• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.5. Kemiskinan

2.2.5.1 Konsep Kemiskinan

Kemiskinan merupakan kondisi absolute atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai dan norma tertentu yang berlaku didalam masyarakat karena sebab-sebab natural, cultural dan struktur Nugroho dalam Kusnadi (2004:165)

Kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dan disebabkan rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar produktifitas orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan (musbiyanto dalam Mashoed, 2004:39)

Sulistiyani dalam Kusnadi (2004:17) mengatakan kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada suatu kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesbilitas para faktor produksi, peluang atau kesempatan usaha, pendidikan,fasilitas hidup lainya, sehingga dalam aktivitas maupun usaha menjadi sangat terbatas.

Sedangkan Rahutani (2005:41) memandang kemiskinan sebagai kondisi seseorang tidak memiliki pendapatan yang cukup, sehingga tingkat tabunganya rendah. Berimplikasi pada tidak tersedianya modal untul meningkatkan produksi. Produksi tidak meningkat, maka pendapatan pun

tidak meningkat, dan membawa kearah kemiskinan itu kembali. Kemiskinan menyebabkan tidak dipunyainya akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, rumah yang layak, fasilitas kredit, serta tidak memiliki jaringan sosial, sehingga penduduk miskin tidak dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan bagi kehidupan mereka.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kemiskinan adalah suatu serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan karena rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas dan rendahnya pendapatan sehingga dalam setiap aktivitas maupun usaha menjadi serba terbatas serta ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.

2.2.5.2 Bentuk-bentuk Kemiskinan

Jamasy dalam Kusnadi (2004:30) mengemukakan beberapa bentuk kemiskinan, masing-masing bentuk mempunyai arti tersendiri, keempat bentuk tersebut adalah:

1) Kemiskinan Absolut

Yaitu apabila tingkat pendapatanya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain : Kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

2) Kemiskinan Relatif

Yaitu kondisi dimana pendapatanya berada pada posisi diatas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya.

3) Kemiskinan Struktural

Yaitu suatu kondisi atau situasi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

4) Kemiskinan Kultural

Yaitu mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya.

2.2.5.3 Penyebab Kemiskinan

Kartasasmita (1996:240) mengemukakan empat penyebab kemiskinan di Indonesia yang satu sama lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi, adapun empat penyebab tersebut adalah:

1) Rendahnya taraf pendidikan

Tarif pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang akan dimasuki.

2) Rendahya derajat kesehatan

Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.

3) Terbatasnya lapangan kerja

Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diberatkan oleh terbatasnya lapangan pekerjaan.

4) Kondisi keterisolasian

Banyaknya penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolir.

Sutrisno (2001:56) penyebabkan pelestarian kemiskinan yang lain adalah adanya pola hidup ”gali lubang tutup lubang”. Jika semula penduduk desa memiliki mekanisme pertahanan terhadap kredit ”takut mempunyai utang” saat ini mekanisme pertahanan seperti itu telah banyak mengalami erosi karena semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi walaupun dengan berhutang, karena pendapataan mereka masih rendah.

Sharp dalam Kusnadi (2004:157) penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:

1) Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, sehingga mendapatkan upah yang rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan.

3) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

2.2.5.4 Kategori Orang Miskin

Remi (2002:2) mengatakan bahwa untuk keberhasilan pengentasan kemiskinan, harus dimulai dengan mengidentifikasi siapa yang tergolong miskin dan dimana mereka berada. Untuk mengidentifikasi siapa yang tergolong orang miskin dapat dilihat dari :

1) Karakteristik penduduk antara lain adalah sumber-sumber pendapatan, pola-pola konstansi dan pengeluaran, tingkat ketergantungan.

2) Karakteristik demografi sosial diantaranya adalah tingkat pendidikan, cara memperoleh fasilitas kesehatan, jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Sedangkan untuk menemukan dimana orang yang tergolong miskin adalah dengan menguji karakteristik geografi, yaitu dimana orang miskin tersebut terkonsentrasi, apakah diwilayah perdesaan atau perkotaan.

Gambaran pola tentang konsumsi makanan dan bukan menekan dari kelompok komunitas (miskin dan bukan miskin, menunjukan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari rumah tangga miskin sampai sebesar 70,6% dibandingkan dengan posisi bukan rumah tangga miskin hanya 19,31%) Remi (2002:17).

Situasi orang miskin menurut Chambers dalam Sutrisno (2001:18) mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:

1) Rumah mereka reot dan dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, peralatan angat minim, tidak memiliki MCK sendiri, ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi ”gali lubang tutup lubang”.

2) Pendapatan mereka tidak menentu dan dalam jumlah yang sangat tidak memadai, dengan pendapatan yang kecil dan tidak menentu maka keluarga miskin menghabiskan apa yang mereka peroleh saat itu juga.

3) Keterasingan yang bisa disebabkan karena tempat tinggalnya yang secara geografis terasing atau tadak memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi yang ada.

4) Kerentanan, biasanya keluarga miskin tidak memiliki cadangan baik berupa uang atau makanan untuk menghadapi keadaan darurat. Apabila terjadi keadaan darurat seperti paceklik maka mereka akan menjual barang apa saja yang mereka miliki atau berhutang.

2.2.5.5 Perangkap Kemiskinan

Menurut Mashoed (2004:86) banyak penduduk miskin terperangkap kedalam perangkap lingkaran kemiskinan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Property

Keadaan miskin sehinggga tidak mampu untuk membeli makanan yang cukup lemak/tidak sehat, tidak bisa bekerja produktif, pendapatan sedikit, pendidikan rendah, peluang kerja sedikit, dan sebagainya.

2) Colation

Hidup terisolasi atau tertinggal, jauh dari pusat pemberian pelayanan, tidak mendapat pendidikan yang cukup, tidak memperoleh pinjaman uang atau pijaman modal dan sebagainya.

3) Poweleesness

Penduduk miskin tidak berdaya karena dieksploitasi oleh orang kaya mereka tidak punya daya untuk memperoleh akses sumber-sumber dari negara/ pemerintah, tidak berdaya secara hukum atau perlakuan hukum yang tidak adil, status sosialnya yang rendah, suara orang miskin tidak didengar, tidk punya akses politik dan sebagainya.

4) Vulnerability

Kerentanan hidup sangat miskin menyebabkan mereka sangat mudah terkena guncangan ekonomi sekecil apapun, untuk bisa bertahan hidup sering kali mereka terpaksa harus menjual atau mengandalkan aset produktifnya untuk bisa makan atau memperoleh pengobatan sekedarnya.

5) Physicalweaknes

Penduduk yang fisiknya lemah tidak mungkin dapat bekerja secara produktif, sering sakit dan tidak cukup makan.

2.2.5.6 Masalah Kemiskinan

Apabila dilihat dari posisi kemiskinan masyarakat maka terdapat beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian (Mashoed, 2004:44) diantaranya adalah:

1) Masalah kerentanan

Bahwa penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat disamping diarahkan untuk menangani masalah kesejahteraan dengan memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat.

2) Masalah Ketidakberdayaan

Karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan, untuk ikut menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

3) Masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap peluang kerja

Karena hubungan produksi didalam masyarakat tidak member peluang kepad mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja.

4) Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses pada pasar lantaran aksesbilitasyang rendah dan arena kondisi alam yang miskin .

5) Masalah kemiskinan juga terindentifikasi

Karena penghasilan masyarakat sebagain besar dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang tewrbatas, sehingga produktifitas mereka rendah.

6) Masalah kemiskinan juga ditandaidengan tingginya angka kelahiran karena besarnya anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk membayar pendidikan dan kesehatan. Akibatnya sumber daya manusianya menjadi rendah.

2.2.5.7 Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Kartasasmita (1996:241) mengatakan untuk menanggulangi kemiskinan sekaligus memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya, diperlukan upaya untuk memadukan berbagai kebilaksanaan dan program pembangunan yang tersebar diberbagai sector dan wilayah. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan tertuang dalam tiga arah kebijaksanaan yaitu:

1) Kebijaksanaan Tidak Langsung

Yang diarahkan penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penaggulangan kemiskinan.

2) Kebijaksanaan Langsung

Yang ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah. 3) Kebijaksanaan khusus

Untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan sekaligus memacu dan memperluas upaya untuk menaggulangi kemiskinan.

Dokumen terkait