• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORITIS A. Kerangka Teori

2. Kemampuan Komunikasi

2.1 Pengertian Kemampuan Komunikasi

Komunikasi dapat diartikan secara etimologis dan secara umum. Komunikasi secara etimologis berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu

Cum yang artinya dengan atau bersama dengan, serta umus yang artinya

satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan communion, artinya kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan usaha dan kerja, kata communion berubah menjadi communicare yang artinya membagi sesuatu dengan seseorang, saling bertukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan pemahaman tersebut, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.21

Dari pengertian komunikasi secara etimologis di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses berupa penyampaian dari sebuah pernyataan dari seseorang terhadap orang lain. Maka jelas bahwasanya komunikasi melibatkan beberapa orang yang lebih dari satu, yang mana orang tersebut menyatakan sesuatu dengan orang lain.

Dalam perspektif Islam, hal tentang komunikasi telah disebutkan dalam Al-Quran, yaitu QS. Ar-Rahman ayat 1-4:

ُنَمْح َّرلا

(

١

)

ْرُقْلا َمَّلَع

َنآ

(

٢

)

َناَسْنلإا َقَلَخ

(

٣

)

َناَيَبْلا ُهَمَّلَع

(

٤

)

Artinya: “(1) (Tuhan) Yang Maha Pemurah. (2) Yang telah mengajarkan

Al-Quran. (4) Dia menciptakan manusia. (5) Mengajarkan pandai

berbicara.” (QS. Ar-Rahman :1-4)22

21

Ibid, h. 152

22

Menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghi dalam terjemah tafsir Al-Maragi 27

QS. Ar-Rahman: 1-4 tersebut menjelaskan bahwa:

Nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, salah satu nikmat tersebut adalah al-Bayan yaitu kemampuan manusia untuk mengutarakan isi hati dan memahamkannya kepada orang lain. Bahwa Dia telah mengajari manusia kemampuan berbicara dan memahamkan kepada orang lain, hal mana tidak bisa terlaksana kecuali adanya jiwa dan akal.23

Secara umum komunikasi dapat diartikan “sebagai proses menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung (lisan) ataupun tidak langsung (melalui media)”.24

Menurut Harold Lasswell komunikasi dinyatakan dengan 5 unsur, yaitu:

1. Komunikator (source, sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel) 4. Komunikan (receiver) 5. Efek (effect, influence)25

Pentingnya pemilikan kemampuan komunikasi matematik antara lain dikemukakan Baroody:

a) matematika adalah bahasa esensial yang tidak hanya sebagai alat pikir, menemukan rumus, menyelesaikan masalah, atau menyimpulkan saja, namun matematika juga memiliki nilai yang tak terbatas untuk menyatakan beragam idea secara jelas, teliti dan tepat; b) matematika dan belajar matematika adalah jantungnya kegiatan sosial manusia, misalnya dalam pembelajaran matematika interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, antara bahan pembelajaran matematika dan siswa adalah faktor-faktor dalam memajukan potensi siswa..26

23

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 27, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h.194-195

24

Ulfah Syifa Alamiah dan Ekasatya Aldila Afriansyah, Perbandingan

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Antara yang Mendapatkan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education dan Open-Ended, (Jurnal Mosharafa, Volume 6, Nomor 2, 2017), h.210

25

Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di

Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 355

26

Sejalan dengan pendapat di atas, Greenes & Schulman mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan:

(1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide.27

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan gagasan/ide matematis, baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ide matematis orang lain secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk mempertajam pemahaman.

2.2 Indikator Kemampuan Komunikasi

Indikator kemampuan komunikasi matematis di antaranya:

a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan ataupun tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika. d. Mendengarkan, diskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis. f. Menyusun pertanyaan matematika yang relevan dengan situasi

masalah.

g. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalsasi.28

Sedangkan indikator kemampuan komunikasi yang diungkapkan Sumarmo dalam buku Heris Hendriana adalah sebagai berikut:

27

Oktaviana Nirmala Purba, Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik

Menggunakan Pembelajaran Berbasia Masalah, (Jurnal Mathematics Paedagogic, Vol 1,

No. 1, 2016), h.20

28

Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhhanegara, Penelitian

a) Melukiskan atau merepresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk ide dan atau simbol matematika; b) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan menggunakan benda nyata, gambar, grafik dan ekspresi aljabar; c) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika atau menyusun model matematika suatu peristiwa; d) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; e) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika; f) Menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; g) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.29

Sementara itu dalam NCTM dinyatakan bahwa standar komunikasi matematis adalah penekanan pengajaran matematika pada kemampuan siswa dalam hal:

a. Mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan berpikir matematis (mathematical thinking) mereka melalui komunikasi.

b. Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren (tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan orang lain.

c. Menganalisis dan mengevaluasi (mathematical thinking) dan strategi yang dipakai orang lain.

d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.30

Dari beberapa indikator kemampuan komunikasi yang telah disebutkan di atas, semuanya saling berkaitan, maka dari itu dalam penelitian ini penulis merangkum indikator kemampuan komunikasi sebagai berikut:

1. Menuliskan ide matematik ke dalam model matematika. 2. Menghubungkan gambar ke dalam ide matematik. 3. Menuliskan prosedur penyelesaian.

Indikator-indikator tersebut sering digunakan untuk menjadi kerangka acuan dalam menilai kemampuan komunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan kompetensi dalam kurikulum yang harus dimiliki peserta didik. Dalam

29

Heris Hendriana dan Utari Soemarmo, Op. Cit, h. 30

30

kemampuan komunikasi peserta didik dimungkinkan dapat bersosialisasi dan berkounikasi dengan baik, serta dapat menyampaikan ide, pendapat ataupun gagasan yang mereka pikirkan.