• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENYUSUNAN LANDASAN TEORITIS, KERANGKA

3. Kemampuan Komunikasi Matematik

Saat ini mungkin sebagian besar masyarakat masih mengartikan matematika secara sempit. Mereka mempunyai persepsi bahwa matematika hanya sebatas ilmu hitung atau aritmetika. Padahal, matematika mempunyai cakupan yang lebih luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari matematika. Namun istilah yang lebih tepat mengenai apa itu matematika sampai saat ini belum dapat dipahami jawabannya secara utuh dan menyeluruh.

TIM MKPBM mengutip pengertian matematika menurut beberapa ahli diantaranya; James dan James mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sedangkan Johson dan Rising mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada bunyi. Hal senada juga dikatakan oleh Reys dkk yang mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.20

Matematika menurut beberapa ahli lain sebagaimana yang dikutip oleh Abdurrahman yakni diantaranya; Kline mengartikan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah pengguanaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Sedangkan Lerner mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan

20

TIM MKPBM, Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung, : JICA UPI, 2001), h. 18-19.

manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Menurut Paling :

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.21

Dari definisi-definisi tentang matematika yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa matematika merupakan sarana berpikir logik, proses penalaran dan bahasa simbolis yang sarat dengan angka-angka dan lambang-lambang yang memungkinkan manusia mengekspresikan serta mengkomunikasikan berbagai ide mengenai elemen dan kuantitas sehingga dapat digunakan untuk membantu manusia memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pengertian Matematika Sekolah

Berdasarkan orientasi kepada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK muncul istilah matematika sekolah. Matematika sekolah adalah matematika yang umumnya diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi tidak di jenjang Perguruan Tinggi (PT).22 Berdasarkan definisi tersebut matematika sekolah jelas berkaitan dengan anak didik yang menjalani proses perkembangan kognitif dan emosional masing-masing sehingga perlu memperhatikan aspek teori psikologi khususnya teori psikologi perkembangan. Siswa memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya.

21

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h. 252.

22

Sri Anitah, Strategi Pembelajaran Bidang Studi Matematika, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), h.7.23.

Matematika sekolah merupakan bagian dari matematika yang didefinisikan secara luas oleh para ahli sehingga tidak terlepas dari karakteristik matematika secara umum. Namun hal itu tidak menjadikan matematika sekolah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu karena diantara keduanya memiliki perbedaan antara lain dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semestanya dan tingkat keabstrakannya. Matematika tumbuh dan berkembang karena adanya suatu proses berpikir. Dalam matematika terdapat pola pikir deduktif dan induktif. Namun untuk mempermudah pada umumnya di sekolah diawali dengan menggunakan pola pikir induktif. Oleh karena itu proses penyajian matematika sekolah tidak langsung memuat definisi kemudian teorema mengenai suatu konsep matematika, tetapi harus dilakukan melalui suatu proses misalnya dengan mengaitkan konsep tersebut dengan realitas di sekitar siswa untuk kemudian disusun menjadi sebuah definisi ataupun teori dan penerapannya dilakukan secara bertahap. Selain itu dapat pula dengan menghadirkan sebuah objek yang sesuai dengan materi yang dipelajari untuk dirinci bagian-bagian dari objek tersebut kemudian diambil suatu kesimpulan. Hal ini dilakukan agar matematika dalam pengajaran praktisnya mengikuti perkembangan psikologi siswa yaitu dimulai dari yang sederhana dan konkret menuju kepada yang kompleks dan abstrak.

Proses pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan intelektual siswa. Hal ini dikarenakan konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, tersruktur, logis dan sistematis. Dalam mempelajari matematika siswa tidak akan dapat menyelesaikan konsep yang lebih tinggi jika belum menguasai konsep dasarnya sebagai konsep prasyarat. Oleh karena itu konsep prasyarat merupakan dasar untuk memahami konsep selanjutnya.

Cockroft (1982 : 1-5) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis,

ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.23

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempunyai beberapa tujuan dalam pembelajarannya. Salah satu tujuan khusus pengajaran matematika di sekolah menurut Erman dkk adalah agar siswa siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dimana ada beberapa kemampuan yang dapat diaplikasikan setelah mempelajari matematika, yaitu24 :

1) Mampu menerapkan dan menggunakan matematika. 2) Mampu berpikir analitis.

3) Mampu membedakan yang benar dan yang salah. 4) Mampu kerja keras.

5) Mampu memecahkan masalah.

Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai melalui sistem pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk aktif dalam mengeksplorasi konsep yang dipelajari sehingga siswa tidak hanya terampil dalam berhitung melainkan juga siswa mampu menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi baik itu masalah mengenai matematika itu sendiri maupun masalah yang berkaitan dengan ilmu lain. Pembelajaran matematika menuntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep matematika secara mendasar dan mendalam maka dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

23 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak .…, h. 253.

24 Lia Kurniawati, “Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam Upaya Mengatasi Kesulitan-Kesulitan Siswa pada Soal Cerita”, dalam Antologi : Pendekatan Baru Dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta : PIC UIN, 2007), Cet.I, h.47.

c. Pengertian Komunikasi Matematik

Pengertian mengenai komunikasi sangat bersifat universal, karena komunikasi berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan hidup manusia dan merupakan bagian integral dari tatanan kehidupan sosial masyarakat. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran’.

Suprapto mengutip beberapa pendapat ahli mengenai komunikasi antara lain menurut Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun nonverbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain. Menurut Theodorson dan Thedorson mengartikan komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol. Sedangkan menurut Winnet komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.25 Artinya agar proses komunikasi menghasilkan suatu pemahaman/maksud yang sama dari sumber kepada penerima maka proses komunikasi tersebut harus dilakukan secara bertahap. Selain itu komunikasi adalah sebuah cara berbagi ide-ide dan memperjelas pemahaman, maka melalui komunikasi ide-ide direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan dan diubah.26

Dari beberapa definisi komunikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan pesannya yang berupa informasi, gagasan dan ide-ide kepada

25

Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta : Media Pressindo, 2009), Cet.I, h.6.

26

Gusni Satriawati, “Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP”, dalam ALGORITMA, Vol.1, No.1, Juni 2006, h.109.

orang lain (komunikan) baik dengan menggunakan lambang bahasa maupun simbol-simbol yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku komunikan. Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika dalam kurikulum Indonesia yang mengacu pada standar kurikulum NCTM (2000) mengisyaratkan agar siswa memiliki beberapa kemampuan salah satunya adalah kemampuan komunikasi matematik. NCTM (1989) menyebutkan “communicaton in mathematics means that one is able to use its vocabulary, notation, and structure to express and understand ideas and relationships. In this sense, communicating mathematics is integral to knowing and doing

mathematics”.27 Komunikasi matematik juga berarti suatu peristiwa yang

terjadi di dalam lingkungan kelas untuk pengalihan pesan matematika. Dalam hal ini pesan berupa materi matematika dan cara pengalihannya dapat berupa lisan maupun tertulis.28

Schhoen, Bean & Ziebarth sebagaimana yang dikutip oleh Ansari, mengemukakan bahwa komunikasi matematik adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkonstruksi dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel, dan sajian secara fisik.29 Dapat dikatakan pula kemampuan siswa menyatakan soal cerita ke dalam bahasa atau simbol matematika dalam bentuk grafik dan atau rumus aljabar dan sebaliknya.

Salah satu aspek komunikasi matematik tidak hanya dalam bentuk tertulis saja tetapi juga dalam bentuk lisan. Seperti yang dikemukakan oleh Ansari bahwa pada intinya kemampuan komunikasi dalam matematika

(communication in mathematics) terdiri dari komunikasi lisan (talking)

27

Bansu Irianto Ansari, “Menumbuhkmbangkan Kemampuan Pemahaman Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write, Disertasi, (Bandung : Perpustakaan UPI, 2003), hal. 16, t.d.

28

I Gusti Putu Suharta dan I Made Suarjana, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Siswa Sekolah Dasar Yang Berorientasi Pada Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematik”, Laporan Penelitian, (Jakarta: Perpuatakaan PDII-LIPI), hal. 11, t.d.

29

seperti membaca (reading), mendengar (listening), diskusi (discussing), menjelaskan (explaining), sharing, dan komunikasi tulisan (writing) seperti mengungkapkan ide matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/gambar, tabel, persamaan aljabar, ataupun dengan bahasa sehari-hari (written words).30

Kegiatan siswa membaca dalam proses pembelajaran matematika berperan dalam mengkonstruksi pemahaman. Sedangkan untuk mengembangkan pemahaman mereka yakni dengan mendengarkan penjelasan dari guru maupun dari siswa lain. Selain itu kemampuan siswa yang paling penting dalam aspek komunikasi lisan yakni kemampuan dalam hal menjelaskan. Siswa perlu dilatih dan dibiasakan untuk dapat menjelaskan suatu algoritma sehingga apa yang disampaikan mampu dipahami siswa lain. Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, atau melalui siswa lain, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Respon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam matematika itu penting dan menjadi tuntutan khusus dalam pembelajaran matematika. Menurut NCTM Communication is an

essential part of mathematics and mathematics education.31 Artinya

komunikasi merupakan bagian yang terpenting dalam matematika dan pembelajaran matematika. Selain itu menurut Baroody ada dua alasan penting komunikasi matematik dijadikan fokus dalam belajar matematika, yaitu matematika sebagai bahasa, dan matematika sebagai aktivitas sosial.

30

Ansari, ”Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman…, h. 17-18, t.d.

31

Principles and standars for school mathematics, (VA: National Council of Teacher Mathematics 2000), http://www.nctm.org/standars/default.aspx?id=58 ,[21 Mei 2010, 09.45 WIB]

Matematika sebagai bahasa artinya bahasa merupakan salah satu komponen yang tercakup dalam matematika dan biasanya diwujudkan dalam bentuk lambang atau simbol yang memiliki makna tersendiri. Penggunaan lambang dalam matematika lebih efisien dan dalam proses pembelajaran dapat menjadi alat yang tak terhingga nilainya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat, dan ringkas. Lindquist berpendapat, “Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess

matematika”.32

Matematika dikatakan sebagai aktivitas sosial artinya matematika sebagai sarana interaksi. Dalam hal ini yakni bagaimana siswa mampu menggunakan matematik sebagai alat komunikasi antar siswa maupun antara guru dan siswa yang dapat digunakan untuk mempresentasikan dan menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari permasalahan yang bersifat sederhana sampai kepada yang kompleks. Oleh karena itu kemampuan komunikasi matematik menjadi sangat penting bagi siswa.

Peressini dan Bassett (dalam NCTM,1966) berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Ini berarti, komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.33

Mengingat pentingnya kemampuan komunikasi matematik, maka dalam proses pembelajaran matematika, guru perlu memberikan tugas-tugas yang dapat menunjang berkembangnya kemampuan komunikasi matematik siswa seperti tugas-tugas yang berhubungan dengan ide-ide matematik,

32 R.

Bambang Aryan S., Komunikasi Dalam Matematika http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika/, [10 Februari 2010,15.40 WIB]

bersifat kontekstual dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengartikan, menyelidiki, dan melakukan konjektur. Dengan demikian diharapkan guru dapat membangun kemampuan komunikasi matematik siswa.

NCTM (2000) mengemukakan bahwa komunikasi matematik merupakan salah satu program instruksional dalam pembelajaran matematika yang ditumbuhkan mulai dari tingkat pra-TK sampai tingkat 12 yang membantu siswa untuk dapat34 :

1. Mengatur dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi.

2. Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren (tersusun secara logis) dan jelas teman-temannya, guru, dan orang lain.

3. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain.

4. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.

Selain itu manfaat komunikasi dalam pembelajaran matematika menurut NCTM 2000 menyebutkan bahwa :

Komunikasi bisa membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika baru ketika mereka memerankan situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal. Juga ketika menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan simbol matematika. Kesalahpahaman bisa diidentifikasi dan ditunjukkan. Keuntungan sampingannya adalah bisa mengingatkan siswa bahwa mereka berbagi tanggungjawab dengan guru atas pembelajaran yang muncul dalam pelajaran tertentu.35

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan mengenai komunikasi matematik, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematik adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide-ide/konsep-konsep matematika secara lisan melalui 34 Principles and standars for school mathematics, (Va: National Council of Teacher Mathematics 2000), http://www.nctm.org/standars/default.aspx?id=58 , [21 Mei 2010, 09.45 WIB] 35 Diane Ronis, Brain-Compatible Mathematics (Pengajaran Matematika Sesuai Dengan Cara Kerja Otak, alih bahasa : Herlina), (Jakarta : PT Indeks, 2009), Cet.IX, h.118.

kegiatan membaca, mendengarkan, menjelaskan, berdiskusi, sharing dan bertanya ataupun secara tertulis melalui kegiatan menginterpretasikan, marepresentasikan, merefleksikan, dan mengekspresikan ide-ide/konsep-konsep matematika tersebut dalam bentuk notasi, simbol, gambar/grafik, diagram, dan bahasa matematika atau sebaliknya.

d. Aspek-aspek Dalam Komunikasi Matematik

Menurut Baroody ada lima aspek komunikasi yaitu : representasi

(representing), mendengar (listening), membaca (reading), diskusi

(discussing) dan menulis (writing).36

a. Representasi (representing)

Representasi dalam komunikasi matematika memiliki dua pengertian yakni bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide dan translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata. Dalam hal ini dapat juga diartikan menyatakan soal cerita yang berkaitan dengan masalah sehari-hari dalam bentuk notasi atau simbol matematika. Selain itu menterjemahkan suatu diagram atau model yang bersifat konkret ke dalam simbol matematika atau sebaliknya.

b. Mendengar (listening)

Mendengar merupakan salah satu aspek penting dalam suatu diskusi. Dalam sebuah diskusi terdapat dua subjek yakni pendengar dan pembicara. Siswa tidak akan mampu berkomentar dengan baik apabila tidak mampu mengambil inti sari dari suatu topik diskusi. Selain itu siswa sebaiknya mendengar dengan hati-hati manakala ada pertanyaan dan komentar dari temannya sehingga dapat membantu mereka untuk mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika.

c. Membaca (reading)

Membaca merupakan aktivitas membaca teks secara aktif untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Oleh karena itu dalam membaca harus difokuskan pada paragraf-paragraf yang

36

diperkirakan mengandung jawaban relevan dengan pertanyaan tadi. Guru perlu menyuruh siswa membaca secara aktif terlebih membaca apa yang telah mereka tulis. Hal ini merupakan cara yang istimewa dalam mengidentifikasi pengertian dan miskonsepsi dari siswa itu sendiri.

d. Diskusi (discussing)

Diskusi adalah suatu aktivitas bertukar pikiran mengenai suatu masalah dan berkaitan erat dengan aktivitas membaca, mendengar, dan menjelaskan. Oleh karena itu siswa akan mampu menjelaskan dengan baik dalam suatu diskusi apabila mempunyai kemampuan membaca, mendengar dan mempunyai keberanian memadai. Gokhale menyatakan aktivitas siswa dalam diskusi tidak hanya meningkatkan daya tarik antar partisipan tetapi juga dapat meningkatkan cara berpikir kritis.

e. Menulis (writing)

Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Menulis mengenai matematika berarti mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan mereka dan mengklarifikasi ide-ide matematika untuk mereka sendiri. Selain itu menulis merupakan alat yang bermanfaat dari berpikir karena melalui berpikir, siswa memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu aktifitas yang kreatif. e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi

Matematik

Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematik, antara lain : pengetahuan prasyarat (Prior

knowledge), kemampuan membaca, diskusi, dan menulis, dan pemahaman

matematik (Mathematical knowledge).37 a. Pengetahuan prasyarat (Prior knowledge)

Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dari hasil proses belajar sebelumnya. Pengetahuan prasyarat sangat

penting karena untuk menuju konsep yang lebih tinggi maka siswa dituntut telah memiliki konsep dasar sebagai penunjangnya. Karena matematika bersifat hierarkis maka di dalam konsepnya terdapat keterkaitan antara pengetahuan awal dengan pengetahuan berikutnya. Oleh karena itu jenis kemampuan yang dimiliki siswa sangat menentukan hasil pembelajaran selanjutnya.

b. Kemampuan membaca, diskusi, dan menulis

Membaca, diskusi dan menulis merupakan ativitas penting dalam berkomunikasi matematik. Hal ini dikarenakan dapat membantu siswa memperjelas pemikiran dan dapat mempertajam pemahaman. Melalui kegiatan diskusi terjalin suatu proses komunikasi multiarah sehingga jika terdapat suatu pemahaman yang tidak tepat dari seorang siswa maka siswa yang lain dapat mengklarifikasinya.

c. Pemahaman Matematik (Mathematical knowledge)

Pemahaman matematik yang dimaksud disini adalah tingkat atau level pengetahuan siswa tentang konsep, prinsip, algoritma dan kemahiran siswa menggunakan strategi penyelesaian terhadap soal atau masalah yang disajikan. Tolak ukurnya jika siswa mampu menyelesaikan soal atau masalah yang disajikan tersebut berdasarkan urutan algoritma secara logis dan sistematis maka siswa tersebut dapat dikatakan paham.

f. Indikator Dalam Komunikasi Matematik

Menurut Sumarmo (2003) komunikasi matematik merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk38 :

a) Merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide matematika.

b) Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tulisan, konkrit, grafik, dan aljabar.

38

c) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. d) Mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika.

e) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis. f) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan

generalisasi.

g) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Dengan demikian kemampuan-kemampuan tersebut dapat dijadikan sebagai indikator yang dapat menjadi tolak ukur tinggi rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa. Selain itu indikator kemampuan komunikasi matematik yang disimpulkan oleh Gusni Satriawati dari beberapa pendapat para ahli, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu39 :

a. Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa

sendiri, membuat model, situasi atau persoalan menggunakan lisan, tulisan, konkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi.

b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram

ke dalam ide-ide matematika atau sebaliknya.

c. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika

dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Berdasarkan indikator-indikator di atas, maka indikator kemampuan komunikasi matematik yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni mengacu pada indikator yang telah dikemukakan oleh Gusni Satriawati meliputi Written text, Drawing, dan Mathematical Expression.

Bagan 2.1

Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Matematik40

Mathematical Communication Written Text Drawing Mathematical Expression Writing Reading Listening Discussing Sharing Talking

4. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dapat Meningkatkan

Dokumen terkait