• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 111-114)

Dari tabel 4.8, siswa dengan gaya belajar auditorial baik subjek A1 maupun A2 mampu memenuhi indikator kemampuan komunikasi matematis yang pertama yaitu menghubungkan gambar ke dalam ide-ide matematika.

Subjek A1 dan A2 menyebutkan jenis dan sifat segiempat dengan benar dan sesuai dengan apa yang bisa dilihat pada gambar walaupun tidak disertai dengan keterangan huruf, namun pada saat wawancara siswa auditorial dapat menjelaskannya dengan lengkap dan lancar, Deporter dan Hernacki (2015:

118) mengatakan bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial merasa kesulitan dalam menulis namun hebat dalam bercerita dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Hal tersebut menyebabkan terkadang siswa dengan gaya belajar auditorial menuliskan ide penyelesaian permasalahan dengan benar namun kurang rinci. Seperti yang diungkapkan oleh Ishartono, dkk (2021) “The ability of auditory students to express explanations through writing is not as good as visual students”. Pada indikator pertama, kedua siswa dengan gaya belajar auditorial juga mampu mengidentifikasi dan menggunakan informasi untuk menyelesaikan soal luas gabungan jajar genjang dan layang-layang dengan benar.

Subjek A1 dan subjek A2 mampu memenuhi indikator kemampuan komunikasi matematis yang kedua yaitu menggambarkan ide-ide matematis secara visual. Kedua siswa dengan gaya belajar auditorial mengilustrasikan

situasi soal ke dalam gambar yang relevan yaitu persegi sebagai taman yang di dalamnya terdapat belah ketupat sebagai kolam ikan, lengkap dengan keterangan ukurannya, walaupun pada subjek A1 gambar yang dibuat kurang rapi karena letak belah ketupat sedikit kurang tepat di tengah persegi, selaras dengan pernyataan Deporter & Hernacki (2015: 118) bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi. Meskipun demikian, subjek A2 membuat gambar dengan rapi dan disertai keterangan ukuran yang tepat dan lengkap.

Pada indikator kemampuan komunikasi matematis yang ketiga, berdasarkan Tabel 4.8, diketahui bahwa subjek A1 belum mampu memenuhi indikator menyelesaikan permasalahan dengan menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa dan simbol matematika, hal tersebut sesuai dengan penelitian Nugroho, dkk (2021), bahwa subjek dengan gaya belajar auditorial belum mampu melaksanakan indikator menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa dan simbol matematika. Subjek A1 mengubah informasi ke dalam bentuk kalimat matematika namun belum mampu menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan konsep matematika yang utuh dan benar, dikarenakan tidak memahami makna soal dengan baik sehingga salah dalam menginterpretasikan idenya, seperti hasil penelitian Islamiati (2021) yang menyatakan bahwa subjek dengan gaya belajar auditorial mengalami kekeliruan dalam memahami maksud soal dan pemahaman dasar terkait konsep. Subjek A1 menggunakan konsep keliling belah ketupat yang dikalikan dengan biaya penanaman rumput/m2, padahal seharusnya bagian taman di luar kolam ikan yang akan ditanami rumput adalah luasan persegi yang dikurangi dengan luasan belah ketupat. Sedangkan subjek A2 mampu memenuhi indikator menyelesaikan permasalahan dengan menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa dan simbol matematika seperti yang diungkapkan oleh Andriani & Nurmayaningsih (2020) “subject who have an auditory learning style are able to solve mathematical problems appropriately and are able to explain reasons for using mathematical ideas and concepts in solving mathematical problems”. Subjek A2 mengubah informasi ke dalam bentuk

kalimat matematika dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan menggunakan konsep matematika yang utuh dan benar yaitu luas persegi dikurangi belah ketupat kemudian biaya penanaman rumput/m2 dikalikan dengan luas taman di luar kolam ikan.

Siswa dengan gaya belajar auditorial, baik subjek A1 maupun subjek A2 mampu memenuhi indikator kemampuan komunikasi matematis yang keempat yaitu menarik kesimpulan dan memberikan argumen untuk memperjelas solusi, karena mereka dapat memberikan argumen dengan jelas dan tepat namun cenderung singkat dengan menggunakan bahasanya sendiri serta menulis dan menyebutkan kesimpulan, seperti yang dikatakan Andriani &

Nurmayaningsih (2020) “auditorial subject writes argument briefly and provide accurate conclusions”.

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial telah memenuhi 3 indikator kemampuan komunikasi matematis antara lain: 1) menghubungkan gambar ke dalam ide-ide matematika, pada indikator ini, baik subjek A1 maupun subjek A2 menyebutkan sifat segiempat jajar genjang dan layang-layang dengan benar dan sesuai dengan yang dapat dilihat pada gambar, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nugroho, dkk.

(2021) bahwa subjek dengan gaya belajar auditorial telah memahami konsep dengan baik sehingga tidak mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi jenis bangun ruang dan sifatnya; 2) menggambarkan ide-ide matematis secara visual, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Anintya, dkk. (2017) bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial mampu membuat ilustrasi gambar meskipun kurang rapi. 3) menarik kesimpulan dan memberikan argumen yang tepat untuk memperjelas solusi, hal ini didukung oleh hasil penelitian Sholihah, dkk.

(2020) dimana siswa dengan gaya belajar auditorial dapat menyimpulkan dan menuliskan suatu argumen. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial dalam mengkomunikasikan idenya cenderung sistematis, memiliki alur pemikiran yang jelas namun ada penjelasan penyelesaian yang ditulis dengan singkat.

Temuan lain dalam penelitian ini ialah siswa dengan gaya belajar auditorial

dalam mengungkapkan idenya, membaca soal dan informasi dengan bersuara dan kadang-kadang mereka membaca sambil menggerakkan bibir untuk mengerti permasalahan, sejalan dengan penelitian Sulisawati, dkk. (2019);

Widyanti & Khabibah (2020) audio subject reads the problem while occasionally (sometimes) moving his lips and also read in voice to make her focussed and easier to understand the problem. Hal tersebut juga sesuai dengan karakteristik gaya belajar auditorial menurut Deporter & Hernacki (2015: 118) yaitu suka membaca dengan keras.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Gaya Belajar

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 111-114)