• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil penelitian Kendala - Kendala yang di hadapi dalam membina Narapidana Narkotika Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sinjai dapat dilihat dari antara lain:

1. Faktor usia dan pendidikan

Faktor usia itu juga kendala membuna narapidana, bilamana usia warga binaan yabg sudah tua sangat tidak mudah dalam memberikan pembunaan pada warga binaan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mappiar, S.sos., bahwa

“Dalam pembinaan itu di mana mana sudah pasti mampu mencerna, ada yang sedang, ada yang lembar untuk menerima terutama dalam pembinaan

kepribadian, seperti sudah tua ada juga yang lambat karena beda usia tua dan muda” (wawancara 12 juli 2020)

Hal itu juga di uangkapakan oleh bapak ince Muh Rizal, SH.,M.Si., menyatakan bahwa:

“Kendala itu yang sudah berumur lanjut usia, ada beberapa itu, terus dia punya penyakit permanen, itu yang menjadi kendala karena tidak bisa kita paksakan , itu juga yang dari kampung yang memang tidak pernah sekolah (buta aksara), tidak bisa juga berbahasa Indonesia, jadi pakai bahasa daerah saja. “(wawancara 12 juli 2020)

Jadi kesimpulannya adalah baik itu petugas maupun pihak terkait yang melakukan pembinaan agar supaya bisa mencari cara sedemikian rupa agar proses pembianan yang akan dilakukan bisa dimengerti oleh tahanan/narapidana. Dengan begitu pembinaan bisa berjalan sebagaimana diaharapkan.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang menunjang berhasilnya pembinaan yang dilakukan. Seperti fasilitas olahraga dan jaminan kesehatan semua itu bertujuan untuk mendukung jalannyapembinaan. Oleh karena itu ketersediaan sarana merupakan salah satu ukuran berhasilnya sistem pemasyarakatan. Sarana dan prasarana juga di Rutan kelas II B Sinjai masih mendapatkan bantuan dari instansi dan bantuan dari petugas Rutan kelas II B Sinjai, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mappiar S.Sos bahwa :

“Masih mendapatkan bantuan-bantuan dari instansi-instansi, yayasan dan bantuan –bantuan pribadi dari petugas Rutan kelas II B Sinjai” (wawancara 12 juli 2020)

Pola pembianaan yang ada di Rutan kelas II B Sinjai selalu terbentur oleh fasilitas yang tidak tersedia jadi dalam membina secara sederhana dengan apa yang disediakan atau yang sudah ada, dan itulah yang dikenmbangkan kepada narapidana-narapidana narkotika.

Berdasarkan hasil wawancara Bapak H.Wajidi Hasbi , SH., MM Selaku Kepala Sub Seksi Kesatuan Pengaman bahwa:

“fasilitas yang masih kurang contohnya diruang pendidikan, kami butuh banyak referensi-referensi untuk melakukan pembinaan, tapi masih kurang dari buku-buku referensi itu. Dalam hal olahraga kurangnya peralatan seperti bola, “Wawancara, 18 Juli 2018.

Hasil wawancara yang diberikan oleh dua informan tersebut memberikan keterangan bahwa narapidana/tahanan masih membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup dalam Rutan kelas II B Sinjai. Suapaya dalam pelaksanaan pembinaan dapat berjalan dengan efektif, dengan berbagai saran dan prasaran yang memadai.

3. Kurannya tenaga pengajar pembinaan,

Hal ini berkaitan dengan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Ada Dilembaga Pemasyarakatan kelas II B Sinjai, seperti hasil wawancara Bapak Mappiar S.Sos, bahwa:

“Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas untuk bidang itu , kadang dari warga binaan yang mampu karena mungkin dia latarbelakangnya dari pesantren bisa kita fungsikan, bisa mengajari teman-temannya” (wawancara 12 juli 2020)

Dari hasil wawancara tersebut , bahwa kurangnya sumber daya manusia, semua warga binaan yang mampu mengajari teman-temannya dapat diberikan kebijaksanaan untuk membina dan mengajari teman-temannya.

A. Kesimpulan

Pelaksanaan Collaborative governace dalam pembinaan narapidana narkotika di lembaga pemsyarakatan kelas II B sinjai yaitu terdapat tiga aktor yang berpengaruh dalam proses governance. tiga aktor tersebut yakni pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah disini yang ikut serta dalam pembinaan narapidana narkotika di lembaga pemasyarakatan kelas II B sinjai yaitu, Badan Narkotika Nasional (BNN) yang di pimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui koordinasi kepala kepolisian negara republik indonesia dan bentuk kollaborasinya yaitu dengan mengelola tempat rehabilitasi khusus untuk membina narapidana narkotika, Pihak – pihak swasta yang ikut serta yaitu antara lain balai latihan kerja (BLK) dll.Bentuk kolaborasinya yaitu memberikan bimbingan dan binaan dalam penegetahuan agama, moral, pendidikan, dan latihan kerja yang sesuai skill masing – masing, Masyarakat yang di maksud disini yaitu program integrasi yang di lakuakan di luar lapas oleh balai pemasyarakatan (BAPAS) dan narapidana menjadi klien yang di bimbing oleh pembimbing klien pemasyarakatan. Bentuk kolaborasinya yaitu bimbingan peningkatan ketakwaan agama masing – masing, intelektual, sikap dan perilaku serta kesehatan mental dan fisik.

Kendala – kendala yang di hadapi yaitu dari faktor usia dan pendidikan faktor usia itu juga kendala narapidana, bila mana usia warga binaan yang sudah tua sangat tidak mudah dalam memberikan pembinaan pada warga binaan kemudian Sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang menunjang berhasilnya pembinaan yang dilakukan. Seperti fasilitas olahraga dan jaminan kesehatan semua itu bertujuan untuk mendukung jalannya pembinaan. Oleh karena itu ketersediaan sarana merupakan salah satu ukuran berhasilnya sistem pemasyarakatan. Sarana dan prasarana juga di Rutan kelas II B Sinjai masih mendapatkan bantuan dari instansi dan bantuan dari petugas Rutan kelas II B Sinjai, kurangnya tenaga pengajar pembinaan hal ini berkaitan dengan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Ada Dilembaga Pemasyarakatan kelas II B Sinjai.

B. Saran

1. Memperbanyak kerja sama antar instansi pemerintah/pihak pihak di luar lembaga pemasyarakatan dalam rangka untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana narkotika.

2. Masyarakat di harap menghilangkan pandangan buruk terhadap narapidana yang telah di bebaskan dari lembaga pemasyarakatan serta mampu menerima dan memperlakukan mantan narapidana dengan baik didalam lingkungan agar merasa di terima oleh masyarakat dan mantan narapidana tersebut, tidak akan mengulangi atau melanggar hukum kembali.

Dokumen terkait