• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGARUH PERTANIAN KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP

4.2 Keadaan Sosial Masyarakat Kec Bagan Sinembah Setelah Dibukanya

4.2.1 Kepadatan Penduduk

Sudah terbukti, dengan dibukanya pertanian kelapa sawit, maka semakin berkembanglah daerah ini, terlihat dari perkembangannya dalam segi ekonomi dan ditambah lagi dengan adanya program pemerintah yang menyelaraskan antara program pengembangan

perkebunan dengan program transmigrasi serta pertambahan angka tenaga kerja yang semakin tinggi, maka semakin ramailah daerah ini, terutama di daerah Bagan Batu yang merupakan pusat kota kecamatan Bagan Sinembah, sehingga wajar saja bila konsentrasi penduduk lebih tinggi di daerah ini daripada daerah lain. Semakin baik perekonomian suatu wilayah, maka semakin tinggi pula jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Ketika salah satu anggota keluarga telah memiliki lahan perkebunan kelapa sawit dan telah merasakan hasilnya, maka ia akan memanggil anggota keluarganya yang lain yang dianggap masih rendah taraf perekonomiannya di kampung halaman untuk pindah ke daerah ini dan membuka perkebunan kelapa sawit dan begitu seterusnya.

Semakin tinggi tingkat perekonomian suatu daerah maka semakin tinggi pula minat masyarakat untuk pindah ke daerah tersebut. Persoalan perpindahan penduduk dalam kehidupan manusia sering dikaitkan dengan berbagai faktor kehidupan, antara lain, ekologi, keadaan geografis (menyangkut jarak dan keadaan tanahnya), aspek sosial budaya menyangkut adat istiadat dan kebiasaan hidup dalam kelompoknya dan lain sebagainya. Persoalan-persoalan tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang berbeda-beda dalam kehidupan masyarakat dan sudah tentu salah satu dari faktor tersebut merupakan alasan tujuan perpindahan yang paling dominan.

Biasanya orang atau sekelompok masyarakat yang pindah dari suatu tempat ke tempat lain secara umum disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (full factor). Faktor pendorong meliputi hal-hal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan setempat yang tidak memungkinkan lagi untuk mendukung aspek kehidupan, khususnya yang berhubungan dengan aspek ekonomi. Sedangkan faktor penarik disebabkan

oleh adanya berbagai kemungkinan yang dapat memenuhi tuntutan kehidupan khususnya yang berkaitan dengan aspek ekonomi di daerah tujuan perpindahan. Kedua faktor tersebutlah yang mewujudkan kelangsungan perpindahan, dan sudah tentu tidak terlepas dari proses berbagai faktor yang saling berhubungan satu sama lain di dalamnya yang mengakibatkan semakin padatnya penduduk pada suatu daerah.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, bahwa perpindahan penduduk secara spontan selalu didasari dengan berbagai alasan. Alasan-alasan itu antara lain berupa faktor ekonomi, sosial, politik, budaya.53

Terkadang bukan karena tanah di kampung halaman yang tidak baik atau kurang subur melainkan tanah yang mereka miliki di kampung sedikit atau bahkan mereka tidak memiliki tanah sama sekali sehingga mereka merasa terdorong untuk pindah ke daerah baru tersebut ditambah lagi harga tanah di daerah yang dituju lebih murah dibanding harga tanah di kampungnya. Seseorang atau kelompok masyarakat yang pindah ini biasanya karena mereka telah mendapat informasi mengenai daerah yang dituju dari teman ataupun dari Keadaan alam yang tidak baik atau tidak menguntungkan untuk usaha pertanian misalnya, menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat meninggalkan kampung halaman mereka dan pindah ke tempat lain untuk mencari sumber perekonomian yang lebih menguntungkan. Selain faktor pendorong, daya tarik daerah tujuan pun kelihatannya turut menentukan seseorang atau kelompok masyarakat untuk pindah ke daerah yang baru tersebut. Oleh karena itu, seringkali kesuburan tanah, fasilitas pendidikan dan prasarana sosial terlebih sumber penghasilan yang ada di tempat tujuan merupakan daya tarik buat seseorang untuk tinggal menetap di daerah tersebut.

53

Ahmad Sahur, dkk, Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial, Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988. Hlm. 219.

keluarga mereka yang telah tinggal menetap di daerah yang hendak dituju tersebut sehingga mereka melihat buktinya secara langsung dan tidak ragu-ragu lagi untuk ikut tinggal menetap di daerah baru itu.

Selain itu, masalah ekologis juga menjadi alasan perpindahan seseorang atau sekelompok orang, yang disebabkan oleh karena ketidak seimbangan antara lahan pertanian dengan jumlah penduduk, terutama yang menyangkut kebutuhan dasar manusia. Akibatnya hasil-hasil produksi tidak mencukupi dan secara luas hanya dinikmati oleh golongan yang mampu. Sehingga mereka terdorong untuk mencari daerah yang baru untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Di pemukiman baru mereka membuka kebun. Mereka juga membeli tanah setelah menggadaikan atau menjual sawahnya yang tidak begitu luas atau menjual satu-satunya kerbau yang mereka miliki. Dengan demikian, upaya mereka untuk meningkatkan taraf hidup adalah berdasarkan usaha sendiri tidak seperti para transmigran terlebih yang berasal dari pulau Jawa yang telah dibekali dengan berbagai fasilitas oleh pemerintah.

Seseorang mau pindah ke daerah yang baru tentu saja karena daerah yang didatangi memiliki daya tarik tersendiri. Di dalam buku Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial

karangan Ahmad Sahur, dkk dijelaskan bahwa yang menjadi daya tarik daerah tujuan ialah menyangkut faktor keluarga, harga tanah yang lebih murah, faktor geografis dan faktor lapangan pekerjaan di sektor pertanian. Daerah Bagan Sinembah sendiri memiliki daya tarik sebagaimana yang telah disebutkan di dalam buku tersebut. Pada awal-awal perkembangannya yakni setelah dimulainya program pemerintah dengan pola PIR, belum banyak orang yang mengenal daerah Bagan Sinembah ini dan masyarakat belum begitu

percaya bahwa ekonomi pertanian kelapa sawit merupakan perekonomian yang menjanjikan. Namun, seiring berjalannya waktu, sudah semakin banyak orang yang tergiur dengan perekonomian kelapa sawit di daerah ini karena sudah melihat bukti dari teman atau keluarganya yang telah tinggal menetap di daerah Bagan Sinembah dan di tambah lagi karena pada saat itu lahan di Bagan Sinembah masih tergolong murah karena kebanyakan merupakan kawasan hutan dan daerah rawa-rawa atau lahan gambut yang miskin unsur haranya. Selain faktor ekonomis, faktor geografis juga ikut menentukan daya tarik daerah tujuan pada saat itu. Letak geografis daerah Bagan Sinembah yang tidak begitu jauh (kedekatan wilayah) dari Sumatera Utara membuat orang-orang dari Sumatera Utara merasa tertarik untuk pindah ke daerah ini khususnya dari daerah Tapanuli dan Tanah Karo. Pada dasarnya kepindahan mereka dilatarbelakangi oleh faktor ekonomis dan ekologis selain daya tarik keberadaan keluarga di daerah baru tersebut. Mereka mulai tinggal menetap setelah memperoleh rumah sendiri, baik dengan jalan membeli atau membuka tanah kosong.

Tabel 5

Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Bagan Sinembah Tahun 1995-2000

Sumber: Kantor Kecamatan Bagan Sinembah, BPS Rokan Hilir dan wawancara dengan Bapak Mardinaf (data diolah penulis)

Data tentang perkembangan jumlah penduduk di atas dibuat berdasarkan data yang didapat dari Kantor Kecamatan Bagan Sinembah, BPS Rokan Hilir dan hasil wawancara dengan Bapak Mardinaf selaku kepala bagian di bidang pemerintahan kantor camat Bagan Sinembah serta hasil olahan penulis. Oleh karena sulitnya mendapatkan data yang lengkap mengenai jumlah perkembangan penduduk di kecamatan Bagan Sinembah, maka data di atas belum bisa dikatakan benar atau tepat namun sudah mendekati perkiraan.

Data jumlah penduduk di kecamatan Bagan Sinembah dibuat mulai tahun 1995, berkaitan dengan terbentukanya kecamatan Bagan Sinembah yakni pada tahun 1995. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa sebelum tahun 1995, kecamatan Bagan Sinembah hanyalah sebuah desa yang sangat luas yakni desa Bagan Sinembah. Dari tabel di atas

No Tahun Jumlah Penduduk/Jiwa

1. 1995 62.297 2. 1996 66.921 3. 1997 69.428 4. 1998 76.645 5. 1999 81.269 6. 2000 87.958

diketahui bahwa jumlah penduduk di kecamatan Bagan Sinembah terus meningkat. Ini disebabkan oleh karena perkebunan kelapa sawit yang semakin menjanjikan sehingga menarik minat penduduk dari luar daerah Bagan Sinembah untuk menempati wilayah ini. Kenaikan jumlah penduduk di kecamatan Bagan Sinembah yang tertinggi terjadi mulai tahun 1997-2000. Hal ini terjadi karena pada tahun-tahun tersebut harga kelapa sawit mengalami kenaikan sehingga para petani peserta ataupun petani di luar proyek PIR mengajak keluarga atau kenalan mereka untuk pindah ke daerah Bagan Sinembah untuk membuka pertanian kelapa sawit karena hasilnya terbukti dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Pertambahan penduduk di Kecamatan Bagan Sinembah ini tidak terlepas dari adanya program pemerintah melalui pola PIR yang dikaitkan dengan penyebaran penduduk. Selain itu, pertambahan penduduk yang semakin meningkat ini juga dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang semakin tinggi di daerah ini. Banyak masyarakat di Kecamatan ini, khususnya bagi mereka yang memiliki pertanian kelapa sawit yang cukup luas, merasa tidak sanggup untuk mengurusnya sendiri sehingga memerlukan tenaga orang lain untuk membantu mereka. Hal ini sesuai dengan pengaruh perkebunan yang menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga, semakin baik perekonomian di sektor pertanian di daerah ini maka semakin banyak pula tenaga kerja yang merasa tertarik bekerja serta mengembangkan dirinya khususnya dalam segi ekonomi.

Penduduk di kecamatan Bagan Sinembah dapat digolongkan pada kategori masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, dan golongan. Adapun etnis atau suku yang mendiami kecamatan ini setelah perkembangan perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan pertambahan penduduknya serta

keanekaragaman suku yang mendiami daerah ini yakni adanya suku Jawa yang berkaitan dengan pola transmigrasi, suku Batak (Karo, Mandailing, Simalungun dan Toba), etnis Cina yang selalu mendiami kawasan perdagangan, suku Minang serta suku Melayu yang merupakan penduduk asli yang berada di posisi yang cukup rendah yang menempati daerah ini bila dibandingkan dengan suku pendatangnya dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel di bawah ini.

Tabel 6

Penduduk kecamatan Bagan Sinembah menurut Etnis/suku (dalam persen)

No Etnis/suku Persentasi 1 Jawa 40% 2 Batak 38% 3 Cina 8% 4 Melayu 7% 5 Minang 5% 6 Dan lain-lain 2%

Sumber: Kantor Kecamatan Bagan Sinembah

Etnis Cina juga sangat berperan dalam melanjutkan perkembangan daerah ini, terlebih dalam bidang-bidang perdagangan. Pada saat itu, orang Cina yang bernama Johan dianggap berani membangun ruko yang lebih dari satu di daerah ini, padahal kawasan ini masih dianggap sepi.54

54

Ibid., Bapak Muktar Waslin

berkembang maka ia berani membangun ruko serta membuka kawasan perdagangan. Dan keberanian pak Johan ini pun kemudian lambat laun diikuti oleh penduduk lainnya sehingga semakin banyak pulalah bangunan-bangunan pertokoan di daerah ini.

Dengan semakin berkembangnya pertanian kelapa sawit di daerah ini yang diikuti oleh perkembangan penduduknya, maka semakin beraneka ragam pula kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakatnya. Manusia adalah mahluk sosial, sehingga mereka membutuhkan bantuan orang lain di dalam memenuhi kehidupan mereka. Seperti kita ketahui bahwa daerah Bagan Sinembah merupakan daerah yang panas yang kebanyakan tanamannya adalah kelapa sawit dan tidak ada lautan di daerah ini, sehingga wajar saja jika masyarakat di kawasan ini membutuhkan hasil alam dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pupuk untuk pertanian kelapa sawit dan kebutuhan pangan sehari-hari seperti beras, sayur-sayuran, ikan, buah-buahan dan lain sebagainya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, muncullah pedagang sebagai pendistributor akan kebutuhan- kebutuhan masyarakat tersebut, seperti dari daerah Sumatera Utara yang membawa beras, sayur-sayuran, buah-buahann, ikan, dan lain sebagainya khususnya dari Tanah Karo, Padang Sidempuan, dan Tanjung Balai. Kedatangan para pedagang tersebut melahirkan suatu tempat yang disebut dengan pasar, sebagai pusat perdagangan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.

Pada tahun 1984, mulai dibuka suatu tempat yang merupakan pusat perdagangan di desa Bagan Sinembah atau kecamatan Bagan Sinembah sekarang yang dikenal dengan sebutan pajak. Di pasar inilah terjadi hubungan yang timbal antara pedagang dan si pembeli. Pedagang menjual barang dagangannya dengan mengharapkan keuntungan yang besar untuk

memenuhi kebutuhannya sehari-sehari dan penduduk di kecamatan Bagan Sinembah juga membutuhkan barang-barang dagangan tersebut untuk kebutuhan pangan mereka, maka terjadilah hubungan timbal balik, yang saling membutuhkan serta menguntungkan antara satu dengan yang lainnya. Dan tidak jarang, di antara para pedagang tersebut membeli lahan perkebunan kelapa sawit, karena telah melihat bahwa pertanian kelapa sawit memiliki keuntungan yang jelas dan dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka dan kebanyakan mereka tinggal menetap. Sehingga semakin ramai dan berkembanglah daerah ini yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi yang semakin meningkat serta beraneka ragam.

Sebelum adanya pasar di daerah ini, masyarakatnya hanya mengenal along-along

sebagai tempat berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya untuk kebutuhan pangan. Along-along sebenarnya adalah sebutan untuk keranjang yang dipasang di kendaraan roda dua (kereta) dan biasanya digunakan untuk mengangkut kelapa sawit yang baru dipanen sampai ke tepi jalan. Namun pengertian along-along yang dimaksud di sini adalah berjualan kebutuhan sehari-hari seperti sayur, buah, ikan dan lain sebagainya dengan menggunakan keranjang yang diletakkan di atas kendaraan beroda dua kemudian dijual secara berkeliling. Setelah penduduk di daerah ini khususnya di desa Bagan Sinembah mulai ramai dan berkembang, maka berjualan dengan menggunakan keranjang along-along pun mulai mengalami pergeseran dengan mulai munculnya suatu kegiatan perdagangan yang dikenal dengan istilah pekan. Pekan sama saja dengan pasar jika dilihat dari segi fungsinya, yang membedakannya dengan pasar adalah pekan buka seminggu sekali dan ada yang dua minggu sekali, tetapi pasar buka setiap hari. Dengan semakin berkembangnya pertanian kelapa sawit di daerah ini yang diikuti oleh perkembangan masyarakatnya, maka kegiatan

ekonomi perdagangan dalam bentuk pekan dianggap tidak efisien lagi sehingga dibentuklah pasar sebagai tempat untuk berjualan setiap hari yang dianggap lebih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu.

Di Kecamatan Bagan Sinembah hanya ada 2 pasar yakni yang dikenal dengan pajak lama dan pajak baru,55

Pertambahan serta keanekaragaman penduduk di kecamatan Bagan Sinembah ini dapat juga dijelaskan dengan meminjam teori dari ilmu sosial seperti kajian sosiologi ekonomi. Kajian sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan tersebut, dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi. Begitu juga sebaliknya, bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat. Dengan pemahaman konsep masyarakat tersebut, maka sosiologi ekonomi mengkaji masyarakat yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial dalam hubungannya dengan ekonomi. Sama halnya dengan proses pertambahan serta keanekaragaman penduduk di kecamatan Bagan Sinembah yang semakin terlihat jelas dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya dan hanya terletak di daerah Bagan Batu yang merupakan pusat kota kecamatan Bagan Sinembah. Di desa-desa lainnya yang termasuk ke dalam kecamatan Bagan Sinembah, hanya ada along-along yang datangnya setiap pagi dan pekan, yang buka seminggu sekali dan ada yang dua kali dalam seminggu sebagai tempat berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, karena semakin berkembangnya jalan raya dan alat transportasi di kecamatan ini maka, sering juga masyarakat dari desa lain yang berbelanja ke daerah Bagan Batu dengan mudah.

55

kegiatan ekonomi di daerah ini yang berhubungan dengan semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit. Sehingga, jelaslah bahwa ekonomi dapat mempengaruhi masyarakat.

4.2.2 Transportasi

Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan perekonomian suatu daerah. Apabila prasarana jalan diibaratkan sebagai urat nadi maka prasarana pengangkutan diibaratkan seperti darah yang mengalir melalui urat nadi tersebut. Setelah berkembangnya pertanian kelapa sawit serta menunjang perekonomian masyarakatnya, maka jalur transportasi pun sudah semakin baik. Perkembangan ini tidak terlepas dari peran serta pemerintah melalui pola PIR, di mana dengan dibukanya Perkebunan Inti Rakyat, maka dibuka pula lah jalur transportasi atau infrastruktur di daerah ini untuk pengangkutan hasil perkebunan kelapa sawit. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa sebelum perkebunan kelapa sawit di buka di daerah ini, jembatan yang berada di daerah kota pinang belum dibangun, sehingga menuju Riau dari arah Sumatera Utara harus memakan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari karena harus menggunakan sampan atau getek, dan dengan menempuh rute perjalanan yang lebih jauh. Namun, lambat laun keadaan pun semakin berubah, seiring perkembangan daerah ini baik khususnya dari sisi ekonomi.

Di kecamatan Bagan Sinembah sendiri sudah memiliki prasarana jalan yang cukup baik, di mana jalan-jalannya sudah diaspal sehingga memberi kemudahan serta kelancaran pada arus transportasi terlebih ketika perkebunan kelapa sawit sudah berkembang di daerah ini. Alat transportasi yang kebanyakan digunakan di daerah ini adalah kendaraan bermotor

baik roda dua, roda tiga (becak) maupun roda empat. Becak merupakan alat transportasi yang paling mudah ditemui di daerah ini, karena memiliki jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan dengan angkutan kota (angkot) yang hanya sedikit jumlahnya. Kepadatan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya di kecamatan Bagan Sinembah ini tidak terlepas dari pengaruh jalan atau jalur transportasi yang sudah cukup baik untuk dilalui.

4.2.3 Pengembangan Wilayah

Suatu daerah tertentu dapat disebut sebagai sebuah wilayah atau suatu kesatuan administratif pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila daerah tersebut memiliki unsur-unsur seperti ruang, berupa bentangan geografi dengan batas-batas jelas beserta infrastruktur di dalamnya dengan udara di atasnya sesuai yang diakui secara hukum yang berlaku, memiliki sumber daya baik sumber daya alam atau kekayaan-kekayaan alam yang dapat menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk melakukan pengembangan wilayah itu yaitu sumber daya manusia serta pelaksana administrasi atau pemerintah yang bertugas melaksanakan pengaturan yang diperlukan bagi keberadaan wilayah tersebut.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit, baik dengan pola PIR, transmigrasi maupun dengan pola-pola lainnya merupakan pengembangan ‘kota skala mini’ dengan berbagai fasilitas di dalamnya.56

56

Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 2007, 15(2). hal. 104.

Sejalan dengan itu, pengembangan kelapa sawit rakyat di daerah pengembangan baru harus didukung dengan konsep perencanaan wilayah yang matang dan terpadu, tidak hanya memperhatikan potensi sumber daya alam dan sosial ekonomi, tetapi perlu juga memperhatikan aspek perencanaan infrastruktur dan tata lingkungan. Dalam

konteks perkelapasawitan, budidaya kelapa sawit di kawasan transmigrasi harus menjadi

economic generator yang menggerakkan sektor-sektor lain dalam pembangunan wilayah. Pengembangan wilayah (regional development) merupakan seluruh tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan pelakunya dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada untuk mendapatkan kondisi-kondisi atau tatanan kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakatnya.57

Konsep pengembangan wilayah di kecamatan Bagan Sinembah ini dimulai dari sektor perkebunan yang terus berkembang sehingga wilayahnya juga turut berkembang. Dan

Upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis yang sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pembangunan sektoral, karena pengembangan wilayah sangat berorientasi pada permasalahan pokok wilayah yang saling terkait, sementara pembangunan sektoral sesuai dengan tugasnya, yang bertujuan untuk mengembangkan sektor tertentu misalnya pada sektor perkebunan rakyat. Meskipun kedua konsep tersebut berbeda, namun keduanya saling melengkapi, dalam arti bahwa pengembangan wilayah tidak mugkin terwujud tanpa adanya pembangunan sektoral. Begitu juga sebaliknya, pembangunan sektoral yang tidak diikuti oleh pengembangan wilayah, maka pembangunan sektoral tersebut dapat dikatakan tidak berhasil dalam menjalankan perannya. Dengan demikian, dengan adanya pembangunan sektoral diharapkan mampu mengembangkan suatu wilayah.

57

perkembangan kecamatan Bagan Sinembah ini tidak terlepas dari campur tangan pemerintah, masyarakat, serta dunia usaha atau pemilik modal yang disebut sebagai pelaku-pelaku pengembangan wilayah. Pemerintah bertugas melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan di dalam proses pengembangan suatu wilayah, menciptakan iklim sosial dan politik serta keamanan yang baik sehingga turut menunjang pengembangan suatu wilayah. Selain itu, di dalam melaksanakan pengembangan wilayah, masyarakat berfungsi sebagai penyedia sumber daya manusia, pengawas bahkan sebagai penyedia sebagian modal yang diperlukan bagi pengembangan suatu wilayah. Serta dunia usaha atau pemilik modal yang berperan sebagai pemasok jasa, keahlian, dana maupun material yang diperlukan di dalam proses pengembangan suatu wilayah. Di dalam menyusun perencanaan bagi pengembangan wilayah Bagan Sinembah ini masyarakat dan dunia usaha diberikan keleluasaan dalam berinisiatif yang didasarkan pada kebutuhan mereka dan orientasi pasar.

Proses Perkembangan Wilayah

Sumber: Buku Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah: Konsep dan Pengembangan, oleh Urbanus M. Ambardi, Socia Prihawantoro, hlm 62.

Migrasi Sumber Daya Manusia Pertambahan Penduduk Alami Potensi Sumberdaya Alam Aliran Investasi dan Teknologi Perkembangan Sumberdaya Manusia Perkembangan Ekonomi Wilayah PENGARUH EKSTERNAL WILAYAH: -Globalisasi Ekonomi (FDI) -Kerjasama Ekonomi antar

Negara (KESR)

KEBUTUHAN PEMBANGUNAN RUANG DAN PRASARANA WILAYAH

Dokumen terkait