• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepatuhan Penatalaksanaan Diet DM 1.Pengertian kepatuhan 1.Pengertian kepatuhan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kepatuhan Penatalaksanaan Diet DM 1.Pengertian kepatuhan 1.Pengertian kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan petunjuk pada resep serta mencangkup penggunaannya pada waktu yang benar (Siregar, 2006).

Kepatuhan telah didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku pasien secara sukarela, berhubungan dengan rekomendasi klinis dari penyedia pelayanan kesehatan dan menunjukan bahwa pasien mandiri dan berperan aktif dalam menetapkan tujuan untuk menjalani perawatan kesehatan mereka (Saborit & Theofiliu, 2012).

Menurut Stanley (2007) kepatuhan merupakan tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi yang sudah ditentukan baik diet, latihan, pengobatan maupun kontrol dengan tenaga kesehatan. Pada DM tipe 2, diet merupakan salah satu pilar yang penting dalam penatalaksanaan DM yang meliputi jenis makan, jadwal makan dan jumlah makan (Perkeni, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa kepatuhan diet DM merupakan sejauh mana perilaku individu secara sukarela untuk

34

mengikuti diet yang telah dianjurkan sesuai dengan jenis, jumlah dan jadwal makan.

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Pola makan diabetisi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri pasien maupun dari luar diri pasien (Knienfild, 2006). Berikut faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan :

a. Faktor internal

1. Pendidikan dan pengetahuan

Menurut Winkleby et al (1992) dalam Lestari (2012) menyebutkan bahwa pendidikan tinggi akan mempunyai kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk memahami perilaku diet dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah (Ouyang, 2007). Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku hidup sehat.

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasai oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Kepatuhan diabetisi dalam pelaksanaan diet DM secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil tahu pasien DM yang didapatkan dari pendidikan, sumber informasi maupun media massa (Purwanto, 2011).

2. Keyakinan dan sikap positif

Suatu syarat untuk menumbuhkan kepatuhan adalah mengembangkan tujuan kepatuhan dimana seseorang akan patuh apabila memiliki keyakinan dan sikap positif dari dalam diri sendiri terhadap diet. Rotter (1996) menyatakan bahwa keyakinan atau harapan-harapan individu mengenai penyebab peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya disebut dengan locus of control (Widodo, 2007) dan derajat keyakinan dalam mempersepsikan kualitas kesehatan dirinya disebut dengan health locus of control (Sweeting dalam Mandasari, 2012). Menurut konsep model kepercayaan kesehatan, persepsi yang positif dari seseorang merupakan unsur penting yang melandasi untuk mengambil tindakan yang baik dan sesuai untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit dan pengobatan untuk DM (Rosesnstock et al, 1998 dalam Lestari, 2012). Kepuasan dan ketaatan dapat ditingkatkan dengan memastikan bahwa anjuran dan komunikasi dan pendidikan kesehatan berhubungan langsung dengan keyakinan yang mendasari suatu perilaku sehat dan sakit (Bidari, 2010).

3. Tipe kepribadian

Kepribadian mencangkup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu tetapi melakukan sesuatu (Feist & Feith, 2009). Tipe kepribadian berguna untuk mengetahui kecenderungan pola pikir

36

dan perilaku seseorang sehingga menumbuhkan kepatuhan dengan mengembangkan tujuan kepatuhan dan mengembangkan strategi untuk merubah perilaku (Lestari, 2014).

b. Faktor eksternal 1. Dukungan keluarga

Faktor psikososial yang erat kaitannya dengan perilaku kesehatan adalah adanya interaksi sosial dalam bentuk dukungan baik dukungan keluarga maupun dukungan secara sosial dan kaitannya dengan perilaku diet (Hendro, 2010). Peranan keluarga terhadap keberhasilan diet penderita DM sangat besardan keterbatasan peran keluarga akan menurunkan kepatuhan diet diabetisi (Tera, 2011).

2. Pendapatan

Dalam berbagai macam literatur menyebutkan bahwa pendapatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan (Lestari, 2012). Berdasarkan penelitian Ellis (2010) bahwa diabetisi dengan pendapatan rendah lebih tidak patuh (51,4%) dibanding yang mempunyai pendapatan tinggi karena orang yang mempunyai pendapatan yang rendah peluang untuk membeli makanan sesuai diet DM lebih sedikit dengan yang berpendapatan tinggi.

3. Interaksi profesional kesehatan dengan pasien

Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam upaya peningkatan pengetahuan diabetisi mengenai pengaturan makan. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan edukasi dan konseling yang melibatkan berbagai pihak seperti dokter, ahli gizi, maupun edukator non institusi lainnya (Tera, 2011). Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan pasien merupakan hal yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan pasien (Niven, 2002).

2.2.3. Alat Ukur Tingkat Kepatuhan Diet DM

Penilaian kepatuhan diet DM mencangkup jumlah, jenis dan jadwal makan sesuai yang dianjurkan. Alat ukur yang digunakan unutuk menilai kepatuhan diet DM adalah dengan menggunakan form food recall 24 jam dan food frequency questionnaire 1 bulan terakhir.

a. Food Recall 24 jam

Food Recall 24 jam adalah cara termudah dan tercepat yang tersedia untuk menilai asupan makanan dan gizi (Dunford, 2006). Metode food recall 24 jam digunakan untuk mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dalam periode 24 jam yang dilakukan dengan cara wawancara dengan meminta responden untuk menyebutkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsinya dalam waktu 24 jam sebelumnya (Gibney, 2008). Metode ini akan menghasilkan data yang cenderung kualitatif dan untuk mendapatkan data kuantitatif maka harus ditanyakan jumlah konsumsi makanan dengan ukuran rumah tangga (URT) atau ukuran yang biasa digunakan sehari-hari. Untuk penelitian dalam sebuah populasi dibutuhkan metode yang mewakili gambaran asupan dalam satu minggu

38

maka dikembangkan metode anydate-of-the-week, yaitu responden dapat memilih satu hari dalam seminggu untuk diceritakan (Gibson, 2005). Keberhasilan food recall 24 jam tergantung pada ingatan klien, motivasi untuk merespon secara akurat dan kemampuan menyampaikan informasi secara tepat (Dunford, 2006).

b. Food Frequency Questionnarie

Menurut Supariasa (2001) dalam Lestari (2012) metode food frequency

adalah metode penilaian konsumsi makanan untuk memperoleh data frekuensi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode waktu tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Informasi yang dikumpulkan dapat digunakan untuk melengkapi jumlah dan jenis makanan yang mungkin tidak jelas dari food recall 24 jam (Dunford, 2006).

Dokumen terkait