• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEWENANGAN KURATOR DALAM KEPAILITAN

B. Kepailitan Perseroan Terbatas

Adapun jenis kegiatan yang dilakukan oleh perseroan terbatas sebagai

sebuah perusahaan yang menjalankan usahanya harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, atau kesusilaan.32

Dasar hukum yang mengatur terbentuknya suatu perseroan terbatas adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dasar hukum dalam melaksanakan pengelolaan perseroan terbatas ada pada pedoman yang disepakati dalam anggaran dasar dari perseroan terbatas.

31

Imran Nating, Op. Cit. hal. 107.

32

Iman Syaputra tunggal dan Amin Wijaya Tunggal, Undang-Undang Perseroan Terbatas Indonesia beserta Peraturan Pelaksanaannya, (Jakarta : Harvarindo, 2000), Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas, hal. 66.

Perseroan terbatas merupakan badan hukum (rechtspersoon) sehingga perseroan terbatas merupakan subjek hukum mandiri atau persona standi in

judicio. Sejauh menyangkut kedudukannya di muka hukum, perseroan seperti

halnya orang-perorangan adalah mengemban hak dan kewajiban. Walaupun perseroan terbatas adalah suatu subjek hukum mandiri, pada hakikatnya perseroan terbatas adalah suatu “artificial person” karena merupakan produk kreasi hukum. Kenyataannya ini menjadi sebab mengapa perseroan terbatas memiliki organ-organ tertentu seperti RUPS, direksi, dan komisaris untuk dapat melakukan perbuatan hukum.33

Di sini akan mengangkat pembahas mengenai direksi sebagai salah satu organ perseroan terbatas. Direksi merupakan organ perseroan terbatas yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan

Pimpinan perseroan berikut usaha-usahanya berada di tangan direksi. Kewenangan pengurusan meliputi semua perbuatan hukum yang mencakup maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan sebagaimana dimuat dalam anggaran dasarnya. Dengan demikian maka direksi juga memiliki kewewenangan dalam melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga. Kepengurusan oleh direksi tidak terbatas pada memimpin dan menjalankan kegiatan rutin sehari-hari.

33

Direksi berwenang dan wajib mengambil inisiatif dan membuat rencana masa depan perseroan dalam mewujudkan maksud dan tujuan perseroan. Dalam kaitan ini perlu diperhatikan bahwa kewenangan direksi untuk melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan tidak terbatas pada perbuatan hukum yang secara tegas disebut dalam maksud dan tujuan perseroan, melainkan juga meliputi perbuatan-perbuatan yang menurut kebiasaan, kewajaran dan kepatutan dapat disimpulkan dari maksud dan tujuan perseroan serta berhubungan dengannya sekalipun perbuatan-perbuatan tersebut tidak secara tegas disebutkan dalam rumusan maksud dan tujuan perseroan.34

Direksi perseroan terbatas tersebut melakukan perbuatan hukum mengenai harta kekayaan perseroan terbatas untuk melaksanakan maksud dan mencapai tujuan dari perseroan terbatas. Dalam melaksanakan maksud dan tujuan dari perseroan terbatas tersebut maka perseroan terbatas melakukan suatu perjanjian maupun perikatan dengan badan hukum lain maupun yang bukan badan hukum. Semua perikatan tersebut menjadi hutang bagi perseroan terbatas selaku debitor dan apabila tidak dipenuhi sebagaimana telah dijanjikan dalam suatu perjanjian, maka memberikan hak kepada kreditor untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada perseroan terbatas sebagai debitor dengan catatan adanya kreditor lain.

Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang debitor yang memiliki kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga. Dengan telah ditetapkannya suatu perusahaan

34Rachamadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung : Alumni, 2004), hal. 166.

dalam keadaan pailit berarti bahwa kekayaan debitor akan berada di bawah sita umum dan debitor demi hukum telah kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya karena dianggap tidak mampu lagi.

Pada prakteknya pelunasan kewajiban perseroan kepada kreditornya sangat bergantung pada kehendak, dan itikad baik perseroan, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh direksi perseroan. Kepailitan merupakan suatu istilah teknis yang menunjuk pada suatu keadaan dimana debitor yang dinyatakan pailit tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengurus harta kekayaannya. Kewenangan tersebut oleh Pengadilan dilimpahkan kepada Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas. Selama kepailitan berlangsung, pada prinsipnya debitor pailit tidak berhak dan berwenang lagi untuk membuat perjanjian yang mengikat harta kekayaannya. Setiap perjanjian yang dibuat oleh debitor pailit selama kepailitan berlangsung tidak mengikat harta pailit, oleh karena salah satu tujuan kepailitan adalah untuk melakukan pemberesan atas harta pailit untuk kepentingan para kreditor.35

Kepailitan badan hukum tidak mengurangi kewenangan dan kecakapan bertindak pengurusnya. Kepailitan tidak menyentuh status hukum badan hukum, mengingat bahwa kepailitan hanya mencakup harta kekayaan badan hukum. Badan hukum sebagai sebjek hukum mandiri tetap cakap bertindak dan oleh karena itu pada dasarnya direksi tetap memiliki kewenangan berdasarkan hukum.36

35

Fred BG Tumbuan, “Pembagian Kewenangan antara Kurator dan Organ Perseroan Terbatas”, lokakarya Terbatas Masalah Kepailitan dan Hukum Bisnis lainnya, Jakarta, 2004, hal. 247.

36

Dalam hal ini berarti direksi peseroan terbatas tetap berwenangan mewakili perseroan secara sah dalam melakukan setiap perbuatan hukum, baik yang berhubungan dengan hak dan kewajibannya, sejauh perbuatan hukum tersebut bukan merupakan pengurusan dan perbuatan pengalihan berkenaan dengan kekayaan perseroan tercakup dalam harta pailit.37

Seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab pernuh atas pengurusan perseroan serta mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam Pasal 97 ayat (3) dinyatakan bahwa direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan bertanggung jawab secara pribadi atas kesalahan dan kelalaiannya.

Dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU secara tegas dinyatakan bahwa debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, dalam hal kepailitan perseroan terbatas maka direksi perseroan terbatas akan kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya.

Dengan adanya penyataan kepailitan terhadap perseroan terbatas maka semua hal yang berhubungan dengan pengurusan dan pemberesan terkait dengan harta kekayaan akan diambil alih oleh kurator. Tetapi diluar harta kekayaan direksi tetap mempunyai hak dan kewajibanya yang lain.

Pasal 104 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas menentukan bahwa dalam hal kepailitan karena kesalahan atau kelalaian direksi dan

37

harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban perseroan dalam

kerpailitan tersebut, maka setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.

Ketentuan tersebut merupakan perwujudan dari kewajiban direksi terhadap kreditor perseroan. Dengan kata lain Undang-Undang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa salah satu kewajiban direksi perseroan terbatas adalah memperhatikan kepentingan para kreditor perseroan .

Dokumen terkait