• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala/Hambatan

Dalam dokumen LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN (Halaman 48-52)

Gambar 5. Peta Geografis Kabupaten Penajam Pasir Utara

3.10. Kendala/Hambatan

Jumlah Total 40.502.200 - - -

Serapan anggaran sampai Triwulan pertama sebesar Rp. 40.502.908 (Empat puluh juta lima ratus dua ribu Sembilan ratus delapan rupiah) atau 7% dari Total Pagu Rp. 545.179.000 (Lima ratus empat puluh lima juta seratus tujuh puluh lima ribu rupiah). Dan pada bulan Mei 2020 anggaran untuk penelitian sudah di Revisi. Adapun outputn kegiatan yang sudah terlaksana adalah :

- Pembahasan awal protokol untuk etik Penelitian

- Perijinan ke Kesbangpol Propinsi Kalimantan Timur, Kesbangpol Kabupaten PPU dan Dinas kesehatan Kabupaten PPU

- Indepth interview pada Tahap awal

3.10. Kendala/Hambatan

Kendala dalam penelitian ini adalah karena adanaya pandemic covid 19. Mengatasi/menangani keadaan pandemi tersebut Pemerintah memerlukan banyak dana. Sebagian dana penelitian-penelitian tahun 2020 dialihkan untuk Pandemi Covid-19, termasuk dana penelitian ini. Berkurangnya dana penelitian ini berdampak pada penelitian ini yang juga harus melakukan efisiensi budget. Akibat efisiensi budget, kegiatan penelitian tidak bisa maksimal seperti yang direncanakan. ada beberapa tujuan penelitian yang tidak bisa dicapai yaitu :

1. Mendapatkan data fauna Anopheles spp di Kabupaten Penajam Paser Utara 2. Mendapatkan data Inkriminasi vektor malaria di di Kabupaten Penajam Paser

Utara

3. Mengidentifikasi karakteristik habitat perkembangbiakan vektor malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara

4. Mengidentifikasi perilaku vektor malaria berupa aktivitas menggigit dan perilaku istirahat Anopheles spp di Kabupaten Penajam Paser Utara

5. menghitung nilai indikator entomologi kuantitatif (Index entomologi): Kepadatan vektor ( MHD dan MBR) kapasitas vektor (CV), rerata laju inokulasi entomologi (EIR) dan stabilitas indek (SI) vektor malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara

6. Mengidentifikasi upaya pengendalian vektor yang sudah dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara di wilayah rencana ibukota negara.

49

V. PEMBAHASAN

Menurut WHO, Integrated vector management merupakan pengambilan keputusan yang rasional untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dalam pengendalian vektor. Pengendalian vektor terpadu ditujukan pada beberapa penyakit bersamaan, karena beberapa vektor dapat menularkan beberapa dan beberapa tindakan intervensi efektif terhadap beberapa vektor. Pengendalian vektor terpadu bukan program yang baru, namun merupakan suatu strategi manajemen terhadap sistem yang sudah ada, melakukan re-organisasi agar menjadi lebih efektif, ramah lingkungan dan berkesinambungan. Pengendalian vektor terpadu juga ditujukan kepada pengurangan insektisida yang berdampak pada resistensi vektor.15,16 Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan informan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur terhadap program pengendalian vektor terpadu tergolong baik, karena semua informan baik dari segi pengambil keputusan maupun pelaksana program dapat menyebutkan dengan baik yang dimaksud dengan pengendalian vektor terpadu. Informasi yang mereka peroleh tentang pengendalian vektor terpadu tidak pernah khusus tentang sosialisasi vektor terpadu, namun diikutkan dengan informasi eliminasi malaria.

Terdapat lima elemen penting dalam strategi pengendalian vektor terpadu yaitu 1) advokasi, mobilisasi sosial dan legislasi; 2) kolaborasi dengan sektor kesehatan dan sektor lainnya; 3) pendekatan yang terintegrasi, 4) pengambilan keputusan berbasis bukti dan 5) pengembangan organisasi.15,16 Tujuan terselenggaranya pengendalian vektor secara terpadu untuk mengurangi habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan vektor, menghambat proses penularan penyakit, mengurangi kontak manusia dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dikendalikan secara lebih rasional, efektif dan efisien.17 Penerapan integrated vector management dalam menekan kasus malaria memperlihatkan hasil seperti yang diharapkan, seperti yang dilakukan di Kenya pengendalian vektor menggunakan dua metode yaitu larvasida mikroba dan kelambu berinsektisida (ITN) berhasil menurunkan dua kali lipat kasus malaria dibandingkan hanya menggunakan kelambu saja.16,18

Program terkait pengendalian vektor terpadu yang pernah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kalimantan Timur yaitu peningkatan kapasitas petugas, pembagian kelambu berinsektisida, sosialisasi, larvasidasi, IRS, menimbun dan meniadakan lubang-lubang yang terdapat genangan air. Setiyaningsing dalam penelitian yang dilakukan di Purworejo terkait program pengendalian vektor menyebutkan adanya tempat perkembangbiakan

Anopheles spp. pada kobakan dan kolam tidak terpakai. Ppengendalian vektor yang

50

Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) dan puskesmas setempat terbukti efektif membunuh nyamuk vektor setelah pemakaian selama tiga bulan.19 Pengendalian vektor terpadu yang dilakukan di daerah endemis malaria Pulau Sebatik, dengan mendistribusikan kelambu berinsektisida long lasting insecticide net (LLIN) (deltametrin 55mg/m2 ) dan aplikasi bio-larvasida piriproksifen 0,5% (konsentrasi 1g/m2 ) di habitat jentik nyamuk, cukup efektif sebesar 100% setelah 6 bulan aplikasi dapat menurunkan indikator entomologi kuantitatif sebagai variabel epidemiologi malaria.17

Adanya dukungan dari global fund, pihak swasta, komitmen pemerintah daerah serta adanya grup komunikasi menjadikan faktor pendukung pelaksanaan eliminasi malaria di Provinsi Kalimantan Timur, walaupun belum ada anggaran khusus untuk pengendalian vektor terpadu.

Kendala yang dirasakan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dalam pengendalian vektor terpadu yaitu tidak ada SDM terlatih, anggaran yang masih belum khusus untuk pengendalian vektor, komitmen pemerintah daerah yang masih kurang, sistem pelaporan dari lintas program yang tidak terlaksana dengan baik, kerjasama masyarakat yang kurang.

Program yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2020 tidak ada khusus untuk pengendalian vektor terpadu. Program yang dilaksanakan pada tahun 2020 yaitu terkait dengan eliminasi malaria diantaranya MBS, pertemuan tapja tatalaksana, PE, IRS, pelatihan kader malaria, FGD, supervisi, monitoring dan evaluasi (monev), workshop. Inovasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur yaitu melakukan kegiatan Posmalhut (pos malaria hutan) dan melakukan FGD. Posmalhut dibuat ditempat yang merupakan gerbang keluar masuk para penambang. Kegiatan posmalhut dilakukan setiap hari oleh petugas yang ditunjuk dinas kesehatan. Cara tersebut telah memberikan hasil, bahwa penambang yang keluar masuk hutan dapat terpantau, meskipun keberhasilannya masih kurang. FGD dilakukan untuk memberikan sosialisasi kegiatan yang gerbang dengan peserta dari beberapa lintas sektor, salah satunya yaitu pemerintah daerah dan tokoh masyarakat serta pihak-pihak lainnya yang terlibat.

Dinkes Provinsi Kalimantan Timur tidak memiliki program pengendalian penyakit yang khusus dalam kaitannya dengan adanya sebagian wilayahnya yang akan dijadikan calon ibu kota negara. Upaya yang saat ini ada adalah menjalankan program yang sudah direncanakan saja. Program-program untuk pencapaian eliminasi malaria yaitu penemuan kasus, screening orang keluar masuk hutan, sosialisasi dengan FGD kepada pemerintah kabupaten dan desa dengan API > 1, pelatihan kader, penyiapan logistik seperti obat dan

51

kelambu. Distribusi logistik tidak dapat dilakukan dengan mengirimkan dari Provinsi ke Kabupaten, namun pihak Dinkes Kabupaten yang diharuskan mengambil ke Dinkes Provinsi. Hal tersebut terjadi karena anggaran pengiriman logistik tidak ada dalam anggaran Dinkes Provinsi.

52

Dalam dokumen LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN (Halaman 48-52)

Dokumen terkait