• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah

3. Rencana Kawasan Strategis

3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah

Faktor penting lain yang sangat menentukan penentuan sistem dan cakupan pelayanan sanitasi adalah faktor pembiayaan yang sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah. Berdasarkan rekapitulasi APBD Kota Banjarbaru dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, diketahui bahwa lokasi belanja untuk sektor sanitasi di Kota Banjarbaru mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama 5 (lima) tahun terakhir, dimana rata-rata pertumbuhan pendanaan mencapai 33,94% pertahun, angka ini hampir 2 (dua) kali lipat dari rerata pertumbuhan belanja langsung untuk seluruh sektor yang mencapai angka 22,64% pertahun

Tabel 3.8

Perhitungan pertumbuhan penduduk pendanaan APBD Kota Banjarbaru untuk sanitasi

No Uraian

Belanja Sanitasi Rata-rata

Pertumbuhan

2012 2013 2014 2015 2016

1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3) 23,624,827,800 31,254,531,481 50,528,810,840 50,469,488,280 71,619,825,987 33.94% 1.1 Air Limbah Domestik 1,743,988,400 2,315,892,525 3,601,580,825 4,079,198,275 7,569,395,600 46.78% 1.2 Sampah Domestik 10,011,520,000 22,022,998,957 23,803,853,951 19,417,121,975 19,277,401,600 27.2% 1.3 Drainase Perkotaan 11,869,319,400 6,915,639,999 23,123,376,064 26,973,168,030 44,773,028,787 68.8%

2 Dana Alokasi Khusus

(1.1+1.2+1.3) 2,328,282,170 6,438,320,736 6,892,667,715 10,839,599,412 1,672,589,000 39.07%

2.1 DAK Sanitasi 1,237,670,000 830,040,000 976,710,000 1,297,600,000 1,214,380,000 2.79%

2.2 DAK Lingkungan Hidup 1,090,612,170 936,210,736 1,243,887,715 2,120,739,412 458,209,000 2.70%

2.3 DAK Perumahan dan Permukiman - 4,672,070,000 4,672,070,000 7,421,260,000 -

3 Pinjaman/Hibah Sanitasi

Belanja APBD murni untuk sanitasi

(1-2-3) 21,296,545,630 24,816,210,745 43,636,143,125 39,629,888,868 69,947,236,987 39.92%

Total Belanja Langsung 319,404,262,750 447,482,198,525 557,823,099,014

645,293,122,640

710,703,878,030 22.64%

% APBD murni terhadap belanja

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 18

Nilai rerata pertumbuhan belanja langsung maupun pendanaan untuk pembangunan sanitasi Kota Banjarbaru selama periode 2012 – 2016 tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan pembangunan 5 tahun ke depan karena tidak didukung oleh trend peningkatan yang kontinue. Besaran alokasi belanja langsung dan belanja sektor sanitasi masih sangat fluktuatif, oleh karenanya disepakati untuk menggunakan nilai rerata pertumbuhan ekonomi (5,85%) sebagai acuan untuk menghitung proyeksi pendanaan pembangunan sanitasi untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.

Tabel 3.9

Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke depan

No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi ( Rp.) Total

2017 2018 2019 2020 2021 Pendanaan

1 Perkiraan Belanja Langsung

728,415,962,677 772,120,920,438 818,448,175,664 867,555,066,204 919,608,370,176 3,186,540,124,982

2 Perkiraan APBD murni untuk Sanitasi

99,339,252,920 113,111,503,950 131,173,641,551 152,120,019,954 176,411,207,290 672,155,625,665

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 19

Kesinambungan upaya peningkatan pengelolaan sanitasi melalui pembangunan

infrastruktur sanitasi juga haraus didukung oleh tersedianya alokasi anggaran untuk biaya operasioanl dan biaya pemeliharaan sarana prasarana tersebut. Pertumbuhan alokasi anggaran untuk biaya operasional dan pemeliharaan ini harus sebanding dengan peningkatan target capaian serta jumlah sarana prasarana sanitasi yang terbangun. Selama periode 2012 sampai dengan 2016, biaya operasional dan pemeliharaan untuk sub sektor air limbah dan pengelolaan sampah mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu tumbuh sekitar 156,12%% dan 41,19% pertahun dengan trend pertumbuhan yang terus meningkat. Sementara untuk sektor drainase sangat berfluktuatif sehingga tidak bisa ditemukan trend pertumbuhan pembiayaannya.

Tabel 3.10

Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional, Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi

No Uraian Belanja Sanitasi ( Rp.) Pertumbuhan

Rata-rata 2012 2013 2014 2015 2016 1 Belanja Sanitasi 23,624,827,800 31,254,531,481 50,528,810,840 50,469,488,280 71,619,825,987 145.46%

1.1 Air Limbah Domestik

1,743,988,400 2,315,892,525 3,601,580,825 4,079,198,275 7,569,395,600 49.41% 1.1.1 Biaya Operasional/ Pemeliharaan (justified) 151,320,000 161,019,000 757,499,900 784,365,000 2,008,893,950 156.12% 1.2 Sampah Rumah Tangga 10,011,520,000 22,022,998,957 23,803,853,951 19,417,121,975 19,277,401,600 27.23% 1.2.1 Biaya Operasional/ Pemeliharaan (justified) 4,305,443,150 6,358,243,050 11,373,655,196 11,973,913,000 15,916,330,700 41.19% 1.3 Drainase Lingkungan 11,869,319,400 6,915,639,999 23,123,376,064 26,973,168,030 44,773,028,787 68.82% 1.3.1 Biaya Operasional/ Pemeliharaan (justified) 4,792,558,200 6,964,087,600 12,234,743,064 15,605,999,595 23,360,518,450 49.56%

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 20

Rencana penambahan jumlah armada truck pengangkut sampah, serta peningkatan sistem penanganan sampah di TPA menjadi Controlled landfill hingga akhirnya menjadi Sanitary landfill tentunya akan berdampak pada peningkatan biaya operasional serta biaya pemeliharaan terhadap sarana prasarana tersebut. Demikian juga dengan pengelolaan air limbah domestik, rencana untuk mengoptimalkan fungsi IPLT yang sudah ada melalui peningkatan armada pelayanan pengurasan danperalatan di IPLT harus diimbangi dengan penambahan biaya untuk operasional dan biaya pemeliharaan.

Tabel 3.11

Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk Kebutuhan Operasional, Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2021

No Uraian Biaya Operasional / Pemeliharaan (Rp.) Total

2017 2018 2019 2020 2021 Pendanaan 1 Belanja Sanitasi 100,723,632,920 116,477,921,353 134,696,354,464 141,431,172,187 147,088,419,075 640,417,499,999 1.1 Air Limbah Domestik 6,101,880,000 (32,439,815,818) (104,272,237,827) (248,688,111,922) (498,486,239,191) (877,784,524,758) 1.1.1 Biaya Operasional/ Pemeliharaan (justified) 807,500,000 1,577,388,171 3,081,304,570 6,019,087,776 11,757,817,777 23,243,098,294 1.2 Sampah Rumah Tangga 20,340,038,870 22,817,777,783 24,902,452,853 26,722,560,774 28,675,699,481 123,458,529,761 1.2.1 Biaya Operasional/ Pemeliharaan (justified) 11,805,000,000 13,020,637,014 14,361,456,015 15,840,347,799 17,471,530,612 72,498,971,440 1.3 Drainase Lingkungan 74,281,714,050 126,099,959,388 214,066,139,439 363,396,723,335 616,898,958,784 1,394,743,494,99 6 1.3.1 Biaya Operasional/ Pemeliharaan (justified) 15,173,094,400 20,125,282,922 26,693,764,767 35,406,065,106 46,961,882,569 144,360,089,765

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 21

Berdasarkan perhitungan perkiraan pendanaan APBD murni dan perhitungan perkiraan besaran komitmen pendanaan ke depan untuk sektor sanitasi, yang kemudian dibandingkan dengan perkiraan pendanaan perasional/pemeliharaan, diketahui perkiraan ketersediaan atau kemampuan APBD untuk mendanai berbagai program dan kegiatan sanitasi 5 (lima) tahun ke depan untuk mencapai visi dan tujuan pembangunan sanitasi di Kota Banjarbaru.

Tabel 3.12

Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten/Kota dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK

No Uraian Pendanaan Total

2017 2018 2019 2020 2021 Pendanaan

1 Perkiraan Kebutuhan Operasional/ Pemeliharaan Sanitasi

27,785,594,400 34,723,308,107 44,136,525,352 57,265,500,681 76,191,230,959 240,102,159,499

1.2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 99,339,252,920 113,111,503,950 131,173,641,551 152,120,019,954 176,411,207,290 672,155,625,665 1.3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 99,339,252,920 115,202,177,493 133,598,162,951 154,931,699,490 179,671,868,061 682,743,160,915 1.4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2.1) 71,553,658,520 78,388,195,843 87,037,116,199 94,854,519,272 100,219,976,331 432,053,466,165 1.5 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3.1) 71,553,658,520 80,478,869,386 89,461,637,599 97,666,198,809 103,480,637,102 442,641,001,415

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 1

Bab IV

Pemerintah Kota Banjarbaru sebagai kota sedang sampai saat ini masih terus berupaya melakukan pembenahan di berbagai sektor termasuk sanitasi. Meningkatnya cakupan layanan air limbah, persampahan maupun drainase selama beberapa tahun ini adalah bentuk komitmen pemerintah kota melalui berbagai program dan kegiatan yang terus dilaksanakan seperti pembangunan sarana dan prasarana persampahan, pengelolaan air limbah dan sistem drainase kota baik dengan dana APBD Kota, APBD Propinsi maupun dengan dana APBN yang disalurkan melalui satker provinsi Kalimantan Selatan.

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari arah dan kebijakan pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD dan dirumuskan dalam bentuk strategi pengembangan sanitasi di Kota Banjarbaru. Salah satu cara atau metode yang digunakan dalam perencanaan strategis adalah SWOT. Metode ini mengkaji kondisi internal dan eksternal suatu organisasi/lembaga/entitas tertentu dari empat aspek yaitu strength (kekuatan), weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan threat (ancaman).

Langkah-langkah dalam penyusunan SWOT adalah :  Identifikasi elemen SWOT

 Skoring atas isu dalam elemen SWOT  Tetapkan isu strategis

 Tentukan posisi pengelolaan sanitasi  Rumusan strategi

Berdasarkan analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek maka strategi yang dikembangkan untuk mencapai sasaran pembangunan sub sektor air limbah, persampahan maupun drainase dapat dilihat pada penyajian gambar maupun matrik berikut.

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 2 4.1. Air Limbah Domestik

Isu dan permasalahan yang dihadapi di Kota Banjarbaru adalah belum semua rumah tangga memiliki jamban keluarga dalam artian bahwa masih terdapat 1,04% (2428 jiwa) yang melakukan BABS (buang air besar sembarangan). Sementara 95,69% telah memiliki akses dalam bentuk jamban layak maupun tidak layak, jamban yang layak pun masih ada sistem pembuangannya yang tidak memenuhi standar teknis. Ketersediaan IPLT yang ada saat ini pun masih belum mampu melayani seluruh masyarakat.

Penyediaan anggaran yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik yang bersumber dari APBD maupun APBN digelontorkan dalam bentuk penyediaan fisik dan non fisik berupa pemicuan, kampanye serta sosialisasi. Akan tetapi produk hukum belum menyertai penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kota Banjarbaru baik dalam bentuk perwali maupun peraturan daerah.

Kondisi-kondisi diatas memerlukan beberapa strategi sanitasi yang mencakup aspek teknis (penyediaan akses) maupun aspek non teknis (pendanaan, regulasi, pelibatan swasta maupun peningkatan partisipasi masyarakat). Berikut adalah gambar/posisi air limbah dalam kuadran SWOT serta dilengkapi dengan matrik perumusan strategi.

Gambar 4.1 Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Air Limbah

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 3 Tabel 4.1 MATRIK SWOT Air Limbah untuk merumuskan strategi

Faktor Internal

KEKUATAN (S) :

1. Telah ada lembaga/SKPD yang mengelola limbah 2. Ada komitmen kepala daerah (walikota & wakil

walikota) terhadap penyediaan sistem air limbah yang memadai

3. Lembaga pengelola IPLT dan truck tinja sudah ada 4. Terdapat kelurahan yang akan diwacanakan sebagai

daerah bebas BABS

5. Adanya perpres sanitasi no. 185 tahun 2014 tentang percepatan penyediaan air minum dan sanitasi 6. Sudah terdapat pemisahan dalam pengelolaan air

limbah yakni SKPD yang berfungsi sebagai regulator dan SKPD yang berfungsi sebagai operator 7. Adanya media lokal pemerintah sebagai sarana

kampanye maupun publikasi sanitasi

8. Kota Banjarbaru telah mengikuti Program STBM untuk mencapai bebas BABS

9. Ada IPLT

10. Telah ada master plan (dokumen perencanaan air limbah)

11. Adanya pemicuan & kegiatan promosi yang dilakukan SKPD setiap tahunnya

KELEMAHAN (W) :

1. Pembagian peran, tugas dan fungsi dalam pemisahan pengelolaan air limbah SKPD antara regulator dan operator belum terdefinisi dengan baik)

2. Belum ada peraturan daerah maupun perwali yang mengatur penyelenggaran air limbah domestik 3. Lembaga pengelola IPLT dan truk tinja masih dalam

tingkatan kegiatan pada tingkat esselon 4 pada Dinas 4. Pendanaan air limbah yang bersumber dari APBD

Kota belum maksimal

5. Pengawasan secara maksimal belum dilakukan terhadap kontruksi sarana air limbah yang layak dibangun oleh masyarakat

6. Kampanye stop BABS belum maksimal utamanya yang berada di pinggiran sungai

Faktor Eksternal

PELUANG (O) :

1. Sudah forum CSR/Swasta di Kota Banjarbaru dengan SK Walikota

2. Adanya CSR yang bisa diliibatkan dalam pengelolaan air limbah

3. Ada pendanaan APBN

4. Ada peran swasta dalam layanan penyedotan tinja 5. Kondisi geografis (Luas Wilayah) Kota Banjarbaru

yang memungkinkan untuk dijangkau secara menyeluruh oleh pelayanan IPLT atau truk tinja 6. Kewajiban pengembang perumahan baru untuk

menyediakan sarana air limbah dasar

STRATEGI S –O

1. Melibatkan peran serta badan usaha swasta maupun CSR dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah 2. Meningkatkan dukungan pembiayaan dari pemerintah

pusat dan provinsi maupun kemitraan dengan swasta 3. Optimalisasi sarana pengolahan lumpur tinja

STRATEGI W – O

1. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar kegiatan maupun lintas SKPD dalam pembangunan air limbah

2. Mendorong penegakan sanksi terhadap develepor-developer terkat dengan kelayakan pembangunan sarana sanitasi

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 4 ANCAMAN (T)

1. Adanya SPM Kementerian PU

2. Rendahnya pendampingan dari Pokja PPSP/AMPL Provinsi

3. Banyaknya pembangunan perumahan baru yang tidak dapat dijamin kelayakan sarana air limbah 4. Banyaknya pembangunan rumah makan dan

perkantoran yang belum ada persyaratan kelayakan sarana air limbah

5. Banyaknya sungai/lahan kosong yang berpotensi dijadikan tempat BABS (bukan rawa)

6. Pengelolaan air limbah domestik belum dianggap penting oleh sebagian besar masyarakat

7. Banyak masyarakat miskin yang tinggal di bantaran sungai tidak memiliki legalitas tanah untuk dibantu prasarana dan sarana air limbahnya

STRATEGI S – T

1. Meningkatkan penyelenggaraan kampanye perubahan perilaku melalui media publikasi maupunya kampanye/sosialiasi

2. Mendorong ketersediaan regulasi dalam pengembangan sistem pembuangan air limbah

STRATEGI W – T

1. Meningkatkan manajemen pembangunan air limbah melalui revitalisasi lembaga yang khusus menangani air limbah

2. Meningkatkan pelayanan dan kualitas air limbah terutama septik tank yang memenuhi standar teknis & sesuai dengan karakteristik wilayah

4. Mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah daerah dalam penyelengaraan air limbah 5. Mendorong tersedianya perijinan bagi pelaku konstruksi untuk menerapkan infratruktur air limbah dan drainase yang standar

6. Peningkatan pemahaman pentingnya pengurasan lumpur tinja

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 5 Tabel 4.2 Matrik SWOT Sub Sektor Air Limbah

No. Faktor Internal Skor Angka

1,00 2,00 3,00 4,00 KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan dan peraturan 1.1 Telah ada lembaga/SKPD yang mengelola

limbah 4,00

1.2 Adanya pokja sanitasi dan pokja kota sehat

di bentuk dengan SK Walikota 2,00

1.3

Ada komitmen kepala daerah (walikota & wakil walikota) terhadap penyediaan sistem air limbah yang memadai

3,00

1.4 Kota Banjarbaru telah mengikuti Program

STBM untuk mencapai bebas BABS 3,00

1.5 Terdapat kelurahan yang akan diwacanakan

sebagai daerah bebas BABS 3,00

1.6

Kegiatan penyediaan sistem air limbah yang memadai termaktub dalam RPJMD dan Renstra SKPD

3,00

1.7 Program dan kegiatan terkait pengelolaan air

limbah saling mendukung 3,00

2 Aspek Keuangan

2.1 Penganggaran air limbah domestik yang

meningkat dari tahun ke tahun 4,00

2.3 Terdapat anggaran untuk pemeliharaan

sarana dan prasarana air limbah 3,00

2.4 Ada rencana penganggaran untuk

operasional IPLT dan program LLTT 2,00

2.5 Terdapat anggaran untuk advokasi, promosi

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 6

3.1 Ada IPLT dan truk tinja 3,00

3.3 Telah ada master plan (dokumen perencanaan air

limbah) 3,00

3.4 Ada IPAL Kawasan dan IPAL Komunal 3,00

3.5 Rencana adanya kegiatan LLTT 2,00

3.6 Telah ada database kondisi air limbah masyarakat

di tingkat kelurahan 3,00

4 Aspek Komunikasi

4.1

Adanya kerjasama dengan radio milik pemerintah propinsi, stasiun TV dan media cetak yang dapat menjadi media promosi, kampanye dan advokasi

3,00

4.2

Adanya website & media sosial Humas Pemko Banjarbaru yang dapat menjadi media promosi, kampanye dan advokasi

3,00

4.3 Adanya komitmen fasilitasi media promosi melalui

baliho, dll 3,00

4.4 Adanya pemicuan & kegiatan promosi yang

dilakukan SKPD setiap tahunnya 3,00

5 SDM

5.1 Ada sanitarian yang melakukan pemicuan 3,00

5.2

Terdapat anggota pokja yang telah beberapa kali memahami perencanaan dan operasionalisasi air limbah yang baik

2,00

5.3

Anggota pokja sanitasi terdiri dari jabatan struktural yang berperan langsung dalam pengambilan keputusan kegiatan pengelolaan air limbah

3,00

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 7 KELEMAHAN (WEAKNESS)

1 Aspek Kelembagaan dan peraturan

1.1

Pembagian peran, tugas dan fungsi dalam pemisahan pengelolaan air limbah SKPD antara regulator dan operator belum terdefinisi dengan baik

3,00

1.2

Belum ada peraturan daerah maupun perwali yang mengatur penyelenggaran pengelolaan air limbah domestik baik oleh pemerintah maupun oleh swasta

3,00

1.3

Belum terdapat unit kerja teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan IPLT dan truck tinja

3,00

2 Aspek Keuangan

2.1 Pendanaan air limbah yang bersumber dari

APBD Kota belum maksimal 1,00

3 Aspek Teknis Operasional

3.1

Tidak dilakukan pengecekan kesesuaian standardisasi teknis utilitas bangunan (tangki septik dan sanitasi) yang sesuai dengan persyaratan dalam dokumen IMB

2,00

4 Aspek Komunikasi

4.1

media milik pemko belum maksimal memberikan penyadaran pentingnya pengelolaan air limbah domestik

1,00

4.2 Media-media lokal lainnya belum dilibatkan 1,00

4.3 Kampanye stop BABS belum maksimal

utamanya yang berada di pinggiran sungai 3,00

5 SDM

5.1 Mutasi para pemegang jabatan struktural

pada lingkup pemerintah kota 1,00

JUMLAH NILAI KELEMAHAN 18,00

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 8

No. Faktor Eksternal

Skor Angka 1,00 2,00 3,00 4,00 PELUANG (OPPORTUNITIES) 1 Aspek Kelembagaan 1.1

Adanya Forum CSR yang telah dibentuk Pemerintah Kota dan bisa dilibatkan dalam pengelolaan air limbah

1,00

1.2

Adanya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola infrastruktur yang telah terbangun

3,00

1.3

Ada Peraturan Presiden Sanitasi No. 185 Tahun 2104 tentang percepatan penyediaan air minum dan sanitasi

1,00

2 Aspek Keuangan

2.1 Telah ada penganggaran CSR dibidang lain

dan berpotensi untuk air limbah 1,00

2.2 Ada pendanaan APBN melalui program

100-0-100 3,00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Terjalinnya kerjasama yang baik dengan

media cetak dan elektronik 3,00

4 Aspek Teknis Operasional

4.1

Telah ada usaha penyedotan tinja meskipun belum ada data yang jelas (ada peran swasta)

2,00

4.2

Kondisi geografis, topografi dan jenis tanah di Kota Banjarbaru memungkinkan terhadap pembangunan sarana sanitasi yang layak

3,00

4.3

Kondisi geografis (Luas Wilayah) Kota Banjarbaru yang memungkinkan untuk dijangkau secara menyeluruh oleh pelayanan IPLT atau truk tinja

3,00

4.4 Letak lokasi IPLT yang strategis (TPA Hutan

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 9 Kesetaraan Gender

5.1 Data dasar tingkat pencapaian sanitasi masyarakat

(berdasarkan data BPS) sudah melampaui SPM 2,00

5.2 Pelibatan perempuan dalam pembentukan KSM

pengelola infrastruktur yang telah terbangun 2,00

5.3 Kewajiban pengembang perumahan baru untuk

menyediakan sarana air limbah dasar 3,00

6 Aspek Sosial Budaya

6.1

Tingkat pendidikan masyarakat Kota Banjarbaru yang relatif tinggi memudahkan proses advokasi dan kampanye

3,00

7 Demografi dan LH

7.1

Tingkat kerapatan permukiman yang relatif rendah memungkinkan pembangunan sarana air limbah yang memenuhi standar

3,00

JUMLAH NILAI PELUANG 36,00

ANCAMAN (THREATS)

1 Aspek Kelembagaan

1.1

Terjadinya perubahan kebijakan di level pemerintah pusat yang berpengaruh terhadap proses pengambilan kebijakan didaerah

3,00

2 Aspek Keuangan

2.1 Pemangkasan anggaran dari pemerintah pusat 3,00

3 Aspek Komunikasi

3.1 Rendahnya pendampingan dari pemangku

kebjakan di Provinsi 2,00

4 Aspek Teknis Operasional

4.1 Penyedia layanan sedot lumpur tinja swasta

membuang diluar IPLT 3,00

5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender

5.1 Kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam

penyedotan lumpur tinja secara berkala 2,00

6 Aspek Sosial Budaya

6.1 Pengelolaan air limbah domestik belum dianggap

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 10

6.2

Terdapat masyarakat miskin yang tinggal di bantaran sungai tidak memungkinkan untuk dibantu prasarana dan sarana air limbahnya terkait dengan legalitas tanah

4,00

7 Demografi dan LH

7.1 Terdapat sungai yang berpotensi dijadikan tempat

BABS 4,00

JUMLAH NILAI ANCAMAN 24,00

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 11 4.2. Pengelolaan Persampahan

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat berupa zat organik atau anorganik bersifat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Volume timbulan sampah yang terus bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk pada akhirnya akan mencemari lingkungan serta mengganggu kesehatan masyarakat. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang yang hidup sehat dan sejahtera akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang sehat. Cakupan layanan persampahan Kota Banjarbaru eksisting adalah 74.75% yang terlayani oleh pengangkutan sampah, sebanyak 8.88% sampah yang tereduksi di TPST dan bank sampah, 10.37% dikelola secara mandiri, 6.0% tidak terproses/tidak terkelola.

Anggaran persampahan saat ini lebih banyak difokuskan kepada pelayanan sampah yang sifatnya pengangkutan ke TPA, tetapi telah ada beberapa TPS 3R yang dibangun pada empat kelurahan meskipun belum optimal dari sisi manajemen pengelolaannya. Ditambah dengan permasalahan lainnya adalah kelembagaan persampahan masih berfungsi sebagai regulator dan operator.

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 12 Tabel 4.3 MATRIK SWOT Persampahan untuk merumuskan strategi Faktor Internal

KEKUATAN (S) :

1. Telah ada lembaga/SKPD yang mengelola persampahan

2. Telah ada peraturan daerah maupun perwali yang mengatur pengelolaan persampahan (retribusi persampahan)

3. Tupoksi SKPD sudah jelas

4. Ada komitmen kepala daerah (walikota & wakil walikota) terhadap pengelolaan persampahan 5. Lembaga pengelola Tempat Pembuangan Akhir

(TPA)sudah ada

6. Penganggaran pengelolaan persampahan yang meningkat dari tahun ke tahun

7. Terdapat anggaran untuk pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir dan pembinaan TPST 8. Pengelola teknis pengelolaan persampahan

telah mengikuti pelatihan terkait pengelolaan persampahan secara sanitary landfill

9. Adanya media massa milik Pemda (Radio) yang telah dimanfaatkan untuk peraturan jam pembuangan sampah, larangan pembuangan pada daerah kajian

KELEMAHAN (W) :

1. Belum terdapat pemisahan dalam pengelolaan persampahan yakni SKPD yang berfungsi sebagai regulator dan SKPD yang berfungsi sebagai operator

2. Lembaga pengelola TPA masih dalam tingkatan kegiatan pada tingkat esselon 4 pada Dinas Kebersihan Persampahan

3. Penerapan sanksi perda persampahan terkait retribusi pelayanan belum maksimal

Faktor Eksternal

PELUANG (O) :

1. Adanya KSM yang mengelola infrastruktur yang telah terbangun (TPST3R)

2. Adanya SNI dan peraturan-peraturan terkait pengelolaan persampahan

3. Ada pendanaan APBN maupun dari propinsi

4. Kondisi geografis Kota Banjarbaru

memungkinkan pelayanan persampahan secara menyeluiruh

STRATEGI S –O

1. Mendorong peningkatan pemulihan

pembiayaan pengelolaan persampahan

2. Mendorong peningkatan pendanaan melalui kemitraan antara pemerintah daerah dengan swasta

3. Mengoptimalkan sarana - sarana pewadahan persampahan di daerah-daerah pelayanan

STRATEGI W – O

1. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan

2. Meningkatkan ketersediaan kelengkapan

produk perencanaan pengelolaan persampahan 3. Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari

lingkungan

4. Mendorong pemisahan fungsi regulator dan operator persampahan

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 13 5. Kewajiban pengembang perumahan baru

untuk menyediakan prasarana pengelola persampahan

6. Sudah ada lomba DESA BERSIH se Kab. Tanah Bumbu

4. Meningkatkan pembinaan terhadap lembaga-lembaga yang ada di masyarakat dalam pengelolaan sampah

5. Mendorong koordinasi lintas sektoral terutama

dengan organisasi profesi/swasta dalam

mengkampanyekan pengelolaan persampahan

ANCAMAN (T)

1. Banyaknya pembangunan perumahan baru yang tidak menyediakan prasarana dan sarana pengolahan persampahan 2. Banyaknya pembangunan rumah makan

dan perkantoran yang belum terkelola sampah atau limbah sisa makanan

3. Volume timbulan sampah semakin

meningkat

4. Banyak masyarakat miskin yang tinggal di bantaran sungai membuang sampah ke sungai

STRATEGI S – T

1. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan melalui pembentukan UPT persampahan

2. Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

3. Meningkatkan kesadaran pengelolaan

persampahan masyarakat umum melalui acara kemasyarakatan maupun melalui lembaga yang ada di desa

4. Mendorong penegakan sanksi terhadap

perijinan perumahan baru terkait penyediaan sarana persampahan

STRATEGI W – T

1. Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat

2. Menyebarluaskan pemahaman tentang

pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum

3. Mendorong pemisahkan/melegalisasi fungsi regulator dan operator pengelola persampahan

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 14

No. Faktor Internal Skor Angka

1,00 2,00 3,00 4,00 KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Aspek Kelembagaan dan Peraturan

1.1 Telah ada lembaga/SKPD yang mengelola

persampahan 4,00

1.2 Telah ada peraturan daerah maupun perwali yang

mengatur pengelolaan persampahan 4,00

1.3 Adanya pokja kota sehat di bentuk dengan SK

Walikota 2,00

1.4 Ada komitmen kepala daerah (walikota & wakil

walikota) terhadap pengelolaan persampahan 3,00

1.5 Lembaga pengelola Tempat Pembuangan Akhir

sudah ada 4,00

1.6 Kegiatan pengelolaan persampahan termaktub dalam

RPJMD dan Renstra SKPD 2,00

1.7

Target RPJMD dan Renstra SKPD terkait pengelolaan persampahan sudah sesuai dengan Standar

Pelayanan Minimal yang harus diberikan

2,00

2 Aspek Keuangan

2.1 Penganggaran pengelolaan persampahan yang

meningkat dari tahun ke tahun 3,00

2.2 Terdapat anggaran untuk pengelolaan Tempat

Pembuangan Akhir 3,00

2.3 Terdapat anggaran untuk pembinaan pengelola

TPST3R 3,00

2.4

3 Aspek Teknis Operasional

3.1 Ada TPA yang telah dioperasikan secara semi

controlled landfill 3,00

3.2 Telah memiliki alat berat (excavator dan bulldozer)

untuk pengoperasikan TPA 3,00

3.3 Ada IPAL Pengolahan lindi di TPA 2,00

3.4 Gas metan hasil pengolahan sampah di TPA telah

dimanfaatkan 2,00

3.5 Telah memiliki alat pengangkut persampahan menuju

TPA yang memadai 2,00

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 15

4 Aspek Komunikasi

4.1 Adanya radio milik pemerintah 1,00

4.2

4.3

4.4

5 SDM

5.1

Pengelola teknis pengelolaan persampahan telah mengikuti pelatihan terkait pengelolaan persampahan secara sanitary landfill

3,00

5.2 Jumlah SDM pendukung pengelolaan persampahan

mencukupi 4,00

5.3

5.4

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA IV - 16

KELEMAHAN (WEAKNESS)

1 Aspek Kelembagaan dan Peraturan

1.1

Belum terdapat pemisahan dalam pengelolaan persampahan yakni SKPD yang berfungsi sebagai regulator dan SKPD yang berfungsi sebagai operator

3,00

1.2

Lembaga pengelola TPA masih dalam tingkatan kegiatan pada tingkat esselon 4 pada Dinas Kebersihan Persampahan

3,00

1.3 Belum ada aturan untuk pemberian izin usaha

Dokumen terkait