• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH LITERATUR

2.7 Kepemilikan Manajerial

Menurut Zulhawati (2004) dalam Sheisarvian, et al., (2015) kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut serta dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan manajerial ini diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajemen pada akhir tahun. Menurut Megawati dan Kurnia (2015) Insider ownership (kepemilikan manajerial) adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 angka 5 dan 6 menyatakan bahwa direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Sedangkan dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.

Kieso, et al., (2014) mengatakan bahwa“warrants are certificates

entitling the holder to aquire shares at a certain price within a stated period.”

yang berarti bahwa waran adalah setifikat hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

Share warrants terbagi menjadi tiga bentuk yakni: (1) share warrants issued with other securities, waran yang diterbitkan dengan sekuritas lain pada dasarnya

merupakan opsi jangka panjang untuk membeli saham biasa dengan harga tetap, (2) rights to subscribe to additional share (share right), pemegang saham lama memiliki hak untuk membeli saham baru (preemptive privilege) yang diterbitkan dalam proporsi kepemilikan mereka, (3) share compensation plans (share option), memberikan karyawan opsi untuk membeli saham biasa pada harga tertentu selama periode waktu yang panjang. Program kompensasi yang efektif ialah berikut ini: (1) memberikan dasar kompensasi bagi karyawan dan kinerja

perusahaan, (2) memberikan motivasi kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, (3) membantu mempertahankan eksekutif perusahaan dan mengijinkan perekrutan kandidat baru, (4) memaksimalkan keuntungan setelah pajak karyawan dan meminimalkan biaya setelah pajak karyawan, (5) menggunakan kriteria kinerja terhadap karyawan yang memiliki kontrol.

Meskipun program kompensasi kas secara langsung (upah dan bonus) merupakan bagian yang penting dari setiap program kompensasi, namun hal tersebut bersifat jangka pendek. Banyak perusahaan mengakui bahwa program kompensasi yang bersifat jangka panjang sering kali diperlukan. Program kompensasi jangka panjang berusaha untuk memperkuat loyalitas eksekutif kepada perusahaan. Cara efektif untuk mencapai tujuan ini adalah memberikan karyawan “a piece of the action” yaitu, suatu kepentingan ekuitas. Program tersebut umumnya disebut sebagai program kompensasi berdasarkan saham

(stock-based compensation plans), memiliki berbagai bentuk. Pada umumnya,

program ini memberikan kesempatan kepada eksekutif untuk menerima saham jika kinerja perusahaan dianggap memuaskan.

Share compensation plans terbagi menjadi tiga, yakni: share option plans, restricted share dan employee share-purchase plans. (1) Share option plan adalah

waran yang memberikan karyawan opsi untuk membeli saham biasa pada harga tertentu selama periode waktu yang panjang. (2) Restricted share adalah pengalihan saham kepada karyawan, sesuai dengan kesepakatan bahwa saham tidak dapat dijual dan alihkan atau dijaminkan hingga terjadi pengalihan hak. Salah satu keuntungan dari program restricted share ialah dengan adanya

restricted share akan lebih menyelaraskan insentif bagi karyawan dengan insentif

perusahaan. Pemegang restricted share pada intinya adalah pemegang saham dan harus memfokuskan pada sasaran jangka panjang perusahaan. (3) Employee

share-purchase plan, mengijinkan semua karyawan untuk membeli saham dengan

harga yang didiskontokan selama periode waktu yang pendek. Perusahaan seringkali menggunakan banyak program untuk mendorong penyebarluasan kepemilikan saham biasa diantara para karyawan tersebut (Kieso, et al., 2014).

Menurut Indana (2015) dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama keputusan mengenai utang. Dengan demikian manajer ikut memiliki perusahaan sehingga manajer tidak mungkin bertindak opportunistik lagi dan akan semakin hati-hati dalam menggunakan utang dan berusaha meminimumkan biaya keagenan.

Menurut Suastawan (2014) seorang manajer harus dapat menghadapai masalah perusahaan terutama dalam hal pendanaan. Sumber dana perusahaan dapat berasal dari dalam dan luar perusahaan. Hal ini mengharuskan manajer perusahaan untuk memilih sumber dana (keuangan) yang dirasa dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Menurut Jensen (1998) dalam Purwasih,

et al., (2014) dalam struktur kepemilikan dimana pemilik perusahaan dari pihak

dalam (insider) mempunyai kekuatan yang besar untuk melakukan kebijakan utang. Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka semakin tinggi kebijakan

manajerial dalam memanfaatkan utang. Hal ini karena kontrol yang besar dari manajer menyebabkan mereka mampu melakukan investasi dengan lebih baik sehingga memerlukan tambahan dana melalui utang untuk pendanaannya.

Ketika perusahaan memiliki status KBTRSR (kesempatan bertumbuh tinggi dan risiko perusahaan rendah) dan KBRRSR (kesempatan bertumbuh rendah dan risiko perusahaan rendah), maka perusahaan memiliki kesempatan bertumbuh yang tinggi dan rendah tetapi memiliki kesamaan risiko yang dihadapi rendah. Pada kondisi ini semakin tinggi managerial ownership maka semakin tinggi leverage. Hal ini disebabkan karena pihak manajer akan lebih memperhatikan kondisi risiko perusahaan dibandingkan dengan kesempatan bertumbuh. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab manajer perusahaan untuk dapat membayar pokok pinjaman dan bunga utang yang jatuh tempo karena dalam kondisi risiko perusahaan tinggi walaupun kesempatan bertumbuh tinggi pihak manajer lebih mementingkan risiko sebagai faktor yang dipertimbangkan dibandingkan kesempatan bertumbuh (Kohardinata dan Herdinata, 2013).

Dalam penelitian ini, kepemilikan manajerial diukur dengan rasio yang membandingkan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dengan jumlah saham perusahaan yang beredar. Variabel kepemilikan manajerial dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut (Hidayat, 2013):

Kepemilikan Manajerial (INSDR) =

Menurut Radhitiya dan Purwanto (2017) kepemilikan saham manajerial adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh anggota direksi maupun komisaris perusahaan. Menurut Weygandt, et al., (2015) menyatakan “outstanding shares

means the number of issued shares that are being held by shareholders”yang

berarti bahwa saham beredar adalah jumlah saham yang telah diterbitkan dan dikuasai oleh pemegang saham. Kepemilikan manajerial dihitung menggunakan persentase kepemilikan saham manajemen pada akhir periode akuntansi dibagi dengan total saham beredar pada akhir periode akuntansi, dimana kepemilikan saham manajemen dan total saham beredar diperoleh dari catatan atas laporan keuangan yang telah diaudit (Purnianti, et al., 2016).

Hasil Purwasih, et al., (2014) memperoleh hasil bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan dan memiliki arah positif terhadap kebijakan utang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Sheisarvian, et al., (2015) dan Indana (2015) memperoleh hasil bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh secara signifikan dan berhubungan negatif terhadap kebijakan utang. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2013) sejalan dengan penelitian Setiana dan Sibagariang (2013) memperoleh hasil bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan utang perusahaan.

Dokumen terkait