• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

51 A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bantul yang memiliki laboratorium IPS-Geografi dan telah menerapkan kurikulum 2013. Sekolah Menengah Atas tersebut, meliputi SMA N 1 Jetis, SMA N 1 Kasihan, dan SMA N 1 Sedayu. Deskripsi SMA yang menjadi lokasi penelitian, sebagai berikut:

1. SMA Negeri 1 Kasihan

SMA N 1 Kasihan atau SMA N Tirtonirmolo adalah Sekolah Menengah Atas yang berada di kawasan Kabupaten Bantul Utara, daerah perbatasan Kota, tepatnya di Jalan Bugisan Selatan Yogyakarta. Berdasarkan SK Menteri P dan K No.0292/ 0/ 78 tertanggal 2 September 1978, SMA N Tirtonirmolo telah berdiri sejak tanggal 1 April 1978.

SMA N 1 Kasihan memiliki visi bertaqwa, berprestasi, berkepribadian, dan ramah lingkungan. Bertaqwa artinya meyakini keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan mengamalkan perintahNya, menjauhi laranganNya sesuai dengan keyakinan agama yang dianut. Berprestasi artinya memiliki keunggulan baik akademik maupun non-akademik di tingkat nasional dan Global. Berkepribadian artinya memiliki sikap yang baik sesuai dengan 20 nilai akhlaq mulia baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Ramah lingkungan artinya memiliki sikap

(2)

yang peduli terhadap lingkungan di sekitar sekolah maupun di masyarakat.

Misi SMA N 1 Kasihan, yaitu:

a. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan agamanya, sehingga kehidupan beragama di sekolah dapat tercipta manusia yang agamis penuh toleransi.

b. Menumbuhkan semangat berprestasi baik akademik maupun non akademik dengan pembinaan, pendampingan, pembimbingan dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa sehingga dapat bersaing di tingkat nasional mapun global.

c. Membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi contoh implementasi 20 nilai-nilai akhlaq mulia dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan nilai-nilai akhlaq mulia dalam kehidupan sehari-hari.

d. Membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi contoh implementasi sikap ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan sikap ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

2. SMA Negeri 1 Jetis

SMA Negeri 1 Jetis terletak di Jalan Imogiri Barat km. 11, Kertan, Sumberagung, Jetis, Bantul. SMA Negeri 1 Jetis berdiri pada tanggal 20 November 1984 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

(3)

Kebudayaan RI Nomor 0558/O/1984. Pada awal berdirinya, tahun ajaran 1984/1985 pengelolaan dan pembinaan SMA Negeri 1 Jetis diserahkan kepada SMA Negeri 2 Bantul, selanjutnya baru pada bulan Juli 1996 SMA Negeri 1 Jetis menempati gedung baru yang terletak di desa Sumberagung.

SMA N 1 Jetis memiliki visi, “ Berimtaq tangguh, berprestasi, unggul dalam IPTEK, dinamis kearah globalisasi, dan arif terhadap lingkungan “. SMA N 1 Jetis memiliki misi, sebagai berikut.

a. Meningkatkan imtaq dengan pembinaan kegiatan yang bersifat kompetitif, cerdas, berakhlaq mulia dan berkepribadian Indonesia. b. Meningkatkan prestasi dengan pembelajaran kreatif, inovatif,

responsif dan berwawasan lingkungan.

c. Melengkapi sarana penunjang dalam pembelajaran dan peningkatan teknologi yang ramah lingkungan.

d. Mengoptimalkan pelaksanaan 8K secara produktif, efektif dan efisien. 3. SMA N 1 Sedayu

SMA N 1 Sedayu berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 dengan nama SMA N II Filial Godean. Pada tahun ajaran 1965/1966 SMA ini mulai membuka pendaftaran siswa baru. Pada tahun ajaran 1975/1976 SMA N II Filial Godean berpindah lokasi di Jalan Kemusuk km. 1, Argomulyo, Sedayu, Bantul dan berubah nama menjadi SMA N 1 Argomulyo. Selanjutnya pada 1995 SMA N 1 Argomulyo resmi berganti nama menjadi SMA N 1 Sedayu.

(4)

Visi SMA N 1 Sedayu adalah menjadi sekolah yang berwawasan IPTEK dan IMTAQ serta berbudi pekerti luhur. Misi SMA N 1 Sedayu adalah.

a. Meningkatkan prestasi akademik dengan mempertimbangkan latar belakang kemampuan dan kemauan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

b. Meningkatkan jumlah siswa yang diterima di PTN.

c. Mewujudkan jiwa keberanian bertindak, berperilaku jujur dan terbuka terhadap perubahan.

d. Memberikan bekal pengalaman keterampilan praktis dengan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan agar lulusannya mampu bersaing di segala bidang.

e. Menanamkan rasa tanggung jawab seluruh warga terhadap ketertiban, keamanan, dan kenyamanan di sekolah.

f. Mewujudkan keimanan dan ketaqwaan agar menjadi insan cendikia berbudi pekerti luhur dan berkepribadian Indonesia.

g. Mewujudkan sekolah model Pendais yang mampu membekali siswa berperilaku sesuai ajaran agama.

h. Meningkatkan minat siswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan baik di sekolah maupun di masyarakat.

(5)
(6)

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini, meliputi siswa kelas X IPS, guru mata pelajaran Geografi yang mengampu kelas X IPS, kepala sekolah, serta wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana. Responden dalam penelitian ini sebanyak 157 orang siswa yang berasal dari tiga SMA. Berikut rincian respoden siswa.

Tabel 3. Jumlah Responden Siswa Masing-Masing SMA

No. Nama Sekolah Populasi Sampel % Kumulatif

1 SMA N 1 Kasihan 51 27 17,20

2 SMA N 1 Jetis 83 45 28,66

3 SMA N 1 Sedayu 158 85 54,14

Jumlah 292 157 100,00

Guru yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Geografi yang mengampu kelas X IPS dari masing-masing SMA, meliputi:

Tabel 4. Responden Guru Mata Pelajaran Geografi

No. Nama Sekolah Nama Pendidikan Terakhir Asal PT Umur 1 SMA N 1 Kasihan DM S1 UNY 40

2 SMA N 1 Jetis AS S1 UNY 50

3 SMA N 1 Sedayu

(7)

Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang sarana prasarana yang menjadi responden, meliputi:

Tabel 5. Responden Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana

No. Nama

Sekolah Nama Jabatan

Pendidikan Terakhir Umur (Thn) 1. SMA N 1 Kasihan SU Kepala Sekolah S2 59 SM Waka S2 45 2. SMA N 1 Jetis HP Kepala Sekolah S1 57 AS Waka S1 50 3. SMA N 1 Sedayu JK Kepala Sekolah S2 48 BP Waka S2 52

2. Sarana dan Prasarana Penunjang Laboratorium IPS-Geografi untuk Pembelajaran

Sarana dan prasarana adalah ruang dan alat bahan yang tersedia untuk penunjang pembelajaran geografi di laboratorium IPS-Geografi. Aspek yang dilihat dari sarana dan prasarana tersebut, meliputi kondisi ruang, ketersediaan perabot, ketersediaan peralatan dan media pendidikan, serta perlengkapan penunjang lainnya.

Pemberian skor ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi adalah dengan cara memberikan skor 1 pada sarana prasarana penunjang yang tersedia di laboaratorium IPS-Geografi dan skor 0 pada sarana prasarana penunjang yang tidak tersedia. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan di masing-masing laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul, yaitu SMA N 1 Kasihan, SMA N 1 Jetis, dan SMA N 1 Sedayu diperoleh data pada Tabel 6.

(8)

Tabel 6. Ketersediaan Perabot di Masing-Masing SMA

No. Nama Sekolah Skor Kategori

1. SMA N 1 Kasihan 6 Baik

2. SMA N 1 Jetis 4 Cukup

3. SMA N 1 Sedayu 5 Baik

Sumber: Analisis 2014

Ketersediaan perabot penunjang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan dan SMA N 1 Sedayu berada pada kategori baik dengan skor masing-masing, 6 dan 5. Ketersediaan perabot penunjang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis berada pada kategori cukup dengan skor 4.

Ketersediaan peralatan dan media pendidikan yang menjadi penunjang pembelajaran laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul dapat dilihat melalui data pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Ketersediaan Peralatan dan Media Pendidikan di Masing-Masing SMA

No. Nama Sekolah Skor Kategori

1. SMA N 1 Kasihan 11 Kurang

2. SMA N 1 Jetis 8 Kurang

3. SMA N 1 Sedayu 10 Kurang

Sumber: Analisis 2014

Ketersediaan peralatan dan media pendidikan yang menjadi penunjang laboratorium IPS-Geografi di masing-masing SMA berada pada kategori kurang, dengan skor 11 untuk SMA N 1 Kasihan, skor 8 untuk SMA N 1 Jetis, dan skor 10 untuk SMA N 1 Sedayu.

Ketersediaan perlengkapan penunjang laboratorium IPS-Geografi, meliputi ketersediaan soket listrik, PPPK, tempat sampah, jam dinding, papan tata tertib, papan struktur organisasi dapat diamati pada Tabel 8, sebagai berikut:

(9)

Tabel 8. Perlengkapan Lainnya di Masing-Masing SMA

No. Nama Sekolah Skor Kategori

1 SMA N 1 Kasihan 5 Baik

2 SMA N 1 Jetis 3 Cukup

3 SMA N 1 Sedayu 5 Baik

Sumber: Analisis 2014

Ketersediaan perlengkapan penunjang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan dan SMA N 1 Sedayu berada pada kategori baik, dengan skor 5. SMA N 1 Jetis berada pada kategori cukup, dengan skor 3. Data kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi pada masing-masing SMA dapat dilihat pada Gambar 7.

0 2 4 6 8 10 12 Ketesediaan Perabot Ketersediaan Peralatan dan Media Pendidikan Perlengkapan Lainnya 6 11 5 4 8 3 5 10 5

Ketersediaan Sarana dan Prasarana Laboratorium IPS-Geografi di Kabupaten Bantul

SMA N 1 Kasihan SMA N 1 Jetis SMA N 1 Sedayu

Gambar 7. Histogram Ketersediaan Sarana dan Prasarana Laboratorium IPS-Geografi

Berdasarkan hasil observasi dari masing-masing SMA kondisi sarana dan prasarana penunjang laboratorium secara lebih detail dideskripsikan sebagai berikut.

(10)

a. SMA N 1 Kasihan

Luas laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan adalah 7,5 x 9 meter2, atau 68 meter2. Daya tampung ruang untuk setiap pembelajaran adalah 28 siswa, dengan kondisi pencahayaan ruang laboratorium yang baik. Ketersediaan perabot di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan, meliputi:

Tabel 9. Ketersediaan Perabot di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan

No. Jenis Perabot Jumlah Kondisi

1. Meja kerja 14 Baik

2. Meja demonstrasi 1 Baik

3. Kursi 30 Baik

4. Lemari alat 1 Baik

5. Lemari bahan 1 Baik

6. Papan tulis 1 Baik

Sumber: Data observasi, 2014

Ketersediaan perabot di SMA N 1 Kasihan, meliputi meja kerja, meja demonstrasi, kursi, lemari alat, lemari bahan, papan tulis. Keseluruhan perabot yang tersedia berada dalam kondisi yang baik dan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam satu rombongan belajar. Perabot yang tidak tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan adalah LCD.

Peralatan dan media pendidikan yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan dapat diamati di Tabel 10.

(11)

Tabel 10. Ketersediaan Peralatan dan media pendidikan di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan

No. Jenis Peralatan Pendidikan Jumlah Kondisi

1. Maket lapisan bumi 3 Baik

2. Gambar gunung berapi 1 Baik

3. Peta curah hujan 1 Baik

4. Peta administratif 20 Baik

5. Peta rupa bumi Indonesia 3 Baik

6. Atlas 20 Baik

7. Data curah hujan 1 Baik

8. Sampel batuan 20 set Baik

9. Sampel bahan tambang 3 Baik

10. Rol meter 2 Baik

11. Perangkat Komputer 1 Baik

Sumber: Data observasi, 2014

Peralatan dan media pendidikan yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi, meliputi maket lapisan bumi, gambar gunung berapi, peta curah hujan, peta administratif, peta rupa bumi Indonsia, atlas, data curah hujan, sampel batuan, sampel bahan tambang, rol meter, serta perangkat kompur. Peralatan dan media pendidikan yang tersedia seluruhnya berada pada kondisi baik.

Perlengkapan penunjang lainnya yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan , meliputi:

Tabel 11. Ketersediaan Perlengkapan Penunjang Lain di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan

No. Jenis Perabot Jumlah Kondisi

1. Soket listrik 1 Baik

2. Tempat sampah 1 Baik

3. Jam dinding 1 Baik

4. Papan tata tertib 1 Baik

5. Papan struktur organisasi 1 Baik

(12)

Perlengkapan penunjang lain yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Kasihan, meliputi soket listrik, tempat sampah, jam dinding, papan tata tertib, dan papan struktur organisasi. Perlengkapan penunjang lain tersebut seluruhnya berada pada kondisi baik. Perlengkapan penunjang yang tidak tersedia adalah PPPK. b. SMA N 1 Jetis

Luas laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis adalah 8 x 9 meter2, atau 72 meter2. Daya tampung ruang untuk setiap pembelajaran adalah 30 siswa, dengan kondisi pencahayaan ruang laboratorium yang cukup baik. Ketersediaan perabot penunjang laboratorium IPS-Geografi dapat dilihat pada Tabel 12, sebagai berikut.

Tabel 12. Ketersediaan Perabot di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Jetis

No. Jenis Perabot Jumlah Kondisi

1. Meja kerja 4 Baik

2. Meja demonstrasi 1 Baik

3. Kursi 20 Baik, Kurang

mencukupi kebutuhan siswa

4. Papan tulis 1 Baik

Sumber: Data observasi, 2014

Perabot yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Jetis, meliputi meja kerja, meja demonstrasi, kursi, dan papan tulis yang berada pada kondisi baik. Ketersediaan kursi masih terbatas dan belum dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam satu rombongan

(13)

belajar. Perabot yang tidak tersedia, meliputi lemari alat, lemari bahan, dan LCD.

Ketersediaan peralatan dan media pendidikan, meliputi:

Tabel 13. Ketersediaan Peralatan dan Media Pendidikan di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Jetis

No. Jenis Peralatan

Pendidikan Jumlah Kondisi

1. Globe 3 Baik

2. Maket lapisan bumi 2 Baik

3. Maket rupa bumi 1 Baik

4. Gambar/maket gunung berapi

5 Baik, terdiri dari 3 maket dan 2

gambar

5. Peta administratif 1 Baik

6. Peta rupa bumi Indonesia 1 Baik

7. Sampel batuan 3 set Baik

8. Sampel tanah 1 Baik

Sumber: Data observasi, 2014

Peralatan dan media pendidikan yang tersedia di laboratorium SMA N 1 Jetis, meliputi globe, maket lapisan bumi, maket rupa bumi, gambar dan maket gunung api, peta administratif, peta rupa bumi Indonesia, sampel batuan, dan sampel tanah. Secara keseluruhan peralatan dan media pendidikan yang tersedia berada dalam kondisi baik.

Perlengkapan penunjang lainnya yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Jetis dapat dilihat pada Tabel 14, sebagai berikut.

(14)

Tabel 14. Ketersediaan Perlengkapan Penunjang Lainnya di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Jetis

No. Jenis Perabot Jumlah Kondisi

1. Soket listrik 1 Baik

2. Tempat sampah 1 Baik

3. Jam dinding 1 Baik

Sumber: Data observasi, 2014

Perlengkapan penunjang lain yang tesedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Jetis, meliputi soket listrik, tempat sampah, dan jam dinding yang berada pada kondisi baik. Perlengkapan penunjang yang tidak tersedia adalah papan tata tertib, papan struktur organisasi, dan PPPK.

c. SMA N 1 Sedayu

SMA N 1 Sedayu memliki dua ruang laboratorium IPS-Geografi, masing-masing ruang memiliki luas laboratorium IPS-Geografi 7 x 9 meter2, atau 63 meter2. Daya tampung masing-masing ruang laboratorium untuk setiap pembelajaran adalah 30 siswa, dengan kondisi pencahayaan ruang laboratorium yang baik. Ketersediaan perabot di masing-masing laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu dapat dilihat pada Tabel 15.

(15)

Tabel 15. Ketersediaan Perabot di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu

No. Jenis Perabot Jumlah Kondisi

1. Meja kerja 16 Baik

2. Meja demonstrasi 2 Baik

3. Kursi 34 Baik, kurang mencukupi

kebutuhan siswa

4. Papan tulis 1 Baik

5. LCD 1 Baik

Sumber: Data observasi, 2014

Perabot yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu, meliputi meja kerja, meja deminstrasi, kursi, papan tulis, dan LCD. Perabot yang tersedia semuanya dalam kondisi baik, namun ketersediaan kursi masih kurang dan belum mencukupi kebutuhan siswa dalam satu rombongan belajar. Perabot yang tidak tersedia adalah lemari alat dan lemari bahan.

Ketersediaan peralatan dan media pendidikan, meliputi:

Tabel 16. Ketersediaan Peralatan dan Media Pendidikan di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu

No. Jenis Peralatan

Pendidikan Jumlah Kondisi

1. Globe 2 Baik

2. Maket lapisan bumi 1 Baik

3. Gambar lapisan profil tanah 1 Baik

4. Gambar siklus air 1 Baik

5. Maket tata surya 3 2 baik, 1 rusak

6. Peta administratif 2 Baik

7. Peta rupa bumi Indonesia 1 Baik

8. Citra dan foto udara 6 Baik

9. Sampel batuan 2 set Baik

10. Perangkat komputer 2 Baik

(16)

Peralatan dan media pendidikan yang tersedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu, meliputi globe, maket lapisan bumi, gambar lapisan profil tanah, gambar siklus air, maket tata surya, peta administratif, peta rupa bumi Indonesia, citra dan foto udara, sampel batuan, dan perangkat komputer. Peralatan dan media pendidikan yang tersedia berada dalam kondisi baik, kecuali satu maket tata surya yang berada dalam kondisi rusak.

Perlengkapan penunjang lainnya yang tersedia di masing-masing laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Jetis , meliputi:

Tabel 17. Ketersediaan Perlengkapan Penunjang Lainnya di Laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu

No. Jenis Perabot Jumlah Kondisi

1. Soket listrik 1 Baik

2. Tempat sampah 1 Baik

3. Jam dinding 1 Baik

4. Papan tata tertib 1 Baik

5. Papan struktur organisasi 1 Baik Sumber: Data observasi, 2014

Perlengkapan penunjang lain yang tesedia di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu adalah soket listrik, tempat sampah, jam dinding, papan tata tertib, dan papan struktur organisasi yang seluruhnya berada pada kondisi baik. Perlengkapan penunjang lain yang tidak tersedia adalah PPPK.

Secara umum kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi di Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bantul, meliputi:

(17)

Tabel 18. Kondisi Sarana dan Prasarana Laboratorium di Kabupaten Bantul

No. Indikator Skor Rata-Rata Kategori

1. Ketersediaan Perabot 5 Baik

2. Ketersediaan Peralatan dan Media Pendidikan 9,67 Kurang 3. Ketersediaan Perlengkapan Lainnya 4,33 Baik Sumber: Analisis 2014

Secara keseluruhan ketersediaan perabot di laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul berada pada kategori baik, dengan skor rata-rata 5. Ketersediaan peralatan dan media pendidikan pada kategori kurang, dengan skor rata-rata 9,67. Ketersediaan perlengkapan lain berada pada kategori baik dengan skor rata-rata 4,33.

3. Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi untuk Pembelajaran

Intensitas penggunaan Laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran diukur dari skor angket siswa yang terdiri dari 20 soal. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil data seperti pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Analisis Intensitas penggunaan Laboratorium IPS-Geografi

No. Nama Sekolah Skor Rata-Rata Kategori

1 SMA N 1 Kasihan 37,07 Tinggi

2 SMA N 1 Jetis 32,89 Sedang

3 SMA N 1 Sedayu 30,87 Sedang

Sumber: Analisis 2014

Berdasarkan Tabel 19, dapat diamati intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul dengan kategori tinggi diperoleh SMA N 1 Kasihan,

(18)

dengan skor 37,07. SMA N 1 Jetis dan SMA N 1 Sedayu berada pada kategori sedang, dengan skor masing-masing 32,89 dan 30,87.

Skor rata-rata intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul adalah 32,52, yang menunjukan bahwa intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran di SMA Kabupaten Bantul termasuk dalam kategori sedang.

Intensitas penggunaan Laboratorium IPS-Geografi pada masing-masing Sekolah Menengah Atas dapat diamati pada Gambar 8 berikut.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

SMA N 1 Kasihan SMA N 1 Jetis SMA N 1 Sedayu 37,07

32,89

30,87

Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul

Gambar 8. Histogram Pemanfaatan Laboratorium IPS-Geografi di Kabupaten Bantul

(19)

4. Kendala dalam Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi

Kendala penggunaan Laboratorium, meliputi kendala dalam hal ketersediaan dan kondisi ruang laboratorium, kendala waktu, serta kendala keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi. Berdasarkan angket diperoleh pendapat siswa mengenai kendala yang mungkin dialami dalam pelaksanaan pembelajaran laboratorium, meliputi:

Tabel 20. Keberadaan dan Ketersediaan Ruang Laboratorium

No. Nama Sekolah Skor Rata-Rata Kategori

1. SMA N 1 Kasihan 3,78 Baik

2. SMA N 1 Jetis 3,93 Baik

3. SMA N 1 Sedayu 3,71 Baik

Sumber: Analisis 2014

Keberadaan dan ketersediaan ruang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan, SMA N 1 Jetis, dan SMA N 1 Sedayu berada dalam kategori baik, dengan masing-masing skor 3,78, 3,93, dan 3,71. Hal tersebut menunjukan bahwa menurut siswa, keberadaan dan kondisi laboratorium IPS-Geografi tidak menjadi kendala dalam penggunaan laboratorium untuk pembelajaran.

Kendala yang dialami terkait dengan ketersediaan waktu untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium, meliputi:

Tabel 21. Kendala terkait Ketersediaan Waktu

No. Nama Sekolah Skor Rata-Rata Kategori

1 SMA N 1 Kasihan 2,74 Sedang

2 SMA N 1 Jetis 2,53 Sedang

3 SMA N 1 Sedayu 2,40 Rendah

(20)

Kendala ketersediaan waktu yang dihadapi dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan dan SMA N 1 Jetis berada dalam kategori sedang, dengan skor masing-masing 2,74 dan 2,53. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan waktu cukup menjadi kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran. Kendala ketersediaan waktu yang dihadapi dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu berada dalam kategori rendah, dengan skor 2,40. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan waktu tidak menjadi kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi.

Keterampilan guru akan berpengaruh terhadap keterlaksanaan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi. Data hasil angket siswa mengenai keterampilan guru dapat diamati pada Tabel 22.

Tabel 22. Tingkat Keterampilan Guru

No. Nama Sekolah Skor Rata-Rata Kategori

1 SMA N 1 Kasihan 9,74 Baik

2 SMA N 1 Jetis 9,96 Baik

3 SMA N 1 Sedayu 7,66 Cukup

Sumber: Analisis 2014

Berdasarkan data angket siswa, diketahui bahwa keterampilan guru di SMA N 1 Kasihan dan Jetis berada pada kategori baik, dengan skor 9,74 dan 9,96. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru tidak menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran di laboratorium. Keterampilan guru SMA N 1 Sedayu pada kategori cukup, dengan skor 7,66 yang menunjukkan bahwa keterampilan guru cukup menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran di laboratorium.

(21)

Berdasarkan angket siswa diperoleh data kendala-kendala tentang pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul, sebagai berikut.

Tabel 23. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi di Kabupaten Bantul

No. Aspek Skor Rata-Rata Kategori

1 Ketersediaan dan kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi

3,78 Baik

2 Kendala waktu 2,56 Rendah

3 Tingkat keterampilan guru 8,68 Baik Sumber: Analisis 2014

Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis angket siswa ketersediaan dan kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul berada pada kategori baik, dengan skor rata-rata 3,78. Hal tersebut menunjukan bahwa dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi ketersediaan dan kondisi laboratorium IPS-IPS-Geografi tidak menjadi kendala.

Kendala waktu yang dihadapi dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi di Kabupaten Bantul berada pada kategori rendah, dengan skor rata-rata 2,56. Hal tersebut menunjukan bahwa secara umum ketersediaan waktu tidak menjadi kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran.

Keterampilan guru berada pada kategori baik, dengan skor rata-rata 8,68. Hal itu menunjukan bahwa secara umum keterampilan guru tidak menjadi kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul.

(22)

5. Hubungan antara Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi dengan Hasil Belajar Geografi

Hubungan antara intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi dengan hasil belajar geografi siswa SMA di Kabupaten Bantul diuji dengan analisis Product Moment Pearson, dengan taraf kepercayaan 95%, tingkat kesalahan 5%. Perhitungan uji Korelasi Product Moment Pearson menggunakan bantuan SPSS 17 for windows dengan aturan bahwa r terbesar adalah +1 dan r terendah adalah -1, nilai r = +1 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif sempurna, sedangkan r = -1 menunjukan bahwa hubungan negatif sempurna. Berikut pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi:

Tabel 24. Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2012:257

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,455 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi terhadap hasil belajar siswa SMA di Kabupaten Bantul, dan tingkat hubungan yang diperoleh adalah sedang.

(23)

C. Pembahasan

1. Analisis Kebutuhan Materi Mata Pelajaran Geografi

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan materi mata pelajaran Geografi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran dapat diidentifikasi materi yang membutuhkan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi serta peralatan dan media apa yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran untuk materi tersebut (analisis kebutuhan materi terlampir pada Tabel 11). Hasil analisis kebutuhan materi mata pelajaran Geografi dari tiga guru di masing-masing SMA di Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa pada dasarnya pembelajaran semua materi mata pelajaran Geografi dapat dilakukan di laboratorium IPS-Geografi. Tetapi tidak semua materi pembelajaran Geografi benar-benar membutuhkan laboratorium IPS-Geografi.

Materi pembelajaran Geografi yang sangat membutuhkan laboratorium IPS-Geografi, meliputi materi pokok pengetahuan dasar geografi, mengenal bumi, hubungan manusia dan lingkungan akibat dinamika litosfer, hubungan manusia dan lingkungan akibat dinamika atmosfer, sebaran tambang di Indonesia, penginderaan jauh untuk tata guna lahan dan transportasi, pemetaan dan sistem informasi geografis untuk pembengunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa laboratorium IPS-Geografi dibutuhkan untuk penunjang proses pembelajaran bagi siswa SMA.

(24)

Materi pembelajaran tersebut membutuhkan praktik dan pengamatan secara langsung, agar materi yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh siswa. Pembelajaran dengan praktik dan pengamatan langsung akan diingat lebih lama oleh siswa. Selain itu, pembelajaran dengan praktik dan pengamatan langsung akan memberikan pengaruh tidak hanya terhadap kemampuan kognitif siswa, tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotorik siswa.

Pada proses pembelajaran guru dituntut untuk kreatif dalam menggunakan media dan peralatan yang dapat dipakai untuk melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru seharusnya tidak hanya sekedar menjelaskan dengan menggunakan peralatan dan media yang telah ada, tetapi guru seharusnya juga mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya untuk mengamati, mengeksperimen, dan menganalisis suatu materi pembelajaran dengan menggunakan peralatan dan media yang telah disiapkan. Siswa juga harus diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami serta mengkomunikasikan hasil pengamatan dan pendapatnya.

Laboratorium IPS-Geografi harus digunakan secara efektif untuk pembelajaran. Pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi seharusnya tidak hanya sekedar berpindah ruang dari ruang kelas ke ruang laboratorium saja, tetapi lebih lanjut laboratorium IPS-Geografi menjadi sarana bagi siswa untuk memecahkan suatu masalah dan mengamati suatu fakta.

(25)

2. Sarana dan Prasarana Penunjang Laboratorium IPS-Geografi untuk Pembelajaran

Secara keseluruhan berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilaksanakan, kondisi sarana dan prasarana penunjang di laboratorium IPS-Geografi membutuhkan perbaikan dan peningkatan fasilitas. Ketersediaan perabot penunjang laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul berada dalam kategori baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan perabot yang seharusnya ada di laboratorium IPS-Geografi telah terpenuhi, seperti adanya meja kerja, meja demonstrasi, kursi, lemari alat, lemari bahan, papan tulis, dan LCD. Secara kuantitas jumlah perabot yang dibutuhkan masih belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh siswa dalam satu rombongan belajar.

Keberadaan peralatan dan media pendidikan yang seharusnya ada di laboratorium IPS-Geografi masih terbatas. Berdasarkan hasil skoring dapat dilihat bahwa ketersediaan peralatan dan media pendidikan laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul masih berada pada kategori kurang. Kategori tersebut menunjukan bahwa ketersediaan peralatan dan media pendidikan yang ada di masing-masing SMA di Kabupaten Bantul belum mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran geografi di laboratorium. Padahal ketersediaan peralatan dan media pendidikan sangat dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran laboratorium. Peralatan dan media pendidikan seharusnya mampu mengakomodasi kebutuhan pembelajaran siswa dan mampu memenuhi

(26)

kebutuhan materi pembelajaran geografi terutama materi pembelajaran yang membutuhkan praktikum dan pengamatan langsung.

Ketersediaan perlengkapan penunjang lain bagi laboratorium IPS-Geografi di SMA Kabupaten Bantul, meliputi soket listrik, PPPK, tempat sampah, jam dinding, papan tata tertib, dan papan struktur laboratorium IPS-Geografi berada pada kategori baik yang menunjukkan bahwa hampir semua perlengkapan tersebut tersedia di laboratorium IPS-Geografi. Jumlah perlengkapan penunjang tersebut secara umum juga telah mampu memenuhi kebutuhan siswa.

Masing-masing SMA memiliki kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi yang cukup berbeda. Kondisi tersebut dibahas secara detail, sebagai berikut:

a. SMA N 1 Kasihan

Luas laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan adalah 7,5 x 9 meter2, atau 68 meter2. Laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan dapat menampung 28 orang siswa dalam satu kali pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan syarat ruang laboratorium yang harus dipenuhi berdasarkan Permendiknas no. 24 tahun 2007, yaitu bahwa rasio minimum ruang laboratorium adalah 2,4 m2/peserta didik, dengan lebar ruang laboratorium minimum 5 m. Kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan juga memiliki pencahayaan yang baik, dapat dilihat dari banyaknya jendela dan ventilasi di ruang laboratorium tersebut, serta lampu

(27)

yang dapat memberikan pencahayaan yang cukup. Hal tersebut telah sesuai dengan syarat minimal laboratorium bahwa ruang laboratorium harus memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati objek pengamatan.

Ketersediaan perabot yang harus ada di laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan cukup lengkap. Terdapat meja kerja bagi siswa, meja demonstrasi, kursi yang jumlahnya cukup bagi siswa, lemari untuk menyimpan berbagai bahan dan peralatan pembelajaran, serta papan tulis yang dapat digunakan guru untuk menjelaskan materi pembelajaran. Penyimpanan bahan dan peralatan pembelajaran masih belum tertata rapi dan penataannya kurang terorganisir. Selain itu, laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan belum memiliki LCD, sehingga menjadi kendala bagi guru apabila ingin menunjukkan slide gambar atau film yang menunjang pembelajaran.

Ketersediaan peralatan dan media pendidikan di laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan masih terbatas jenisnya dan jumlahnya. Ketersediaannya masih belum mampu memenuhi kebutuhan materi pembelajaran geografi. Jumlah masing-masing peralatan dan media pendidikannya juga belum mampu memenuhi kebutuhan keseluruhan jumlah siswa dalam satu rombongan belajar.

(28)

Ketersediaan perlengkapan pendukung lainnya di laboratorium IPS-Geografi berada dalam kategori baik, artinya hampir semua perlengkapan pendukung tersebut tersedia, dan jumlahnya sudah mencukupi kebutuhan. Berdasarkan hasil observasi di laboratorium IPS-geografi SMA N 1 Kasihan, perlengkapan pendukung yang belum tersedia hanya PPPK.

Menurut guru SMA N 1 Kasihan, DM (08/05/2014), kondisi sarana dan prasarana cukup memenuhi syarat untuk pembelajaran geografi dan praktikum geografi. Ada cukup banyak sampel batuan, peta-peta, beberapa maket lempeng tektonik, hanya saja di laboratorium ini tidak ada LCD untuk menjelaskan slide-slide. Hal tersebut dimaklumi karena laboratorium IPS-Geografi yang masih baru.

Hal serupa juga disampaikan oleh kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana SMA N 1 Kasihan, sebagai berikut.

Laboratorium IPS di SMA Kasihan ini masih baru, kurang lebih 2 tahunan berjalan. Dan tentu saja alat-alat dan media yang ada masih terbatas. Maka dari itu kami terus mengembangkan laboratorium tersebut. Guru mata pelajaran IPS juga terus mengikuti pelatihan agar bisa melaksanakan tugas-tugas laboratorium (SU, Senin: 19/05/2014).

Wakil kepala SMA N 1 Kasihan (19/05/2014) menyampaikan bahwa ruang laboratorium IPS Geografi sudah tersedia, tetapi alat-alat peraganya belum lengkap. Jadi penggunaan laboratorium IPS-Geografi masih sebatas digunakan untuk ruang kelas.

(29)

b. SMA N 1 Jetis

Luas laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis adalah 8 x 9 m2, atau 72 m2, laboratorium cukup untuk menampung 30 siswa dalam satu rombongan belajar. Luas tersebut telah sesuai dengan syarat luas ruang laboratorium yang harus dipenuhi, yaitu 2,4 m2/peserta didik, dan lebar ruang laboratorium minimum 5 m. Pencahayaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis cukup baik karena ditunjang oleh lampu yang berfungsi dengan baik untuk menerangi keseluruhan ruang laboratorium IPS-Geografi. Hal tersebut telah sesuai dengan syarat minimal laboratorium bahwa ruang laboratorium harus memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati objek pengamatan. Kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis kurang nyaman dan kurang kondusif untuk melaksanakan pembelajaran karena kondisi ruang yang kurang tertata. Hal ini disebabkan karena belum lama ini ruang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis berpindah ruang karena ruang laboratorium IPS-Geografi yang sebelumnya akan alih fungsikan menjadi ruang kelas.

Ketersediaan perabot yang ada di laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis berada pada kategori cukup, yang artinya keberadaan perabot yang ada di laboratorium IPS-Geografi cukup lengkap. Secara kuantitas, jumlah perabot yang dibutuhkan belum mampu

(30)

memenuhi kebutuhan siswa dalam satu rombongan belajar. Hal tersebut ditunjukkan pada keberadaan meja kerja yang hanya ada empat, jumlah kursi yang hanya 20, sehingga tidak mencukupi bagi seluruh siswa dalam satu rombongan belajar yang jumlahnya 30. Lemari alat dan bahan juga tidak tersedia di laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis, sehingga peralatan dan bahan yang digunakan untuk pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi tidak tertata dan dalam kondisi yang kurang bersih. Peralatan dan bahan pembelajaran tersebut hanya diletakkan di meja-meja display. Ruang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis juga tidak ditunjang oleh keberadaan LCD, sehingga dalam proses pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi guru tidak dapat menampilkan slide gambar-gambar atau video untuk menunjang proses pembelajaran. Ketersediaan peralatan dan media pendidikan di SMA N 1 Jetis masih dalam kategori rendah dan perlu peningkatan lagi agar proses pembelajaran yang dilaksanakan di laboratorium IPS-Geografi lebih efektif.

Ketersediaan sarana dan prasarana di SMA N 1 Jetis tidak hanya terkait dengan terbatasnya peralatan dan media pembelajaran yang ada, tetapi juga kondisi ruang laboratorium yang tidak memenuhi standar untuk melaksanakan pembelajaran, seperti yang telah terungkap pada hasil observasi. Hal tersebut juga diungkapkan

(31)

oleh wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana sekaligus guru geografi kelas X IPS di SMA N 1 Jetis.

Peralatan dan media pembelajaran yang ada masih terbatas. Untuk mengadakan peralatan atau media itu masih sulit. Misalnya untuk pengadaan maket-maket itu jarang ada yang menyediakan atau menjual. Kondisi laboratorium IPS-Geografi yang sekarang agak berantakan, kurang tertata, dan kurang representatif untuk pembelajaran. Ruangnya sempit dan kurang nyaman untuk pembelajaran. Sekarang ini laboratorium IPS-Geografi menjadi jarang dipakai (AS, Senin: 12/05/2014). c. SMA N 1 Sedayu

SMA N 1 Sedayu memiliki dua laboratorium IPS-Geografi dengan luas masing-masing 7 x 9 m2, atau 63 m2. Laboratorium itu dapat menampung 30 siswa dalam satu rombongan belajar. Hal tersebut sesuai dengan syarat minimum ruang laboratorium menurut Permendiknas no. 24 tahun 2007, yaitu 2,4 m2/peserta didik, dengan lebar minimum 5 m. Kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu memiliki pencahayaan yang baik. Kondisi ruang laboratorium juga bersih dan nyaman untuk pembelajaran.

Ketersediaan perabot di SMA N 1 Sedayu berada dalam kategori baik, yang menunjukkan bahwa perabot yang dibutuhkan untuk menunjang laboratorium IPS-Geografi tersedia. Jumlah perabot yang ada di laboratorium IPS-Geografi SMA N 1 Sedayu juga mencukupi kebutuhan siswa untuk satu rombongan belajar.

Ketersediaan peralatan dan media pendidikan di laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu masih terbatas jenisnya dan jumlahnya. Keberadaan peralatan dan media pendidikan tersebut

(32)

belum mampu memenuhi kebutuhan materi mata pelajaran Geografi serta belum mampu memenuhi kebutuhan siswa dalam satu rombongan belajar.

Ketersediaan perlengkapan pendukung lainnya di laboratorium IPS Geografi SMA N 1 Sedayu berada dalam kategori baik. Hal tersebut menunjukan bahwa perlengkapan pendukung yang diperlukan sudah tersedia di laboratorium IPS-Geografi. Jumlah perlengkapan pendukung yang dibutuhkan juga sudah mencukupi kebutuhan siswa dalam satu kali pembelajaran.

Guru SMA N 1 Sedayu (06/05/2014), mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi masih terbatas. Peralatan yang tersedia masih seadanya, hanya ada beberapa maket, gambar-gambar, beberapa foto udara, batuan.

Menurut kepala SMA N 1 Sedayu (13/05/2014), sekolah telah menyiapkan ruang laboratorium IPS-Geografi, alat-alat praktikum juga sudah disediakan. Apabila guru ingin menambahkan alat-alat, dipersilahkan untuk menyampaikan usulannya agar dapat diadakan penambahan alat-alat untuk laboratorium IPS-Geografi.

Wakil kepala SMA N 1 Sedayu (13/05/2014) juga mengungkapkan apabila ruang laboratorium IPS disediakan, bahkan SMA N 1 Sedayu memiliki dua laboratorium IPS. Sarana dan prasarana berupa LCD, perangkat komputer, sound system, TV sudah disediakan. Namun peralatan dan media pembelajaran di

(33)

laboratorium IPS-Geografi yang lebih spesifik memang belum cukup tersedia, wakil kepala sekolah tidak memahami secara detail peralatan apa saja yang harus ada di laboratorium IPS-Geografi sehingga dibutuhkan peranan guru dalam memberikan usulan untuk pengadaan peralatan laboratorium yang dibutuhkan.

Apabila dibandingkan dengan peralatan dan media pendidikan yang butuhkan untuk pembelajaran geografi berdasarkan hasil analisis kebutuhan materi, masih terdapat banyak peralatan dan media pendidikan yang belum tersedia di laboratorium IPS-Geografi masing-masing SMA di Kabupaten Bantul. Hal tersebut juga terungkap pada hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Geografi, kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana dari masing-masing SMA di Kabupaten Bantul. Ketersediaan peralatan dan media pendidikan penunjang pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi masih terbatas. Pengadaan alat dan media pendidikan yang dibutuhkan masih terkendala karena kondisi laboratorium IPS-Geografi yang masih baru, sehingga dalam proses pengadaan peralatan dan media pendidikan membutuhkan waktu yang bertahap. Terbatasnya kondisi dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. Sulitnya mencari media dan peralatan untuk pembelajaran geografi juga menjadi masalah tersendiri.

Perbaikan kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi, termasuk perbaikan kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi, pengadaan dan penambahan perabot, pengadaan dan penambahan peralatan dan media

(34)

pembelajaran, serta pengadaan peralatan penunjang lainnya diperlukan kerjasama dan komunkasi yang baik antara masing masing guru mata pelajaran Geografi dengan pemegang kebijakan di sekolah seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Pemegang kebijakan sekolah membutuhkan usulan dan saran dari guru untuk meningkatkan dan memperbaiki semua sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi, begitu pula sebaliknya.

3. Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi untuk Pembelajaran

Secara keseluruhan intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul termasuk dalam kategori sedang. Intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul harus terus ditingkatkan. Penggunaan laboratorium IPS-Geografi juga harus terus dibarengi dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana penunjang laboratorium. Perbaikan kondisi ruang laboratorium, perbaikan dan penambahan perabot yang dibutuhkan, pengadaan peralatan dan media pendidikan yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan praktikum, serta melengkapi perlengkapan pendukung lainnya.

Intensitas pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi di masing-masing Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bantul secara lebih detail dideskripsikan sebagai berikut.

(35)

a. SMA N 1 Kasihan

Intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan berada pada kategori tinggi. Hal itu menunjukkan bahwa laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan sering digunakan untuk pembelajaran geografi. Penggunaan laboratorium IPS-Geografi saat ini masih sebatas hanya digunakan sebagaimana menggunakan ruang kelas, sehingga pembelajaran laboratorium yang dilaksanakan belum maksimal. Hal tersebut diungkapkan oleh wakil kepala SMA N 1 Kasihan dalam wawancara. Menurut wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana SMA N 1 Kasihan, Sumarmo, penggunaan laboratorium IPS masih belum seperti yang diharapkan, alat peraga yang dibutuhkan untuk pembelajaran masih belum terpenuhi, sehingga penggunaan laboratorium IPS masih sebatas untuk ruang kelas, dalam artian hanya berpindah tempat belajar saja.

Menurut kepala SMA N 1 Kasihan, kondisi laboratorium harus terus ditingkatkan. Guru-guru diberikan pelatihan agar dapat melaksanakan tugas-tugas laboratorium, guru-guru harus kreatif dalam menentukan materi apa saja yang membutuhkan laboratorium IPS-Geografi, serta menentukan peralatan dan media apa saja yang dibutuhkan dalam laboratorium IPS-Geografi. Hal tersebut penting dilakukan karena belum ada standar dan syarat peralatan dan media ada saja yang harus tersedia bagi laboratorium IPS-Geografi.

(36)

b. SMA N 1 Jetis

Berdasarkan hasil angket intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis termasuk dalam kategori sedang. Namun guru Geografi sekaligus wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana dan kepala SMA N 1 Jetis merasa intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran masih rendah. Beliau menuturkan bahwa laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis masih jarang digunakan. Hal tersebut terjadi karena kendala kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi yang kurang nyaman dan kurang kondusif untuk melaksanakan pembelajaran geografi.

Dulu laboratorium IPS-Geografi itu sering digunakan tapi sekarang jarang digunakan karena laboratoriumnya sudah pindah ruang. Ruang laboratorium IPS-Geografi yang sekarang kondisinya kurang nyaman dan kurang kondusif untuk pembelajaran. Ruang laboratorium IPS-Geografi yang sekarang tidak seluas dan sebaik laboratorium IPS-Geografi yang dulu (AS, Senin: 12/05/2014).

Kepala SMA N 1 Jetis (Senin: 05/05/2014) mengungkapkan bahwa guru rumpun mata pelajaran IPS kebanyakan lebih sering menggunakan ruang kelas dari pada laboratorium IPS untuk pembelajaran karena kondisi ruang kelas yang lebih nyaman dan kondusif untuk pembelajaran.

c. SMA N 1 Sedayu

Intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu termasuk dalam kategori sedang, yang menunjukkan bahwa terkadang laboratorium IPS-Geografi dimanfaatkan untuk

(37)

pembelajaran. Di sisi lain guru Geografi SMA N 1 Sedayu mengakui bahwa masih jarang menggunakan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran. Hal tersebut terungkap pada hasil wawancara sebagai berikut.

Ruang laboratorium IPS (di SMA N 1 Sedayu) letaknya di lantai dua, jauh dari ruang kelas dan ruang guru. Terkadang untuk membawa siswa ke sana membutuhkan waktu yang ditidak sebentar, selain itu murid kalau disuruh ke lab mampir-mampir dulu, ngobrol-ngobrol dulu, ke kantin, jadi waktu untuk pembelajaran tersita banyak (PA, Selasa: 06/05/2014) Kepala SMA N 1 Sedayu menyampaikan bahwa penggunaan laboratorium IPS-Geografi disesuaikan dengan kebutuhan guru mata pelajaran. Sekolah telah menyediakan ruang laboratorium IPS-Geografi. Kepala sekolah juga sudah mendorong guru untuk memanfaatkan laboratorium, mendorong penjadwalan penggunaan laboratorium, serta telah memberikan arahan agar dalam pembelajaran menggunakan alat peraga, alat bantu, alat visualisasi agar diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal. Demikian maka guru mata pelajaran perlu memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi.

Kepala SMA N 1 Sedayu juga menyampaikan bahwa guru mata pelajaran Geografi masih jarang menggunakan laboratorium IPS-geografi. Hal serupa juga disampaikan oleh wakil kepala SMA N 1 Sedayu bahwa pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi tergantung pada peranan guru mata pelajaran. Laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu sudah tersedia tetapi masih jarang digunakan oleh guru mata pelajaran Geografi.

(38)

Guru-guru rumpun mata pelajaran IPS sebagian aktif menggunakan laboratorium IPS, seperti guru mata pelajaran PKN, guru Ekonomi. Namun, guru Geografi saya kira masih agak kurang, atau mungkin saja saya yang tidak tahu (JK, Selasa: 13/05/2014).

Laboratorium IPS kalau saya amati hanya dipakai ketika ada kegiatan-kegiatan tertentu, seperti MGMP atau kegiatan kunjungan. Kalau untuk pembelajaran, guru mata pelajaran IPS jarang menggunakan laboratorum IPS (BP, Selasa: 13/05/2014).

Intensitas penggunaan laboratorium PS-Geografi tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan laboratorium dan serana prasarana penunjangnya. Intensitas penggunaan laboratorium juga dipengaruhi oleh guru mata pelajaran Geografi yang mengampu kelas X IPS. Guru memiliki peranan yang besar dalam memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi.

Pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi sebaiknya tidak terbatas hanya pada intensistas penggunaan ruang laboratorium saja, namun lebih lanjut pada kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di laboratorium IPS-Geografi. Penggunaan laboratorium IPS-Geografi sebaiknya tidak hanya sebatas berpindah ruang pembelajaran, namun juga pada peningkatan kualitas pembelajaran yang lebih menarik sehingga pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi dapat benar-benar memberikan peningkatan terhadap proses dan hasil belajar Geografi siswa SMA.

(39)

4. Kendala dalam Penggunaan Laboratorium

Berdasarkan hasil angket siswa diperoleh data bahwa menurut siswa kondisi ruang laboratorium dalam kategori baik, yang artinya bahwa ruang laboratorium IPS-Geografi di masing-masing SMA cukup untuk menampung siswa dalam satu rombongan belajar, kondisi laboratorium kondusif dan nyaman untuk kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menunjukan bahwa menurut siswa kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi tidak menjadi kendala bagi pelaksanaan pembelajaran dan praktikum Geografi.

Kendala terkait ketersediaan waktu untuk pembelajaran menurut siswa termasuk dalam kategori rendah, sehingga bagi siswa waktu yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dan praktikum Geografi sudah cukup. Tingkat keterampilan guru dalam membimbing pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi berada pada kategori baik, sehingga keterampilan guru tidak menjadi kendala bagi proses pembelajaran dan praktikum Geografi di laboratorium IPS-Geografi.

Pada kenyataannya kendala yang dihadapi guru mata pelajaran Geografi dalam menggunakan laboratoriumm IPS-Geografi untuk pembelajaran cukup beraneka ragam, meliputi kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi yang kurang memadai dan kurang representatif untuk pembelajaran, waktu pembelajaran yang tersita karena jarak antara ruang kelas dengan laboratorium IPS-Geografi yang cukup

(40)

jauh, atau siswa yang sulit diatur saat diminta untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi.

a. SMA N 1 Kasihan

Menurut guru Geografi SMA N 1 Kasihan (08/05/2014), kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi tidak banyak. Ruang laboratorium telah tersedia, dengan kondisi ruang yang cukup luas dan memenuhi syarat untuk melaksanakan pembelajaran dan praktikum Geografi. Ketersediaan sarana dan prasarana masih terbatas, tetapi cukup memenuhi syarat untuk pembelajaran geografi, ada cukup banyak sampel batuan, peta-peta, beberapa maket lempeng tektonik, namun belum tersedia LCD untuk menjelaskan slide-slide saat pembelajaran. Kendala waktu dialami karena jarak antara ruang kelas dan ruang laboratorium IPS-Geografi yang cukup jauh, selain itu waktu yang dibutuhkan untuk mengkondisikan siswa di ruang laboratorium IPS-Geografi cukup memakan waktu pembelajaran. Kendala keterampilan tidak dialami karena tidak mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi dengan media yang telah ada, selain itu guru juga terbantu karena kegiatan-kegiatan pelatihan yang diikuti dapat menunjang keterampilan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Menurut kepala SMA N 1 Kasihan, guru Geografi tentu saja mengalami kendala dalam memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi karena alat-alat yang digunakan untuk praktikum dan pembelajaran

(41)

harus dikembangkan sendiri. Guru mata pelajaran Geografi dituntut untuk kreatif. Guru harus mampu melihat pokok bahasan dan materi yang membutuhkan laboratorium, bahan dan peralatan laboratorium juga harus disesuikan dengan kebutuhan materi. Hal tersebut berbeda dengan laboratorium IPA yang sarana dan prasarananya telah ditentukan.

Menurut wakil kepala SMA N 1 Kasihan, kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi adalah ketersediaan peralatan laboratorium. Hal tersebut juga dikarenakan karena masalah dana untuk pembelian peralatan laboratorium yang terbatas. Kendala tersebut cukup teratasi dengan pengadaan peralatan laboratorium yang dilakukan secara bertahap dan studi banding yang dilakukan guru mata pelajaran ke beberapa tempat, seperti Sangiran dan Karangsambung.

Kendala utama yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium di SMA N 1 Kasihan adalah ketersediaan peralatan dan media pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Kasihan masih baru, selain itu dana yang terbatas mengharuskan pengadaan peralatan dan media pembelajaran dilakukan secara bertahap. Peranan guru dalam memberikan usulan kepada sekolah mengenai kebutuhan laboratorium IPS-Geografi sangat penting. Hal ini seperti yang dilakukan oleh guru Geografi SMA N 1 Kasihan, DM yang mengusulkan kepada pihak sekolah

(42)

untuk melakukan pengadaan sarana dan prasarana. Pengajuan usulan tersebut dilakukan setiap tahun, seperti pada tahun ajaran 2013/2014 beliau mengajukan hygrometer, rol meter, serta etalase untuk menyimpan alat-alat yang ada di laboratorium IPS-Geografi. Beliau juga mengakui bahwa dalam pengadaan sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi dilakukan secara bertahap karena dana yang terbatas. Pada pembelajaran yang membutuhkan bantuan LCD kegiatan pembelajaran dilakukan di ruang kelas, tetapi tetap menggunakan media dan alat-alat yang dibutuhkan.

b. SMA N 1 Jetis

Hal yang berbeda terjadi di SMA N 1 Jetis, seperti dikemukakan oleh guru Geografi SMA N 1 Jetis, AS (12/05/2014) bahwa kendala ruang dialami dalam pemanfaatan Laboratorium Geografi. Pada awalnya SMA N 1 Jetis memiliki laboratorium IPS-Geografi yang bagus dan nyaman untuk pembelajaran, namun sekarang ruang laboratorium tersebut telah dipindahkan karena ruang laboratorium IPS-Geografi yang sudah ada akan dialihfungsikan menjadi ruang kelas. Kondisi ruang laboratorium yang ada sekarang kurang tertata dan kurang representatif untuk pembelajaran. Peralatan dan media pembelajaran yang ada masih terbatas, karena sulitnya pengadaan media-media tertentu, terutama pengadaan maket. Kendala waktu tidak dialami karena jam pelajaran Geografi

(43)

yang tersedia sudah cukup banyak, yaitu empat jam pelajaran untuk kelas X.

Kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Jetis diatasi dengan cara menggunakan ruang laboratorium IPS-Geografi yang telah ada seadanya. Apabila tidak memungkinkan pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas karena kondisi ruang kelas memang lebih nyaman untuk pembelajaran. Hal yang terpenting adalah materi yang dajarkan dapat tersampaikan kepada siswa.

c. SMA N 1 Sedayu

Bagi SMA N 1 Sedayu ketersediaan ruang laboratorium IPS-Geografi tidak menjadi kendala dalam penggunaannya. Guru Geografi SMA N 1 Sedayu (06/05/2014) menyampaikan bahwa laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu ada dua, dengan kondisi yang luas dan cukup nyaman untuk pembelajaran. Namun laboratorium tersebut jarang digunakan untuk pembelajaran geografi karena letaknya di lantai dua sehingga jauh dari ruang guru dan ruang kelas. Waktu pembelajaran menjadi tersita untuk perjalanan menuju laboratorium IPS-Geografi dan mengkondisikan siswa di ruang laboratorium IPS-Geografi.

Hal serupa diungkapkan oleh kepala SMA N 1 Sedayu, ruang laboratorium IPS-Geografi sudah tersedia, peralatannya sudah disediakan. Apabila ada peralatan yang belum tersedia, guru

(44)

diharapkan memberikan usulannya kepada sekolah, namun dalam pengadaan peralatan harus dilakukan secara bertahap karena dana yang terbatas.

Guru SMA N 1 Sedayu menuturkan bahwa kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi di SMA N 1 Sedayu diatasi dengan cara lebih sering melaksanakan kegiatan pembelajaran di ruang kelas dan membawa media pembelajaran yang dibutuhkan, seperti sampel batuan ke dalam kelas, sehingga siswa tetap dapat melakukan pengamatan.

Guru memiliki peranan yang besar dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi, juga dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran. Kendala yang ditemui masing-masing guru dalam menggunakan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran cukup banyak dan beraneka ragam, namun guru harus mampu menghadapi dan mengatasi kendala yang hadapi dalam penggunaan laboratorium.

Guru mata pelajaran dituntut kreatif dalam menentukan materi pembelajaran apa saja yang membutuhkan laboratorium IPS-Geografi, serta menentukan peralatan dan media apa saja yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran. Hal tersebut diperlukan karena belum ada standar dan syarat yang jelas mengenai perabot, peralatan dan media pendidikan, serta perlengkapan penunjang lainnya yang harus ada di laboratorium IPS-Geografi.

(45)

Guru mata pelajaran Geografi harus terus aktif memberikan usulan dan saran untuk pengembangan laboratorium IPS-Geografi kepada pembuat kebijakan di sekolah, seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Guru dapat mengajukan usulan mengenai peralatan dan media yang dibutuhkan untuk pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi. Dengan demikian maka pengadaan sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi yang dilakukan oleh pembuat kebijakan di sekolah dapat tepat sasaran. Komunikasi yang baik antara semua pihak sekolah dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan laboratorium IPS-Geografi.

Guru mata pelajaran Geografi juga harus terus mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang keterampilannya untuk melaksanakan pembelajaran, termasuk pembelajaran laboratorium. Dengan begitu maka kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat terus meningkat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kemampuan guru untuk mengatur waktu juga diperlukan agar waktu yang seharusnya digunakan untuk melaksanakan pembelajaran tidak banyak tersita. Guru juga harus terampil mengkondisikan siswa untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi.

Guru Geografi juga harus dapat memanfaatkan peralatan dan media pembelajaran yang telah ada dengan kreatif, sehingga proses pembelajaran yang menarik dapat dicapai dan dialami oleh siswa dengan menggunakan peralatan dan media yang telah ada. Dengan begitu siswa

(46)

bisa merasakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan di laboratorium IPS-Geografi.

Kebijakan Sekolah juga memiliki peranan yang cukup besar dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi. Dukungan pihak sekolah dapat membantu peningkatan kapasitas laboratorium IPS-Geografi, seperti penyediaan ruang laboratorium, penyediaan sarana dan prasarana penunjang laboratorium, hingga kebijakan yang mengatur agar guru memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi untuk menunjang pembelajaran geografi.

Pada prinsipnya sekolah mendukung pengembangan laboratorium IPS, apalagi diharapkan nantinya akan mendapat legitimasi terutama dari pemerintah, karena selama ini belum ada kerangka yang bisa diacu untuk pengembangan dan pemanfaatan laboratorium IPS. Maka dari itu kami mengawali, apabila keberadaan laboratorium IPS bermanfaat bagi pembelajaran, dalam hal ini bisa meningkatkan hasil belajar, saya kira suatu saat nanti keberadaan laboratorium IPS dapat diakui tidak hanya untuk syarat sertifikasi bagi guru saja. Keberadaan laboratorium IPS harus terus dibenahi, yang penting ruang laboratoriumnya sudah ada, fasilitasnya terus dibenahi sehingga pembelajaran semakin menarik (SU, Senin: 19/05/2014).

Peran sekolah sangatlah besar dalam membantu guru untuk melaksanakan studi lapangan, studi banding, pelatihan-pelatihan. Setiap tahun sekolah mengadakan studi lapangan, khususnya untuk siswa IPS, seperti pada mata pelajaran Geografi, Ekonomi, Sosiologi. Hal tersebut dilaksanakan rangka pengembangan laboratorium IPS-Geografi. Siswa diajak mengunjungi suatu tempat untuk belajar, lalu apa saja yang ada di tempat tersebut dapat dapat dibeli atau dibawa untuk melengkapi koleksi laboratorium IPS-Geografi (SM, Senin: 19/05/2014).

(47)

Pemanfaatan laboratorium harus disesuaikan dengan kebutuhan guru mata pelajaran. Sekolah telah menyediakan ruang laboratorium, sekolah juga telah memberikan dorongan kepada masing-masing guru mata pelajaran IPS, juga sudah dijadwalkan untuk penggunaan laboratorium IPS agar penggunaannya tidak tubrukan antar mata pelajaran IPS (JK, Selasa: 13/05/2014).

Kebijakan sekolah kami buat berdasarkan kebutuhan dan masukan dari masing-masing guru. Lalu dengan dana yang ada masukan itu baru bisa diimplementasikan. Hal tersebut tergantung dengan guru masing-masing mata pelajaran. Kalau guru pasif ya jangan-jangan kita mau mengadakan alat malah salah, nanti malah tidak terpakai (BP, Selasa: 13/05/2014).

Keberadaan laboratorium untuk rumpun mata pelajaran IPS, seperti Ekonomi, Akutansi, Sosiologi, Sejarah, dan khususnya Geografi masih tersisih jika dibandingkan dengan laboratorium untuk rumpun mata pelajaran IPA, seperti Kimia, Fisika, dan Biologi. Hal serupa diungkapkan oleh kepala SMA N 1 Kasihan, SU (Senin: 19/05/2014) bahwa keberadaan laboratorium IPS masih tersisih jika dibandingkan dengan laboratorium IPA. Keberadaan laboratorium IPS di SMA N 1 Kasihan merupakan hasil dari pemikiran bahwa apabila siswa IPA memakai laboratorium mengapa siswa IPS tidak menggunakan laboratorium untuk pembelajaran? Selain itu, apabila guru mata pelajaran rumpun IPA yang menjadi kepala laboratorium dapat mendapatkan jam tambahan untuk sertifikasi kenapa guru IPS tidak mendapatkan hak tersebut. Pemanfaatan laboratorium IPS tentu saja mengalami kendala terutama mengenai alat-alat peraga yang seharusnya ada di laboratorium IPS, dalam hal ini guru dituntut harus kreatif karena belum ada aturan dari pemerintah mengenai alat apa saja yang harus ada di laboratorium IPS.

(48)

Di sisi lain terdapat pihak-pihak yang meragukan keberadaan laboratorium IPS-Geografi. Hal tersebut dapat menyebabkan pengembangan laboratorium IPS-Geografi di Sekolah Menengah Atas menjadi terhambat. Selain itu juga dapat perpengaruh negatif terhadap kondisi laboratorium IPS-Geogafi yang telah ada. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala SMA N 1 Jetis dalam wawancara sebagai berikut.

Kalau laboratorium IPS saya belum yakin. Kalau menurut saya laboratorium yang benar-benar harus ada adalah laboratorium IPA. Menurut saya keberadaan laboratorium IPS hanya karena ada program sertifikasi bagi guru. Selain itu saya juga kurang paham apakah kurikulum yang baru, kurikulum 2013, mata pelajaran Geografi membutuhkan laboratorium untuk pembelajaran. Saya rasa kebutuhan laboratorium untuk siswa SMA hanya untuk sekedar membuktikan teori yang dipelajari (HP, Senin: 05/05/2014).

Selain itu kepala SMA N 1 Jetis juga mengungkapkan bahwa keberadaan laboratorium IPS di SMA N Jetis awalnya bukan karena kebutuhan pembelajaran, namun lebih kepada kebutuhan untuk mendapatkan jam untuk sertifikasi. Stigma tersebut mengakibatkan peranan laboratorium IPS-Geografi untuk penunjang pembelajaran masih terasa kurang maksimal.

5. Hubungan antara Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi dengan Hasil Belajar Geografi

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,455 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi terhadap hasil belajar siswa SMA

(49)

di Kabupaten Bantul, dan tingkat hubungan yang diperoleh adalah sedang.

Pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan hasil belajar geografi siswa SMA, sehingga intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi perlu terus ditingkatkan. Hasil belajar geografi juga dapat semakin ditingkatkan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi, seperti luas ruang laboratorium, pencahayaan ruang laboratorium, kebersihan ruang laboratorium, jumlah perabot seperti meja dan kursi yang disesuaikan dengan kebutuhan jumlah siswa dalam satu rombongan belajar, lemari untuk menyimpan alat dan bahan yang digunakan untuk pembelajaran, LCD untuk menampilkan slide-slide, gambar, maupun video. Melengkapi peralatan dan media pendidikan yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran serta menambah jumlahnya agar dapat memenuhi kebutuhan materi dan dapat memenuhi kebutuhan jumlah siswa.

Ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi yang baik diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas proses pembelajaran geografi. Apabila kualitas sarana dan prasarana pembelajaran laboratorium IPS-Geografi terus ditingkatkan diharapkan suasana pembelajaran semakin nyaman dan kondusif yang nantinya juga akan meningkatkan kualitas pembelajaran geografi. Kondisi tersebut

(50)

nantinya akan turut mempengaruhi hasil belajar geografi siswa SMA di Kabupaten Bantul.

Guru juga harus mampu memfasilitasi siswa untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi karena guru memiliki peranan yang besar dalam memanfaatkan laboratorium IPS-Geografi. Keberadaan laboratorium IPS-Geografi beserta seluruh sarana prasarana penunjangnya tidak akan bermanfaat apabila guru tidak memfasilitasi siswa untuk melaksanakan pembelajaran di laboratorium IPS-Geogarfi.

Melalui laboratorium IPS-Geografi guru harus mampu menyediakan pengalaman belajar bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran tersebut dapat memberikan pengembangan terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Pengalaman belajar tersebut dapat diperoleh dengan melaksanakan proses belajar pendekatan sains seperti yang telah diamanatkan dalam kurikulum 2013, yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksperimen, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Menurut kepala SMA N 1 Kasihan (Senin: 19/05/2014), laboratorium IPS-Geografi diharapkan dapat benar-benar bermanfaat bagi pembelajaran dan bisa meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Apabila hal tersebut dapat dicapai, suatu saat nanti keberadaan laboratorium IPS-Geografi dapat diakui dan bukan hanya sekedar untuk memenuhi syarat sertifikasi saja. Dengan demikian fasilitas Laboratorium

(51)

IPS-Geografi harus terus dibenahi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan semakin menarik.

Keberadaan laboratorium IPS-Geografi sebagai penunjang pembelajaran geografi bagi siswa SMA diharapkan akan memberikan peningkatan terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dengan demikian maka keberadaan laboratorium IPS-geografi akan semakin diakui dan mendapat legitimasi seperti halnya laboratorium untuk rumpun mata pelajaran IPA. Lebih lanjut diharapkan laboratorium IPS dapat menjadi syarat minimal sarana dan prasarana minimal yang harus ada dimiliki Sekolah Menengah Atas.

Gambar

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 3. Jumlah Responden Siswa Masing-Masing SMA
Tabel  5.  Responden  Kepala  Sekolah  dan  Wakil  Kepala  Sekolah  Bidang  Sarana Prasarana
Tabel  7.  Ketersediaan  Peralatan  dan  Media  Pendidikan  di  Masing- Masing-Masing SMA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Responden yang berada di Danurejan 1 mayoritas mempunyai persepsi positif mengenai kerentanan ASI bagi bayi, namun demikian ada beberapa responden yang memiliki

Hal yang sama juga terjadi pada papan dengan ukuran sekam 1 hingga 2 mm, dimana terjadi kenaikan nilai konduktivitas panas papan untuk setiap kenaikan kadar resin yang

Modification of Collaborative Online Learning For Scientific Writing Skills Enhancement.. Conference Paper ·

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku konsumen yang mencakup sikap dan norma subjektif dalam keputusan pembelian Smartphone OPPO pada Mahasiswa

Selain itu, adanya Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) tentu memiliki hasil atau dampak yang diperoleh dari mengikuti kegiatan FKDT di Kecamatan Bae,

Selain itu cerita dalam komik disusun berdasarkan langkah-langkah Problem Based Learning, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

Some of the basic indispensables, that will not only make your trip fun, but much more enjoyable and safe are a tent, sleeping bag, proper clothing, proper footwear,