• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

B. Kemampuan Menyimak Cerita

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sehingga kemampuan adalah kesanggupan dan kecakapan melakukan sesuatu (KBBI, 1988:552). Setiap manusia dikaruniai kemampuan oleh Tuhan. Kemampuan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Kita dapat melakukan sesuatu yang orang lain tidak bisa, dan juga sebaliknya. Orang lain dapat melakukan sesuatu yang kita tidak bisa. Misalnya, seorang penyanyi dapat bernyanyi dengan lebih bagus dari pada seorang pelukis. Begitu juga sebaliknya, seorang pelukis dapat melukis dengan lebih bagus dari pada seorang penyanyi.

Seseorang terkadang tidak menyadari kemampuan yang ia miliki, sehingga kemampuan tersebut tidak dapat berkembang. Kita harus mengetahui kemampuan-kemampuan apa saja yang kita miliki. Dari situlah kita bisa mengembangkan kemampuan yang sudah kita miliki, sehingga kita dapat mengembangkan kemampuan yang telah kita miliki tersebut dengan maksimal.

2. Pengertian Menyimak

Dalam kurikulum di sekolah, Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa (language arts, language skills) yaitu keterampilan mendengarkan atau menyimak (listening kills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan menulis (writing skills). Dari keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Mendengarkan dapat dikatakan menyimak, tetapi pada kenyataannya mendengarkan dan menyimak berbeda. Mendengarkan adalah suatu proses mendengarkan sesuatu yang didengar. Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang–lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dari uraian tersebut, kita bisa membedakan antara mendengarkan dengan menyimak.

informasi-informasi, setelah mendapatkan informasi kemudian memahami isi atau maksud dari informasi tersebut serta memahami maksud yang disampaikan oleh pembicara. Kegiatan menyimak yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan jenis menyimak intensif dan menyimak interogatif. Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang diakukan siswa untuk memperoleh informasi yang disampaikan guru atau temannya. Menyimak intensif dilakukan di bawah bimbingan langsung seorang guru. Menyimak interogatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut siswa lebih banyak konsentrasi dan memusatan perhatian pada hal yang mereka simak.

Peneliti berharap dalam pembelajaran menyimak, siswa dapat menyimak dengan seksama/sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara dan menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran serta pendapat dari sang pembicara. Dalam kegiatan menyimak, terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak seseorang yaitu faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor pengalaman. Faktor fisik merupakan faktor penting dalam menentukan keefektifan dan kualitas menyimak. Penyimak harus dalam keadaan sehat karena kesehatan merupakan suatu modal yang membantu penyimak dalam menyimak efektif. Apabila seseorang sedang sakit maka dia tidak dapat menyimak dengan efektif. Lingkungan juga sangat berpengaruh dalam keefektifan dan kualitas menyimak. Faktor psikologis mempengaruhi anak dalam menyimak, dan faktor psikologis terkadang

sulit diatasi karena melibatkan sikap–sikap dan sifat–sifat seseorang, misalnya: prasangka dan kurangnya simpati terhadap si pembicara, keegosentrisan dan asyik dengan kesibukannya, kepicikan, kurang luas pandangan, kebosanan dan tidak memperhatikan. Faktor pengalaman sangat penting dalam kegiatan menyimak. Kurangnya pengalaman mengakibatkan kurangnya pengetahuan hal yang disimaknya, apabila kurang menyimak, maka kosa kata yang dimiliki sedikit, sehingga berpengaruh pada pengetahuan seseorang.

3. Pengertian Cerita

Cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, dan kejadian dan sebagainya, baik yang sungguh-sungguh atau rekaan belaka (KBBI, 1988:165). Pada waktu kita masih kecil, kita sering mendengarkan cerita dari orangtua. Terkadang beberapa anak-anak tidak dapat tidur sebelum mendengarkan cerita. Cerita yang didengar dan cerita yang disampaikan kepada anak-anak adalah cerita yang berhubungan dengan dunia anak-anak, sehingga cerita sangat melekat dengan dunia anak-anak. Cerita anak-anak berbeda dengan cerita orang-orang dewasa. Cerita anak-anak merupakan suatu hiburan yang bersifat mendidik, sedangkan cerita orang-orang dewasa merupakan luapan perasaan atau curahan perasaan, biasanya tentang persahabatan, percintaan, dsb.

Unsur-unsur yang ada dalam cerita antara lain: tokoh, watak/ karakter, latar, tema, dan amanat. Tokoh adalah pemegang peran (peran

utama) dalam roman atau drama (KBBI 1988:954). Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat (KBBI 1988:1009). Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya karya sastra (KBBI 1988:501). Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajas, dan lain sebagainya) (KBBI 1988:921). Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (KBBI 1988:26). 4. Kemampuan Menyimak Cerita

Menurut Tarigan (1994:2) keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai manusia. Keterampilan menyimak merupakan dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Pada awal kehidupan manusia lebih dahulu belajar menyimak, setelah itu berbicara, kemudian membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lain, sehingga keterampilan menyimak sangat penting bagi kehidupan manusia.

Kemampuan menyimak cerita adalah kesanggupan dan kecakapan dalam proses kegiatan mendengarkan cerita dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Kemampuan

menyimak cerita dilakukan untuk melatih konsentrasi belajar siswa. Siswa seringkali tidak konsentrasi dalam menyimak penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh guru maka dari itu siswa perlu dilatih untuk menyimak dengan baik.

Kemampuan menyimak siswa SD Tarakanita Ngembesan sangat rendah, maka dari itu harus dilatih untuk menyimak dengan baik. Peneliti ingin membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menyimak dengan menggunakan cerita. Peneliti mengukur kemampuan menyimak siswa dengan kinerja kelompok, bermain peran, evaluasi, dan membuat cerita. Penilaian yang dilakukan peneliti mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif siswa memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada ranah afektif siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, dan mengorganisasi. Pada ranah psikomotorik siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, dan membuat penyesuaian pola gerakan dalam bermain drama (ekspresi). Dengan demikian diharapkan kemampuan menyimak siswa SD Tarakanita Ngembesan dapat meningkat, khususnya kemampuan menyimak cerita.

Pembelajaran menyimak bisa digabungkan dengan aspek bahasa yang lainnya (berbicara, menulis, membaca). Hal ini untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan kegiatan menyimak dengan

berbicara dan menulis. Berbicara adalah kegiatan melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) (KBBI, 1988:114). Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (KBBI, 1988:968).

C. Pendekatan Berbasis Masalah (PBM)

Dokumen terkait