• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab XV : PINTU ILMU

SEBUAH KENANGAN

Mal am semakin kel am dan gel ap bert ambah pekat … Seorang pemimpin besar, Imam Ali bin Abi Thal ib r. a. , t ak l ama l agi, akan meninggal kan l awan-l awannya, membiarkan mereka

berkel iaran merusak kehidupan di muka bumi.

Di bel ahan bumi sana ia hidup menyendiri dirundung kepedihan; hidup disayat -sayat kesunyian kej am yang bel um pernah dial aminya sel ama ini. Hidup t erpisah menj auhkan diri dari bencana

kesesat an yang sedang mel anda kaumnya. Terpisah bersama hat i parah dicekam duka l ara. Seorang diri t erj auhkan dari zamannya, seakan-akan t erhempas kel uar dari permukaan bumi. Namun bumi ini sel esai sudah mencat at semua ucapan dan t ut ur kat anya. . . ya, bahkan bumi it u sendiri menj adi saksi abadi at as semua amal perbuat annya yang serba l uar biasa.

Di permukaan bumi ini ia hidup t iada t ara… memberi t anpa memint a… dimusuhi namun t ak pernah menyiksa… sanggup mel awan t et api l ebih suka menyebar maaf sebanyak-banyaknya. Tak pernah menusuk hat i pembencinya dan t i dak pul a mengecewakan para pencint anya. Penol ong bagi si l emah, t eman bagi yang hidup t erasing, dan bapak bagi si yat im. Dekat dari manusia t ert ekan yang mengharap ul uran t angan unt uk menghapus kemungkaran dan

penderit aan. Kaya ilmu dan berl impah-l impah kearif annya. Hat inya t enggel am dal am banj ir air mat a derit a insan, di gunung-gunung dan di t iap dat aran. Mengayun pedang memat ahkan kedzal iman dan kegel apan, namun cint a kasihnya t et ap t ert umpah kepada orang t eraniaya. Di kal a sinar ment ari memancar t erang ia sibuk menegakkan kebenaran dan keadil an… dan di masa mal am mul ai kel am airmat anya berl inang menangisi derit a ummat di hari-hari mendat ang…

Di bumi ia hidup t iada t ara… Tiap mendengar rint ihan si madzl um, suaranya menggel edek menggoncang paut an si dzal im. Tiap mendengar j erit orang memint a pert ol ongan t anpa ayal l agi ia menghunus pedang berkil au memudarkan mat a berniat j ahat . Tiap mendengar t eriakan f akir kelaparan l ubuk hat inya digenang airmat a kasih, menggel egak l aksana air bah menerj ang t anah gersang. . .

Sel agi masih hidup di bumi ini, ia l ain dari yang lain. Logika dan penal arannya t epat dan benar. Cara hidupnya amat sederhana. Berbusana kain kasar… dan senant iasa bersikap rendah hat i. Di saat banyak manusia t ergel incir menukik ke bawah, ia j ust ru rnenj ul ang t inggi meraih awan… Sungguh aneh ia hidup di bumi ini. Di saat orang l ain bergel imang kenikmat an, ia bahkan t erbenam dalam penderit aan… t et api, t ahukah saudara… Siapakah orang yang gagah berani, genial , aneh, berpandangan j auh, dan sel al u dibebani penderit aan ol eh orang-orang yang j ust ru diinginkan olehnya supaya mereka it u menikmat i kehidupan dunia dan kebahagiaan akhirat ? Siapakah pria j ant an it u… Ya, siapakah orang genial dan aneh it u? Bukankah ia seorang yang dibenci l awan hanya karena mereka dengki dan irihat i? Bukankah ia seorang yang dij auhi ol eh para sahabat hanya karena mereka t akut menghadapi ancaman l awannya? Dan, akhirnya ia seorang diri berj uang menent ang kemungkaran dan kebat il an, menghadapi manusia-manusia dzal im dengan sikap t egak berdiri di at as j al an kebenaran. Ia t idak mabok di saat menang dan t idak pat ah di saat kal ah, sebab ia yakin kebenaran akhirnya past i akan menemukan t empat nya yang hil ang, wal au banyak orang t akut dan l ari memej amkan mat a. Siapa l agi orang sedemikian genial nya it u kal au bukan Imam Ali bin Abi Thal ib? Seorang Khal if ah yang berasal dari Ahl u Bait Rasul Al l ah s. a. w. , seorang Amirul Mukminin, yang t ak pernah hidup t anpa derit a, dan yang akhirnya menj adi korban pengkhianat an Abdurrahman bin Mul j am.

* * * *

Mal am it u mal am penuh t anda-t anya. Awan t ebal menyel imut i udara di l angit t inggi, berarak pel ahan-l ahan, kadang dikoyak sambaran pet ir mengkil at , t eriri ng hembusan angin l embut . Di sana-sini t ampak burung-burung gagak t ua hinggap di sarangnya masing-masing, dengan kepal a t erangguk-angguk berat menunduk, seol ah-ol ah t ak berdaya l agi mengicaukan suara gaduh menyongsong dat angnya hari esok, seakan-akan t ak sanggup l agi menegakkan kepal a menghadapi int aian El ang Raksasa!

Imam Al i t erj aga sepanj ang malam t ak dapat mengenyam nikmat nya t idur. Ia membayangkan hari-hari mendat ang yang penuh manusia t ersiksa kedzal iman dan hidup t ert ekan t eraniaya. Tet api di samping mereka ada manusia-manusia lain yang serakah, menanj ak dan meninggi, kuat dan congkak, menghardik dan menel an orang-orang yang l emah. Ia membayangkan lawan-

l awannya sedang saling-bant u berbuat kemungkaran, orang-orang durhaka yang sedang bahu- membahu bergandeng t angan mengej ar maksiat . Bersamaan dengan it u ia pun membayangkan para pendukung dan pengikut nya sedang berl omba-lomba mundur meninggal kan kebenaran yang kemarin dibel a dan dipert ahankan ol eh mereka sendiri!

Imam Al i t erj aga sepanj ang malam, t ak dapat mengenyam nikmat nya t idur. Terbayang keadil an sedang diinj ak-inj ak dan kebaj ikan sedang dil umur noda. Segala yang suci sudah digadai oleh manusia-manusia yang hidup t anpa arah dan hampa. Kemul iaan hidup kini hanya t ergant ung dan dit ent ukan ol eh kemauan manusia-manusia yang sedang berbuat kerusakan di bumi, dan… kemunaf ikan meraj al el a di mana-mana!

Imam Al i t erj aga sepanj ang malam, t ak dapat mengenyam nikmat nya t idur. Terkenang hidupnya selama ini. Sej ak l ahir di permukaan bumi dirinya t el ah menj adi kekuat an pembela kebenaran dan keadil an, menj adi saudara bagi semua orang yang hidup sengsara, t eraniaya dan t erl unt a-l unt a. Ia seol ah-ol ah bagaikan gel edek menyambar kepala orang-orang durhaka. Tidak hanya l idahnya yang berbicara t ent ang mereka, t et api pedangnya, si Dzul Fiqar, pun ikut menggemerincingkan suara.

Di mal am it u t erbayang pada al am khayal nya l embaran-l erabaran sej arah hidupnya sendiri di masa sil am dan masa kini. Ia t eringat pada kehidupan di masa muda, menghunus pedang di depan hidung kaumnya, kaum musyrikin Qureiys! Ia heran bercampur bangga, mengapa sampai sanggup berbuat sepert i it u, menarikan pedang di depan muka mereka unt uk membel a risal ah agama. Ia bangga t urut menyebar berit a gembira kepada mereka yang hidup mendambakan kebenaran, dan pedih mengingat kan mereka yang berkecimpung di l umpur kebat il an. Ia t eringat , di kal a it u orang-orang Qureiys mengkeret mundur sambil mel ont arkan ej ekan sia-sia. Dan ia t et ap maj u menempuh j al an hidupnya sendiri, rel a mengorbankan nyawa dan segal a yang berharga dal am menghadapi t ant angan mereka, demi pengabdian kepada Al l ah dan agama-Nya yang benar.

Terbayang olehnya kenangan l ama, ket ika bersel unj ur di pembaringan put era pamannya, Muhammad Rasul Al l ah s. a. w. , pada mal am hij rah. Kal a it u ia t erbaring di bawah bayangan pul uhan pedang yang haus darah. Bet apa resah dan gel isah hat inya, bukan karena t akut binasa, mel ainkan khawat ir kal au-kal au Abu Suf yan dengan bant uan kaum musyrikin Qureiys dan t engkul ak-t engkul ak nyawa l ainnya, akan berhasil mengganggu Rasul Al l ah s. a. w. di t engah j al an. Ternyat a di bawah l indungan Il ahi bel iau l olos dengan selamat , dan cahaya agama yang dibawanya berhasil menembus kegel apan j ahil iyah!

Ia masih t erus mengenangkan kehidupannya di masa l al u. Teringat ol ehnya ket ika mengarungi peperangan-peperangan adil sebagai pahl awan. Dengan semangat kecint aan kepada Al l ah dan Rasul -Nya ia berhasil merunt uhkan bent eng-bent eng musuh dan menumpas kaum durhaka. Teringat pul a ket ika ia sedang dikerumuni ol eh kaum f akir miskin dan orang-orang l emah l ainnya. Ia mel ihat mereka bersembah suj ud ke hadhirat Al lah memanj at kan syukur, t iap kal i mereka menyaksikan t angannya mengayuri pedang di at as kepal a musuh-musuh mereka. Dengan mat a kepal a sendiri mereka mel ihat orang-orang Qureiys durhaka l ari t unggang- l anggang menyel amat kan nyawa l aksana bel al ang t erbang berserakan t ert iup angin kencang. Ia t eringat kepada put era pamannya, Muhammad Rasul Al l ah s. a. w. sedang menat ap mukanya dengan sinar mat a penuh kasih sayang, kemudian memel uk sambil berucap: "Inil ah saudaraku! " Ia j uga t eringat ket ika bel iau dat ang berkunj ung ke rumahnya di saat ia sedang t idur. Wakt u ist erinya --Fat imah Azzahra bint i Muhammad Rasul Al l ah s. a. w. -- hendak membangunkan, t iba- t iba bel iau berkat a: "Biarkan dia! Mungkin sepeninggal ku ia akan 'bergadang' l ama sekali! " Mendengar ucapan ayahandanya sepert i it u Sit t i Fat imah menangis t erisak-isak! Lebih dari it u semua, ia pun t eringat ket ika Rasul Al lah s. a. w. berkat a kepadanya: "Al l ah t el ah menghiasi hidupmu dengan perhiasan yang pal ing disukai ol eh-Nya. Yait u bahwa engkau t el ah dikaruniai rasa cint a kasih kepada kaum yang l emah dan merasa senang mempunyai pengikut -pengikut

sepert i mereka. Sedang mereka j uga merasa senang mempunyai pemimpin sepert i engkau! " Kemudian t erbayang ol ehnya perist iwa waf at nya Rasul Al l ah s. a. w. di hadapannya, yait u saat bel iau mengarahkan pandangan mat a t erakhir kepadanya. Kini bayangan waj ah ist erinya yang t el ah l ama mendahul ui --Si t i Fat imah r. a. -- t erpampang di pel upuk mat a, yang pada saat it u t ampak sangat sedih. Dikarenakan kehancuran hat i dan perasaannya, bel um sampai serat us hari ist eri t ercint a it u menyusul ayahandanya dal am usia bel um mencapai 30 t ahun. Kini Imam Al i sedang t eringat sewakt u mengant ar kemangkat an ist erinya menghadap Al l ah Rabbul 'alamin, yait u saat ia berdiri di at as makamnya sambil menangis t ersedu-sedu, kemudian pul ang ke rumah di pet ang hari dengan hat i yang hancur l ul uh. Kesedihan abadi di mal am pudar!

Terl int as pul a dal am ingat annya, ket ika Umar Ibnul Khat t ab r. a. menol ehkan muka kepadanya seraya berkat a: "Demi Al lah, bil a engkau yang memimpin mereka --ummat musl imin-- engkau past i akan membawa mereka ke j al an yang benar dan ke cahaya yang t erang benderang! " Di t el inga Imam Al i sekarang sedang mengiang-ngiang suara para sahabat nya, yait u ket ika mereka berkat a: "Pada masa hidupnya Rasul Al lah s. a. w. kami mengenal orang-orang munaf ik dari sikap mereka yang membenci anda! "

Ya…, bahkan Rasul Al l ah s. a. w. sendiri berkal i-kali memperdengarkan ucapan: "Hai Al i, t idak ada yang membencimu sel ain orang munaf ik! "

Saat it u Imam Al i t eringat kepada kawan-kawan seperj uangan, ket ika berj uang bersama-sama dan bahu-membahu sert a sal ing bant u di bawah pimpinan Rasul Al l ah s. a. w. Sekarang di ant ara mereka ada yang masih t erus berj uang dan ada pul a yang sudah berkompl ot melawan dia, hanya karena didorong ol eh ambisi hendak merebut kekuasaan dan kepemimpinan. Tet api mereka yang masih t et ap menj unj ung t inggi kebenaran dan keadil an, dan mereka yang masih t et ap set ia membel a kebaj ikan… al angkah bahagianya dan berkahnya mereka it u. Wal aupun mereka hidup t erasing di dunia, dicampakkan ol eh musuh-musuh kebenaran dan keadil an dan dirint angi ol eh kedzal iman bersel imut ribuan cara.

Imam Al i sekarang sedang membayang-bayangkan waj ah Abu Dzar, yang ket ika it u mengenakan serban kumal mencari-cari Rasul Al l ah s. a. w. unt uk dapat mengabdikan diri kepada kebenaran Al l ah s. w. t . Set el ah it u Abu Dzar mencurahkan sel uruh isi hat i, f ikiran dan perasaan sert a segenap j iwa raga kepada perj uangan membel a kebenaran mel awan kebat il an. Tet api perj uangannya yang gigih membel a kaum madzl um, yang hidup sengsara, t ernyat a berakhir dengan t ragedi menyedihkan yang dibuka sumbat nya ol eh Marwan bin Al -Hakam pada zaman kekhal if ahan Ut sman bin Af f an r. a. Ia kemudian diusir, dibuang dan dipencil kan sampai dat ang aj al menj emput nyawa, dan sesudah semua put eranya mat i l ebih dul u di depan mat anya. Ist eri Abu Dzar, seorang wanit a baik hat i, sewakt u menghadapi kemangkat an suaminya, ingin mat i l ebih dul u agar t idak sampai "mengal ami kemat ian dua kal i! " Yait u mat i dal am hidup dan mat i sesudah hidup. Abu Dzar mat i kelaparan dal am cengkeraman buas beberapa orang Bani Umayyah yang sedang berdiri di at as hamparan emas.

Bet apa sedihnya Imam Al i t eringat kepada Ammar bin Yasir; seorang sahabat set ia yang pada hari-hari bel um l ama bersel ang mat i t erbunuh. Ammar benar-benar sepert i saudara kandung Imam Al i sendiri. Seorang yang hidup amat sederhana, penuh t aqwa, j uj ur dan berani. Ia mat i t erbunuh melawan gerombol an pemberont ak Muawiyah di Shif f in.

Ya, dimanakah sekarang sahabat -sahabat Imam Al i? Teman-t eman dan para sahabat yang dulu menempuh j al an yang sama dan berdiri t egak bersama-sama memadu t ekad unt uk membela kebenaran? Teman dan sahabat yang dul u t ak pernah meninggal kan dia, t ak pernah

mempergunj ingkan dia, dan t ak pernah berl aku buruk t erhadap dirinya? Dimanakah mereka it u semua? Mereka sekarang sudah banyak sekal i yang bert ol ak bel akang. Namun Imam Ali masih t et ap t erus berkecimpung dal am perj uangan sengit mel awan kedzal iman dan pel aku-pel akunya. Imam Al i sekarang mel aksanakan t ugas perj uangan seorang diri, set el ah dahul u dikerumuni ol eh

banyak sahabat dan pendukung set ia. Perj uangan membel a kebenaran dan keadil an mel awan suat u kaum yang mempunyai anak-anak l iar dan pemuda-pemuda dekaden, sedangkan para orang t ua mereka t idak mendorong supaya mereka berbuat baik dan meninggalkan

kemungkaran. Suat u kaum yang hanya disegani ol eh orang-orang yang t akut berbicara, t idak dihormat i selain ol eh orang-orang yang mengharapkan pemberiannya.

Al angkah kej amnya kehidupan ini, sehingga Imam Ali sampai det ik-det ik akhir hayat nya hanya mengenal perj uangan dan penderit aan! Al angkah t eganya kehidupan ini, sampai membiarkan orang-orang yang baik hidup t ersingkir sat u demi sat u, dan sampai bumi ini penuh dengan kedzal iman dan kebat hil an!

Aduhai, al angkah parahnya hari esok yang di bayangkan ol eh Imam Al i dengan f ikiran dan perasaannya pada mal am it u. Set el ah mal am it u l ewat , apakah gerangan yang akan dial ami ol eh pemimpin besar kaum musl imin it u? Seorang pemimpin yang dirugikan ol eh kej uj urannya, t et api ia t idak sudi berdust a wal au akan memperol eh keberunt ungan. Set el ah mal am it u l ewat , apal agi yang akan dial ami ol eh seorang pernimpin yang menj adi bapak orang banyak it u? Seorang pemimpin yang l ebih suka menderit a di dal am kebenaran daripada hidup senang di dal am kebat il an. Ya, set el ah malam it u l ewat , apal agi yang akan dial ami ol eh seorang

pemimpin yang berf ikir dan berperasaan adil t erhadap sesama manusia; dan seorang pemimpin yang bekerj a mengabdi kebenaran t ak pedul i apakah gunung-gunung akan runt uh at aukah bumi akan l ongsor.

Al angkah gelapnya hari esok di mana si pandir akan merangkak berl agak pandai dalam suasana penuh kedzal iman, agar orang-orang yang berkuasa mau menarik-narik ekornya dengan bangga. Sedangkan kaum cerdik pandai yang t ak mau mengikut i j ej ak orang-orang it u akan digil as sampai pipih, kering dan remuk, kehabisan naf as dan t inggal saj a merasakan siksa dunia. Pendukung kedzal iman yang memerangi Imam Al i dengan ot ak, hat i, l idah dan pedang, akan dapat menj adi manusia yang hidup senang. Suasana sungguh sudah t erj ungkir bal ik, siang disul ap menj adi mal am, dan ki ri disul ap menj adi kanan. Adapun pendukung keadil an yang membel a Imam Al i dengan ot ak, hat i, l idah dan pedang, past i akan menj adi orang-orang sengsara, t eraniaya dan dikepung penderit aan dari segenap j urusan!

Terbayang semuanya it u Imam Ali mel inangkan airmat a sambil mengusap-usap j anggut . Keheningan mal am yang sunyi senyap seol ah-olah ikut menangis t eriring suara hembusan angin sepoi-sepoi. Mat a Imam Ali sampai membengkak karena t erl ampau banyak memeras airmat a. Ia kemudian mengarahkan pandangan ke bint ang-bi nt ang dan awan di cakrawal a. Remang-remang cahaya malam t anpa pandang bul u merat ai kemegahan rumah-rumah kaum yang dzal im dan gubuk-gubuk reyot kaum yang madzl um. Tanpa pilih kasih kegel apan malam it u menggenangi orang-orang berhat i dengki dan orang-orang berbaik hat i yang sedang dirundung derit a. Semua mendapat perl akuan sama.

Set el ah it u Imam Ali t eringat kepada sikapnya sendiri t erhadap kekayaan duniawi, kemudian berucap: "Hai dunia…, hai dunia, rayul ah or ang sel ain aku! " Ya, benar-benar ia t el ah

menj ungkir-bal ikan dunianya di depan waj ah dunia!

Mal am semakin kel am dan gel ap bert ambah pekat … Ia merasa hidup di dunia seol ah-olah sudah sampai di suat u t empat dimana ia harus berada seorang diri. Bet apa sedihnya hidup di

permukaan bumi ini dal am sebuah rumah seorang diri, rumah yang sunyi senyap l agi t erpencil . Mat anya dipej amkan sej enak, seol ah-olah sedang menangkap desiran malam yang mengerikan. Ia t erkant uk mimpi mel ihat Rasul Al l ah s. a. w. Dal am mimpi ia bert anya kepada put era

pamannya it u: "Ya Rasul All ah, apakah yang harus kuperbuat t erhadap ummat mu yang serong dan saling bermusuhan?" Bel iau menj awab: "Mohonl ah pembalasan buruk bagi mereka hepada Al l ah! " Imam Al i kemudian berdoa: "Ya Al l ah, gant il ah mereka it u dengan orang-orang yang baik bagiku, dan gant il ah aku dengan orang yang l ebih buruk bagi mereka! "

Dal am mimpinya it u ia pun mel ihat kaum f akir miskin dan kaum lemah l ainnya bersama-sama orang-orang yang kuat sedang berada di dal am sebuah baht era ol eng t erpukul badai di t engah l aut an. Semua orang yang ada dalam baht era it u cemas ket akut an menghadapi marabahaya di kegel apan mal am. Mereka dihempaskan ke sana dan ke mari ol eh angin ribut .

It ul ah akhir mimpi dan kenangan hidupnya menj el ang subuh dini hari yang mengant ar Abdur Rahman bin Mul j am dat ang menyel inap ke dal am masj id dengan senj at a t aj am di t angan. Dua hari kemudian ia waf at , dan Ibnu Mul j am bukannya berhasil membayar maskawin yang dimint a ol eh perempuan j al ang bernama Qit ham bint i Al Akhdar, mel ainkan ia harus membayar

pet ual angannya dengan nyawa sendiri!

PENUTUP

Imam Al i bin Abi Thal ib r. a. t el ah meninggal dunia. Di masa hidupnya, ia t el ah menempat i kedudukan t inggi dan t erhormat dal am kehidupan ummat manusia. Pada dirinya t erhimpun