• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ihsan, Struktur Masyarakat Muslim

Ihsan dari sudut bahasa berarti: kebaikan, baik sekali, dan menjadikan sesuatu itu indah/cantik. Sedangkan ihsan menurut ta’rif (definisi) yang diuraikan Rasu- lullah SAW, adalah “melaksanakan ibadatullah seakan melihat Allah atau merasa

dilihat Allah Azza wa Jalla”. Dengan ibarat yang lain, dimaksudkan sebagai “proses melihat (tara-Hu) dan dilihat (Yara-ka). Proses tersebut hanya dapat sempurna dilaksanakan dalam kehidupan berjama’ah, dalam bermasyarakat (‘ijtima’i) yang sistematis.

Dan katakanlah, ”Ber’amallah (bekerja) kamu, maka Allah melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang Mu’min dan kamu akan dikembalikan kepa- da (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan. (Q.S. At-Taubah, 9: 105)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa proses melihat dan dilihat Allah Azza wa Jalla meliputi: Allah, Rasul, dan orang-orang mu’min.

Dari sudut lain, manusia merupakan makhluk sosial, dimana hidup berjamaah

merupakan tabiat asalnya. Artinya manusia tidak dapat hidup sendirian (uzlah). Adanya jamaah, kaum, atau umat menjadi sebab asasi Allah Azza wa Jalla meng-

utus para Nabi/Rasul. Dan tugas utama para Utusan Allah itu untuk membimb- ing kesejahteraan manusia di dunia sampai ke akhirat. Sedangkan maksud utama ad-Dien adalah mengatur hidup dan kehidupan ijtima’i(sosial).

Banyak ayat al-Quran dan al-Hadits menerangkan tentang kehidupan berma- syarakat, antara lain:

Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya dibawa ke dalam jannah (sorga)

berombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke jannah itu sedang pintu- pintunya terbuka, dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahter- aan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah jannah ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. (Q.S. Az-Zumar, 39: 73).

Bagi manusia ada Malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan be- lakangnya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu

kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri. Dan apa- bila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S ar-Ra’d, 13:11).

Dari Ibn Umar R.A. berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Shalat

berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”

(H.R. Muttafaq ‘alaihi)14

“Barang siapa keluar dari ta’at (tidak mau ta’at lagi kepada yang wa-jib ditaati) dan melancarkan pertentangan terhadap jama’ah, kemudian dia mati dalam keadaan itu, maka matilah ia sebagai mati jahiliyah.”(H.R. Muslim).

Yadullah ‘alal jama’ah15(Allah memberkati jama’ah).

Apa yang kita pahami dari makna ihsan, ia merujuk kepada struktur masyarakat yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Struktur berjamaah ibadatullah mempunyai format yang tunggal, tidak ber-ubah, walaupun Nabi/Rasul datang silih berganti. Hukum-hakam Syari’ah pun berubah sesuai dengan Rasul yang membawanya dari Allah. Begitu juga zaman dan tempat berlakunya syari’ah-pun bias berlainan.

Struktur itu tersusun dari: Allah, Rasulullah, Ulil-Amr (Pemimpin), Ummat

(Rakyat) dan Wilayah (Tempat). Al-Quran al-Karim dengan jelas menerangkannya, misalnya:

1. “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk men- gatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sudah ada izinanNya (Dzat) yang demikian itulah Allah, Rabb kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajar-an?” (Q.S. Yunus,10: 3).

2. “Muhammad itu adalah Rasulullah (utusan Allah) dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan- Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tana- man yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya: tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya kerena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S. al-Fath, 48: 29).

14 Lihat kitab “Jawahir al-Bukhari wa Syarh al-Qisthalani” karangan Musthafa Muhammad ‘Imarah, hadits no. 102 hal 110, al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, Mesir tahun 1371 H.

3. “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya dan

Ulil amri di antara kalangan kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat ten- tang sesuatu kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. an-Nisa’,4: 59).

4. “Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menye- ru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S. Ali Imran, 3: 110).

5. “Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi mu- suh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat di bumi, dan kesenangan hidup sam- pai waktu yang ditentukan”. (Surah al-Baqarah 2:36).

Allah dan Rasul-Nya dalam struktur ini, yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk al-Quran dan al-Hadits, merupakan juga kontrol-sosial dalam bermasyara- kat. Dimana penyimpangan atau penyelewengan dari ajaran wahyu (al-Quran) dan suri-tauladan (al-hadits) Nabi Muhammad SAW dapat dihindari dalam kehidupan Muslim. Pola ini dapat kita sebut sebagai Muslim Social Structure (MSS).

Islam, rukun Islam merupakan amalan, tingkah-laku dzahir (aqidah) Muslim. Iman, rukun iman merupakan dari keyakinan (aqidah) Muslim. Dan Ihsan, struk- tur masyarakat Muslim dalam melaksanakan sistem beragamanya. Islam, Iman dan Ihsan inilah yang disebut dalam Al-Quran sebagai Al-‘Urwah al-Wustqa (buhul tali yang teguh). Atau cara hidup Muslim sejati (Muslim System of Life).

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah. Karena itu, barang-siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah. Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada

buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Menge-tahui. (Q.S. al-Baqarah, 2: 256).

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedang dia adalah

muhsin. Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Q.S. Luqman, 31: 22).

Perbedaannya dengan struktur masyarakat thaghut atau masyarakat “sekuler”, ter- letak pada Allah dan Rasul-Nya, yaitu urutan pertama dan kedua. Dimana masyara- kat thaghutmenu-karkan keduanya dengan satu bentuk “lembaga” yang mereka na-

makan “lembaga-bersama”, yang berfungsi sebagai pembuat dan perancang hukum untuk kehidupan duniawi mereka. Dan biasanya mereka berusaha menempatkan Allah dan Rasul-Nya hanya bagian dari kehidupan pribadi anggota masyarakatnya.

Dokumen terkait