• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Leadership): Model al-Quran

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan perkara penting dalam berjama’ah. Jama’ah tanpa pemimpin dan pengikut tanpa pimpinan bukan jama’ah namanya. Imam tanpa ma’mum atau se-baliknya, bukan jama’ah namanya.

Rasulullah SAW menjelaskan, “Setiap kamu adalah pemimpin dan kamu akan di- minta pertanggung-jawaban atas apa yang kamu pimpin” (H.R. Muttafaqun ‘alaihi).

Setiap Muslim, Mu’min, Muttaqin dituntut untuk siap dipim-pin dan memimpin, sesuai dengan wahyu Ilahi dan suri-tauladan Rasul-Nya.

Rasulullah SAW menjelaskan, “Apabila dua orang pergi keluar untuk musafir hen- daklah salah seorang jadi pemimpin”.16

Tegasnya manusia hanya berada pada salah satu posisi: Dipimpin atau Me- mimpin. Pengikut atau yang diikuti dalam satu waktu dan tempat. Mengingkarinya 16 al-Hadits

akan membuat manusia keluar dari fitrahnya.

Pemimpin (Imam) menduduki posisi penting dalam ajaran ad-Dien al-Islam. Kedudukan mereka disejajarkan dengan kedudukan Para-Nabi dan Rasul. Para pe- mimpin tersebut bertanggung jawab di dunia ini dan dihadapan Allah kelak. Tanpa Pemimpin, ummat bagaimanapun besarnya tidak akan ada artinya. Atau menurut al-hadits di atas diibaratkan sebagai buih yang tidak berarti.

Dalam al-Quran ada ayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah itu juga adalah Imam/Pemimpin, misalnya dalam ayat:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan) lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu Imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata, “(Dan saya mo- hon juga) dari keturunanku.” Allah berfirman, “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 124)

Untuk mengerti lebih lanjut berkaitan dengan masalah kepe-mimpinan, kita coba ajukan beberapa model pemimpin dan kepe-mimpinan yang bersumber dari al-Quran al-Karim, yaitu:

1. Model utama adalah Nabi/Rasulullah dan ummatnya.

2. Contoh kepemimpinan dalam hubungan Ayah dan anak-anaknya, 3. Guru dan muridnya,

4. Komandan/Jenderal dengan prajuritnya, 5. Kepala Negara, Raja/Presiden dengan stafnya.

Lima model di atas, keterangannya termaktub dalam al-Quran. Kepemimpinan

Nabi/Rasul dapat kita jumpai di beberapa surat dalam al-Quran. Model kepemimp- inan ayah diantaranya terdapat di beberapa surat Luqman, yang menggambarkan kepemimpinan seorang ayah kepada anak-anaknya. Kepemimpinan guru dan mu- rid dapat kita jumpai dalam kisah Khidir dan Nabi Musa A.S. di surah al-Kahfi. Komandan perang/jenderal dengan pasukannya tercatat di surah al-Baqarah17. Lalu

kisah raja dan stafnya kita jumpai di surah An-Naml. Dalam ayat ini Allah band- ingkan antara kepemimpinan Nabi Sulaiman A.S. dengan staf-nya dan Ratu “Balqis” dengan Staf-nya.18

Pemimpin yang sempurna (ideal), tentulah Nabi/Rasulullah. Dia berperan seb- agai Ayah terhadap anak-anaknya (ummat). Dia juga Guru kepada murid-murid- 17 Lihat kisah pasukan Thaluth melawan melawan Jaluth, dalam al-Baqa-rah 2: 246-252

18 Nabi Sulaiman A.S. dengan staf-nya dapat kita jumpai dalam kisah mendatangkan Singgasana Balqis, Surah an-Naml 27: 38-41. Dan Balqis de-ngan Staf-nya dalam menentukan jawaban atas surat Nabi Sulaiman A.S. di Surah an-Naml 27: 29-35

nya (ummat). Dia juga Jenderal kepada prajurit-prajuritnya (ummat). Dia adalah Kepala-Negara kepada rakyatnya (ummat). Begitu juga dengan seorang ayah, dia adalah pemimpin terhadap anak-anaknya. Sekaligus, bagaikan Nabi/Rasulullah terhadap ummatnya (anak). Bagaikan Guru kepada murid-nya (anak). Bagaikan Jenderal kepada prajuritnya (anak) dan bagai Kepala Negara kepada staf-nya (anak), begitu seterusnya.

Pemimpin dan model kepemimpinan qur’any inilah yang wajib dicontoh setiap pe- mimpin yang diamanahkan untuk memimpin. Semoga Allah Azza wa Jalla meng- karuniai kita pemimpin model qur’any dan kita diberi kekuatan untuk bersikap taat dan sabar sebagai pengikutnya. Dengan demikian akan terwujud apa yang di- maksudkan wahyu Ilahi:

Demi masa (1). Sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian (2). kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh serta saling menasehati untuk al- haq(kebenaran) dan saling menasehati untuk kesabaran(3). (Q.S. Al-‘Ashr, 103: 1-3).

Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk

bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.(Q.S. al-Balad, 90: 17).

Banyak buku yang mengkaji teori kepemimpinan, dan tidak kurang yang mem- bahas sifat-sifat dan karekteristik pemimpin, tetapi disini kita hanya mencukupkan diri dengan hanya menunjuk-kan model (contoh) yang terdapat dalam al-Quran al- Karim. Kelima model tersebut tidak terpisah antara satu dan lainnya, tetapi meru- pakan suatu kesatuan yang tergambar nyata dalam kepemimpinan Para Nabi dan Rasul-Nya.

Selain itu dapat kita katakan bahwa Pemimpin dengan kepemimpinan Nabi/ Rasul dan Ayah bersifat “ilahiyyah”. Dengan siapa yang menjadi panutannya yang harus dia ikuti sebagai Nabi/Rasul. Begitu juga manusia tidak mempunyai kuasa untuk memilih dalam menentukan siapa ayahnya. Sedangan pemimpin lainnya (Guru, Jenderal, Raja/Presiden) merupakan kepemimpinan yang bersifat “insani- yyah”, yaitu melalui sistem-kontrak-masyarakat (social contract).Kontrak tersebut dapat saja melalui “baiat”, janji-setia, atau sumpah jabatan.

Penutup

Konsep Tauhid Rububiyyah, Mulkiyyah, dan Uluhiyyah atau Tauhid Rububiyyah, Asma wa Sifat dan Uluhiyyah, dilaksanakan dalam Struktur Masyarakat Muslim dengan kepemimpinan model qur’any, sudah tentu akan membawa ummat di dunia dalam kesejah-teraan serta kebahagian dunia dan akhirat. Sebab kita memahami dan mengerti bahwa konsep, struktur, dan model kepemimpinan itu bukan dari hasil rekaan dan pemikiran manusia. Ia merupakan wahyu yang dibawa Para-Nabi dan Rasul sejak dari Nabi Adam A.S. hingga kepada Nabi kita Muhammad SAW Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman, kita coba membuat ilustrasi dari apa yang diuraikan di atas melalui contoh. Kita ambil contoh dari unit terkecil kehidupan bermasyarakat (ber-jama’ah), yaitu keluarga: Ayah dan anak-anaknya, misalnya. Disini ayah menduduki posisi (peran) Pemimpin, sedangkan anak-anak di posisi pengikut. Rumah merupakan tempat atau wilayah mereka bersama. Ayah memimpin anak-anaknya berdasarkan petunjuk al-Quran (Wahyu) dan mengikuti tauladan Rasulullah SAW. Maka dapat kita katakan ayah dan anak-anaknya tersebut berada dalam keridhaan Allah. Sementara itu Ayah juga berperan sebagai model kepemimpinan Rasulullah, Guru, Jenderal, dan juga Ketua-rumah tangga. Itulah dia unit terkecil yang telah menerapkan konsep, sruktur dan sistem model kepe- mimpinan qur’any dalam hidup dan berkehidupan.

Apabila unit terkecil sudah demikian bentuknya yang ideal, maka perluasan ke unit yang lebih besar (dalam bermasyrakat, berbangsa dan bernegara) akan mu- dah terlaksana. Agama Islam bukan tercemar pada ajaran-ajarannya. Al-Quran ter- pelihara sejak awal diturunkannya hingga kelak dunia ini hancur19. Tapi struktur

masyarakatnya rusak binasa akibat masyarakat itu sendiri dan oleh tangan-tangan musuhnya.

Tugas, serta peranan penda’wah ialah membawa individu setiap Muslim kembali kedalam struktur masyarakat yang qurany. Sebagaimana tugas dan peranan para Nabi dan Rasulullah serta para pengikutnya (wa al-lazina ma’ahu).

Perbedaan Mazhab Fiqh dan Aqidah bukan berarti membawa perpecahan dalam kehidupan Muslim. Apabila perbedaan itu di-tempatkan dalam posisinya yang benar, yaitu merupakan standar yang telah diusahakan para Mujtahid; supaya um- mat Islam tidak tersesat jauh dari paradigma rukun Islam dan Iman. Malangnya ma-sih banyak kalangan Muslim menganggap perbedaan mazhab seba-gai perbe- daan prinsip yang tidak ada jalan keluarnya. Kadangkala menjadikannya sebagai sumber permusuhan yang berlanjutan.

19 Lihat Surah al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

Untuk itu mari kita renungkan ayat al-Quran dan al-Hadits di bawah ini:

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, nis- caya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak, lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Q.S. al-An’am 6:125).

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa dikehendaki Allah baginya kebaikan, nis- caya dipahamkan baginya al-dien. (al-Hadits)

Harapan kita, semoga kita dihimpunkan dengan orang-orang yang kita kasihi di dunia ini dan di akhirat kelak. Amin. Alhamdulillah.

Dokumen terkait