PERUBAHAN BERENCANA
TIPE KEPEMIMPINAN
Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan Formal.
Kepemimpinan formal diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan, duduk dalam jabatan tertentu pada struktur organisasi dan memiliki hak serta kewajiban, dengan ciriciri sebagai berikut: 1) Ada legitimasi. 2) Kekuasaan dan kewenangan jelas. 3) Memenuhi persyaratan formal. 4) Didukung oleh organisasi formal. 5) Mendapat
imbalan/penghargaan. 6) Memperoleh promosi dan mutasi. 7) Dapat dikenai sanksi dan hukuman. 2. Kepemimpinan Informal. Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi memiliki beberapa keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai pihak, dengan ciriciri sebagai berikut: 1) Tidak memiliki legitimasi. 2) Ditunjuk dan diakui oleh masyarakat. 3) Tidak mendapat dukungan organisasi formal. 4) Tidak mendapat imbalan jasa tetapi sukarela. 5) Tidak dapat dipromosikan atau dimutasikan. 6) Tidak perlu persyaratan formal. 7) Tidak dapat dihukum secara formal. Kepemimpinan informal pada dasarnya ditentukan oleh status sosial, meliputi: 1) Keturunan. 2) Kekayaan. 3) Pendidikan. 4) Pengalaman hidup. 5) Kharismatik dan karakteristik herediter dan jasa. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan dapat diidentifikasi berdasarkan sejumlah perilaku yang ditunjukkan. Penerapan suatu gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh persepsi pimpinan tentang perannya, nilainilai yang dianut, sikap dalam mengemudikan jalannya organisasi, perilaku kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang dominan. Tipologi kepemimpinan saat ini antara lain:
1. Otokratik.
Pada gaya kepemimpinan otokratik, pemimpin melakukan kontrol yang maksimal terhadap bawahan, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan kelompok. Gaya kepemimpinan otokratik tidak meningkatkan partisipasi dan kerja sama antara bawahan dengan
pemimpin. Perilaku pemimpin yang otokratik sering menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan dari bawahan. Gaya kepemimpinan otokratik efektif digunakan dalam keadaan darurat. Disamping itu juga bermanfaat bila pemimpin adalah satusatunya orang yang menjadi sumber informasi dan keterampilan tertentu, dengan kemampuan bawahan yang terbatas.
Adapun ciriciri dari gaya kepemimpinan otokratik adalah: 1) Menuntut ketaatan penuh dari bawahan. 2) Disiplin kerja tinggi dan kaku, ketaatan bawahan lebih hanya dikarenakan rasa takut. 3) Nada keras dalam memberikan instruksi, egois, tidak mau menerima saran dan pandangan bawahan serta menerapkan komunikasi satu arah. 4) Tujuan organisasi sama dengan tujuan pribadi. 5) Organisasi dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi. 6) Menganggap dirinya sebagai sumber kehidupan organisasi. 7) Kekuasaan bersifat sentralisasi dan pengambilan keputusan tanpa melibatkan bawahan. 8) Pembenaran segala cara untuk mencapai tujuan. 9) Setiap hambatan dianggap sebagai penghalang, dan akan disingkirkan. 10) Memperlakukan bawahan sebagai alat. 11) Berorientasi pada tugas. 12) Perilaku kekuasaan formal.
2. Demokratik.
Pada gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin menghargai karakteristik dan kemampuan bawahannya. Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan bawahannya serta memotivasi mereka untuk mencapai tujuan dan membiasakan mereka untuk membuat keputusan tertentu bagi dirinya. Dengan gaya kepemimpinan demokratik, bawahan akan merasa puas dan merasa dibutuhkan dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Adapun ciriciri dari gaya kepemimpinan demokratik adalah: 1) Memandang perannya sebagai kordinator dan integrator. 2) Pendekatan holistik dan integratik. 3) Organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan bersama. 4) Organisasi perlu disusun agar keragaman kegiatan dapat semuanya terakomodasi. 5) Berprinsip bahwa perbedaan perlu menjamin kebersaman. 6) Memperlakukan bawahan secara manusiawi dan menyadari berbagai kebutuhan bawahan (fisik, psikologis, spiritual, sosial budaya, prestise dan pengembangan). 7) Pengambilan keputusan ditetapkan bersama yang bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab. 8) Dihormati oleh bawahan dan bukan ditakuti. 9) Menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas dan inovasi bawahan. 10) Bertanggung jawab terhadap kesalahan bawahan. 11) Memberikan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi. 12) Mengutamakan kepentingan bersama. 13) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang praktis dan realistis.
3. Paternalistik.
Gaya kepemimpinan paternalistik terdapat pada lingkungan tradisional karena adanya kekuatan ikatan primordial, sistem keluarga besar, komunalistik, peran adat istiadat, dan hubungan pribadi yang dekat antar anggota masyarakat.
Ciriciri dari gaya kepemimpinan paternalistik adalah: 1) Rasa hormat pada orang yang lebih tua dan keteladanan. 2) Persepsi pemimpin dipengaruhi oleh harapan bawahan. 3) Harapan bawahan: pemimpin tidak mementingkan diri sendiri, tetapi memperhatikan kepentingan bawahan. 4) Harapan pemimpin: kepemimpinannya tidak dipertanyakan. 5) Legitimasi kepemimpinan: merupakan hal yang wajar dan biasa. 6) Mengutamakan kebersamaan, fokus pada keadilan dan pemerataan. 7) Pemimpin bersikap kebapakan, hubungan atasan dan bawahan bersifat informal. 8) Bawahan dianggap belum matang. 9) Bersikap
melindungi sehingga bawahan takut bertindak. 10) Pemimpin merupakan sumber informasi. 11) Pengambilan keputusan tanpa melibatkan bawahan.
4. Laissez Faire.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan bebas tindak, menyerahkan perannya sebagai pimpinan kepada bawahannya, dengan bimbingan yang minimal atau tidak ada sama sekali. Kepercayaan diberikan kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan cara yang sesuai dengan pola kerja. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bawahan bila kurang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.
Ciriciri dari gaya kepemimpinan laissezfaire adalah: 1) Konsep: organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena anggotanya cukup mengetahui tujuan dan sasaran organisasi dan tugas yang akan dikerjakan. 2) Berperan pasif dan tidak mau campur tangan. 3) Falsafah: manusia memiliki solidaritas, kesetiaan, taat pada normanorma dan peraturan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab terhadap tugas. 4) Mempunyai nilai saling mempercayai. 5) Bersikap permisif, menganggap bawahan sebagai rekan kerja. 6) Kepentingan dan tujuan organisasi tetap difokuskan. 7) Pendelegasian sangat ekstensif. 8) Pengambilan keputusan diserahkan pada pimpinan tingkat bawah/operasional. 9) Status quo organisasi tidak terganggu. 10) Pertumbuhan dan perkembangan diserahkan kepada bawahan. 11) Intervensi pimpinan sangat minim.
Dari berbagai gaya kepemimpinan diatas dalam penerapannya oleh seorang pemimpin dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1) Kompleksitas tugas. 2) Ketersediaan waktu. 3) Besarnya kelompok
kerja. 4) Pola komunikasi. 5) Tingkat pendidikan bawahan. 6) Kebutuhan untuk prestasi dan kebersamaan.