• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIPE KEPEMIMPINAN

Dalam dokumen MODUL BAHAN KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN (Halaman 85-90)

PERUBAHAN BERENCANA

TIPE KEPEMIMPINAN

Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan, antara lain:

1. Kepemimpinan Formal.

Kepemimpinan   formal   diangkat   secara   resmi   berdasarkan   surat keputusan, duduk dalam jabatan tertentu pada struktur organisasi dan memiliki hak serta kewajiban, dengan ciri­ciri sebagai berikut: 1) Ada legitimasi.   2)   Kekuasaan   dan   kewenangan   jelas.   3)   Memenuhi persyaratan   formal.   4)   Didukung   oleh   organisasi   formal.   5)   Mendapat

imbalan/penghargaan.   6)   Memperoleh   promosi   dan   mutasi.   7)   Dapat dikenai sanksi dan hukuman. 2. Kepemimpinan Informal.  Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi memiliki  beberapa keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai pihak, dengan  ciri­ciri sebagai berikut: 1) Tidak memiliki legitimasi. 2) Ditunjuk dan  diakui oleh masyarakat. 3) Tidak mendapat dukungan organisasi formal. 4) Tidak mendapat imbalan jasa tetapi sukarela. 5) Tidak dapat  dipromosikan  atau  dimutasikan.  6)  Tidak  perlu  persyaratan formal.  7) Tidak dapat dihukum secara formal.  Kepemimpinan informal pada dasarnya ditentukan oleh status sosial,  meliputi: 1) Keturunan. 2) Kekayaan. 3) Pendidikan. 4) Pengalaman  hidup. 5) Kharismatik dan karakteristik herediter dan jasa. GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya   kepemimpinan   dapat   diidentifikasi   berdasarkan   sejumlah   perilaku yang   ditunjukkan.   Penerapan   suatu   gaya   kepemimpinan   sangat dipengaruhi   oleh   persepsi   pimpinan   tentang   perannya,   nilai­nilai   yang dianut,   sikap   dalam   mengemudikan   jalannya   organisasi,   perilaku kepemimpinan   dan   gaya   kepemimpinan   yang   dominan.  Tipologi kepemimpinan saat ini antara lain:

1. Otokratik.

Pada gaya kepemimpinan otokratik, pemimpin melakukan kontrol yang maksimal   terhadap   bawahan,   membuat   keputusan   sendiri   dalam menentukan   tujuan   kelompok.   Gaya   kepemimpinan   otokratik   tidak meningkatkan   partisipasi   dan   kerja   sama   antara   bawahan   dengan

pemimpin.   Perilaku   pemimpin   yang   otokratik   sering   menimbulkan kekecewaan   dan   ketidakpuasan   dari   bawahan.   Gaya   kepemimpinan otokratik efektif digunakan dalam keadaan darurat. Disamping itu juga bermanfaat   bila   pemimpin   adalah   satu­satunya   orang   yang   menjadi sumber   informasi   dan   keterampilan   tertentu,   dengan   kemampuan bawahan  yang terbatas.

Adapun ciri­ciri dari gaya kepemimpinan otokratik adalah: 1) Menuntut ketaatan   penuh   dari   bawahan.   2)   Disiplin   kerja   tinggi   dan   kaku, ketaatan bawahan lebih hanya dikarenakan rasa takut. 3) Nada keras dalam   memberikan   instruksi,   egois,   tidak   mau   menerima   saran   dan pandangan bawahan serta menerapkan komunikasi satu arah. 4) Tujuan organisasi   sama   dengan   tujuan   pribadi.   5)   Organisasi   dipergunakan sebagai   alat   untuk   mencapai   tujuan   pribadi.   6)   Menganggap   dirinya sebagai sumber kehidupan organisasi. 7) Kekuasaan bersifat sentralisasi dan pengambilan keputusan tanpa melibatkan bawahan. 8) Pembenaran segala   cara   untuk   mencapai   tujuan.   9)   Setiap   hambatan   dianggap sebagai   penghalang,   dan   akan   disingkirkan.  10)   Memperlakukan bawahan   sebagai   alat.   11)   Berorientasi   pada   tugas.   12)   Perilaku kekuasaan formal.

2. Demokratik.

Pada   gaya   kepemimpinan   demokratik,   pemimpin   menghargai karakteristik   dan   kemampuan   bawahannya.   Pemimpin   menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan bawahannya serta memotivasi mereka   untuk   mencapai   tujuan   dan   membiasakan   mereka   untuk membuat keputusan tertentu bagi dirinya. Dengan gaya kepemimpinan demokratik, bawahan akan merasa puas dan merasa dibutuhkan dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. 

Adapun   ciri­ciri   dari   gaya   kepemimpinan   demokratik   adalah:   1) Memandang perannya sebagai kordinator dan integrator. 2) Pendekatan holistik dan integratik. 3) Organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan bersama. 4) Organisasi perlu disusun agar keragaman kegiatan dapat   semuanya   terakomodasi.   5)   Berprinsip   bahwa   perbedaan   perlu menjamin kebersaman. 6) Memperlakukan bawahan secara manusiawi dan menyadari berbagai kebutuhan bawahan (fisik, psikologis, spiritual, sosial budaya, prestise dan pengembangan). 7) Pengambilan keputusan ditetapkan   bersama   yang   bertujuan   untuk   meningkatkan   tanggung jawab. 8) Dihormati oleh bawahan dan bukan ditakuti. 9) Menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas dan inovasi bawahan. 10) Bertanggung jawab   terhadap   kesalahan   bawahan.   11)   Memberikan   penghargaan kepada   bawahan   yang   berprestasi.   12)   Mengutamakan   kepentingan bersama. 13) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang praktis dan realistis.

3. Paternalistik.

Gaya kepemimpinan paternalistik  terdapat pada lingkungan tradisional karena   adanya   kekuatan   ikatan   primordial,   sistem   keluarga   besar, komunalistik,   peran   adat   istiadat,   dan   hubungan   pribadi   yang   dekat antar anggota masyarakat.

Ciri­ciri dari gaya kepemimpinan paternalistik adalah: 1) Rasa hormat pada   orang   yang   lebih   tua   dan   keteladanan.   2)   Persepsi   pemimpin dipengaruhi   oleh   harapan   bawahan.   3)   Harapan   bawahan:   pemimpin tidak   mementingkan   diri   sendiri,   tetapi   memperhatikan   kepentingan bawahan. 4) Harapan pemimpin: kepemimpinannya tidak dipertanyakan. 5) Legitimasi  kepemimpinan:  merupakan  hal  yang  wajar  dan  biasa. 6) Mengutamakan kebersamaan, fokus pada keadilan  dan pemerataan. 7)   Pemimpin   bersikap   kebapakan,   hubungan   atasan   dan   bawahan bersifat   informal.   8)   Bawahan   dianggap   belum   matang.   9)   Bersikap

melindungi   sehingga   bawahan   takut   bertindak.   10)   Pemimpin merupakan   sumber   informasi.   11)   Pengambilan   keputusan   tanpa melibatkan bawahan.

4. Laissez ­ Faire.

Seorang   pemimpin   yang   menggunakan   gaya   kepemimpinan   bebas tindak, menyerahkan perannya sebagai pimpinan kepada bawahannya, dengan   bimbingan   yang   minimal   atau   tidak   ada   sama   sekali. Kepercayaan diberikan kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan   cara   yang   sesuai   dengan   pola   kerja.   Gaya   kepemimpinan   ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bawahan bila   kurang   mempunyai   kemampuan   dan   tanggung   jawab     karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik­baiknya.

Ciri­ciri   dari   gaya   kepemimpinan   laissez­faire   adalah:   1)   Konsep: organisasi akan  berjalan  lancar dengan  sendirinya  karena anggotanya cukup mengetahui tujuan dan sasaran organisasi dan tugas yang akan dikerjakan. 2) Berperan pasif dan tidak mau campur tangan. 3) Falsafah: manusia   memiliki   solidaritas,   kesetiaan,   taat   pada   norma­norma   dan peraturan   yang   telah   ditetapkan   serta   bertanggung   jawab   terhadap tugas.   4)   Mempunyai   nilai   saling   mempercayai.   5)   Bersikap   permisif, menganggap bawahan sebagai rekan kerja. 6) Kepentingan dan tujuan organisasi  tetap  difokuskan.   7)   Pendelegasian     sangat    ekstensif. 8)   Pengambilan   keputusan   diserahkan   pada   pimpinan   tingkat bawah/operasional.     9)   Status   quo   organisasi  tidak   terganggu. 10) Pertumbuhan   dan   perkembangan   diserahkan   kepada bawahan. 11) Intervensi pimpinan sangat minim.

Dari berbagai gaya kepemimpinan diatas dalam penerapannya oleh seorang pemimpin dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1) Kompleksitas tugas. 2) Ketersediaan waktu. 3) Besarnya kelompok

kerja. 4) Pola komunikasi. 5) Tingkat pendidikan bawahan. 6) Kebutuhan untuk prestasi dan kebersamaan.

Dalam dokumen MODUL BAHAN KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN (Halaman 85-90)

Dokumen terkait