• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala Penyusunan dan Pengimplementasian Kurikulum Integrasi

Dalam dokumen tesis model kurikulum integrasi (Halaman 175-182)

WEIGHTING OF ASSESSMENT OBJECTIVES

4.5. Kendala Penyusunan dan Pengimplementasian Kurikulum Integrasi

JUMLAH SISWA PEROLEHAN NILAI ( GRADE ) A B C D E U 1. Bahasa Inggris 17 _ 2 4 4 2 0 2. Biologi 7 _ _ 1 3 2 1 3. Fisika 4 _ 1 1 _ 1 1 4. Kimia 3 _ _ _ 1 2 0 5. Matematika 4 _ 1 1 1 _ 1

U = Ungrated ( tidak ada grade )

Dari data di atas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi internasional yang dicapai siswa Rintisan SBI masih jauh dari harapan, namun sekolah akan terus berusaha agar kompetensi internasional siswa dapat meningkat lebih baik lagi.

4.5. Kendala Penyusunan dan Pengimplementasian Kurikulum Integrasi

Dalam menyusun kurikulum integrasi dari dua kurikulum Nasional dan Internasional, pemilihan isi yang bermanfaat dan bermakna merupakan hal pokok yang menjadikan kurikulum tersebut efektif dengan tetap mengutamakan isi dari kurikulum Nasional.

a. Tahap adaptasi

Pada tahap ini menentukan mata pelajaran yang diadaptasi dari sekian beban mata pelajaran Nasional. Dalam Pagu SBI untuk tahap awal sekolah dapat menentukan mata pelajarannya sesuai dengan kesiapannya. Tahap awal dicanangkan yang diadaptasi adalah mata pelajaran Bahasa Inggris, Biologi, Fisika, Kimia dan Matematika. Kemudian menentukan level kurikulum Internasional yang sesuai dengan tingkatan usia siswa.

Ada beberapa level untuk setingkat SMP dan SMA yaitu O level, IGCSE level, AS level, dan A level. Level-level tersebut didasarkan pada usia siswa. Untuk setingkat SMA adalah level IGCSE, AS level dan A level. IGCSE untuk siswa berusia antara 15 sampai 16 tahun atau kelas X, untuk AS level untuk usia 16 sampai 17 tahun atau kelas XI dan A level untuk usia 17 sampai 19 tahun atau kelas XII. AS level merupakan tahapan untuk menuju pada A level.

b. Tahap pemetaan ( mapping )

Pada tahap ini menentukan pada semester berapa suatu

kompetensi diberikan, dengan pedoman pada kurikulum Nasional. c. Tahap pengintegrasian materi

Pengintegrasian materi dilakukan lintas matapelajaran maupun dalam satu matapelajaran tertentu. Pada tahap ini melakukan pemilahan dan pengintegrasian kompetensi dasar dan materi.

Pengintegrasian lintas meta pelajaran dilakukan agar tidak terjadi overlapping antar matapelajaran.

d. Tahap penyusunan program

Merupakan tahap penyusunan program tahunan dan program semester. e. Tahap penyususnan syllabus

Dari mapping yang telah disusun guru melakukan penyusunan syllabus yang merupakan garis besar g proses pembelajaran yang akan dilakukan.

f. Tahap penyusunan rencana pembelajaran

Pada tahap ini guru membuat perencanaan pembelajaran, menyusun modul ataupun handout dengan beberapa model pembelajaran dengan multi player yang memenuhi Taksonomi Bloom dan teori Multiple Intellegence.

Kurikulum terintegrasi sesungguhnya merupkan cara untuk mengajar siswa dalam rangka mengusahakan meniadakan batas antara mata pelajaran dan membuat belajar lebih bermakna bagi siswa. Penyusunan kurikulum ini adalah untuk mengajarkan tentang organisasi bahwa siswa dapat mengidentifikasi apa yang ada lingkungan, kehidupan di sekolah atau lebih tradisionil lagi mempelajari mitos atau legenda. Walaupun itu dalam penyusunan dan pengimplementasian kurikulum integrasi tidak sedikit kendala dan tantangan yang dihadapi.

Sesuai dengan hasi wawancara yang telah dihasilkan dapat peneliti uraikan bahwa untuk menyusun ada pengarahan dari kepala sekolah, waka kurikulum dan ketua program SBI tentang : (1) teknik penyusunannya yaitu (a) dilakukan analisis tujuan pembelajaran antara kurikulum dari BSNP dan dari CIE ( Cambridge ), (b) Mengintegrasikan kompetensi-kompetensi yang sama dan menambahkan kompetensi yang ada di CIE ke Nasional jika belum ada, (c) Mengatur sistematika materi secara runtut, (d) Menjabarkan kompetensi kompetensi tersebut ke dalam indikator-indikator, (e) Merumuskan pengalaman pembelajaran yang mengarah pada cara berpikir kritis dan analitis. (2) tentang komponen yang harus ada dalam syllabus yang sesuai dengan ketentuan BSNP yaitu (a) identitas sekolah, (b) standart kompetensi, (c) kompetensi dasar, (c) materi pokok, (d) indikator, (e) pengalaman belajar, (penilaian, (f) Alokasi waktu, (g) Sumber/ Alat belajar. (3) Untuk syllabus dibuat dalam bentuk matrik. Untuk tujuan pembelajaran dapat dipisahkan dalam matrik tersendiri atau disatukan dalam satu matrik.

Sedangkan kendala - kendala yang dihadapi dalam menyusun dan mengimplementasikan kurikum integrasi di SMAN 3 Madiun yang dapat peneliti uraikan dari beberapa hasil wawancara, antara lain : (a). Keterbatasan kemampuan pemahaman berbahasa inggris sehingga penyusunan silabus dibuat bertahap, tahun pertama kelas X, tahun ke dua kelas XI dan tahun ketiga kelas XII, (b) Waktu yang diperlukan

cukup lama, (c) Materi di kurikulum nasional terlalu luas dan kurang mendalam sedang kurikulum internasional luas dan sangat mendalam, (d) Pengalokasian waktu belajar lebih banyak, ( e) Keterbatasan buku referensi guru.

Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh salah satu responden, (Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum) bahwa:

“Ada beberapa kendala antara lain : (a) materi menjadi lebih sarat, (b) materi yang sulit, pemberian materi dalam bahasa Indonesia, untuk meminimalkan salah persepsi, (c) dengan materi yang detail guru harus belajar dari banyak referensi khususnya referensi yang diterbitkan oleh Cambridge, (d) Kemampuan bahasa inggris siswa yang belum

maksimal, (e) guru harus membuat handout pada setiap materi dalam bahasa inggris, (f) kurangnya referensi untuk siswa”

Sedangkan syllabus yang disusun hanya matapelajaran bahasa Inggris, Matematika, Biology, Fisika dan Kimia, lebih lanjut Ketua Program rintisan SBI mengatakan:

“Untuk tahap rintisan ini yang diadaptasikan adalah Bahasa Inggris dan hard science dengan alasan bahwa untuk mata pelajaran-mata pelajaran di atas nantinya akan dilakukan sertifikasi internasional dan mata pelajaran tersebut sifatnya sangatlah universal atau umum, sehingga siswa diharapkan tidak begitu mengalami kesulitan nantinya jika mereka mengikuti sertifikasi internasional”.

Dalam hal ini syllabus disusun oleh guru masing-masing kelompok mata pelajaran secara bersama-sama. Berkaitan dengan proses penyusunan kurikulum ini, seperti yang telah didapatkan dari hasil wawancara dengan guru-guru yang ikut menyusun kurikulum integrasi dapat disimpulkan bahwa sangat berat untuk menyusun kurikulum integrasi. Hal ini disebabkan karena: (1) Kemampuan

pemahaman dalam bahasa Inggris sangat kurang, (2) Waktu yang diperlukan cukup lama, (3) Materi di kurikulum nasional terlalu luas dan kurang mendalam sedang kurikulum internasional luas dan sangat mendalam, (4) Pengalo kasian waktu belajar lebih banyak, (5)

Keterbatasan buku referensi guru.

Selain itu, upaya untuk tingkat mutu pendidikan juga terus dilakukan dengan makalah penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan berulang kali. Meskipun pihak sekolah/guru memiliki kebebasan untuk menyusun program pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada, namun masih banyak sekolah/guru yang tidak mampu untuk menyusun kurikulum sendiri walaupun sudah diberikan acuan berupa standar isi dan standar kompetensi.

Dalam penyusunan dan pengimplementaian kurikulum integrasi tidak sedikit kedala yang dihadapi oleh SMA Negeri 3 Madiun sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Adapun kendala tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Urusan Kurikulum dan Ketua Program SBI sebagai berikut :

Pertama: tidak adanya dokumen kurikulum yang diadaptasi sebagai contoh, dari pembuat kebijakan.

Kedua : tidak adanya ketentuan kurikulum internasional yang akan diadaptasi dan level kurikulum yang akan diadaptasi.

Ketiga : tidak adanya petunjuk yang baku dalam penyusunan kurikulum dari pembuat kebijakan

Keempat : keterbatasan guru dalam penguasaan bahasa Inggris, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami isi dan materi kurikulum dari Cambridge University

Kelima : dalam standart isi hanya berisi standart kompetensi dan kompetensi dasar, indicator tiap-tiap kompetensi dasar guru harus menjabarkan dan mengintegrasikan dengan indicator internasional.

Keenam : memahami kedalaman materi yang diminta oleh kurikulum internasional.

Ketujuh : keterbatasan buku referensi internasional baik untuk guru maupun siswa.

Kedelapan : keterbatasan sekolah dalam menyediakan sarana pembelajaran yang berbasis ICT sesuai tuntutan kurikulum internasional.

Kesembilan : keterbatasan waktu guru untuk mempelajari dan menyiapkan perangkat pembelajaran yang dituntut oleh standart criteria SBI.

Lebih lanjut Wakil Kepala Urusan Kurikulum menjelaskan bahwa : “ Dalam implementasi kurikulum integrasi kendala yang dijumpai adalah keterbatasan kemampuan berbahasa inggris siswa dalam memahami handout maupun literature “

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi oleh SMA Negeri 3 Madiun dalam menyusun dan mengimplementasikan kurikulum integrasi, sebagai wujud implementasi dari suatu kebijakan adalah tidak adanya kejelasan petunjuk dan arahan tentang kurikulum adaptasi dan mekanisme adaptasi dan integrasinya, kurang siapnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan sehingga terkesan terburu-buru dan asal-asalan, tidak adanya dokumen kurikulum adaptasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan acuan penyusunan kurikulum integrasi, sehingga tidak menutup kemungkinan tiap sekolah melakukan pengadaptasian dan pengintegrasian sesuai pemahaman masing-masing. Keterbatasan sumber daya manusia dalam hal ini guru, yang telah lama terbuai dengan proses pembelajaran yang cenderung monoton dan tradisionil, sulit untuk mengubah mind set guru untuk lebih kreatif dan inovatif, enggan belajar ICT, enggan berlatih berbahasa inggris dan mengubah

teknik pembelajaran. Siswa masuh perlu penjelasan dalam bahasa Indonesia pada materi-materi yang merasa sulit, perlu dibimbing untuk memahami handout, literature maupun worksheet. Sarana pembelajaran yang kurang mencukupi jumlahnya.

Dalam dokumen tesis model kurikulum integrasi (Halaman 175-182)