• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Pengembangan Sanitasi a. Air Limbah Domestik

3. Rencana Kawasan Strategis

3.1 Visi dan Misi Sanitasi

3.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi a. Air Limbah Domestik

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin besar dari waktu ke waktu memberikan dampak terhadap peningkatan aktivitas manusia. Namun peningkatan aktivitas penduduk tersebut tidak diikuti dengan peningkatan sanitasi lingkungan yang baik. Jumlah penduduk tersebut pada akhirnya berakibat pada meningkatnya volume buangan atau limbah domestik, baik air limbah cucian dan kamar madi (grey water) maupun limbah WC (black water). Pertumbuhan penduduk yang semakin besar tersebut juga terjadi di Kota Banjarbaru. Kota Banjarbaru merupakan merupakan salah satu daerah yang secara fisik berkembang menjadi daerah urban. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktvitas yang kompleks dan berimbas pada peningkatan limbah domestik yang dihasilkan dan pemenuhan kebutuhan air tanah sebagai sumber kehidupan.

Perkembangan ini tentunya memerlukan antisipasi pengelolaan agar tidak mencemari dan menurunkan kualitas lingkungan, terutama air tanah dan air permukaan di Kota Banjarbaru. Untuk itu perlu disusun pentahapan pembangunan mulai dari jangka pendek, jangka menengah hingga pembangunan jangka panjang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi pada masing-masing kawasan. Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas tersebut adalah kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan (Center of Business Development/ komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.

Dalam rangka menentukan arah pengelolaan limbah domestik maka dilakukan analisis terhadap beberapa aspek pengelolaan air limbah sehingga dihasilkan suatu gambaran mengenai kebutuhan sistem pengelolaan air limbah yang akan menjadi bahan untuk perencanaan pengembangan sistem pengolahan air limbah tersebut. Dengan menggunakan trend pertumbuhan penduduk Kota Banjarbaru 2016 – 2021 yang menghasilkan rata-rata pertumbuhan 3,32% pertahun, beberapa wilayah yang saat ini masih termasuk dalam kategori peri urban area pada 15 tahun ke depan telah berkembang menjadi urban area. Wilayah-wilayah tersebut antara lain Kelurahan Kemuning, Kelurahan Sungai Besar, Loktabat Utara, Komet dan Kelurahan Sungai Ulin. Sementara Kelurahan Mentaos yang saat ini sudah termasuk dalam kategori peri urban, diestimasi akan berkembang menjadi urban low. Berdasarkan estimasi tersebut serta memperhatikan faktor-faktor lain seperti rencana tata guna lahan dan kondisi tanah, maka sistem pengelolaan air limbah di Kota Banjarbaru dibagi ke dalam 2 zonasi system, yaitu :

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 5 Zona I : Wilayah-wilayah yang diklasifikasikan dalam area peri-urban terdapat di tiga

kecamatan dimana risiko tinggi dan sangat tinggi yaitu Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan. Wilayah-wilayah yang memiliki kepadatan cukup tinggi adalah Kecamatan Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan. Kawasan yang memiliki angka BABAs cukup tinggi adalah Kecamatan Cempaka sehingga tipikal sistem yang akan dikembangkan adalah SPAL Setempat komunal terutama yang berada di wilayah bantaran sungai.

Zona II : Sistem sanitasi yang akan dikembangkan dalam zona ini adalah SPAL Terpusat dengan IPAL Kawasan maupun IPAL Komunal. Pada tahun ini sedang disusun DED IPAL Kawasan di Kelurahan Kemuning dan direncanakan akan dilaksanakan di beberapa kelurahan yang memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dalam jangka panjang.

Hingga saat ini beberapa hal yang sifatnya non fisik adalah pendekatan berbasis masyarakat tetap dilakukan secara terus menerus dengan prinsip non subsidi disamping upaya-upaya yang lain dilakukan yaitu kampanye, promosi maupun sosialisasi pentingnya pengelolaan air limbah domestik termasuk pengurasan tangki septik yang masih rendah.

Berdasarkan sistem pengelolaan air limbah domestik serta cakupan layanan penduduk maka dilakukan analisa lebih lanjut dalam rangka menyusun target cakupan layanan, baik jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Target cakupan layanan pengembangan pengelolaan air limbah dapat dilihat pada tabel 3.2.

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 6 Tabel 3.2

Tahapan Pengembangan Pengelolaan Air Limbah

No Sistem

Cakupan Layanan Eksisting (%)

Target Cakupan Layanan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang a b c d e f

A Buang Air Besar

Sembarangan (BABS)**

1.09 0.66 0.00 0.00

B Sistem Pengelolaan

Air Limbah (SPAL) Setempat (On site)

1 Cubluk/Tangki Septik Individual belum aman ***

7.27 6.68 5,80 0,55

2 Tangki septik individual 87.55 87.55 87,55 87,55

3 Tengki septik komunal (< 10 KK) 0.17 0.52 1,03 3,59 4 MCK 3.78 3.95 4,21 5,48 C Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Terpusat (Off Site)

1 Tangki septik komunal (> 10 KK) 0 0 0 0 2 IPAL Komunal 0,13 0.30 0,56 1,84 3 IPAL Kawasan 0 0,34 0,85 0,99 4 IPAL Kota 0 0 0 0 Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Analisa Pokja Kota Banjarbaru Tahun 2016

Keterangan :

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

Analisis yang dilakukan di atas juga dituangkan dalam bentuk peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah yang akan menjadi bahan perencanaan pengembangan sistem pengelolaan air limbah yang akan menjadi bahan untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut membagi daerah kajian ke dalam 2 (dua) zonasi sistem pengelolaan air limbah yaitu dengan SPAL Setempat-Komunal dan SPAL Terpusat-Kawasan. Untuk SPAL Setempat-Komunal diarahkan untuk beberapa daerah di wilayah Kelurahan Guntung Paikat, Kelurahan Loktabat Selatan dan Kelurahan Kemuning. Sedangkan untuk daerah lainnya diarahkan pengelolaan air limbahnya dengan menggunakan SPAL Terpusat-Kawasan. Gambar peta sistem pengelolaan air limbah di Kota Banjarbaru dapat dilihat pada gambar berikut ini.

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 7

Gambar 3.1

Peta dan Sistem Zonasi Air Limbah Kota Banjarbaru

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 8

b. Persampahan

Penentuan kebutuhan penanganan persampahan dikelompokkan menurut wilayah

pelayanan. Terdapat 4 (empat) sistem penanganan persampahan yang saat ini ada di Kota Banjarbaru yaitu :

1. penanganan yang terlayani oleh pengangkutan; 2. penanganan yang tereduksi dengan system 3R;

3. penanganan yang dikelola mandiri (dibakar, ditimbun/ditanam dengan atau tanpa galian tanah); serta

4. penanganan sampah yang tidak terproses.

Sedangkan pada prioritas penanganan persampahan terdapat 2 (dua) kriteria utama yang berhubungan dengan aktivitas penghuninya dan diperkirakan akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah. Dua kriteria yang dianggap berpengaruh dalam penanganan persampahan yaitu :

1) tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/ CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) 2) kepadatan penduduk

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka terdapat 2 (dua) tipikal sistem persampahan yang akan dikembangkan di Kota Banjarbaru, yaitu :

1) sistem > 100 ORANG/ha atau disebut urban priority 2) dan sistem CBD.

Dari hasil analisis yang didasarkan pada kedua kriteria tersebut maka didapatkan zona-zona kebutuhan pelayanan persampahan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 9

Tabel 3.3

Pembagian Zona Kebutuhan Pelayanan Area Persampahan

Zona 1 : Merupakan area dengan kepadatan penduduk > 100 orang/Ha (area rural dan

peri-urban), wilayah ini ada 8 (delapan) kelurahan dengan risiko rendah hingga risiko tinggi.

Kawasan yang termasuk dalam zona ini adalah kawasan yang termasuk dalam risiko tinggi dan sangat tinggi yaitu 5 kelurahan dimana 4 kelurahan berada di Kecamatan Cempaka dan 1 kelurahan di Kecamatan Liang Anggang, dalam peta diberi warna hijau.

Zona 2 : Merupakan area komersial (eksisting kawasan CBD dan menjadi prioritas) yang harus dilayani secara penuh (full coverage + street sweep) dengan sistem layanan langsung dari sumber ke TPS 3R dan atau TPA.

Terdapat 3 kelurahan pada zona ini yaitu kelurahan Guntung Manggis, Kelurahan Loktabat Utara dan Kelurahan Sungai Ulin, dalam peta diberi warna merah.

Zona 3 : Merupakan area dengan kepadatan penduduk > 100 orang/Ha (area rural dan

peri-urban), dimana zona ini meliputi 3 kelurahan yang keseluruhan ada di Kecamatan Liang

Anggang dengan tingkat risiko sedang dan rendah.

Wilayah ini dilayani dengan sistem layanan langsung dari sumber ke TPS 3R dan atau TPA, dalam peta diberi warna kuning.

Zona 4 : Merupakan area komersial (eksisting maupun direncanakan menjadi kawasan CBD) yang harus dilayani secara penuh (full coverage + street sweep) dengan sistem layanan langsung dari sumber ke TPS 3R dan atau TPA. Terdapat 9 (sembilan) kelurahan di 3 (tiga) kecamatan yang termasuk dalam zona ini, dalam peta diberi warna biru.

Gambaran mengenai 4 (empat) zona pelayanan kebutuhan area persampahan juga digambarkan dalam gambar peta, yang meliputi zona CBD prioritas, zona CBD non prioritas, zona urban prioritas, dan dan zona urban non prioritas.

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 10

Gambar 3.2

Peta dan Zonasi Sistem Persampahan Kota Banjarbaru

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 11

Berdasarkan kondisi sistem kebutuhan penanganan persampahan di Kota Banjarbaru, cakupan layanan eksisting serta target cakupan.

Tabel 3.4

Tahapan pengembangan persampahan Kota Banjarbaru

No Sistem Cakupan Layanan Eksisting (%) Cakupan Layanan (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang a b c d e f 1 Prosentase sampah terangkut ke TPA 80,59 81,48 82,83 85,50 2 Prosentase sampah tereduksi melalui 3 R 3,11 3,71 4,60 10,58 3 Prosentase sampah dikelola mandiri oleh masyarakat di sumber

14,87 13,67 11,88 2,92

4 Prosentase sampah tidak terolah

1,44 1,14 0,69 0,00

Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Analisa Pokja Banjarbaru Tahun 2016 Ket :

Dikelola mandiri oleh masyarakat adalah yang belum terlayani oleh lembaga sehingga pengelolaan sampah dilakukan sendiri oleh masyarakat (dikubur, dibakar dll)**

Tidak terolah oleh masyarakat adalah sampah tanpa penanganan (dibiarkan membusuk, dibuang ke sungai, lahan kosong)

c. Drainase

Untuk sektor drainase, penentuan daerah prioritas disusun berdasarkan 4 (empat) kriteria yaitu :

1) kepadatan penduduk,

2) tata guna lahan (berupa kawasan Central Business Distric atau CBD atau kawasan komersil atau permukiman),

3) daerah genangan air baik oleh ROB maupun karena air hujan, 4) serta tingkat resiko kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka didapat ilustrasi zonasi yang akan menjadi acuan untuk penanganan sektor drainase ke depan, yaitu :

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 12

Zona 1 : merupakan area dengan kepadatan penduduk kurang dari 25 orang/Ha (rural), sehingga tingkat resiko yang dihadapi relatif kecil.

Pengelolaan drainase pada zona ini dapat dilakukan dalam jangka panjang, mencakup 13 kelurahan yang tersebar di 4 (empat) kecamatan di Kota Banjarbaru. Dalam peta diberi warna kuning muda.

Zona 2 : merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan padat, peruntukan komersil (CBD) serta resiko kesahatan lingkungan. Kawasan-kawasan yang termasuk dalam zona ini harus ditangani dalam jangka pendek. Zona ini mencakup 7 kelurahan di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan yaitu Kelurahan Mentaos, Komet, Loktabat Utara, Sungai Ulin, Kelurahan Kemuning, Guntung Paikat dan Sungai Besar.

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 13

Gambar 3.3

Peta Zonasi Drainase Kota Banjarbaru

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA III - 14

Dokumen terkait