• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM

5.2. Pola Pembiayaan Masyarakat yang Tidak Memilik

5.2.3. Kemampuan Masyarakat Untuk Membayar

Kemampuan membayar biaya pelayanan kesehatan bisa dilihat dari beberapa dasar. Berdasarkan pengeluaran untuk bukan makanan (non food) atau

ATP 1; Pengeluaran bukan makanan dikurangi pengeluaran untuk pesta dan upacara adat atau ATP 2; Jumlah pengeluaran non essential; minuman beralkohol.

Tembakau, sirih dan rokok serta bahan tahan lama atau ATP 3 ; serta jumlah 5% pengeluaran bukan makanan atau ATP 4.

a) Pengeluaran Rata-rata Rumah Tangga

Pengeluaran untuk makanan selama sebulan rata-rata Rp. 671,433,- dimana porsi pengeluaran terbesar adalah pengeluaran makanan jadi sebesar Rp. 178,248,-, disusul kedua terbesar adalah pengeluaran padi-padian sebesar Rp. 107,140,- . Pada Tabel 12 di bawah dapat dilihat dengan jelas jenis makanan dan jumlah uang yang dikeluarkan.

Tabel 12. Rata – rata Pengeluaran Rumah Tangga Untuk Makanan Selama Satu Bulan

No Jenis Kebutuhan Jumlah (Rp) %

1 Padi-padian 107,140 16.0

2 Umbi-umbian 3,717 0.6

3 Minyak Sayur/ goreng 32,374 15.4

4 Ikan, telur 103,486 15.4 5 Daging 40,869 6.1 6 Susu 51,721 7.7 7 Sayur mayur 48,714 7.3 8 Buah-buahan 32,143 4.8 9 Makanan Jadi 178,248 26.5 10 Bahan Minuman 42,402 6.3 11 Makan di luar 25,857 3.9 12 Lainnya 4,762 0.7 Total 671,433

b) Pengeluaran Untuk Kebutuhan Bukan Makanan

Berdasarkan hasil survey diperoleh data pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan bukan makan selama sebulan yang lalu dengan nilai Rp. 406,800,- dan setahun yang lalu dengan nilai Rp. 4,881,600,- seperti terlihat dalam Tabel 13.

Tabel. 13. Pengeluaran Rumah Tangga Untuk Bukan Makanan Sebulan dan Setahun Yang Lalu

No Jenis Kebutuhan Sebulan Setahun

1 Perumahan 38,757 465,086

2 Fasilitas tertentu 16,750 201,000

3 Membayar upah 1,190 14,286

4 Fasilitas Rumah Tangga 52,976 635,714

5 Bahan Bakar 23,321 267,857

6 Transport 32,167 386,000

7 Aneka Barang dan jasa 19,776 237,314

8 Bensin Kendaraan 22,508 270,100

9 Keperluan Rumah Tangga 28,926 347,114

10 Biaya Pendidikan 19,335 232,014

11 Pakaian Jadi 18,505 222,057

12 Barang Tahan lama 19,883 238,600

13 Pajak 7,098 85,171

14 Asuransi 11,655 139,857

15 Keperluan Pesta 10,279 123,343

16 Menabung 18,548 222,571

17 Sumbangan 4,302 51,629

18 Kiriman ke anggota lain 7,005 84,057

19 Rekreasi 6,200 74,400

20 Rokok dan alkohol 47,429 569,143

21 Lainnya 1,190 14,286

Jumlah 406,800 4,881,600

c) Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan

Pengeluaran rata-rata Rumah Tangga dalam sebulan yang diperoleh dari penjumlahan rata-rata pengeluaran untuk makanan sebulan (diperoleh dari jumlah pengeluaran makanan seminggu dikali tiga puluh dibagai tujuh) dengan rata–rata pengeluaran untuk bukan makanan sebulan. Pengeluaran untuk makanan bagi masyarakat Kota Sukabumi adalah sebesar 62.3 persen, sedangkan pengeluaran untuk kebutuhan bukan makanan yakni 37.7 persen, dan rata-rata pengeluaran rumah tangga sebulan adalah sebesar Rp. 1,078,235,- , untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Responden Berdasarkan Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan Selama Sebulan

No Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp) % 1 Pengeluaran Makanan 671,435 62.3 2 Pengeluaran bukan Makanan 406,800 37.7 Total 1,078,235 100

Untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam membayar pelayanan kesehatan, pada penelitian ini, peneliti memilih ATP 4 yaitu lima persen pengeluaran bukan makanan, dimana untuk mengukur tingkat kemampuan masyarakat di Kota Sukabumi dalam hal belanja kesehatannya berpedoman pada ketentuan WHO bahwa porsi untuk kesehatan adalah sebesar lima persen dari pengeluaran masyarakat per bulan yang dibelanjakan untuk kebutuhan bukan makanan.

Untuk ATP 4 dideskripsikan dalam Gambar 5 dimana pengeluaran tertinggi terdapat pada titik satu yang menyatakan bahwa hanya satu responden yang memiliki kemampuan membayar dengan nilai Rp. 61.215,-, sedangkan sebanyak 80 persen dari total responden yang diambil menyatakan mampu membayar pelayanan kesehatan sebesar Rp. 16.000, - dan 100 persen responden menyatakan mampu untuk membayar sejumlah pengeluaran terendah yakni Rp. 4.015. Berdasarkan Gambar 5 tersebut juga dapat terlihat bahwa tingkat kemampuan bayar masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tinggi. Hal ini terlihat dari hasil wawancara terhadap responden yang menyatakan bahwa 80 persen responden memiliki kemampuan bayar terhadap pelayanan kesehatan sebesar Rp 16.000. Hal tersebut melebihi tingkat pelayanan kesehatan yang diterapkan yaitu sebesar Rp 10.000 untuk pembayaran rawat jalan di Rumah

Sakit. Disamping itu, 20 persen yang lain memiliki kemampuan membayar terhadap pelayanan kesehatan sebesar Rp 4.015.

Kemampuan membayar (ATP)

Jumlah Responden Gambar 5. Deskripsi ATP 4 Berdasarkan Lima Persen Pengeluaran Bukan

Makanan

Hal itu berarti bahwa sekitar 80 persen masyarakat Kota Sukabumi memiliki kemampuan untuk membayar pelayanan kesehatan yang tinggi dan hanya 20 persen masyarakat Kota Sukabumi membutuhkan bantuan pemerintah untuk pengadaan pelayanan kesehatan.

5.3. Penentuan Premi Asuransi

Dalam penentuan premi asuransi kesehatan untuk penduduk Kota Sukabumi penulis mengacu kepada pedoman penetapan premi asuransi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Besaran premi didapat dengan cara menghitung jumlah dari biaya-biaya per kapita pelayanan kesehatan per responden. Biaya per kapita tersebut diperoleh dengan mengalikan rasio penggunaan dengan biaya rata-rata per unit pelayanan masing-masing. Hal ini dilakukan karena data kontak rate dari penduduk kota Sukabumi ke pelayanan kesehatan baik ke Pemerintah maupun swasta tidak dapat dihitung, karena data

yang ada pada pelayanan kesehatan hanya menggambarkan kunjungan penduduk ke pelayanan kesehatan, bukan kontak rate . Tingkat penggunaan (utilisasi) yang digunakan untuk menghitung besaran premi pada kajian ini mengacu pada data pemanfaatan rumah tangga untuk pelayanan kesehatan dari hasil SUSENAS 1998, dengan satuan biaya yang telah disesuaikan dengan tingkat pembiayaan kesehatan Kota Sukabumi. Pendekatan ini sesuai dengan pendekatan penghitungan biaya kapita jaminan pelayanan kesehatan masyarakat dengan prinsip community rating

(Tim Pengajar Manajemen Keuangan Rumah Sakit, 1999). Berdasarkan pedoman yang ada tentang utilisasi tersebut maka perhitungan besaran premi secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Penghitungan Premi Universal Coverage dengan Community Rating Kota Sukabumi Tahun 2007

No Jenis Pelayanan Tingkat

Penggunaan (utilisasi)

Satuan Biaya (rp) Biaya Perkapita (rp) 1 Rawat Jalan Tingkat I

- Dokter Umum - Dokter Gigi - Obat 12.2 1.06 16.26 13,000 42,000 1,586 445 2 Rawat Jalan Tingkat II

- Dokter Spesialis - Obat - Penunjang Diagnosis 1.89 1.89 0.458 25,000 20,000 15,000 473 378 69 3 Rawat Inap 0.554 500,000 2,770 4 Operasi - Besar - Sedang - Kecil 0.0304 0.0504 0.0277 600,000 450,000 300,000 182 227 83

5 Layanan Gawat Darurat 0.0307 200,000 61

6 Persalinan 0.0797 60,000 48

7 Pencegahan / penyuluhan 0.2 25,000 50

TOTAL (besaran premi) 6,372

Berdasarkan informasi dari Tabel 15 terlihat bahwa dengan menggunakan asumsi standar tingkat penggunaan (utilisasi) secara nasional, maka diketahui bahwa jumlah premi untuk cakupan layanan seperti tersebut di atas adalah

minimal Rp 6.372,- (enam ribu tiga ratus tujuh puluh dua rupiah). Hal ini masih dapat dibuat beberapa skenario tertentu sehingga didapatkan besar premi yang paling rasional. Beberapa skenario yang dapat dikembangkan adalah pendekatan single global budgeting dan penentuan tarif yang diproyeksikan untuk lima tahun ke depan. Akan tetapi hal ini tidak dilakukan pada penelitian ini.

Dalam upaya mewujudkan cakupan menyeluruh asuransi kesehatan di Kota Sukabumi dapat ditempuh melalui asuransi kelompok yang diwajibkan oleh pemerintah daerah baik melalui perangkat hukum Perda (Peraturan Daerah) maupun Keputusan Walikota. Asuransi wajib membawa implikasi ekonomis, baik yang bersifat merugikan maupun yang bersifat menguntungkan. Metoda

community rating dapat disimulasikan sehingga premi masing-masing dapat bervariasi setelah diterapkan penyesuaian, misalnya penyesuaian premi menurut ukuran keluarga yang tercakup asuransi.

Dalam tahap berikutnya beberapa skenario penentuan premi dan penunjukkan Bapel (Badan Pelaksana) asuransi serta metoda collecting preminya dapat diterapkan. Setelah diketahui besaran anggaran yang menjadi kebutuhan kesehatan, dapat diwujudkan melalui peristilahan public service obligation yang merupakan tanggung jawab pemerintah dalam menjamin masyarakat terhadap kepastian mendapatkan pelayanan kesehatan. Besaran sharing premi dapat ditetapkan dengan sharing antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah dan juga sharing premi masyarakat itu sendiri. Akan tetapi karena keterbatasan data yang dapat diperoleh maka pendekatan-pendekatan dan simulasi scenario tersebut juga tidak dilakukan dalam penelitian ini.

Dokumen terkait