• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. KajianPustaka

1. Kemampuan Menulis

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976:628) mampuberarti kuasa (sanggup melakukan sesuatu). Selain uraian kamus tersebut, mampu juga memiliki persamaan kata yaitu “dapat” ataupun “bisa”. Jadi, kemampuan berarti seseorang dapat melakukan sesuatu hal. b. Pengertian Menulis

Menulis atau mengarang berarti menggunakan bahasa terpilih dan tersusun. Kata yang dipilih lalu disusun menjadi kalimat. Kalimat disusun pula menjadi paragraf. Paragraf disusun menjadi wacana atau bacaan yang lebih lengkap. Menulis merupakan kegiatan aktif, menulis dikatakan kegiatan aktif karena penulis harus aktif dan kreatif dalam menyusun pikiran. Pikiran kita akan bekerja untuk menghasilkan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain. Menulis juga disebut sebagai kegiatan produktif karena menghasilkan sesuatu, yakni karangan atau karya tulis. Semakin sering seseorang menulis, maka semakin banyak pula karya tulis yang dihasilkannya (Kusmayadi, 2009:4).

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang tersebut kalau mereka memahami grafik tersebut (Tarigan, 1982: 21)

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS. Poerwadarminta, 1976: 1098), menulis adalah membuat huruf dengan pena (pensil, kapur, dsb.)

Jadi, berdasarkan uraian tersebut di atas dapat digaris bawahi bahwa kemampuan menulis berarti pula suatu kesanggupan menuangkan ide atau gagasan sehingga dapat mengasilkan sebuah karya yaitu tulisan.

c. Tujuan menulis

Tujuan menulis sangat beraneka ragam, Hugo Hartig (dalam buku Muchlisoh, 1993 : 34-35) menggunakan tujuan menulis sebagai berikut:

1) Assignment purpose (tujuan penugasan).

Penulis tidak memiliki tujuan untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauannya sendiri. Misalnya, siswa ditugaskan merangkum sebuah buku.

2) Altruistic purpose (tuan altruistik).

Penulis mempunyai tujuan untuk menyenangkan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dari karya itu. Penulis harus berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan bagi kepentingan pembaca.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif).

Penulis mempunyai tujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang disampaikan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan atau ide dalam kegiatan politik.

4) Informational purpose (tujuan informasional atau tujuan penerangan).

Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Disini penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.

5) Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca. Melalui tulisannya, pembaca dapat memahami “siapa” sebenarnya sang penulis itu.

6) Creative purpose (tujuan kreatif).

Penulis mempunyai tujuan agar paa pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Disini penulis bukan hanya memberikan informasi yang disajikan oleh penulis, pembaca bukan hnaya seedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu setelah membaca tulisan tersebut.

7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah).

Penulis berusaha memecahkan masalah apa yan dihadapinya, dengan tulisannya, penulis berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

d. Tahap-tahap Perkembangan Tulisan yang Dialami Oleh Siswa Temple (Rofi’udin dan Zuchdi, 2001: 52-53) mengidentifikasi adanya 4 tahap perkembangan tulisan yang dialami oleh anak, yaitu: 1) Tahap prafonemik.

Pada tahap ini anak sudah mengenal bentuk dan ukuran huruf, tetapi dia belum dapat menggabungkan huruf untuk menulis kata.

Bimbingan yang perlu diberikan pada anak yang berada pada prafonenik dapat berupa:

a) bacakan dengan keras kata-kata yang dekat dengan dunia anak; b) bacakan judul atau label yang dekat dengan dunia anak;

c) berikan contoh penulisan huruf; dan d) jelaskan bentuk serta ukuran huruf. 2) Tahap fonemik awal

Pada tahap ini anak sudah memulai mengenali prinsip-prinsip (huruf mewakili bunyi-bunyi yang membentuk kata), tahu cara kerja tulisan, tetapi keterampilan mengoperasikan fonetik masih sangat terbatas. Akibat dari terbatasnya keterampilan ini, anak seringkali menuliskan kata dengan satu atau dua huruf saja. Bimbingan perlu difokuskan untuk memantapkan konsep data dalam diri anak dapat berupa:

a) membacakan wacana yang sangat dekat dengan anak; b) fokuskan pada kata-kata tertentu;

c) beri kesempatan pada anak untuk menuliskan apa saja yang dapat ditulisnya;

d) yakinkan bahwa anak dapat menulis; dan

e) hindarkan anak dari rasa takut membuat kesalahan dalam menulis

Dalam tahap ini anak mulai dapat menerapkan prinsip fonetik. Anak sudah dapat menggunakan huruf-huruf untuk mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata. Ttulisan yang dihasilkan sering kali belm dapat dibaca, termasuk oleh anak itu sendiri. Bimbingan yang dapat dibeikan pada anak yang berada pada tahap ini adalah:

a) latihan penulisan kata atau kelompok kata; b) latihan mengucapkan kata atau kelompok kata;

c) menunjukkan contoh penulisan kata yang tidak tepat dengan memanfaatkan kamu; dan

d) mencatat kata-kata yang sering dijumpai dalam kegiatan membaca.

4) Tahap transisi

Pada tahap inini penguasaan anak terhadap sistem tata tulis semakin lengkap. Meskipun belum konsisten, anak sudah dapat menggunakan ejaan dan tanda baca dalam menulis, khususnya pemberian spasi antar kata.

Bimbingan untuk anak dalam tahap transisi difokuskan pada penguasaan pola sistem tata tulis, kegiatan bimbingan dapat berupa:

a) memperkenalkan pada anak tentang aturan tata tulis; b) memperkenalkan cara mengucapkan kata;

c) memperkenalkan cara menulis dan maknanya dalam konteks; dan

d) melelaah kesalahan-kesalahan penulisan yang dilakukan oleh temannya.

5) Tahap menguasai

Pada tahap ini anak sudah dapat menerapkan dengan baik semua sistem tata tulis.

Dokumen terkait