• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah Kota Banjarbaru Pokja Sanitasi. Bab 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemerintah Kota Banjarbaru Pokja Sanitasi. Bab 1"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 1

Bab 1

1.1. Latar Belakang

Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Deklarasi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015. Pengakuan sanitasi sebagai hak asasi manusia dan salah satu target MDGs mengindikasikan adanya keprihatinan dunia akan persoalan sanitasi yang setidaknya didasarkan atas fakta bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk miskin) yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi.

Disisi lain, buruknya kondisi sanitasi bukan saja disebabkan terbatasnya akses penduduk pada sarana sanitasi yang layak, tetapi juga disebabkan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu-isu sanitasi dan kesehatan. Masih terbatasnya kapasitas untuk membuat perencanaan pelayanan sanitasi yang komprehensif, multisektor, dan tanggap kebutuhan juga menjadi salah satu kendala pembangunan sanitasi.

Saat ini tidak banyak kota/kabupaten yang memiliki rencana strategis, master plan,ataupun dokumen perencanaan lainnyauntuk perbaikan layanan sanitasi. Dengan potret seperti itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta masyarakat, tidak bisa lagi memandang persoalan sanitasi sebagai business as usual sehingga penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial tetapi juga mutisektor dan komprehensif.

Sanitasi itu sendiri merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan melalui pembangunan sanitasi (Peraturan Presiden Republik Indonesia No.185 Tahun 2014). Pemerintah Indonesia dalam rangka pencapaian pembangunan sanitasi telah mencanangkan target layanan air minum dan sanitasi mencapai 100% pada akhir tahun 2019. Target yang dikenal Universal Acces tersebut

(2)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 2 3,95 3,13 3,12 3,08 3,02 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 2011 2012 2013 2014 2015

telah diamanatkan secara resmi melalui Rencana Jangka Panjang Menengah (RPJMN) 2015 – 2019. Target Universal Acces tersebut meliputi akses air minum 100 %, pengurangan kawasan kumuh hingga 0 % dan akses terhadap sanitasi 100 %.

Terkait sektor sanitasi, Pemerintah Indonesia melalui beberapa kementerian telah menjalankan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman atau dikenal dengan Program PPSP. Program PPSP dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi melalui advokasi, perencanaan strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi dalam skala kota. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) juga diharapkan menjadi wahana yang diharapkan dapat membantu Pemerintah Kota Banjarbaru menyiapkan road map pembangunan sanitasi yang berkelanjutan dan tepat sasaran.

Kondisi di atas mengingat sebagai sebuah kota yang terus berkembang, tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Banjarbaru dapat dikategorikan cukup tinggi dengan rata-rata rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir (2011-2015) adalah sebesar 3,26%. Adapun laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 3,95 persen dan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 3,02 persen. Berikut laju pertumbuhan penduduk Kota Banjarbaru tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.1

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015

(3)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 3 Laju pertumbuhan jumlah penduduk tersebut tentunya berdampak langsung pada pertumbuhan kawasan-kawasan permukiman serta meningkatnya tuntutan penyediaan infrastruktur yang layak termasuk dalam pelayanan sanitasi seperti pengelolaan sampah dan saluran drainase. Volume sampah dan limbah rumah tangga lainnya yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk tentunya harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan di Kota Banjarbaru, demikian juga dengan fenomena semakin meluasnya daerah genangan air sebagai akibat dari semakin berkurangnya daerah-daerah resapan dan tangkapan air yang terjadi karena beralih fungsinya lahan-lahan terbuka menjadi kawasan-kawasan permukiman.

Dalam rangka mengatasi lahu pertumbuhan penduduk Kota Banjarbaru yang tinggi serta dalam rangka menyiapkan road map pembangunan sanitasi di Kota Banjarbaru maka keikutsertaan Kota Banjarbaru dalam Program PPSP telah memasuki dua periode yaitu : 1) Periode pertama yaitu Program PPSP tahun 2010-2014 yang dimaksudkan untuk

memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun perencanaan strategis pembangunan sanitasi di wilayahnya.

Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Banjarbaru melalui Kelompok Kerja Sanitasi Kota Banjarbaru telah menyusun dan mempublikasikan Buku Putih Sanitasi Kota Banjarbaru. Buku Putih merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD serta pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi.

Selanjutnya, berpijak dari informasi yang ada di dalam Buku Putih Sanitasi, Pokja Sanitasi Kota Banjarbaru berupaya untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) Banjarbaru tahun 2013-2017. SSK tersebut adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi pada tingkat kota. Selain itu, dengan adanya SSK diharapkan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis,terintegrasi, dan berkelanjutan.

Setelah penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) maka pada tahun 2013 disusun Memorandum Program Sanitasi (MPS) yang merupakan acuan bagi SKPD teknis dalam melaksanakan pembangunan di sektor sanitasi.

(4)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 4 2) Pada periode kedua yaitu Program PPSP Tahun 2015-2019, yang pada saat ini tengah memasuki phase ke 2 berupa pelaksanaan/implementasi program dari dokumen SSK yang disusun pada periode sebelumnya dan pemutakhiran dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK).

Pemutakhiran dokumen Strategi Sanitasi Kota pada dasarnya adalah proses pemutakhiran data terkait sanitasi dan mengidentifikasi sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan sanitasi berdasarkan rencana yang telah disusun dalam Strategi Sanitasi Kota Tahun 2012 dengan mempertimbangkan perkembangan atas kebijakan-kebijakan baru yang ada terkait sanitasi, terutama kebijakan-kebijakan di tingkat pusat maupun propinsi. Selain itu, beberapa hal yang ikut melatarbelakangi pemutakhiran SSK adalah sebagai berikut :

 Peningkatan kualitas dokumen dari SSK sebelumnya yang disebabkan oleh ketidaklengkapan data maupun akibat adanya keraguan atas validitas data yang digunakan

 Adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian target Universal Access di tahun 2019.

Hasil dari pemutakhiran SSK tersebut adalah Dokumen Strategi Sanitasi Kota Mutakhir (SSK Mutakhir) yang merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen yang terdahulu. Dokumen pemutakhiran SSK yang disusun berkaitan dengan perencanaan sektor Sanitasi yaitu Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kabupaten(SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS). Hasil pemutakhiran SSK tersebut juga merupakan bagian dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang digalang oleh Pemerintah Pusat dalam rangka mempercepat pembangunan sektor sanitasi nasional dan pemenuhan target universal acces tahun 2019.

Dokumen pemutahiran SSK merupakan dokumen perencanaan yang menjadi acuan dalam pembangunan sanitasi yang berupaya meningkatkan kualitas dan perluasan layanan persampahan rumah tangga, air limbah domestik dan pengelolaan drainase Kota Banjarbaru sehingga dokumen ini harus diadopsi melalui proses internalisasi pada dokumen perencanaan Kota Banjarbaru lainnya. Sebagai dokumen perencanaan maka pemutakhiran

(5)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 5 SSK tersebut juga memperhatikan dokumen perencanaan yang telah ada sebelumnya maupun yang sedang dalam tahap penyusunan, antara lain :

1. Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang disusun tahun 2012. 2. Memorandum Program Sanitasi (MPS) yang disusun tahun 2013.

3. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru Tahun 2014-2034.

4. Rancangan Awal RPJMD Kota Banjarbaru Tahun 2016-2021, sejalan dengan terpilihnya Kepala Daerah Kota Banjarbaru tahun 2016-2012.

Hubungan atau kaitan antara SSK dengan dokumen perencanaan Kota dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.2

Keterkaitan SSK dengan Dokumen Perencanaan Kabupaten

Internalisasi pemutakhiran dokumen SSK ke dalam dokumen perencanaan lainnya yang lebih implementatif diharapkan menjadi bagian dari upaya pemenuhan target universal akses di bidang sanitasi Kota Banjarbaru. Dalam beberapa tahun terakhir beberapa SKPD teknis telah melakukan berbagai macam kegiatan dalam rangka mencapai 100 % akses sanitasi layak . Capaian atau realisasi terhadap universal akses Kota Banjarbaru dapat dilihat pada table berikut.

1. BPS 2. SSK 3. MPS RTRW Kota Banjarbaru Ranwal RPJMD Tahun 2016-2021 Dokumen Perencanaan Pemutakhiran Dokumen SSK diinternalisasi Renstra SKPD RKPD Renja SKPD Program/Kegiatan SKPD

Usulan Kegiatan yang didanai Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi

(6)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 6 Tabel 1.1

Kondisi Pencapaian Cakupan Pelayanan Kota Banjarbaru terhadap RPJMN 2015-2019 dengan Indikator Gerakan 100-0-100

Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target SPM

Tahun 2019 Capaian EXTING Thn 2015 Gap Terhadap 100-0-100 Penyediaan sanitasi

Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai

% Penduduk 60 % 82,68 % 17,32 %

Persentase pengurangan

sampah di perkotaan % Penduduk 20 % 15,80 % -

Persentase pengangkutan

sampah % Penduduk 70 % 86,03 % 13,97 %

Persentase pengoperasian TPA

% pengoperasian

TPA

70 % 100 % 0 %

Persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun

% penduduk 50 % 38 % 62 %

Sumber : Pokja Sanitasi, Data Diolah dari Perhitungan Pencapaian SPM PU & PR Bidang Cipta Karya

Dari tabel di atas masih terlihat beberapa jenis pelayanan dasar dari sektor sanitasi masih memerlukan perhatian serius dari Pemerintah Kota Banjarbaru sehingga diharapkan pemutakhiran Dokumen Strategi Sanitasi Kota dapat menjadi acuan agar program kegiatan terkait sektor sanitasi yang dilaksanakan secara lintas sektoral dapat dilaksanakan secara terfokus dan terintegrasi.

1.2. Metodologi Penyusunan

Metodologi merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh suatu kebenaran dengan menggunakan penelusuran berdasarkan urutan atau tata cara tertentu sesuai dengan apa yang akan dikaji secara ilmiah. Penyusunan pemutakhiran SSK dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu :

(7)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 7 1) Studi literatur maupun data sekunder, seperti data kependudukan, sosial, dan ekonomi, data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), serta data rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjarbaru;

2) Review Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), dan Memprandum Program Sanitasi (MPS) Kota Banjarbaru;

3) Internalisasi terhadap Pokja Sanitasi Kota Banjarbaru maupun stakeholder terkait lainnya;

4) Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di Pemerintah Provinsi; 5) Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah;

6) Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme penganggaran.

Secara lebih teknis, proses penyusunan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarbaru terdiri dari beberapa tahapan yang tidak terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut :

1) Melakukan studi EHRA;

2) Mengisi Instrumen Profil Sanitasi Kota Banjarbaru;

3) Mereview SSK khususnya Kerangka Kerja Logis, Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritas Program;

4) Memformulasikan visi dan misi sanitasi Kota Banjarbaru;

5) Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait;

6) Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non pemerintah ditingkat Kabupaten;

7) Melakukan pengawalan pada mekanisme penganggaran (APBD, APBD Provinsi dan APBN).

1.3. Dasar Hukum

Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Banjarbaru mengacu pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional/pusat maupun daerah. Beberapa peraturan perundangan yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kota Banjarbaru antara lain :

a) Undang-Undang Republik Indonesia

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

(8)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 8 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

7. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman;

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan;

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pencemaran Udara;

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

(9)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 9 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang

Kesehatan Lingkungan;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

c) Peraturan Presiden Republik Indonesia

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2015-2019;

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.

d) Peraturan Menteri Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan;

e) Keputusan Presiden Republik Indonesia

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

f) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih;

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas Air;

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL; 4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana

(10)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 10 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014

tentang Baku Mutu Air Limbah.

g) Keputusan Menteri Kesehatan

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA);

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 288/Menkes/SK/III/2003 Tentang Penyehatan Sarana dan bangunan umum;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan).

h) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Drainase Perkotaan.

4. Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga;

5. Permen PU Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

i) Peraturan Menteri Dalam Negeri

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 Tentang Perubahan Permendagri 57/2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

(11)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 11 j) Petunjuk Teknis

1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan;

2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah;

3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan;

4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih;

5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan;

6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik;

7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan;

8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman;

9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus;

10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi; 11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK.

k) Peraturan Daerah Provinsi

1. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Nomor 2);

2. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 Nomor 9).

(12)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 12 l) Peraturan Daerah Kota Banjarbaru

1. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Retribusi Persampahan;

2. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru Tahun 2014-2034;

3. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 8 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarbaru ini terdiri dari 6 bab yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang dilakukannya pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarbaru. Penjelasan yang terkait didalamnya meliputi :

 Peran SSK dalam pembangunan sanitasi di Kota Banjarbaru;  Pentingnya memiliki dokumen strategi sanitasi yang berkelanjutan;

 Hubungan antara SSK yang disusun sebelumnya dengan SSK yang telah dimutakhirkan serta kaitannya dengan dokumen perencanaan Kota Banjarbaru (minimum RPJMD dan RTRW).

Dalam bab ini juga memuat metodologi penyusunan, dasar hukum dan sistematika penulisan dokumen secara keseluruhan.

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Berisikan penjelasan tentang gambaran wilayah, kemajuan pelaksanaan SSK, profil sanitasi saat ini dan area beresiko, permasalahan mendesak sanitasi. Dalam bab ini juga memuat informasi-informasi yang mencakup :

 Wilayah kajian Strategi Sanitasi Kota Banjarbaru;

 Kondisi umum Kota Banjarbaru yang meliputi : administratif, kependudukan, jumlah penduduk miskin, kebijakan penataan ruang dan struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab perangkat daerah, komunikasi dan media.

(13)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 I - 13 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Berisikan penjelasan kerangka pengembangan sanitasi yang ada di Kota Banjarbaru mencakup :

 Visi dan misi sanitasi;

 Tahapan pengembangan sanitasi (sistem dan zonasi) ;  Tujuan dan sasaran sanitasi;

 Skenario pencapaian sasaran;

 Kemampuan pendanaan sanitasi daerah.

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Berisikan penjelasan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis saja tetapi juga mencakup aspek non teknis yang meliputi :

 Aspek kelembagaan;  Aspek pendanaan;

 Aspek partisipasi masyarakat dan dunia usaha serta;

 Aspek kesetaraan jender dan keberpihakan pada masyarakat miskin.

Instrumen yang digunakan dalam bab ini adalah analisis SWOT dan kerangka kerja logis (KKL)

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

Berisikan ringkasan kebutuhan investasi pengembangan sanitasi (air limbah domestik, persampahan, drainase) selama lima (5) tahun kedepan baik berdasarkan sumber anggaran (APBD Kota, APBD Provinsi, APBN dan PHLN) maupun kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan non pemerintah dan antisipasi funding gap.

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

Berisikan mekanisme monitoring dan evaluasi (monev) strategi sanitasi kota untuk 5 (lima) tahun ke depan.

(14)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 1

Bab 2

2.1 Gambaran Wilayah

Secara geografis Kota Banjarbaru terletak antara 3º 25’ 40”-3º 28’ 37’’ Lintang Selatan dan 114º 41’ 22’’-114º 54’ 25’’ Bujur Timur. Posisi geografis Kota Banjarbaru adalah 35 km pada arah 296°30' sebelah tenggara Kota Banjarmasin yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 Kota Banjarbaru memiliki wilayah

seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan

luasan tersebut, Kota Banjarbaru menempati wilayah terkecil kedua setelah Kota Banjarmasin dibandingkan dengan wilayah kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan. Berdasarkan batas administrasi wilayah, Banjarbaru memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

 sebelah utara Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar,

 sebelah selatan dengan Kabupaten Tanah Laut,

 sebelah timur Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar,

 sebelah barat Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar.

Dalam kontelasi hubungan antar-wilayah, Kota Banjarbaru memiliki kedudukan yang penting dan strategis, khususnya dalam sistem transportasi darat dan udara. Kota Banjarbaru memiliki akses Jalan Simpang Tiga Liang Anggang yang menghubungkan Banjarmasin – Kotabaru dan Banjarmasin – Hulu Sungai hingga ke Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Selain itu, Banjarbaru memiliki akses terhadap pelabuhan laut Trisakti sebagai gerbang jalur transportasi laut melalui Jalan Lingkar Selatan Liang Anggang dan akses Bandar Udara Syamsuddin Noor sebagai jalur transportasi udara di Kalimantan Selatan. Dengan kondisi yang demikian menjadikan Kota Banjarbaru sebagai Kota Pendidikan, Industri, Jasa, Perdagangan, serta Pemerintahan dan Permukiman. Untuk lebih jelasnya mengenai posisi Kota Banjarbaru dalam konteks Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat Gambar 2.1.

(15)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 2 Gambar 2.1

Peta Orientasi Kota Banjarbaru

Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru, 2015

2.1.1 Administratif

Pada awal perkembangannya, Banjarbaru ditetapkan sebagai Kota Administratif dengan tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Banjarbaru dan Kecamatan Cempaka (berdasarkan UU No. 5/1974 Pasal 27 ayat (4) dan PP No. 26/1975 yang diperkuat dengan Permendagri No. 12/1975 tentang Pokok Pemerintahan Wilayah Kota Administratif Banjarbaru dan Permendagri No. 24/1975 tentang Pelaksanaan PP No. 26/1975 tanggal 29 Oktober 1975).

Selanjutnya setelah menjadi daerah otonom, Kota Banjarbaru mengalami 2 (kali) pemekaran wilayah, terakhir dengan Perda Kota Banjarbaru No. 4 Tahun 2007 tentang Pemecahan dan Pembentukan 2 (dua) Kecamatan Baru di Kota Banjarbaru. Pemekaran kecamatan terjadi pada Kecamatan Landasan Ulin menjadi Kecamatan Landasan Ulin dan Kecamatan Liang Anggang, serta Kecamatan Banjarbaru dipecah menjadi Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan.

Dengan demikian, secara administratif saat ini Kota Banjarbaru terdiri dari 5 Kecamatan dengan 20 kelurahan, yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Cempaka. Kelima kecamatan tersebut selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan juga merupakan pusat-pusat pertumbuhan di Kota Banjarbaru. Kecamatan yang memiliki perkembangan paling

(16)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 3 pesat adalah Kecamatan Banjarbaru (Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan) sebagai pusat pemerintahan, pelayanan pendidikan tinggi, pelayanan umum dan sosial, transportasi regional, perdagangan dan jasa, serta kawasan khusus militer; Kecamatan Landasan Ulin (Landasan Ulin dan Liang Anggang) sebagai pusat pelayanan transportasi regional, pusat pengembangan industri, pengembangan permukiman dan kawasan rekreasi; serta Kecamatan Cempaka sebagai pusat pertambangan intan tradisional, pengembangan permukiman, lahan cadangan dan konservasi.

Tabel 2.1

Tabel Nama Luas Wilayah per Kecamatan serta Luas Area Terbangun Kota Banjarbaru

No Nama Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah Administrasi Terbangun (ha) (%) thd total administ rasi (ha) (%) thd luas administ rasi 1 Landasan Ulin

Landasan Ulin Timur 1.876,00 5,05 161.41 8.60 Guntung Payung 1.525,00 4,11 80.68 5.29 Syamsuddin Noor 1.867,00 5,03 127.76 6.79 Guntung Manggis 3.974,00 10,70 236.00 5.94 TOTAL 9.242,00 24,89 605 26.62 2 Liang Anggang

Landasan Ulin Barat 1.615,00 4,35 83.38 5.16 Landasan Ulin Selatan 2.635,00 7,10 91.26 3.46 Landasan Ulin Tengah 2.386,00 6,42 119.36 5.00 Landasan Ulin Utara 1.950,00 5,25 153.77 7.89

TOTAL 8.586,00 23,12 448 21.51 3 Cempaka Palam 1.475,00 3,97 45.80 3.11 Bangkal 2.980,00 8,02 61.87 2.08 Sungai Tiung 2.150,00 5,79 104.40 4.86 Cempaka 8.065,00 21,72 109.03 2.36 TOTAL 14.670,00 39,50 402 2.7 4 Banjarbaru Utara Loktabat Utara 1.424,00 3,83 171.70 12.06 Mentaos 162,00 0,44 79.75 49.23 Komet 244,00 0,66 59.63 24.44 Sungai Ulin 614,00 1,65 104.49 17.02 TOTAL 2.444,00 6,58 416 17.02 5 Banjarbaru Selatan Loktabat Selatan 858,00 2,31 90.67 10.57 Kemuning 361,00 0,97 77.60 21.50 Guntung Paikat 247,00 0,67 71.63 29.00 Sungai Besar 730,00 1,97 160.03 21.92 TOTAL 2.196,00 5,91 400 18.21 TOTAL KESELURUHAN 37.138,00 100,00 2.270 100,00

(17)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 4 Posisi goegrafis yang strategis serta perkembangan fungsi kota dalam berbagai dimensi, menjadi faktor pendorong pesatnya pembangunan permukiman dan berbagai infrastruktur pendukungnya di Kota Banjarbaru. Hal ini tentunya berpengaruh langsung pada perkembangan luas area terbangun di Kota Banjarbaru. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa luas area terbangun di Kota Banjarbaru adalah 2.270 hektar atau sekitar 6,11 %.

2.1.2 Wilayah Kajian SSK Kota Banjarbaru

Secara keseluruhan, wilayah kajian pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota meliputi seluruh wilayah perkotaan Banjarbaru yang meliputi 5 kecamatan yang terbagi dalam 20 kelurahan. Wilayah kajian SSK tersebut dapat dilhat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2

Peta Wilayah Kajian SSK Pemutakhiran Kota Banjarbaru

Sumber ; Bappeda Kota Banjarbaru Tahun 2016

Secara lebih rinci gambaran mengenai wilayah kajian pemutakhiran SSK adalah sebagai berikut.

a. Kecamatan Banjarbaru Utara

Secara astronomis, Kecamatan Banjarbaru Utara terletak pada posisi 3° 27' LS dan 114° 45' BT, dengan luasan wilayah mencapai ± 2.444 ha atau 6,58% dari luas wilayah Kota Banjarbaru. Kecamatan Banjarbaru Utara memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

(18)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 5

 Sebelah Utara : Kecamatan Martapura (Kabupaten Banjar);

 Sebelah Timur : Kecamatan Karang Intan (Kabupaten Banjar);

 Sebelah Selatan : Kec. Banjarbaru Selatan dan Kec. Cempaka;

 Sebelah Barat : Kecamatan Landasan Ulin

Kecamatan Banjarbaru Utara merupakan bagian dari pusat kota (CBD) yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, kawasan hankam, permukiman, serta perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Banjarbaru Utara dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2

Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Banjarbaru Utara

NO. KECAMATAN

BANJARBARU UTARA

LUAS JUMLAH

Ha % RT RW

1 Kelurahan Loktabat Utara 1.424,00 58,27 48 9

2 Kelurahan Mentaos 162,00 6,63 28 6

3 Kelurahan Komet 244,00 9,98 19 6

4 Kelurahan Sungai Ulin 614,00 25,12 32 7

TOTAL 2.444,00 100,00 127 28

Sumber : BPS Kota Banjarbaru, 2015 b. Kecamatan Banjarbaru Selatan

Secara astronomis, Kecamatan Banjarbaru Selatan terletak pada posisi 3° 27' 5" LS dan 114° 45' 0" BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kecamatan Banjarbaru Utara;

 Sebelah Timur : Kecamatan Banjarbaru Utara;

 Sebelah Selatan : Kecamatan Cempaka;

 Sebelah Barat : Kecamatan Landasan Ulin.

Kecamatan Banjarbaru Selatan merupakan bagian dari pusat kota (CBD) yang memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, pendidikan tinggi dan permukiman. Kecamatan Banjarbaru Selatan memiliki wilayah seluas ± 2.196 Ha (5,91% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 127 Rukun Tetangga (RT). Adapun luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Banjarbaru

(19)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 6 Tabel 2.3

Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Banjarbaru Selatan

NO. KECAMATAN

BANJARBARU SELATAN

LUAS JUMLAH

Ha % RT RW

1 Kelurahan Loktabat Selatan 858,00 39,07 27 6

2 Kelurahan Kemuning 361,00 16,44 25 5

3 Kelurahan Guntung Paikat 247,00 11,25 29 5

4 Kelurahan Sungai Besar 730,00 33,24 46 7

TOTAL 2.196,00 100,00 127 23

Sumber : BPS Kota Banjarbaru, 2015 c. Kecamatan Landasan Ulin

Secara astronomis, Kecamatan Landasan Ulin terletak pada posisi 3° 27' 5" LS dan 114° 45' BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Tabuk (Kabupaten Banjar);

 Sebelah Timur : Kec. Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan dan Kec. Cempaka

 Sebelah Selatan : Kecamatan Bati-Bati (Kabupaten Tanah Laut);

 Sebelah Barat : Kecamatan Liang Anggang.

Kecamatan Landasan Ulin sebagai sub pusat kota memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, kawasan bandara, pertanian dan permukiman. Kecamatan Landasan Ulin memiliki wilayah seluas ± 9.242 Ha (24,89% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 141 Rukun Tetangga (RT).

Tabel 2.4

Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Landasan Ulin

NO. KECAMATAN

LANDASAN ULIN

LUAS JUMLAH

Ha % RT RW

1 Kelurahan Landasan Ulin Timur 1.876,00 20,30 46 9

2 Kelurahan Guntung Payung 1.525,00 16,50 13 3

3 Kelurahan Syamsuddin Noor 1.867,00 20,20 39 9

4 Kelurahan Guntung Manggis 3.974,00 43,00 52 6

TOTAL 9.242,00 100,00 150 27

(20)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 7

d. Kecamatan Liang Anggang

Secara astronomis, Kecamatan Liang Anggang terletak pada posisi 3° 27' 5" LS dan 114° 45' BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Tabuk (Kabupaten Banjar);

 Sebelah Timur : Kecamatan Landasan Ulin;

 Sebelah Selatan : Kecamatan Bati-Bati (Kabupaten Tanah Laut);

 Sebelah Barat : Kecamatan Sungai Tabuk (Kabupaten Banjar).

Kecamatan Liang Anggang sebagai sub pusat kota memiliki fungsi sebagai kawasan industri, perdagangan dan jasa, serta permukiman. Kecamatan Liang Anggang memiliki wilayah seluas ± 8.586 Ha (23,12% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 66 Rukun Tetangga (RT). Adapun luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Liang Anggang dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5

Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Liang Anggang

NO. KECAMATAN

LIANG ANGGANG

LUAS JUMLAH

Ha % RT RW

1 Kelurahan Landasan Ulin Barat 1.615,00 18,81 14 -

2 Kelurahan Landasan Ulin Selatan 2.635,00 30,69 12 -

3 Kelurahan Landasan Ulin Tengah 2.386,00 27,79 14 -

4 Kelurahan Landasan Ulin Utara 1.950,00 22,71 31 -

TOTAL 8.586,00 100,00 71 -

Sumber : BPS Kota Banjarbaru, Tahun 2015

e. Kecamatan Cempaka

Secara astronomis, Kecamatan Cempaka terletak pada posisi 233° 27' LS dan 114° 45' BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kec. Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan dan Kec.

Landasan Ulin;

 Sebelah Timur : Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar;

 Sebelah Selatan : Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut;

(21)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 8 Kecamatan Cempaka sebagai sub pusat kota memiliki fungsi sebagai kawasan pertambangan, perdagangan, pertanian, pariwisata dan permukiman. Kecamatan Cempaka memiliki wilayah seluas ± 14.670 ha (39,50% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 102 Rukun Tetangga (RT). Adapun luas masing-masing kelurahan di Kecamatan Cempaka dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6

Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Cempaka

NO. KECAMATAN CEMPAKA LUAS JUMLAH Ha % RT RW 1 Kelurahan Palam 1.475,00 10,05 12 - 2 Kelurahan Bangkal 2.980,00 20,31 15 -

3 Kelurahan Sungai Tiung 2.150,00 14,66 34 -

4 Kelurahan Cempaka 8.065,00 54,98 44 -

TOTAL 14.670,00 100,00 105 -

Sumber : BPS Kota Banjarbaru, Tahun 2015 2.1.3 Demografi

Selama tahun 2006 – 2011, jumlah penduduk Kota Banjarbaru terus meningkat. Rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 5,48% per tahun atau meningkat sebanyak 50.243 jiwa penduduk selama 6 tahun terakhir, hal ini disebabkan karena terjadi arus migrasi penduduk dari daerah sekitarnya maupun dari luar pulau (terutama dari Pulau Jawa). Salah satu daya tarik yang menyebabkan tingginya minat orang untuk bermigrasi ke Kota Banjarbaru adalah berpindahnya Ibukota Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan dari Kota Banjarmasin ke Kota Banjarbaru.

Sesuai kriterianya, Kota Banjarbaru merupakan wilayah perkotaan atau kota dengan skala sedang. Jumlah penduduk Kota Banjarbaru pada tahun 2015 adalah 234.372 jiwa dengan jumlah KK 58.593 keluarga. Jumlah penduduk tertinggi di Kelurahan Guntung Manggis 25.525 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Kelurahan Komet yaitu 4422 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut apabila diproyeksikan maka pada tahun 2020 maka jumlah penduduk Kota Banjarbaru sebesar 276.014 jiwa dan jumlah KK sebesar 69.004 keluarga. Sesuai dengan data kependudukan yang telah diproyeksikan maka jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2020 di Kelurahan Guntung Manggis 30.097 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Keluarhan Komet yaitu 1298 jiwa. Data mengenai proyeksi penduduk Kota Banjarabru hingga tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(22)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 9

Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK 1 Landasan Ulin Timur 16615 4154 17172 4293 17755 4439 18359 4590 18956 4739 19591 4898 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16.615 4154 17172 4439 17755 4439 18359 4590 18956 4739 19591 4898 2 Guntung Payung 7435 1859 7684 1921 7945 1986 8215 2054 8482 2121 8843 2211 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7.435 1859 7684 1986 7945 1986 8215 2054 8482 2121 8843 2211 3 Syamsuddin Noor 13196 3299 13638 3410 14102 3525 14581 3645 15055 3764 15559 3890 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13.196 3299 13638 3525 14102 3525 14581 3645 15055 3764 15559 3890 4 Guntung Manggis 25525 6381 26380 6595 27277 6819 28204 7051 29121 7280 30097 7524 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25.525 6381 26380 6819 27277 6819 28204 7051 29121 7280 30097 7524 5 Landasan Ulin Barat 6171 1543 6389 1597 6612 1653 6844 1711 7090 1772 7340 1835 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.171 1543 6389 1653 6612 1653 6844 1711 7090 1772 7340 1835 6 Landasan Ulin Selatan 6992 1748 7239 1810 7492 1873 7754 1939 8033 2008 8316 2079 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.992 1748 7239 1873 7492 1873 7754 1939 8033 2008 8316 2079 7 Landasan Ulin Tengah 8336 2084 8630 2158 8932 2233 9245 2311 9577 2394 9915 2479 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.336 2084 8630 2233 8932 2233 9245 2311 9577 2394 9915 2479 8 Landasan Ulin Utara 15350 3838 15892 3973 16448 4112 17024 4256 17635 4409 18257 4564 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15.350 3838 15892 4112 16448 4112 17024 4256 17635 4409 18257 4564 9 Palam 4825 1206 4978 1244 5137 1284 5302 1325 5467 1367 5640 1410 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.825 1206 4978 1284 5137 1284 5302 1325 5467 1367 5640 1410 10 Bangkal 5883 1471 6069 1517 6264 1566 6464 1616 6665 1666 6876 1719 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.883 1471 6069 1566 6264 1566 6464 1616 6665 1666 6876 1719 11 Sungai Tiung 12312 3078 12702 3176 13109 3277 13528 3382 13949 3487 14391 3598 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12.312 3078 12702 3277 13109 3277 13528 3382 13949 3487 14391 3598 12 Cempaka 17131 4283 17674 4419 18240 4560 18823 4706 19409 4852 20024 5006 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17.131 4283 17674 4560 18240 4560 18823 4706 19409 4852 20024 5006 13 Loktabat Utara 20744 5186 21420 5355 22127 5532 22857 5714 23584 5896 24353 6088 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20.744 5186 21420 5532 22127 5532 22857 5714 23584 5896 24353 6088 14 Mentaos 10040 2510 10367 2592 10709 2677 11063 2766 11415 2854 11787 2947 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.040 2510 10367 2677 10709 2677 11063 2766 11415 2854 11787 2947 15 Komet 4422 1106 4566 1142 4717 1179 4872 1218 5027 1257 5191 1298 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.422 1106 4566 1179 4717 1179 4872 1218 5027 1257 5191 1298 16 Sungai Ulin 13377 3344 13813 3453 14269 3567 14740 3685 15209 3802 15704 3926 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13.377 3344 13813 3567 14269 3567 14740 3685 15209 3802 15704 3926 17 Loktabat Selatan 9676 2419 9995 2499 10325 2581 10666 2666 11018 2754 11381 2845 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9.676 2419 9995 2581 10325 2581 10666 2666 11018 2754 11381 2845 18 Kemuning 9941 2485 10269 2567 10608 2652 10958 2739 11320 2830 11693 2923 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9.941 2485 10269 2652 10608 2652 10958 2739 11320 2830 11693 2923 19 Guntung Paikat 8992 2248 9289 2322 9595 2399 9912 2478 10239 2560 10577 2644 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.992 2248 9289 2399 9595 2399 9912 2478 10239 2560 10577 2644 20 Sungai Besar 17409 4352 17983 4496 18577 4644 19190 4797 19823 4956 20477 5119 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17.409 4352 17983 4644 18577 4644 19190 4797 19823 4956 20477 5119 234.372 58.593 242.151 60.538 250.242 62.560 258.603 64.651 267.073 66.768 276.014 69.004 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 234.372 58.593 242.151 62.560 250.242 62.560 258.603 64.651 267.073 66.768 276.014 69.004 NO TOTAL NAMA KELURAHAN WILAYAH PERDESAAN TAHUN 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2020 JUMLAH PENDUDUK 2020 TOTAL TAHUN 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TAHUN WILAYAH PERKOTAAN

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun Kota Banjarbaru

(23)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 10 Data mengenai proyeksi penduduk tersebut diasarakan pada tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Banjarbaru. Dari hasil perhitungan proyeksi, rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Banjarbaru berkisar antara 3% sampai 4 % tiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk tersebut selain dipengaruhi oleh natalitas (kelahiran bayi) juga lebih dipengaruhi oleh faktor migrasi penduduk. Dengan berpindahnya perkantoran pemerintah provinsi Kalimantan Selatan di Kota Banjarbaru maka terjadi migrasi yang cukup besar ke Kota Banjarbaru.

Tabel 2.8

Tingkat Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk Tahun 2015 dan Proyeksinya Selama 5 tahun

Nama Kecamatan Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (orang/km)

Tahun Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020

Landasan Ulin Timur 3,35 3,35 3,35 3,35 3,35 915 946 979 1010 1044

Guntung Payung 3,35 3,35 3,35 3,35 3,35 504 521 539 556 580

Syamsuddin Noor 3,35 3,35 3,35 3,35 3,35 730 755 781 806 833

Guntung Manggis 3,35 3,35 3,35 3,35 3,35 664 686 710 733 757

Landasan Ulin Barat 3,53 3,53 3,53 3,53 3,53 396 409 424 439 454

Landasan Ulin

Selatan 3,53 3,53 3,53 3,53 3,53 275 284 294 305 316

Landasan Ulin

Tengah 3,53 3,53 3,53 3,53 3,53 362 374 387 401 416

Landasan Ulin Utara 3,53 3,53 3,53 3,53 3,53 815 843 873 904 936

Palam 3,17 3,17 3,17 3,17 3,17 337 348 359 371 382 Bangkal 3,17 3,17 3,17 3,17 3,17 204 210 217 224 231 Sungai Tiung 3,17 3,17 3,17 3,17 3,17 591 610 629 649 669 Cempaka 3,17 3,17 3,17 3,17 3,17 219 226 233 241 248 Loktabat Utara 3,26 3,26 3,26 3,26 3,26 1504 1554 1605 1656 1710 Mentaos 3,26 3,26 3,26 3,26 3,26 6400 6611 6829 7046 7276 Komet 3,26 3,26 3,26 3,26 3,26 1871 1933 1997 2060 2128 Sungai Ulin 3,26 3,26 3,26 3,26 3,26 2250 2324 2401 2477 2558 Loktabat Selatan 3,30 3,30 3,30 3,30 3,30 1165 1203 1243 1284 1327 Kemuning 3,30 3,30 3,30 3,30 3,30 2845 2938 3035 3136 3239 Guntung Paikat 3,30 3,30 3,30 3,30 3,30 3761 3885 4013 4145 4282 Sungai Besar 3,30 3,30 3,30 3,30 3,30 2463 2545 2629 2716 2805 TOTAL 3,32 3,32 3,32 3,32 3,32 652 674 696 719 743

(24)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 11 2.1.4 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang hampir ada di seluruh wilayah perkotaan maupun di pedesaan di seluruh Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks karena tidak hanya terkait pada masalah ekonomi tetapi juga sosio kultural. Penanggulangan masalah kemiskinan pun telah dilakukan selama beberapa periode pemerintahan, baik oleh pemerintahan pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah daerah dan berkolaborasi dengan segenap elemen masyarakat.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Demikian pula di Kota Banjarbaru terus menerus melakukan upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007 hingga tahun 2014, dan terus berlanjut hingga sekarang meskipun beberapa kali berganti nama program ataupun kegiatan.

Jumlah penduduk miskin di Kota Banjarbaru tersebar di setiap kecamatan meskipun jumlahnya cukup variatif. Jumlah penduduk miskin paling banyak di Kecamatan Cempaka yaitu 3.555 KK dan jumlah penduduk miskin paling sedikit di Kecamatan Banjarbaru Utara sebanyak 1.030 KK. Jika dibandingkan dengan penduduk Kota Banjarbaru yang sebesar 234.371 jiwa maka di Kota Banjarbaru masih terdapat 4,59 % penduduk miskin yang ditangani.

Pada tabel berikut menunjukkan bahwa jumlah penduduk termiskin terbanyak ada di Kecamatan Cempaka yaitu sebesar 3.555 KK sementara yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Banjarbaru Utara sebesar 1.030 KK, jika diproyeksikan terhadap jumlah penduduk keseluruhan Kota Banjarbaru maka masih terdapat 4,74% penduduk miskin yang harus dituntaskan. Jumlah penduduk miskin di Kota banjarbaru dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut ini.

(25)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 12 Tabel 2.9

Jumlah Penduduk Miskin di Kota Banjarbaru Tahun 2015

No Nama Kecamatan Kelurahan Jumlah KK

Miskin 1 Landasan Ulin Landasan Ulin Timur 921

Guntung Payung 332

Syamsuddin Noor 681

Guntung Manggis 960

Jumlah 2.894

2 Liang Anggang Landasan Ulin Barat 269 Landasan Ulin Selatan 380 Landasan Ulin Tengah 466

Landasan Ulin Utara 780

Jumlah 1.895 3 Cempaka Palam 527 Bangkal 516 Sungai Tiung 1.338 Cempaka 1.174 Jumlah 3.555

4 Banjarbaru Utara Loktabat Utara 432

Mentaos 221

Komet 83

Sungai ulin 294

Jumlah 1.030

5 Banjarbaru Selatan Loktabat Selatan 266

Kemuning 342 Guntung Paikat 309 Sungai Besar 489 Jumlah 1.406 Total 10.780 Sumber : TNPK, 2016 2.1.4 Tata Ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memeliharan kelangsungan hidupnya. Untuk Kota Banjarbaru, penataan ruangnya diatur melalui Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru 2014-2034. Dalam perda tersebut diatur mengenai Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang.

(26)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 13

1. Rencana Struktur Ruang

Kota Banjarbaru berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp) dalam RTRW Provinsi Kalimantan Selatanyang merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Metropolitan Banjarbakula (meliputi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Barito Kuala);

Rencana Struktur Ruang Wilayah Daerah, meliputi: a. sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota; b. sistem jaringan prasarana wilayah kota.

A. Sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota

(1) Sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan Kota Banjarbaru, terdiri atas: a. pusat pelayanan kota (PPK);

b. sub pusat pelayanan kota (Sub PPK); c. pusat lingkungan.

(2) Pusat Pelayanan Kota (PPK), terdiri atas:

a. PPK I: pusat pelayanan pemerintahan di Kelurahan Komet dan Kelurahan Mentaos Kecamatan Banjarbaru Utara;

b. PPK II: pusat pelayanan ekonomi di Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Kelurahan Landasan Ulin Selatan Kecamatan Liang Anggang.

(3) Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK), terdiri atas:

a. sub PPK I: sub pusat pelayanan pemerintahan di Kelurahan Sungai Tiung Kecamatan Cempaka;

b. sub PPK II: sub pusat pelayanan ekonomi di Kelurahan Syamsudin Noor Kecamatan Landasan Ulin;

c. sub PPK III: sub pusat pelayanan pemerintahan di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin.

(4) Pusat Lingkungan (PL) terdiri atas kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan dan jasa, serta pelayanan sosial dan budaya yang tersebar di 5 (lima) kecamatan.

(27)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 14 B. Sistem jaringan prasarana wilayah kota

(1) Sistem jaringan prasarana wilayah kota, terdiri atas : a. sistem jaringan prasarana utama; dan

b. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Sistem jaringan prasarana utama, terdiri atas: a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem jaringan transportasi udara.

(3) Sistem jaringan transportasi darat, terdiri atas: a. Sistem jaringan transportasi darat, terdiri atas:

1. jaringan lalu lintas angkutan jalan, terdiri atas:

a) jaringan jalan;

Jaringan jalan terdiri dari rencana jalan yang merupakan satu kesatuan ruas jalan dan jaringan jalan, meliputi:

1) jalan arteri primer meliputi ruas jalan A. Yani Km. 18 – Martapura Km. 37;

2) jalan kolektor primer: i. Jalan Trikora;

ii. Jalan A. Yani Jurusan Pelaihari iii. Jalan Lingkar Utara;

iv. Jalan Golf;

v. Jalan P. M. Noor (Banjarbaru – Sungai Ulin);

vi. Jalan Gubernur Soebardjo (Bundaran Liang Anggang-Lingkar Selatan Provinsi);

vii. Jalan Mistar Cokrokusumo (Banjarbaru-Cempaka); 3) jalan lingkar:

i. Jalan lingkar selatan: melalui jalan A. Yani Jurusan Pelaihari – Jalan Trikora – Jalan Mistar Cokrokusumo;

ii. Jalan lingkar utara melalui Jalan Lingkar Utara – Jalan Karang Anyar – Jalan Panglima Batur.

(28)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 15 4). jalan khusus yang berada di wilayah di kota meliputi:

i. jalan kolektor sekunder: Jalan Guntung Manggis, Jalan Palam, Jalan R. O Ulin, Jalan Kebun Karet, Jalan Panglima Batur, Jalan Karang Anyar, Jalan Rahayu, Jalan STM, Jalan Barjad;

ii. jalan lokal tersebar di Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Liang Anggang, Landasan Ulin dan Cempaka.

5) pembangunan jalan bebas tol dalam kota meliputi ruas jalan Banjarmasin - Liang Anggang – Landasan Ulin;

6) pengembangan jalan Lingkar Timur meliputi ruas jalan Mataraman - Sungai Ulin - Jalan Mistar Cokrokusumo (Banjarbaru - Banyu Irang) dan Liang Anggang.

2. Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan, terdiri atas: a). terminal penumpang:

1) Terminal Tipe C Liang Anggang di Kelurahan Landasan Ulin Barat Kecamatan Liang Anggang;

2) Terminal Tipe C di Simpang Empat Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru Utara; dan

3) Terminal tipe C di Pasar Bauntung Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru Selatan.

b). terminal barang terletak di Jalan A. Yani di Kelurahan Kemuning Kecamatan Banjarbaru Selatan;

c). jembatan timbang terletak di Jalan A. Yani Kecamatan Liang Anggang; d). unit pengujian kendaraan bermotor terletak di Jalan Trikora Kecamatan

Banjarbaru Selatan.

3. Jaringan jalan strategis provinsi, terdiri atas:

a). Simpang Tiga Gubernur Syarkawi – Lingkar Utara Banjarbaru; b). Jalan Angkasa – Akses Bandara;

c). Jalan Palam Banjarbaru; d). Jalan Taruna Banjarbaru;

e). Sungai Ulin – Mistar Cokrokusumo (Jalan Lingkar Timur Banjarbaru); f). Jalan Golf Banjarbaru;

(29)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 16 4. Jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan, terdiri atas jaringan trayek angkutan orang melalui pengembangan trayek angkutan umum penumpang yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan dan menghubungkan pusat kegiatan dengan sub pusat kegiatan,meliputi:

a).pengembangan koridor sistem koridor/utama :

i. Rute pada jalur Barat–Timur, jalan Nasional Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura;

ii. Rute jalan Lingkar Selatan, Terminal Liang Anggang – Jalan Lingkar Selatan /Trikora-Jalan Mistar Cokrokusumo, berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru; dan

iii. Rute Lingkar Utara, berawal dari Terminal Ulin Raya - Jalan Lingkar Utara - JalanKarang Anyar - jalan Panglima Batur - jalan Ahmad Yani- berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru.

b).pengembangan sistem sirkulator/pengumpan: i. Rute Palam – Loktabat Selatan – jalan A. Yani; ii. Rute Palam – Cempaka;

iii. Rute Guntung Manggis – jalan A. Yani – Guntung Payung; iv. Rute Landasan Ulin – Lingkar Selatan – jalan A. Yani;

v. Rute Martapura – Banjarbaru (via jalan Rahayu – jalan Panglima Batur); c). pengembangan armada angkutan umum:

i. Jalur rute Banjarmasin – Banjarbaru – Martapura, merupakan jalur rute utama sistem koridor melintasi jalan A. Yani;

ii. Jalur rute jalan Lingkar Selatan merupakan jalur rute sistem koridor, dari Terminal Liang Anggang melintasi Jalan Lingkar Selatan/Trikora - Jalan Mistar Cokrokusumo - berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru; iii. Jalur rute Lingkar Utara, yang merupakan jalur rute sistem koridor dari

Terminal Ulin Raya melintasi jalan Lingkar Utara - Jalan Karang Anyar - jalan Panglima Batur - jalan Ahmad Yani- berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru;

(30)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 17 d). pengembangan halte angkutan umum diarahkan pada lokasi berdekatan dengan simpang jalan akses ke komplek perumahan, simpang jalan utama (arteri) dan jalan kolektor dan di depan lokasi sekolah, perkantoran, pabrik, pasar, rumah sakit dan pusat-pusat aktivitas kegiatan masyarakat.

5. Jaringan transportasi perkotaan adalah pengembangan sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) untuk mendukung pengembangan sistem jaringan transportasi kawasan Metropolitan Banjarbakula yang terdiri atas rencana: a). trayek yang melalui Kota Banjarbaru:

i. Rute 4: dari terminal Km 17 – Bandara Syamsudin Noor;

ii. Rute 5: dari terminal Km 17 –Jalan Trikora – Jalan Mistar Cokrokusumo - Terminal Simpang empat;

iii. Rute 6: dari terminal KM 17 – Jalan A. Yani - Landasan Ulin - Terminal simpang empat.

b). rencana halte BRT:

i. Pada rute 4: terletak di Km 17, Liang Anggang, Karang Paci, Simpang Herkules dan Bandara;

ii. Pada rute 5: terletak di Km 17, Liang Anggang, Palam, Masjid Trikora, Jalan Mistar Cokrokusumo, Terminal Simpang empat;

iii. Pada rute 6: terletak di Km 17, Liang Anggang, Karang Paci, Simpang Herkules, Landasan Ulin, Brimob, RO Ulin, SPBU SMPN1, Taman Van Der Pijl, Museum Lambung Mangkurat dan Terminal simpang empat. (4) Sistem jaringan transportasi udara, terdiri atas:

a. tatanan kebandarudaraan;

Tatanan kebandarudaraan adalah bandar udara Syamsudin Noor yaitu bandar udara pengumpul skala sekunder yang terletak di Kecamatan Landasan Ulin; b. ruang udara untuk penerbangan, terdiri atas:

a). ruang udara di sekitar bandara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan yang berada di wilayah Kota Banjarbaru tepatnya di antara Kelurahan Guntung Payung dan Syamsudin Noor Kecamatan Landasan Ulin;

b). ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(31)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 18 c. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) yang meliputi kawasan pendekatan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, kawasan di bawah permukaan horizontal dalam, kawasan di bawah permukaan horizontal luar, kawasan di bawah permukaan kerucut, kawasan di bawah permukaan transisi, dan kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan berada di wilayah Kelurahan Guntung Payung, Kelurahan Loktabat Utara, Kelurahan Loktabat Selatan, Kelurahan Guntung Manggis, Kelurahan Landasan Ulin Timur, Kelurahan Syamsudin Noor, Kelurahan Landasan Ulin Tengah, dan Kelurahan Landasan Ulin Utara.

(5) Sistem jaringan energi, meliputi jaringan transmisi tenaga listrik yang terdiri atas: a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 (seratus lima puluh) kV yang

menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Cempaka dengan Kecamatan Liang Anggang dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 (tujuh puluh) kV yang menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Landasan Ulin;

b. Gardu induk terdapat di Kecamatan Cempaka;

c. Rencana pembangunan gardu induk di Kecamatan Landasan Ulin dalam rangka mendukung pengembangan bandara dan kawasan industri Liang Anggang.

(6) Sistem jaringan telekomunikasi kota, berupa jaringan teresterial dan jaringan satelit: a. sistem jaringan kabel;

Sistem jaringan kabel, berupa telepon fixed lineterdiri dari2 (dua) buah Sentra Telepon Otomat (STO), yaitu STO Jalan Pangeran Muhammad Noor Kecamatan Banjarbaru Utara dan STO Jalan Ahmad YaniKm 23 Kecamatan Landasan Ulin; b. sistem jaringan nirkabel;

Sistem jaringan nirkabel, berupa Base Transceiver Station (BTS);

c. rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi di kota terdiri atas: 1. modernisasi perangkat sentral;

2. penambahan perangkat DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer); 3. peningkatan mutu jaringan dengan kabel optik.

(32)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 19 (7) Sistem jaringan sumber daya air di Kota Banjarbaru, terdiri atas:

a. sungai-sungai di Kota Banjarbaru termasuk dalam Wilayah Sungai Barito Kapuas yang merupakan wilayah sungai lintas provinsi yang melalui Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah serta berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito, yang terbagi di tiap kecamatan meliputi:

1. Di Kecamatan BanjarbaruUtara meliputi Sungai Besar/Kemuning, Sungai Guntung Jingah, Sungai Komet/Durian dan Sungai Gotong Royong. Sungai Gunung Kupang I, Sungai Ulin, dan Sungai Karet;

2. Di Kecamatan Banjarbaru Selatan meliputi Sungai Kemuning, Sungai Ulin, Sungai Lurus, Sungai Guntung Paikat, Sungai Guntung Lua, Sungai Puyau, Sungai Loktabat/ Sungai Guntung Papuyu, Sungai Guntung Paring,Sungai Ambulung, dan Sungai Gunung Kupang I;

3. Di Kecamatan Cempaka meliputi Sungai Batu Licin, Sungai Pinang, Sungai Ujung Murung, Sungai Batu Kapas, SungaiParing, Sungai Sambangan, Sungai Ampayo, Sungai Tiung, Sungai Apukah, Sungai Basung, Sungai Mangguruh, Sungai Lukaas, Sungai Banyu Irang, Sungai Cambai, Sungai Mati, Sungai Dadap, Sungai Bangkal Kecil, Sungai Batu Kapur,Sungai Kuranji, dan Sungai Rancah;

4. Di Kecamatan Landasan Ulin meliputi Sungai Salak, Sungai Guntung Payung, Sungai Lukudat, Sungai Handil Kerokan/Daya Sakti, Sungai Rimba, Sungai Tagumpar, Sungai Sumba, Sungai Sidomulyo, dan Sungai Lu’uk;

5. Di Kecamatan Liang Anggang terdiri dari Sungai Handil Berkat Karya, Sungai Handil Papikul, Sungai Handil Hanyar, Sungai Jembatan I, Sungai Jembatan II, Sungai Pembuang Provinsi, SungaiKarya Bakti, dan Sungai Polantan.

b. cekungan Air Tanah (CAT) yang berada di Kota Banjarbaru adalah CAT lintas provinsi Palangkaraya - Banjarmasin yang melewati Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Ketapang), Provinsi Kalimantan Tengah (Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Sukamara, Katingan, Pulang Pisau, Kapuas, Barito Selatan, Gunung Mas, Barito Utara, Barito Timur dan Kota Palangkaraya) dan Provinsi Kalimantan Selatan (Kabupaten Tanah Laut, Banjar, Tapin, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Balangan, Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru);

(33)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 20 c. sistem jaringan irigasi yang berfungsi mendukung kegiatan pertanian meliputi:

1. Daerah irigasi kewenangan Provinsi Kalimantan Selatan:

a) bendung Karang Intan yang meliputi Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru;

b) saluran irigasi primer meliputi daerah irigasi Riam Kanan di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru;

c) saluran irigasi sekunder meliputi daerah irigasi Riam Kanan di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru.

2. Daerah irigasi kewenangan kota:

a) daerah irigasi Sungai Lurus di Kecamatan Banjarbaru Utara; b) daerah irigasi Peramuan dengan di Kecamatan Liang Anggang; c) daerah irigasi Landasan Ulin Barat di Kecamatan Liang Anggang; d) daerah irigasi Sido Rukun di Kecamatan Landasan Ulin;

e) daerah irigasi Tambak buluh di Kecamatan Landasan Ulin; f) daerah irigasi Syamsudin Noor di Kecamatan Landasan Ulin;

g) daerah irigasi Guntung Manggis/Guntung Harapan di Kecamatan Landasan Ulin;

h) daerah irigasi Guntung Payung di Kecamatan Landasan Ulin; i) daerah irigasi Bangkal di Kecamatan Cempaka;

j) daerah irigasi Berlina di Kecamatan Landasan Ulin; k) daerah irigasi Palam di Kecamatan Cempaka. d. sistem jaringan air baku untuk air bersih, meliputi:

1. Sumber air baku dari air permukaan yaitu saluran irigasi Riam Kanan di intake Hutan Pinus dan sumur dalam di Instalasi Pengolahan Air (IPA) I/STM dan Cabang Landasan Ulin;

2. Pengembangan sistem penyediaan air minum zona kota, zona M dan zona P yaitu intake Bendung Karang Intan, pembangunan pipa transmisi air baku (Bendung Karang Intan – IPA II), pemasangan pipa transmisi air bersih ke booster Syarkawi;

3. Pengembangan jaringan pipa distribusi air minum mengikuti perkembangan permukiman;

(34)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 21 4. Rencana sistem pengembangan air baku dilaksanakan secara bersama dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Banjar dan Pemerintah Kota Banjarbaru sesuai konsep metropolitan Banjarbakula.

e. reservoir untuk penampungan air bersih setelah pengolahan sebanyak 11

(sebelas) unit dengan total kapasitas 6.300 m3 (enam ribu tiga ratus) meter kubik

yang tersebar di 5 (lima) lokasi, yaitu :

1. Instalasi Pengolahan Air I STM sebanyak 2 (dua) unit di Kelurahan Mentaos

dengan total kapasitas 200 m3 (dua ratus meter kubik);

2. Instalasi Pengolahan Air II Pinus sebanyak 4 (empat) unit di Kelurahan Mentaos

dengan total kapasitas 2.300 m3 (dua ribu tiga ratus meter kubik);

3. Jalan Muslimin, Kelurahan Sungai Besar sebanyak 1 (satu) unit dengan

kapasitas 1000 m3 (seribu meter kubik);

4. Jalan Guntung Manggis, Kelurahan Guntung Manggis sebanyak 1 (satu) unit

dengan kapasitas 200 m3 (dua ratus meter kubik);

5. Jalan Peramuan, Kelurahan Landasan Ulin Timur sebanyak 3 (tiga) unit dengan

total kapasitas 2.600 m3 (dua ribu enam ratus meter kubik).

(8) Sistem penyediaan air minum atau disebut SPAM, meliputi:

a. penyediaan air minum diselenggarakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum yang dilaksanakan bersama dengan Pemerintah Kabupaten Banjar;

b. sistem penyediaan air minum mencakup sistem jaringan perpipaan yang terdiri atas:

1. Zona pelayanan tengah, dengan wilayah pelayanan Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Landasan Ulin. Pengolahan di IPA Syarkawi Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar, kapasitas 500 (lima ratus) liter per detik;

2. Zona perkotaan, dengan wilayah pelayanan Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, dan Kecamatan Liang Anggang. Pengolahan di IPA Pinus Kecamatan Banjarbaru Utara, kapasitas produksi 1.000 (seribu) liter per detik;

c. instalasi pengolahan air minum berada di Kelurahan Mentaos dengan kapasitas terpasang total 310 (tiga ratus sepuluh) liter per detik dengankapasitas produksi 222,37 (dua ratus dua puluh dua koma tiga puluh tujuh) liter per detik (produktivitas 71,73 % ( tujuh puluh satu koma tujuh puluh tiga) persen) yang meliputi sistem

(35)

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA II - 22 pengolahan lengkap kapasitas produksi 145 (seratus empat puluh lima) liter per detik dan sistem pengolahan tidak lengkap kapasitas produksi 77,37 (tujuh puluh tujuh koma tiga puluh tujuh) liter per detik.

(9) Sistem pengelolaan air limbah, meliputi: a. sistem on-site, meliputi :

1. individual

pada tingkat rumah tangga dilakukan dengan individual septictank, atau dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Mandi Cuci Kakus plus plus (MCK ++) bagi rumah tangga yang tidak memiliki jamban pribadi;

2. komunal pada kawasan yang memungkinkan dilakukan dengan sistem individual setempat (tangki septic komunal).

b. sistem off-site, meliputi penanganan limbah domestik dilakukan dengan menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), baik dalam skala kawasan atau terpusat jika memungkinkan.

Untuk menentukan sistem pengolahan air limbah sebagaimana tersebut diatas maka, zona perencanaan dibagi kedalam :

a. zona I yaitu area dengan resiko sanitasi relatif tinggi karena penduduknya yang relatif padat dan termasuk dalam kawasan komersial (CBD), yang harus diatasi dengan sistem terpusat (off-site) dalam jangka menengah. Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, maka sistem terpusat yang akan dikembangkan adalah dalam skala kawasan (kluster);

b. zona II yaitu area yang diperkirakan memiliki resiko sanitasi tinggi dalam jangka panjang karena pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi yang dicirikan oleh tingginya tingkat pertumbuhan pembangunan perumahan di wilayah tersebut. Sistem sanitasi yang dipilih untuk mengatasi kondisi ini adalah sistem terpusat dalam jangka panjang;

c. zona III meliputi wilayah-wilayah lainnya yang masih termasuk dalam kategori rural area, sistem pengolahan sanitasi yang dipilih adalah on-site sistem melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) serta penyediaan MCK ++.

Gambar

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun Kota Banjarbaru
Gambar 2.4 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Banjarbaru
Gambar 2.5 Peta Kawasan Strategis Kota Banjarbaru
Gambar 4.1 Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Air Limbah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memasangkan kata dengan gambar kegiatan yang sesuai, siswa dapat menjelaskan makna kata tentang berbagai jenis olahraga sebagai cara untuk memelihara kesehatan dengan

PEMBERDAYAAN TKI PURNA WNIO/TKIB DI WILAYAH JAWA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR DAN NANGROE ACEH DARUSSALAM. Nomor :

Untuk itu, sesuai Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 005/PUU-1/2003

OPERASIONALISASI SISTEM INFO KERJA (JOBS INFO) Nomor :

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

4.12 Menyajikan tanggapan tentang kualitas karya (ilm, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah, dll.) dalam bentuk teks ulasan secara lisan dan tulis dengan memperhatikan

Untuk K3 dapat digantikan dengan sertifikat lain yang minimal setara, untuk menjamin bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan K3 (Keselamatan dan. Kesehatan Kerja) di

Dalam rangka pelaksanaan Pasal 44 ayat (3) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan dalam upaya pemantapan pemerintahan yang bersih dan berkemampuan