• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepekaan Ekosistem Pesisir Lalong Kota Luwuk

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kepekaan Ekosistem Pesisir Lalong Kota Luwuk

4.1.1 Ekosistem Kawasan Pesisir Lalong Kota Luwuk

Ekologi kawasan pesisir terdiri dari ekosistem-ekosistem yang membentuk lanskap pesisir. Pendekatan ekologi berbasis ekosistem merupakan salah satu bentuk konsep pembangunan berkelanjutan. Menurut Sloan (1993)dalam Dahuri

et al. (1996), setiap kawasan pesisir memiliki karakteristik ekosistem yang berbeda. Karakteristik ekosistem menunjukkan tingkat kerapuhan suatu ekosistem. Kawasan pesisir Lalong Kota Luwuk terdiri dari ekosistem tereterial dan ekosistem akuatik.

Tabel 13 Luas ekosistem kawasan wisata pesisir LKL

No Kelurahan

Ekosistem teresterial Ekosistem akuatik

Hutan lahan atas

Lahan bernilai penting

Estuari Pantai Padang lamun Terumbu karang A la mi S em i al am i Ti d ak a la m i P em u k im n CBD Semi terb u k a B er p asi r B er b at u P en u tu p an 40 -8 0 % P en u tu p an 40 -8 0 % 1 Tontouan 640.30 43.95 0.39 8.65 - - - - - - 2 Mangkio 443.27 14.28 2.19 17.74 - - - - - - 3 Kaleke 691.94 62.21 3.75 5.66 - - - - - - 4 Soho - - 3.10 18.14 - - - - - - 5 Bungin - 28.55 5.45 51.91 - - 1.90 - 4.57 7.15 6 Luwuk - 47.95 6.39 64.16 27.31 37.87 - - - - 7 Baru - - 0.34 15.84 - - - - - - 8 Keraton - 6.51 8.15 46.95 5.14 - 1.04 0.09 1.75 6.02 Total (ha) 1775.51 203.45 29.82 229.05 32.45 37.87 2.94 0.09 6.32 13.17 2330.67 Total (%) 76.18 8.73 1.28 9.84 1.39 1.62 0.12 0.003 0.27 0.56 100 Sumber: Olahan data lapang (2013)

Tabel 13 menunjukkan luas ekosistem teresterial di kawasan pesisir Lalong Kota Luwuk lebih besar dibandingkan dengan luas ekosistem akuatik, yaitu 2270.28 ha atau 97.41%. Ekosistem teresterial terbesar yaitu hutan alami yang berada di Desa Tontouan, Kelurahan Mangkio, dan Kelurahan Kaleke. Ketiga lokasi memiliki karakter lanskap alami di kawasan wisata pesisir LKL. Sedangkan ekosistem akuatik terbesar yaitu estuari yang berada di Kelurahan Luwuk. Hal ini menunjukkan kondisi lanskap kawasan pesisir LKL memiliki karakter lanskap alami. Kota yang memiliki karakter lanskap alami merupakan salah satu aset yang dapat dikembangkan sebagai potensi wisata perkotaan.

Ekosistem akuatik di kawasan pesisir LKL umumnya memiliki karakteristik lanskap alami tetapi memiliki luas yang kecil. Hal ini menunjukkan ekosistem akuatik memiliki potensi tingkat kerusakan yang tinggi. Semakin kecil luasan suatu ekosistem akan semakin tinggi tingkat kerusakan atau gangguan. Mengingat pertumbuhan pemukiman di kawasan pesisir LKL yang cukup tinggi dan padat sehingga peluang perubahan lanskap atau kerusakan semakin tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan penilaian kepekaan untuk mengetahui tingkat kerusakan setiap ekosistem tersebut. Zona kawasan pesisir LKL dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Peta ekosistem kawasan wisata pesisir LKL

4.1.2 Kepekaan Ekosistem Pesisir Lalong Kota Luwuk

Indeks kepekaan kawasan pesisir untuk mengetahui tingkat kepekaan sumber daya kawasan pesisir Lalong Kota Luwuk.

4.1.2.1 Kepekaan Ekosistem Teresterial Lalong Kota Luwuk

Kepekaan ekosistem teresterial pesisir Lalong Kota Luwuk dilihat dari kondisi tutupan lahan, luasan, keterwakilan, keutuhan ekosistem, keutuhan sumber daya, dan topografi.

Tabel 14 Penilaian kepekaan ekosistem teresterial kawasan pesisir LKL

No Ekosistem teresterial Parameter N K

I II III IV V VI

1 Hutan lahan atas Hutan alami 1 1 1 1 1 3 8 P

Hutan semi alami 2 2 2 2 2 2 12 CP

Hutan tidak alami 2 3 3 3 3 1 15 TP

2 Lahan bernilai penting Pemukiman 2 3 3 3 3 1 15 TP

CBD 3 3 3 3 3 1 16 TP

Sumber: Olahan data lapang (2013)

Parameter (I: tutupan lahan, II: luasan, III: keterwakilan, IV: keutuhan ekosistem, V: keutuhan sumber daya, VI: topografi), N: nilai, K: klasifikasi, TP: tidak peka (14-18), CP: cukup peka (9-13), P: peka (4-8)

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan teresterial pesisir Lalong Kota Luwuk tidak peka dan tidak rentan apabila dikembangkan sebagai kawasan wisata. Sedangkan sebagian kawasan memiliki kepekaan dan rentan apabila dikembangkan sebagai kawasan wisata.

Tabel 15 Luas kepekaan ekosistem teresterial kawasan wisata pesisir LKL

No Kelurahan

Ekosistem teresterial

Hutan lahan Atas Lahan bernilai penting Alami Semi alami Tidak alami Pemukiman CBD 1 Tontouan 640.30 43.95 0.39 8.65 - 2 Mangkio 443.27 14.28 2.19 17.74 - 3 Kaleke 691.94 62.21 3.75 5.66 - 4 Soho - - 3.10 18.14 - 5 Bungin - 28.55 5.45 51.91 - 6 Baru - - 0.34 15.84 - 7 Luwuk - 47.95 6.39 64.16 27.31 8 Keraton - 6.51 8.15 46.95 5.14 Total (ha) 1775.51 203.45 29.82 229.05 32.45 2270.28 Total (%) 78.20 8.96 1.31 10.10 1.43 100 Klasifikasi P CP TP TP TP

Sumber: Olahan data lapang (2013)

TP: tidak peka (14-18), CP: cukup peka (9-13), P: peka (4-8)

Tabel 15 menunjukkan luasan kawasan tidak peka (TP) yaitu 291.32 ha atau 12.84% dari total luas kawasan yang berada di kelurahan yang memiliki hutan tidak alami, pemukiman, dan CBD sehingga memiliki potensi pengembangan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk. Luasan kawasan cukup peka (CP) yaitu 203.45 ha atau 8.96% berada di kelurahan yang memiliki hutan semi alami sehingga memiliki cukup potensi dalam pengembangan wisata pesisir dengan tetap menjaga kualitas kawasan tanpa merusak ekosistem yang ada. Sedangkan luasan kawasan peka (P) memiliki luas terbesar yaitu 1775.51 ha atau 78.20% dari luas total kawasan yang berada di Kelurahan Kaleke, Kelurahan Mangkio, dan Desa Tontouan. Oleh karena itu, ketiga kelurahan memiliki potensi pengembangan kawasan yang bertujuan konservasi.

Kawasan tidak peka (TP) dan kawasan cukup peka (CP) merupakan kawasan yang strategis bagi masyarakat Kota Luwuk sehingga pemanfaatan tersebut memicu pencemaran sampah dan sedimentasi setinggi 7 m di kawasan teluk LKL (DPL 2013). Hal ini akan berdampak pada kerusakan habitat endemik ikan hias Banggai cardinal fish (Pterapogon kauderni) yang dilindungi. Menurut Vagelli (2005), habitat Banggai cardinal fish (BCF) sangat peka terhadap gangguan lingkungan. Oleh karena itu, diupayakan implementasi buffer zone

pantai untuk pelestarian sumber daya alam kawasan pesisir LKL.

Sedangkan kawasan peka (P) terkait dengan kondisi topografi yang pada umumnya bergelombang dan berbukit sehingga memiliki potensi terjadinya longsor dan sedimentasi. Selain itu, kesadaran masyarakat akan kebutuhan menikmati pemandangan lanskap yang indah (borrowing view) dari atas bukit memicu perubahan hutan alami menjadi kawasan jasa (villa dan cafe). Oleh karena itu, dibutuhkan upaya implementasi aspek legal dalam kebutuhan buffer zone sehingga dapat menjembatani kebutuhan ruang penduduk dan kelangsungan habitat fauna endemik seperti Tarsius, Babi Rusa, dan Kus-kus yang rentan terhadap gangguan manusia. Zona kepekaan kawasan teresterial pesisir LKL dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Peta kepekaan ekosistem teresterial kawasan pesisir LKL

4.1.2.2 Kepekaan Ekosistem Akuatik Lalong Kota Luwuk

Kepekaan ekosistem akuatik pesisir Lalong Kota Luwuk dilihat dari kondisi tutupan lahan, luasan, keterwakilan, keutuhan ekosistem, keutuhan sumber daya, tipologi ekosistem, dan topografi.

Tabel 16 Penilaian kepekaan ekosistem akuatik kawasan pesisir LKL

Sumber: Olahan data lapang (2013)

Parameter (I: tutupan lahan, II: luasan, III: keterwakilan, IV: keutuhan ekosistem,

V: keutuhan sumber daya, VI: tipologi ekosistem, dan VII: topografi), N: nilai, K: klasifikasi TP: tidak peka (16-21), CP: cukup peka (10-15), P: peka (4-9)

Tabel 16 menunjukkan bahwa seluruh kawasan akuatik pesisir Lalong Kota Luwuk cukup peka dan cukup rentan apabila dikembangkan sebagai kawasan wisata. Kawasan akuatik dapat dikembangkan sebagai wisata dengan tetap menjaga kualitas akuatik di pesisir LKL tanpa merusak ekosistem yang ada.

No Ekosistem akuatik Parameter N K

I II III IV V VI VII

1 Estuari Semi terbuka 2 2 2 2 2 1 3 14 CP

2 Pantai Berpasir 2 2 2 2 2 2 3 15 CP

Berbatu 2 1 2 2 2 2 3 14 CP

3 Padang lamun Penutupan 40-80% 2 2 2 2 2 2 3 15 CP

Tabel 17 Luas kepekaan ekosistem akuatik kawasan pesisir LKL

Sumber: Olahan data lapang (2013)

TP: tidak peka (16-21), CP: cukup peka (10-15), P: peka (4-9)

Tabel 17 menunjukkan luasan kawasan cukup peka (CP) yaitu 60.39 ha dari total luas kawasan yang berada di Kelurahan Bungin, Kelurahan Luwuk, dan Kelurahan Keraton. Kawasan akuatik terbesar adalah kawasan estuari yang memiliki luas 37.87 ha atau 62.74% yang berada di Kelurahan Luwuk. Potensi pengembangan wisata yaitu mengandalkan atraksi air dengan memanfaatkan sumber daya air. Air merupakan salah satu elemen lanskap yang dapat menciptakan aktivitas atau kegiatan wisata yang menarik, tetapi kawasan estuari cukup rentan dikarenakan kawasan memiliki substrat berlumpur sehingga berpotensi terjadinya sedimentasi yang mengancam keberlangsungan biota air.

Kawasan pantai berpasir memiliki luas 2.94 ha atau 4.85% yang berada di Kelurahan Bungin dan Kelurahan Keraton. Pantai berpasir yang berwarna putih di sepanjang garis pantai memiliki potensi rekreasi pantai, tetapi kawasan pantai cukup rentan dikarenakan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan sehingga kawasan pantai kehilangan vegetasi yang memicu terjadinya abrasi.

Kawasan padang lamun memiliki luas 6.33 ha atau 10.45% yang berada di Kelurahan Bungin dan Kelurahan Keraton. Kawasan padang lamun berfungsi sebagai habitat biota laut dan perangkap sedimen sehingga cukup rentan apabila mengalami gangguan akibat aktivitas yang berlebihan.

Kawasan terumbu karang memiliki luas 13.17 ha atau 21.81% yang berada di Kelurahan Bungin dan Kelurahan Keraton. Terumbu karang merupakan habitat biota endemik Banggai cardinal fish (Pterapogon kauderni) yang berada di kedalaman 3-6 m dan memiliki berbagai jenis terumbu karang yang indah. Hal ini memberikan peluang untuk melakukan atraksi wisata yang mengandalkan keindahan bawah laut tetapi kondisi rentan sehingga dibutuhkan daya dukung kawasan yang tidak merusak ekosistem.

Kawasan akuatik pesisir LKL terkecil adalah pantai berbatu yang memiliki luas 0.09 ha atau 0.15% yang berada di Kelurahan Keraton. Pantai berbatu merupakan batu karang yang memiliki ukuran batu cukup besar dan berwarna hitam yang berfungsi sebagai penahan arus gelombang dan sebagai habitat biota air yang hidupnya menempel. Pantai berbatu memiliki potensi wisata dengan memanfaatkan keindahan bentuk, warna, dan deburan ombak. Kawasan pantai berbatu rentan karena luasan berkurang akibat pembangunan akses jalan yang berada di kawasan tepi pantai berbatu.

No Kelurahan

Ekosistem akuatik

Estuari Pantai Padang lamun Terumbu karang Semi terbuka Berpasir Berbatu Penutupan 40-80% Penutupan 40-80%

1 Tontouan - - - - - 2 Mangkio - - - - - 3 Kaleke - - - - - 4 Soho - - - - - 5 Bungin - 1.90 - 4.57 7.15 6 Luwuk 37.87 - - - - 7 Baru - - - - - 8 Keraton - 1.04 0.09 1.75 6.02 Total (ha) 37.87 2.94 0.09 6.32 13.17 60.39 Total (%) 62.74 4.85 0.15 10.45 21.81 100 Klasifikasi CP CP CP CP CP

Berdasarkan kondisi tersebut, dibutuhkan alternatif penerapan teknologi yang ramah lingkungan untuk pencegah dampak negatif terhadap kawasan akuatik sekaligus untuk meningkatkan daya dukung ekologis atau dapat mencegah penurunan kualitas kawasan pesisir LKL. Zona kepekaan kawasan akuatik LKL dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Peta kepekaan ekosistem akuatik kawasan pesisir LKL

Dokumen terkait