• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil angket siswa diperoleh data bahwa menurut siswa kondisi ruang laboratorium dalam kategori baik, yang artinya bahwa ruang laboratorium IPS-Geografi di masing-masing SMA cukup untuk menampung siswa dalam satu rombongan belajar, kondisi laboratorium kondusif dan nyaman untuk kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menunjukan bahwa menurut siswa kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi tidak menjadi kendala bagi pelaksanaan pembelajaran dan praktikum Geografi.

Kendala terkait ketersediaan waktu untuk pembelajaran menurut siswa termasuk dalam kategori rendah, sehingga bagi siswa waktu yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dan praktikum Geografi sudah cukup. Tingkat keterampilan guru dalam membimbing pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi berada pada kategori baik, sehingga keterampilan guru tidak menjadi kendala bagi proses pembelajaran dan praktikum Geografi di laboratorium IPS-Geografi.

Pada kenyataannya kendala yang dihadapi guru mata pelajaran Geografi dalam menggunakan laboratoriumm IPS-Geografi untuk pembelajaran cukup beraneka ragam, meliputi kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi yang kurang memadai dan kurang representatif untuk pembelajaran, waktu pembelajaran yang tersita karena jarak antara ruang kelas dengan laboratorium IPS-Geografi yang cukup

jauh, atau siswa yang sulit diatur saat diminta untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi.

a. SMA N 1 Kasihan

Menurut guru Geografi SMA N 1 Kasihan (08/05/2014), kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi tidak banyak. Ruang laboratorium telah tersedia, dengan kondisi ruang yang cukup luas dan memenuhi syarat untuk melaksanakan pembelajaran dan praktikum Geografi. Ketersediaan sarana dan prasarana masih terbatas, tetapi cukup memenuhi syarat untuk pembelajaran geografi, ada cukup banyak sampel batuan, peta-peta, beberapa maket lempeng tektonik, namun belum tersedia LCD untuk menjelaskan slide-slide saat pembelajaran. Kendala waktu dialami karena jarak antara ruang kelas dan ruang laboratorium IPS-Geografi yang cukup jauh, selain itu waktu yang dibutuhkan untuk mengkondisikan siswa di ruang laboratorium IPS-Geografi cukup memakan waktu pembelajaran. Kendala keterampilan tidak dialami karena tidak mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi dengan media yang telah ada, selain itu guru juga terbantu karena kegiatan-kegiatan pelatihan yang diikuti dapat menunjang keterampilan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Menurut kepala SMA N 1 Kasihan, guru Geografi tentu saja mengalami kendala dalam memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi karena alat-alat yang digunakan untuk praktikum dan pembelajaran

harus dikembangkan sendiri. Guru mata pelajaran Geografi dituntut untuk kreatif. Guru harus mampu melihat pokok bahasan dan materi yang membutuhkan laboratorium, bahan dan peralatan laboratorium juga harus disesuikan dengan kebutuhan materi. Hal tersebut berbeda dengan laboratorium IPA yang sarana dan prasarananya telah ditentukan.

Menurut wakil kepala SMA N 1 Kasihan, kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi adalah ketersediaan peralatan laboratorium. Hal tersebut juga dikarenakan karena masalah dana untuk pembelian peralatan laboratorium yang terbatas. Kendala tersebut cukup teratasi dengan pengadaan peralatan laboratorium yang dilakukan secara bertahap dan studi banding yang dilakukan guru mata pelajaran ke beberapa tempat, seperti Sangiran dan Karangsambung.

Kendala utama yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium di SMA N 1 Kasihan adalah ketersediaan peralatan dan media pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan masih baru, selain itu dana yang terbatas mengharuskan pengadaan peralatan dan media pembelajaran dilakukan secara bertahap. Peranan guru dalam memberikan usulan kepada sekolah mengenai kebutuhan laboratorium IPS-Geografi sangat penting. Hal ini seperti yang dilakukan oleh guru Geografi SMA N 1 Kasihan, DM yang mengusulkan kepada pihak sekolah

untuk melakukan pengadaan sarana dan prasarana. Pengajuan usulan tersebut dilakukan setiap tahun, seperti pada tahun ajaran 2013/2014 beliau mengajukan hygrometer, rol meter, serta etalase untuk menyimpan alat-alat yang ada di laboratorium IPS-Geografi. Beliau juga mengakui bahwa dalam pengadaan sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi dilakukan secara bertahap karena dana yang terbatas. Pada pembelajaran yang membutuhkan bantuan LCD kegiatan pembelajaran dilakukan di ruang kelas, tetapi tetap menggunakan media dan alat-alat yang dibutuhkan.

b. SMA N 1 Jetis

Hal yang berbeda terjadi di SMA N 1 Jetis, seperti dikemukakan oleh guru Geografi SMA N 1 Jetis, AS (12/05/2014) bahwa kendala ruang dialami dalam pemanfaatan Laboratorium Geografi. Pada awalnya SMA N 1 Jetis memiliki laboratorium IPS-Geografi yang bagus dan nyaman untuk pembelajaran, namun sekarang ruang laboratorium tersebut telah dipindahkan karena ruang laboratorium IPS-Geografi yang sudah ada akan dialihfungsikan menjadi ruang kelas. Kondisi ruang laboratorium yang ada sekarang kurang tertata dan kurang representatif untuk pembelajaran. Peralatan dan media pembelajaran yang ada masih terbatas, karena sulitnya pengadaan media-media tertentu, terutama pengadaan maket. Kendala waktu tidak dialami karena jam pelajaran Geografi

yang tersedia sudah cukup banyak, yaitu empat jam pelajaran untuk kelas X.

Kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis diatasi dengan cara menggunakan ruang laboratorium IPS-Geografi yang telah ada seadanya. Apabila tidak memungkinkan pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas karena kondisi ruang kelas memang lebih nyaman untuk pembelajaran. Hal yang terpenting adalah materi yang dajarkan dapat tersampaikan kepada siswa.

c. SMA N 1 Sedayu

Bagi SMA N 1 Sedayu ketersediaan ruang laboratorium IPS-Geografi tidak menjadi kendala dalam penggunaannya. Guru Geografi SMA N 1 Sedayu (06/05/2014) menyampaikan bahwa laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu ada dua, dengan kondisi yang luas dan cukup nyaman untuk pembelajaran. Namun laboratorium tersebut jarang digunakan untuk pembelajaran geografi karena letaknya di lantai dua sehingga jauh dari ruang guru dan ruang kelas. Waktu pembelajaran menjadi tersita untuk perjalanan menuju laboratorium IPS-Geografi dan mengkondisikan siswa di ruang laboratorium IPS-Geografi.

Hal serupa diungkapkan oleh kepala SMA N 1 Sedayu, ruang laboratorium IPS-Geografi sudah tersedia, peralatannya sudah disediakan. Apabila ada peralatan yang belum tersedia, guru

diharapkan memberikan usulannya kepada sekolah, namun dalam pengadaan peralatan harus dilakukan secara bertahap karena dana yang terbatas.

Guru SMA N 1 Sedayu menuturkan bahwa kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu diatasi dengan cara lebih sering melaksanakan kegiatan pembelajaran di ruang kelas dan membawa media pembelajaran yang dibutuhkan, seperti sampel batuan ke dalam kelas, sehingga siswa tetap dapat melakukan pengamatan.

Guru memiliki peranan yang besar dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi, juga dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran. Kendala yang ditemui masing-masing guru dalam menggunakan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran cukup banyak dan beraneka ragam, namun guru harus mampu menghadapi dan mengatasi kendala yang hadapi dalam penggunaan laboratorium.

Guru mata pelajaran dituntut kreatif dalam menentukan materi pembelajaran apa saja yang membutuhkan laboratorium IPS-Geografi, serta menentukan peralatan dan media apa saja yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran. Hal tersebut diperlukan karena belum ada standar dan syarat yang jelas mengenai perabot, peralatan dan media pendidikan, serta perlengkapan penunjang lainnya yang harus ada di laboratorium IPS-Geografi.

Guru mata pelajaran Geografi harus terus aktif memberikan usulan dan saran untuk pengembangan laboratorium IPS-Geografi kepada pembuat kebijakan di sekolah, seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Guru dapat mengajukan usulan mengenai peralatan dan media yang dibutuhkan untuk pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi. Dengan demikian maka pengadaan sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi yang dilakukan oleh pembuat kebijakan di sekolah dapat tepat sasaran. Komunikasi yang baik antara semua pihak sekolah dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan laboratorium IPS-Geografi.

Guru mata pelajaran Geografi juga harus terus mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang keterampilannya untuk melaksanakan pembelajaran, termasuk pembelajaran laboratorium. Dengan begitu maka kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat terus meningkat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kemampuan guru untuk mengatur waktu juga diperlukan agar waktu yang seharusnya digunakan untuk melaksanakan pembelajaran tidak banyak tersita. Guru juga harus terampil mengkondisikan siswa untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi.

Guru Geografi juga harus dapat memanfaatkan peralatan dan media pembelajaran yang telah ada dengan kreatif, sehingga proses pembelajaran yang menarik dapat dicapai dan dialami oleh siswa dengan menggunakan peralatan dan media yang telah ada. Dengan begitu siswa

bisa merasakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan di laboratorium IPS-Geografi.

Kebijakan Sekolah juga memiliki peranan yang cukup besar dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi. Dukungan pihak sekolah dapat membantu peningkatan kapasitas laboratorium IPS-Geografi, seperti penyediaan ruang laboratorium, penyediaan sarana dan prasarana penunjang laboratorium, hingga kebijakan yang mengatur agar guru memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi untuk menunjang pembelajaran geografi.

Pada prinsipnya sekolah mendukung pengembangan laboratorium IPS, apalagi diharapkan nantinya akan mendapat legitimasi terutama dari pemerintah, karena selama ini belum ada kerangka yang bisa diacu untuk pengembangan dan pemanfaatan laboratorium IPS. Maka dari itu kami mengawali, apabila keberadaan laboratorium IPS bermanfaat bagi pembelajaran, dalam hal ini bisa meningkatkan hasil belajar, saya kira suatu saat nanti keberadaan laboratorium IPS dapat diakui tidak hanya untuk syarat sertifikasi bagi guru saja. Keberadaan laboratorium IPS harus terus dibenahi, yang penting ruang laboratoriumnya sudah ada, fasilitasnya terus dibenahi sehingga pembelajaran semakin menarik (SU, Senin: 19/05/2014).

Peran sekolah sangatlah besar dalam membantu guru untuk melaksanakan studi lapangan, studi banding, pelatihan-pelatihan. Setiap tahun sekolah mengadakan studi lapangan, khususnya untuk siswa IPS, seperti pada mata pelajaran Geografi, Ekonomi, Sosiologi. Hal tersebut dilaksanakan rangka pengembangan laboratorium IPS-Geografi. Siswa diajak mengunjungi suatu tempat untuk belajar, lalu apa saja yang ada di tempat tersebut dapat dapat dibeli atau dibawa untuk melengkapi koleksi laboratorium IPS-Geografi (SM, Senin: 19/05/2014).

Pemanfaatan laboratorium harus disesuaikan dengan kebutuhan guru mata pelajaran. Sekolah telah menyediakan ruang laboratorium, sekolah juga telah memberikan dorongan kepada masing-masing guru mata pelajaran IPS, juga sudah dijadwalkan untuk penggunaan laboratorium IPS agar penggunaannya tidak tubrukan antar mata pelajaran IPS (JK, Selasa: 13/05/2014).

Kebijakan sekolah kami buat berdasarkan kebutuhan dan masukan dari masing-masing guru. Lalu dengan dana yang ada masukan itu baru bisa diimplementasikan. Hal tersebut tergantung dengan guru masing-masing mata pelajaran. Kalau guru pasif ya jangan-jangan kita mau mengadakan alat malah salah, nanti malah tidak terpakai (BP, Selasa: 13/05/2014).

Keberadaan laboratorium untuk rumpun mata pelajaran IPS, seperti Ekonomi, Akutansi, Sosiologi, Sejarah, dan khususnya Geografi masih tersisih jika dibandingkan dengan laboratorium untuk rumpun mata pelajaran IPA, seperti Kimia, Fisika, dan Biologi. Hal serupa diungkapkan oleh kepala SMA N 1 Kasihan, SU (Senin: 19/05/2014) bahwa keberadaan laboratorium IPS masih tersisih jika dibandingkan dengan laboratorium IPA. Keberadaan laboratorium IPS di SMA N 1 Kasihan merupakan hasil dari pemikiran bahwa apabila siswa IPA memakai laboratorium mengapa siswa IPS tidak menggunakan laboratorium untuk pembelajaran? Selain itu, apabila guru mata pelajaran rumpun IPA yang menjadi kepala laboratorium dapat mendapatkan jam tambahan untuk sertifikasi kenapa guru IPS tidak mendapatkan hak tersebut. Pemanfaatan laboratorium IPS tentu saja mengalami kendala terutama mengenai alat-alat peraga yang seharusnya ada di laboratorium IPS, dalam hal ini guru dituntut harus kreatif karena belum ada aturan dari pemerintah mengenai alat apa saja yang harus ada di laboratorium IPS.

Di sisi lain terdapat pihak-pihak yang meragukan keberadaan laboratorium IPS-Geografi. Hal tersebut dapat menyebabkan pengembangan laboratorium IPS-Geografi di Sekolah Menengah Atas menjadi terhambat. Selain itu juga dapat perpengaruh negatif terhadap kondisi laboratorium IPS-Geogafi yang telah ada. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala SMA N 1 Jetis dalam wawancara sebagai berikut.

Kalau laboratorium IPS saya belum yakin. Kalau menurut saya laboratorium yang benar-benar harus ada adalah laboratorium IPA. Menurut saya keberadaan laboratorium IPS hanya karena ada program sertifikasi bagi guru. Selain itu saya juga kurang paham apakah kurikulum yang baru, kurikulum 2013, mata pelajaran Geografi membutuhkan laboratorium untuk pembelajaran. Saya rasa kebutuhan laboratorium untuk siswa SMA hanya untuk sekedar membuktikan teori yang dipelajari (HP, Senin: 05/05/2014).

Selain itu kepala SMA N 1 Jetis juga mengungkapkan bahwa keberadaan laboratorium IPS di SMA N Jetis awalnya bukan karena kebutuhan pembelajaran, namun lebih kepada kebutuhan untuk mendapatkan jam untuk sertifikasi. Stigma tersebut mengakibatkan peranan laboratorium IPS-Geografi untuk penunjang pembelajaran masih terasa kurang maksimal.

5. Hubungan antara Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi dengan Hasil Belajar Geografi

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,455 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi terhadap hasil belajar siswa SMA

di Kabupaten Bantul, dan tingkat hubungan yang diperoleh adalah sedang.

Pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan hasil belajar geografi siswa SMA, sehingga intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi perlu terus ditingkatkan. Hasil belajar geografi juga dapat semakin ditingkatkan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi, seperti luas ruang laboratorium, pencahayaan ruang laboratorium, kebersihan ruang laboratorium, jumlah perabot seperti meja dan kursi yang disesuaikan dengan kebutuhan jumlah siswa dalam satu rombongan belajar, lemari untuk menyimpan alat dan bahan yang digunakan untuk pembelajaran, LCD untuk menampilkan slide-slide, gambar, maupun video. Melengkapi peralatan dan media pendidikan yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran serta menambah jumlahnya agar dapat memenuhi kebutuhan materi dan dapat memenuhi kebutuhan jumlah siswa.

Ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi yang baik diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas proses pembelajaran geografi. Apabila kualitas sarana dan prasarana pembelajaran laboratorium IPS-Geografi terus ditingkatkan diharapkan suasana pembelajaran semakin nyaman dan kondusif yang nantinya juga akan meningkatkan kualitas pembelajaran geografi. Kondisi tersebut

nantinya akan turut mempengaruhi hasil belajar geografi siswa SMA di Kabupaten Bantul.

Guru juga harus mampu memfasilitasi siswa untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi karena guru memiliki peranan yang besar dalam memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi. Keberadaan laboratorium IPS-Geografi beserta seluruh sarana prasarana penunjangnya tidak akan bermanfaat apabila guru tidak memfasilitasi siswa untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geogarfi.

Melalui laboratorium IPS-Geografi guru harus mampu menyediakan pengalaman belajar bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran tersebut dapat memberikan pengembangan terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Pengalaman belajar tersebut dapat diperoleh dengan melaksanakan proses belajar pendekatan sains seperti yang telah diamanatkan dalam kurikulum 2013, yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksperimen, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Menurut kepala SMA N 1 Kasihan (Senin: 19/05/2014), laboratorium IPS-Geografi diharapkan dapat benar-benar bermanfaat bagi pembelajaran dan bisa meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Apabila hal tersebut dapat dicapai, suatu saat nanti keberadaan laboratorium IPS-Geografi dapat diakui dan bukan hanya sekedar untuk memenuhi syarat sertifikasi saja. Dengan demikian fasilitas Laboratorium

IPS-Geografi harus terus dibenahi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan semakin menarik.

Keberadaan laboratorium IPS-Geografi sebagai penunjang pembelajaran geografi bagi siswa SMA diharapkan akan memberikan peningkatan terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dengan demikian maka keberadaan laboratorium IPS-geografi akan semakin diakui dan mendapat legitimasi seperti halnya laboratorium untuk rumpun mata pelajaran IPA. Lebih lanjut diharapkan laboratorium IPS dapat menjadi syarat minimal sarana dan prasarana minimal yang harus ada dimiliki Sekolah Menengah Atas.

Dokumen terkait