat pada cara guru mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas, dan aktivitas proses pembelajaran berlangsung.14 Oleh karena itulah peneliti melakukan penelitian kemampuan berpkritis ini berdasarkan keseluruhan skor, indikator, dan konsep suhu dan kalor.

Kabupaten Serang merupakan daerah yang memiliki visi terwujudnya masyarakat yang berkualitas menuju Kabupaten Serang yang agamis, adil, dan sejahtera. Berkualitas menurut KBBI yaitu mempunyai derajat kecakapan atau bermutu baik. Menurut Freskha (2015) kualitas manusia menyangkut dua aspek, yaitu aspek fisik (kualitas fisik) dan non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir, dan berketerampilan.15 Sehingga, makna masyarakat berkualitas dapat berupa dimilikinya kemampuan berpikir kritis. Namun hingga saat ini informasi kemampuan berpikir kritis siswa SMA/MA di kabupaten serang belum ada, padahal kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan dalam menghadapi abad 21.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian deskriptif yang bersifat komparatif, terkait kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa di wilayah Kabupaten Serang. Penelitian ini mengangkat judul

“Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang pada Mata Pelajaran Fisika Konsep Suhu dan Kalor Tahun Ajaran 2020/2021”.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi kemampuan berpikir kritis siswa SMA maupun MA, ditinjau dari ketercapaian pada indikator berpikir kritis dan konsep suhu dan kalor. Sesuai dengan visinya yaitu terwujudnya masyarakat yang

12 I Wayan Redhana, Op. Cit.

13 Eka, Andriyani. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Skripsi, Universitas Muhamadiyah Ponorogo. 2018. h.5

14 Ibid

15 Freskha, Hasiani S. Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pelalawan. Jom FEKON Vo. 2 No. 2. 2015. h.3.

(22)

berkualitas menuju Kabupaten Serang yang agamis, adil, dan sejahtera. Maka dari itu, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk Kabupaten Serang sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Skor PISA 2018 khususnya kategori kinerja sains, menempatkan Indonesia pada peringkat 70 dari 79 peserta, dan skor TIMSS 2015 menempatkan Indonesia pada peringkat 44 dari 47 peserta. Hasil ini menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa rendah.

2. Hasil Ujian Nasional (UN) Fisika tahun 2019 di Kabupaten Serang pada kategori rendah, hal ini menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA/MA rendah.

3. Persentase siswa yang menjawab benar pada UN Fisika di tingkat nasional maupun Kabupaten Serang, paling rendah terdapat pada materi suhu dan kalor. Hal ini menunjukkan materi suhu dan kalor merupakan konsep fisika yang urgent untuk segera dicarikan solusi.

4. Perolehan hasil UN Fisika tertinggi tahun 2019 di Kabupaten Serang memiliki rentang yang cukup jauh antara SMA dan MA, yaitu SMA (50,96) dan MA (42,73). Kesenjangan hasil ini menarik perhatian untuk diteliti, khususnya dari aspek siswa, guru, dan sekolah yang tentunya berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis siswa.

5. Perlunya informasi kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang sehingga dapat melakukan perbaikan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah maka dilakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Mengukur kemampuan berpikir kritis didasarkan pada indikator berpikir kritis menurut Robert H. Ennis, yaitu: 1) memberikan penjelasan mendasar (elementary clarification); 2) membangun keterampilan dasar (basic support); 3) menyimpulkan (inference); 4) memberikan penjelasan lebih lanjut (advance clarification); 5) mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

(23)

2. Penelitian dilakukan pada empat sekolah, yaitu 2 SMA dan 2 MA dengan kategori nilai UN Fisika tertinggi dan terendah di Kabupaten Serang berdasarkan data Puspendik.

3. Penelitian komparatif kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA dilakukan berdasarkan skor keseluruhan, perolehan tiap indikator berpikir kritis, dan konsep suhu dan kalor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah gambaran kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di kabupaten Serang?

2. Bagaimanakah perolehan kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di kabupaten Serang pada tiap indikator berpikir kritis?

3. Bagaimanakah gambaran kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di kabupaten Serang pada konsep suhu dan kalor?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di kabupaten Serang.

2. Mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di kabupaten Serang pada tiap indikator berpikir kritis.

3. Mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di kabupaten Serang pada konsep suhu dan kalor.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(24)

b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kemampuan berpikir kritis siswa SMA dan MA di Kabupaten Serang baik ditinjau dari konsep fisika (suhu dan kalor).

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan informasi terkait dengan kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya sehingga dapat melakukan upaya perbaikan terhadap kemampuannya tersebut.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat memberi informasi kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat dijadikan dasar dalam memilih desain, pendekatan, model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Bagi almamater, diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan sehingga dapat digunakan untuk bahan perbandingan maupun bahan pertimbangan bagi pembaca, khususnya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Bagi pembaca dan peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

e. Bagi Kantor Cabang Dinas Kabupaten Serang, penelitian ini dapat memberikan informasi terkait dengan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat melakukan tindak lanjut dalam upaya untuk menghadapi abad 21, demi mewujudkan visi Kabupaten Serang yaitu terwujudnya masyarakat yang berkualitas menuju Kabupaten Serang yang agamis, adil, dan sejahtera.

f. Bagi Dinas Pendidikan Provinsi Banten, penelitian ini dapat memberikan informasi terkait dengan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat melakukan tindak lanjut dalam upaya perbaikan dan menghadapi abad 21 dan dapat mencapai visi Banten yang maju, mandiri, berdaya saing, sejahtera, dan berakhlakul karimah.

(25)

8 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori

1. Kemampuan Berpikir Kritis a. Pengertian Berpikir Kritis

Secara harfiah, berpikir menurut KBBI adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Kuswana (dalam Rosiana, 2015), berpikir merupakan keterampilan beroperasinya tindakan kecerdasan dan pengalaman. 16 Berpikir yaitu proses yang mempengaruhi penafsiran terhadap rangsangan-rangsangan yang melibatkan proses sensasi, persepsi, dan memori.

Berpikir bisa juga dikatakan sebagai aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Sehingga semua tindakan kecerdasan dan pengalaman pasti melibatkan kemampuan berpikir, karena kemampuan berpikir merupakan dasar dalam suatu proses pembelajaran.17 Sedangkan kata kritis itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu kritikos dan kriterion. Kritikos berarti pertimbangan dan kriterion berarti ukuran baku atau standar. Dengan demikian, kritis bermakna pertimbangan yang didasarkan pada suatu ukuran baku atau standar.18 Maka secara etimologi, berpikir kritis mengandung makna suatu kegiatan mental yang dilakukan seseorang untuk dapat memberi pertimbangan berdasarkan ukuran atau standar tertentu.

Definisi berpikir kritis sangat beragam menurut beberapa ahli. Menurut Dewey (dalam Sihotang, 2012:3) mendefinisikan berpikir kritis adalah suatu pertimbangan yang aktif, terus menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dengan menyertakan alasan- alasan yang mendukung dan kesimpulan-kesimpulan yang rasional.19 Filsuf Amerika yaitu Robert H. Ennis yang merupakan pemikir kritis terbesar mengatakan

“critical thinking is reasonable and reflective thinking on the deciding what to

16 Rosiana. “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor” 2015, Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 15.

17 Heong et all. The needs analysis of learning higher order thinking skills for generating ideas, 2011.

18 Lambertus, “Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Matematika Di SD, Forum Pendidikan, Vol. 28 No. 2, 2009, h. 137

19 Sihotang, K., F. Rima, B. Molan, A. A. Ujan, dan R. Ristyantoro. 2012. Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. H. 3.

(26)

believe or do”.20 Artinya, berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Menurut Stella Cottrell “Critical thinking is a complex process of deliberation which involves a wide range of skills and attitudes”. 21 artinya berpikir kritis adalah suatu proses pertimbangan yang kompleks yang melibatkan berbagai keterampilan dan sikap.

Pengertian tersebut mengindikasikan bahwa ketika seseorang terbiasa berpikir kritis, pemikir tersebut secara otomatis akan mendapatkan pengaruh baik dalam dirinya seperti menambah keterampilan lain dan memiliki sikap yang lebih baik dan bijak.

Seperti yang diungkapkan Hughes dan Lavery (dalam Arvianawati, 2016), berpikir kritis adalah pengenalan yang komprehensif supaya dapat melakukan penalaran yang lebih baik.22

Menurut Vincent Ryan Ruggiero dalam bukunya yang berjudul Beyond Feelings A guide to Critical Thinking mendefinisikan bahwa:

“The essence of critical thinking is evaluation. Critical thinking, therefore, may be defined as the process by which we test claims and arguments and determine which have merit and which do not. In other words, critical thinking is a search for answers, a quest”23

Maksud kalimat di atas yaitu inti dari pemikiran kritis adalah evaluasi. Oleh karena itu, berpikir kritis dapat didefinisikan sebagai proses di mana kita menguji klaim argumen dan menentukan mana yang pantas dan mana yang tidak, dengan kata lain, berpikir kritis adalah sebuah pencarian jawaban. Dengan begitu, berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menganalisis pikirannya dalam menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan cerdas.24 Definisi tersebut sesuai dengan pendapat Scriven & Paul yaitu Berpikir kritis merupakan proses intelektual yang dengan aktif dan terampil dalam mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari

20 Robert H Ennis, “A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills”. 1985, h. 45.

21Stella Cottrell, 2015. “Critical Thinking Skills Developing Effective Analysis and Argument”.

New York: Palgrave Macmillan. h. 2

22 Siti Arfianawati, Sudarmin, dan Woro Sumarni. “Model Pembelajaran Kimia Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, 2016. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 21, No. 1, h. 46.

23 Vincent Ryan Ruggiero. Beyond Feelings a guide to critical thinking. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. (New York: Chris Freitag, 2003).

24 Awalia Firda Utami. 2018. Lks Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Termodinamika. Seminar Nasional Pendidikan Fisika. Vol.3 No 2. H. 71.

(27)

pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan atau tindakan.25

Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menjadikan seseorang dapat merumuskan, memformulasikan, dan menyelesaikan masalah melalui proses berpikir yang baik. Karena berpikir kritis lebih menekankan kepada proses dan tahapan berpikir. Sehingga dengan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa bisa dijadikan sebagai proses pembelajaran yang bermanfaat, guna bekal untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memecahkan masalah kehidupan sosial yang ada di lingkungannya.26 Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi27. Hal ini memiliki tujuan untuk mengkaji sebuah situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk mendapatkan sebuah hipotesis atau kesimpulan sebagai proses pengambilan keputusan secara rasional analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan.28

Berdasarkan berbagai pengertian mengenai berpikir kritis, penulis menyimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir dengan penuh pertimbangan yang matang. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis ialah dia yang selalu melibatkan proses berpikir sebelum melakukan sesuatu. Baik dalam berargumen, memecahkan masalah, maupun dalam pengambilan suatu keputusan.

Sehingga seseorang yang memiliki kemampuan berpikir krtis, ia dapat mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi setiap persoalan yang dihadapi.

b. Disposisi Berpikir Kritis

Tujuan mencapai Berpikir kritis tidak hanya sekedar memenuhi ranah kognitifnya saja, tetapi juga harus memenuhi ranah afektifnya. Sebagaimana tujuan kurikulum berdasarkan permendikbud no. 37 tahun 2018 mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.29 Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong

25 Scriven, M., dan Paul, R. 1987, Defining critical thinking. Tersedia [Online]:

http://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766.

26 Dhuhana Putri Ramadhani, dkk. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia dengan Menggunakan Peta Konsep”, 2017. Jurnal Edusains. Vol. 9. No. 2.

27 Heong et all. The needs analysis of learning higher order thinking skills for generating ideas, 2011.

28 Ibid

29 Permendikbud-37-tahun-2018-tentang-ki-kd.

(28)

royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.30

Kompetensi sikap sosial yang mesti dicapai siswa berkaitan dengan disposisi berpikir kritis. Disposisi berpikir kritis adalah kecenderungan atau kebiasaan dalam berpikir kritis.31 Sehingga seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis memiliki kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir kritis ketika berada pada situasi yang menuntut hal tersebut. Adapun disposisi berpikir kritis menurut Ennis yaitu sebagai berikut:32

1. Kepedulian dalam keyakinan yang benar dan keputusan yang dibenarkan. Hal-hal yang dilakukan meliputi:

a) Mencoba hipotesis, penjelasan, kesimpulan, desain dan sumber alternatif dan terbuka terhadap hal-hal tersebut

b) Mendukung posisi dalam keyakinan yang benar dan keputusan yang dibenarkan berdasarkan informasi yang tersedia

c) Menjadi sumber informasi yang baik

d) Serius dalam mempertimbangkan sudut pandang orang lain dibandingkan pendapat diri sendiri

2. Mempresentasikan diri dalam posisi yang jujur dan jelas. Hal-hal yang akan dilakukan meliputi:

a) Menjelaskan tentang maksud dari apa yang dikatakan, ditulis, dan dikomunikasikan

b) Menentukan dan mempertahankan kesimpulan dan pertanyaan c) Mencari dan menawarkan alasan

d) Mempertimbangkan situasi secara keseluruhan

e) Refleksi diri dengan menyadari keyakinan dasar sendiri

3. Kepedulian tentang harkat dan martabat setiap orang. Hal yang dilakukan ialah:

30 Ibid

31 Dena Nur’aida. 2019. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Smp Dan Sma Di Kota Tangerang Selatan Pada Mata Pelajaran Fisika. Skripsi Uin Jakarta. H. 11.

32 Robert H Ennis, “The Nature of Critical Thinking an Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities”, (This is a several-times-revised version of a presentation at the Sixth International Conference on Thinking at MIT, Cambridge, MA, July, 1994. Last revised May, 2011). H.

1.

(29)

a) Menemukan dan mendengarkan pandangan dan alasan orang lain

b) Memperhitungkan perasaan dan tingkat pemahaman orang lain, menghindari intimidasi, dan kebingungan orang lain

c) Prihatin pada kesejahteraan orang lain

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disposisi berpikir kritis adalah suatu kecenderungan sikap saat diberikan perlakuan tertentu yang menunjukan pada pola-pola berpikir kritis.33

c. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Ennis, ada 12 indikator berpikir kritis, dan terdapat beberapa sub indikator di dalamnya. Indikator-indikator tersebut dikelompokkan dalam 5 besar aspek. Aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:34

Tabel 2. 1 Indikator Berpikir Kritis Indikator

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis

Penjelasan

Elementary Clarification (memberikan penjelasan mendasar)

1. Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi/merumu skan pertanyaan.

b. Mengidentifikasi/merumu skan kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin.

c. Memelihara kondisi dalam keadaan berpikir.

2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan.

b. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit).

c. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang dinyatakan (eksplisit).

d. Mengidentifikasi

ketidakrelevanan dan kerelevanan

e. Mencari persamaan dan

33 Chusna Wijayanti. 2017. Deskripsi Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Pembelajaran Socrates Saintifik. Skripsi UNILA. H. 17.

34 Robert H Ennis, “A Logical Basis for Measuring Crtical Thinking Skills”. 1985, h. 46.

(30)

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis

Penjelasan

perbedaan.

f. Mencari struktur dari suatu argumen.

g. Membuat ringkasan 3. Bertanya dan menjawab

pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan

a. Mengapa demikian?

b. Apa intinya?

c. Apa artinya?

d. Apa contohnya?

e. Apa yang bukan contoh?

f. Bagaimana

menerapkannya dalam kasus tersebut?

g. Perbedaan apa yang menyebabkannya?

h. Apa faktanya?

i. Apakah yang Anda maksud?

j. Akankah anda

menyatakan lebih dari itu?

Basic Support (membangun keterampilan dasar)

4. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber

a. Ahli

b. Tidak adanya conflict interest.

c. Kesepakatan antar sumber.

d. Reputasi.

e. Menggunakan prosedur yang ada.

f. Mengetahui resiko.

g. Keterampilan memberikan alasan.

h. Kebiasaan hati-hati.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi

a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan.

b. Waktu yang singkat antara pengamatan dan hasil.

c. Dilaporkan oleh pengamat sendiri.

d. Mencatat hal-hal yang diinginkan.

e. Penguatan.

(31)

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis

Penjelasan

f. Kemungkinan menguatkan.

g. Kondisi akses yang baik.

h. Penggunaan teknologi yang kompeten.

i. Kepuasan observer atas kredibilitas sumber.

Inference

(menyimpulkan)

6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

a. Kelompok logis.

b. Kondisi yang logis.

c. Interpretasi pernyataan.

7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi

a. Membuat generalisasi.

b. Membuat kesimpulan dan hipotesis.

8. Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya

a. Latar belakang fakta.

b. Konsekuensi.

c. Penerapan prinsip-prinsip.

d. Memikirkan alternatif.

e. Menyeimbangkan, memutuskan.

Advance Clarification (memberikan penjelasan lebih lanjut)

9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi

a. Bentuk: sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama.

b. Strategi definisi (tindakan mengidentifikasi

persamaan).

c. Isi

10. Mengidentifikasi asumsi a. Penalaran secara implisit.

b. Asumsi yang diperlukan, rekonstruksi argumen.

Strategy and Tactics (mengatur strategi dan taktik)

11. Memutuskan suatu tindakan

a. Mendefinisikan masalah.

b. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi.

c. Merumuskan alternatif yang memungkinkan.

d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentatif.

e. Melakukan review.

(32)

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis

Penjelasan

f. Memonitor implementasi.

12. Berinteraksi dengan orang lain

a. Menggunakan dan bereaksi terhadap kesalahan/kekeliruan.

b. Strategi logis.

c. Strategi berbahasa.

Berdasarkan poin-poin indikator di atas dapat berarti bahwa jika seseorang menggunakan kemampuan berpikir kritisnya dengan baik, maka orang tersebut dapat memberikan penjelasan mendasar, memberikan penjelasan lebih lanjut, menyimpulkan, mengatur strategi dan taktik, dan membangun keterampilan dasar.

d. Manfaat Berpikir Kritis

Setelah mengetahui pengertian, disposisi, dan indikator berpikir kritis, secara spesifik perlu diketahui manfaat dimilikinya berpikir kritis. Eliana Crespo (2012) menyebutkan beberapa manfaat dari berpikir kritis untuk berbagai aspek seperti manfaat untuk performa akademis, tempat kerja, dan kehidupan sehari-hari.35 Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga aspek tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Performa akademik

a) memahami argumen dan kepercayaan orang lain,

b) mengevaluasi secara kritis argumen dan kepercayaan itu,

c) mengembangkan dan mempertahankan argumen dan kepercayaan sendiri yang didukung dengan baik.

2) Tempat kerja

a) membantu kita untuk menggambarkan dan mendapat pemahaman yang lebih dalam dari keputusan orang lain dan kita sendiri,

b) mendorong keterbukaan pikiran untuk berubah,

c) membantu kita menjadi lebih analisis dalam memecahkan masalah.

3) Kehidupan sehari-hari

35 Ika Lestari. 2019. Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran. H. 5.

(33)

a) membantu kita terhindar dari membuat keputusan personal yang bodoh, b) mempromosikan masyarakat yang berpengetahuan dan peduli yang mampu

membuat keputusan yang baik di masalah sosial, politis, dan ekonomis yang penting,

c) membantu dalam pengembangan pemikir otonom yang dapat memeriksa asumsi, dogma, dan prasangka mereka sendiri.

Pemaparan manfaat berpikir kritis di atas dapat menggambarkan betapa pentingnya kemampuan ini untuk dimiliki. Pada zaman modern dan teknologi cangih seperti pada abad 21 ini dapat memudahkan segala informasi, maka berpikir kritis sangatlah penting bagi setiap orang. Tidak ada yang bisa menolak betapa pentingnya berpikir kritis. Di tengah-tengah perkembangan teknologi informasi banyak beredarnya berita-berita hoax yang viral di tengah masyarakat, dalam hal ini berpikir kritis dapat menjadi perisai untuk menyeleksi dan menilai kebenaran suatu informasi.36

Berpikir kritis perlu ditanamkan kepada para generasi penerus bangsa dari sedini mungkin. Karena berpikir kritis merupakan jantung dari peradaban ilmu.37 Selain itu kita tahu bahwa kemampuan berpikir kritis ini tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh dari pengalaman dan pembiasaan.38 Salah satu cara efektif untuk menanamkan berpikir kritis pada generasi bangsa yaitu melalui pendidikan. Oleh karena itu berpikir kritis merupakan suatu yang penting di dalam pendidikan, hal ini karena beberapa pertimbangan menurut H.A.R. Tilaar (2011) diantaranya sebagai berikut:39

a. Mengembangkan berpikir kritis di dalam pendidikan berarti kita memberikan penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi (respect a person). Hal ini akan memberikan kesempatan kepada perkembangan pribadi peserta didik sepenuhnya karena mereka merasa diberikan kesempatan dan dihormati akan hak-haknya dalam perkembangan pribadinya.

36 Ahmad Sulaiman dan Nandy Agustin Syakarofath. Berpikir Kritis: Mendorong Introduksi dan Reformulasi Konsep dalam Psikologi Islam. Jurnal ugm bulletin psikologi 2018, Vol. 26, No. 2, H. 89.

37 Ibid

38 I Wayan Redhana. “Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 dalam Pembelajaran Kimia”

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No 1, 2019.

39 Ika Lestari. 2019. Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran. H. 7.

(34)

b. Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam pendidikan karena mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaannya.

c. Perkembangan berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan suatu cita-cita tradisional seperti apa yang ingin dicapai melalui pelajaran ilmu-ilmu eksakta dan kealaman serta mata pelajaran lainnya yang secara tradisional dianggap dapat mengembangkan berpikir kritis.

d. Berpikir kritis merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan di dalam kehidupan demokratis. Demokrasi hanya dapat berkembang apabila warga negaranya dapat berpikir kritis di dalam masalah-masalah politik, sosial, dan ekonomi.

Pentingnya berpikir kritis juga dikemukakan oleh Johnson E, yang merupakan pelopor pembelajaran Contextual Teaching Learning. Johnson E (2006) berpendapat bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang memadai memiliki kemungkinan besar untuk dapat mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang penyelesaian yang dipandang relatif baru.

2. Konsep Suhu, Kalor dan Perpindahan kalor a. Peta Konsep

Gambar 2. 1 Peta konsep suhu kalor, dan perpindahan kalor

Kalor

Panjang Luas Volume Mencair Menguap Konduksi

Mekanisme Perpindahan

Konveksi Radiasi Suhu

Perpindahan Kalor Perubahan Wujud

Pemuaian

Meliputi

Menunjukan adanya

Berupa Berupa

Persamaan Matematis

Persamaan Matematis

Persamaan Matematis

Persamaan Matematis

Persamaan Matematis

Persamaan Matematis

(35)

b. Suhu dan Pemuaian 1). Suhu

Suhu atau temperatur merupakan suatu ukuran panas atau dinginnya benda.40 Suhu atau temperatur adalah ukuran rata-rata energi kinetik dari molekul.41 Saat suhunya naik, pergerakan partikelnya juga akan ikut meningkat. 42 Alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau temperatur disebut termometer. 43 Pada termometer terdapat skala yang digunakan untuk mengukur suhu dengan tepat. Skala termometer paling umum dalam fisika adala skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Skala yang paling banyak dipakai adalah skala celcius, di Amerika Serikat sering menggunakan skala fahrenheit. Skala yang paling penting dalam sains adalah skala absolut atau kelvin.44 Skala termometer dibuat berdasarkan dua titik acuan, yaitu titik tetap bawah yakni suhu air membeku atau titik beku air dan titik tetap atas yakni suhu air mendidih atau titik didih air.45 Seperti terlihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.2 Perbandingan Empat Skala Termometer Gambar diambil dari: https://i0.wp.com/www.amongguru.com/wp- content/uploads/2018/02/Screenshot_584.png?resize=300%2C173&ssl=1

Secara matematis perbandingan keempat skala termometer tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

40 Douglas C. Giancoli, Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 449.

41 David Sang. Dkk., Cambridge International AS and A Level Physics Coursebook Second Edition, Cambridge University Press, 2014, h.330

42 Rhett Allain, “Temperature Is Not What You Think It Is”, 2017, (https://www.wired.com/story/temperature-is-not-what-you-think-it-is/)

43 Douglas C. Giancoli, loc. cit.

44 Giancoli, D.C., Fisika Edisi kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 451

45 Bambang Ruwanto, Fisika 2 untuk SMA kelas XI, (Jakarta: Yudhistira, 2017), cet. Pertama, hal. 109

(36)

= = = Keterangan:

adalah suhu dalam satuan derajat Celcius adalah suhu dalam satuan derajat Fahrenheit adalah suhu dalam satuan Reamur

adalah suhu dalam satuan Kelvin 2) Pemuaian

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut. Setiap zat (padat, cair, dan gas) disusun oleh partikel-partikel kecil yang bergetar. Jika sebuah benda dipanaskan, partikel-partikel di dalamnya bergetar lebih kuat hingga saling menjauh (memuai). Jika benda didinginkan, getaran-getaran partikel lebih lemah, dan partikel-partikel saling mendekat (menyusut).46 Pemuaian pada zat meliputi pemuaian panjang, luas, dan volume.

Tabel 2. 2 Jenis-jenis pemuaian

Jenis Pemuaian Pertambahan Ukuran Ukuran Akhir Muai Panjang

Muai Luas

Muai Volume

Keterangan:

L = panjang akhir (m)

= panjang mula-mula (m)

α = koefisien muai panjang (/ atau / ) A = luas akhir ( )

= luas mula-mula ( )

β = koefisien muai volume (/ atau / ) β = 2α

V = volume akhir ( )

46 Marthen Kanginan, Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 200

(37)

= volume awal ( )

γ = koefisien muai volume (/ atau / ) γ = 3α

ΔT = perubahan suhu (°Catau K)

Besar pemuaian zat tersebut terkait dengan besar koefisien muainya. Pada zat padat, pemuaian yang terjadi berupa pemuaian panjang, luas, dan volume. Pada zat cair, pemuaian yang terjadi hanya pemuaian volume saja karena sifat zat cair yang selalu mengikuti bentuk ruang yang ditempatinya. Pada gas, pemuaian yang terjadi berupa pemuaian volume.47 Pemuaian panjang disebut juga dengan pemuaian linier.

Pemuaian panjang zat padat berlaku jika zat padat itu hanya dipandang sebagai satu dimensi (berbentuk garis). Sebagian besar zat akan memuai ketika dipanaskan dan menyusut saat didinginkan.48 Nilai koefisien muai panjang setiap zat berbeda-beda, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. 3 Nilai koefisien muai panjang (∝) untuk berbagai zat.49 Zat Koefisien Muai Panjang ( )

Aluminium 25 X 10-6

Kuningan 19 X 10-6

Besi atau Baja 12 X 10-6

Timah Hitam 29 X 10-6

Kaca (Pyrex) 3 X 10-6

Kaca (Biasa) 9 X 10-6

Kwarsa 0,4 X 10-6

Beton dan Bata 12 X 10-6

47 Bambang Ruwanto, Fisika 2 untuk SMA kelas XI, (Jakarta: Yudhistira, 2017), cet. Pertama, hal. 110-111

48 Giancoli, Op. Cit., h. 454.

49 Douglas C. Giancoli, op. cit., h. 455.

(38)

Mamer 1,4 – 3,5 X 10-6

Jika terdapat benda yang berbentuk lempengan plat (dua dimensi) dipanaskan, maka akan terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Hal ini menunjukkan bahwa lempengan tersebut mengalami pertambahan luas atau pemuaian luas. Zat padat yang mempunyai tiga dimensi yaitu panjang, lebar, dan tinggi, seperti bola dan balok, jika dipanaskan akan mengalami muai volume, yakni bertambahnya panjang, lebar, dan tinggi zat padat pada benda tersebut. Nilai koefisien muai panjang setiap zat pun juga berbeda- beda, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. 4 Nilai koefisien muai volume pada bahan tertentu50 Zat Koefisien Muai Panjang ( )

Aluminium 7,2 X 10-5

Kuningan 6,0 X 10-5

Tembaga 5,1 X 10-5

Invar (paduan besi-nikel) 0,27 X 10-5

Kuarsa (dilebur) 0,12 X 10-5

Baja 3,6 X 10-5

Etanol 75 X 10-5

Karbon disulfide X 10-5

Gliserin 49 X 10-5

Raksa 18 X 10-5

50 Young, Loc. Cit.

(39)

c. Kalor dan perpindahan kalor 1) Pengertian Kalor

Kalor merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan temperatur.51 Satuan energi kalor adalah kalori (kal), 1 kalori energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air murni sebesar 1 . Satuan energi dalam sistem SI adalah joule. yang diambil dari nama seorang ilmuwan yang telah berjasa dalam bidang ilmu Fisika, yaitu James Joule.52 Kalor berpindah dari benda yang memiliki suhu tinggi ke benda yang memiliki suhu rendah.53 Kalor timbul akibat adanya perbedaan suhu. Maka, perbedaan suhu dan kalor adalah sebagai berikut. Suhu merepresentasikan energi kinetik satu molekul zat. Sedangkan, kalor adalah perpindahan energi dalam dari suatu zat ke zat lain karena adanya perbedaan suhu.54 Satuan kalor adalah joule atau kalori. 1 kalori = 4,186 joule. Hubungan antara satuan kuantitas kalor dan satuan energi mekanik adalah sebagai berikut:

1 kal = 4,186 J = 4,190 J 1 kkal = 1000 kal = 4.190 J 1 Btu = 252 kal = 1.056 J.55

2) Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis

Kapasitas kalor (C) didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat sebesar satu satuan suhu.56

=

Kalor jenis (c) dari suatu zat adalah kapasitas kalor per satuan massanya.

Secara matematis kalor jenis dirumuskan sebagai berikut.57 =

Keterangan:

51 Douglas C. Giancoli, op. cit., h. 490.

52 Mikrajuddin Abdullah.Fisika Dasar I. (Bandung: Institut Teknologi Bandun.2016), h.837- 838

53 Douglas C. Giancoli, op. cit., h. 489.

54 Marthen Kanginan, Op. Cit., h.213

55 Bambang Ruwanto, Fisika 2 untuk SMA kelas XI, (Jakarta: Yudhistira, 2017), cet. Pertama, hal. 116

56Paul A. Tipler, Fisika: untuk Sains dan Teknik, terj. Lea Prasetio, Rahmad W. Adi, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 599.

57 Ibid.

(40)

adalah kapasitas kalor zat (J.K-1 atau J. -1 atau kal. -1) adalah kalor yang diserap atau dilepas benda (J atau kal)

adalah perubahan suhu ( ) adalah massa benda (kg)

adalah kalor jenis benda (J.kg-1. -1)

Kalor jenis suatu benda merupakan suatu ukuran seberapa tidak sensitifnya zat secara termal terhadap penambahan energi. Semakin besar kalor jenis suatu bahan, semakin besar pula energi yang harus ditambahkan pada bahan tersebut untuk menyebabkan perubahan suhu.58 Berikut nilai kalor jenis berbagai zat pada tekanan konstan 1 atm dan temperatur 20 pada tabel 2.4.

Tabel 2. 5 Nilai Kalor Jenis Pada Berbagai Zat59

Zat

Kalor

kkal.kg-1 -1 J.kg-1 -1

Alumunium 0,22 900

Tembaga 0,093 390

Kaca 0,20 840

C = Besi atau baja 0,11 450

Timah hitam 0,031 130

Marmer 0,21 860

Perak 0,056 230

Kayu 0,4 1700

Alkohol (ethyl) 0,58 2400

Raksa 0,033 140

58 Ibid.

59 Giancoli, op. cit., h. 493.

(41)

Zat

Kalor

kkal.kg-1 -1 J.kg-1 -1 Air

Es (5 ) 0,50 2100

Cair (15) 1,00 4186

Uap (110 0,48 2010

Tubuh manusia (rata-rata) 0,83 3470

Protein 0,4 1700

Gambar

Tabel 2. 1 Indikator Berpikir Kritis  Indikator  Kemampuan  Berpikir Kritis  Sub Indikator  Kemampuan Berpikir  Kritis  Penjelasan  Elementary  Clarification  (memberikan  penjelasan  mendasar)   1
Gambar 2. 1 Peta konsep suhu kalor, dan perpindahan kalor
Tabel 2. 3 Nilai koefisien muai panjang (∝) untuk berbagai zat. 49 Zat  Koefisien Muai Panjang   ( )
Tabel 2. 4 Nilai koefisien muai volume pada bahan tertentu 50 Zat  Koefisien Muai Panjang   ( )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengembangkan modul fisika berbasis penemuan untuk meningkatkan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa melalui model 4-D (Four D models) menurut Thiagarajan yang

(2) untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah fisika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem solving

Hasil penelitian dan pengembangan yaitu (1) modul fisika berbasis masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa memiliki ciri yaitu langkah

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penggunaan instrumen tes fisika berbasis open-ended question sebagai sarana berpikir kritis dan kreatif siswa SMA.

(2) modul fisika dengan pendekatan sains teknologi masyarakat materi kalor untuk siswa kelas XI SMA/MA yang dikembangkan dinyatakan layak dengan kategori sangat baik yaitu

Persentase Tiap Kategori Kemampuan Berpikir Krtis Siswa Indikator Persentase Indikator Tiap Kategori Tinggi Sedang Rendah Interpretasi 100 % 74 % 25 % Analisis 75 % 57 %

Diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran sejarah diperoleh nilai presentase dari ketercapaian indikator berpikir kritis pada kelas XI IPS di SMA