• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL BAHAN KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODUL BAHAN KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA

MANAJEMEN KONFLIK DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN... 12

PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN, PENERIMAAN TENAGA

KEPERAWATAN DAN

(3)

KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENDAHULUAN

Pelayanan   keperawatan   merupakan   pelayanan   utama   dari   pelayanan rumah   sakit.   Hal   ini   terjadi   karena   pelayanan   keperawatan   diberikan selama   24   jam   kepada   pasien   yang   membutuhkannya,   berbeda   dengan pelayanan   medis   dan   pelayanan   kesehatan   lainnya   yang   hanya membutuhkan   waktu   yang   relatif   singkat   dalam   memberikan   pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan  kualitasnya   secara  terus­menerus  dan  berkesinam­

bungan   sehingga   pelayanan   rumah   sakit     akan   meningkat   juga   seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi   dari   manajemen   pelayanan   keperawatan,   karena   manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan   oleh manajer/   pengelola   keperawatan   yang   meliputi   perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber­sumber yang ada, baik   sumber   daya   maupun   sumber   dana   sehingga   dapat   memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat.

(4)

mendasari,   sehingga   dapat   menggambarkan   bagaimana   manajemen keperawatan seharusnya dilaksanakan.

KONSEP TEORITIS MANAJEMEN KEPERAWATAN a. Pengertian Manajemen Keperawatan.

Manajemen   didefenisikan   secara   umum   sebagai   upaya­upaya   yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan melalui orang lain. Dalam manajemen pertama­tama perlu diketahui dengan jelas apa tujuan yang akan   dicapai.   Selanjutnya   bagaimana   upaya   yang   akan   dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan melibatkan sekelompok orang dalam suatu organisasi.

Menurut   Gillies   (1994)   manajemen   keperawatan   adalah   suatu   proses bekerja   melalui   upaya   anggota   staf   keperawatan   untuk   memberikan pelayanan keperawatan,  pengobatan dan bantuan terhadap para pasien, dan tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin   serta   mengontrol   keuangan,   material,   dan   sumber   daya manusia yang ada untuk memberikan pelayanan keperawatan seefektif mungkin bagi setiap kelompok pasien dan keluarga mereka.

 

b.  Proses Manajemen Keperawatan.

(5)

dan   Gullick   dengan   mengungkapkan   bahwa   proses   manajemen keperawatan   terdiri   dari  planning,   organizing,   staffing,   directing,  dan

controlling  yang membentuk suatu sklus proses manajemen seperti yang

tersaji dalam skema dibawah ini:

PROSES MANAJEMEN

      Sumber: Gillies, D. A., (1994), Nursing management  : A system approach,

    Third edition, Philadelphia: WB. Saunders Company.

Proses   manajemen   keperawatan   dapat   juga   dilihat   dari   pendekatan sistem, yaitu sebagai sistem terbuka dimana masing­masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi serta dipengaruhi oleh lingkungan. Karena   merupakan   suatu   sistem   maka   akan   terdiri   dari   lima   elemen utama yaitu input, process, outputcontrol dan mekanisme umpan balik (Feed back).

(6)

pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah kualitas dari asuhan pelayanan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

Control yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk

budget  dari   bagian   keperawatan,   evaluasi   penampilan   kerja   perawat, prosedur standar dan akreditasi. Mekanisme umpan balik (Feed back) berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

c.  Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan.

Seperti   juga   pendekatan   manajemen   umumnya,   peran   dan   fungsi manajemen   keperawatan   terdiri   dari  planning,   organizing,   staffing, directing, dan controlling.

1. Planning.

Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur,   dan   peraturan­peraturan   dalam   pelayanan   keperawatan, kemudian   membuat   perkiraan   proyeksi   jangka   pendek   dan   jangka panjang   serta   menentukan   jumlah   biaya   dan   mengatur   adanya perubahan berencana.

2. Organizing.

Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan struktur organisasi,   menentukan   model   penugasan   keperawatan   sesuai dengan   keadaan   klien   dan   ketenagaan,   mengelompokkan   aktivitas­ aktivitas untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja  dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.

(7)

Meliputi   kegiatan   yang   berhubungan   dengan   kepegawaian diantaranya  adalah  rekruitmen,   wawancara,   mengorientasikan   staf, menjadwalkan   dan   mengsosialisasikan   pegawai   baru   serta pengembangan staf.

4. Directing.

Meliputi   pemberian   motivasi,   supervisi,   mengatasi   adanya   konflik, pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi..

5. Controlling.

Meliputi   pelaksanaan   penilaian   kinerja   staf,   pertanggungjawaban keuangan,   pengendalian   mutu,   pengendalian   aspek   legal   dan   etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.

d. Prinsip­Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan. Prinsip­prinsip manajemen secara umum menurut Fayol terdiri dari: 1. Division of working (pembagian pekerjaan).

2. Authority and responsibility (kewenangan dan tanggungjawab). 3. Dicipline (disiplin).

4. Unity of command (kesaatuan komando).

5. Unity of direction (Kesatuan arah).

6. Subordination of individual to generate interent  (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum).

7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai).

8. Decentralization (desentralisasi). 9. Scala of hierarchy (jenjang hirarki). 10.Order (ketertiban)

11.Stability of tunnure personal (stabilitas jabatan pegawai). 12.Equity (keadilan).

(8)

14.Esprit de corps (Kesetiawakawanan korps).

Seperti   juga   prinsip­prinsip   manajemen   secara   umum,   prinsip­prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah:

1. Manajemen   keperawatan   seyogianya   berlandaskan   perencanaan, karena   melalui   fungsi   perencanaan   pimpinan/   pengelola keperawatan   dapat   menurunkan   risiko   terhadap   pengambilan keputusan   dan   pemecahan   masalah   yang   tidak   efektif   dan   tidak efisien.

2. Manajemen   keperawatan   dilaksanakan   melalui   penggunaan   waktu yang   efektif.   Manajer/   pengelola   keperawatan   yang   menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu dan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen   keperawatan  akan  melibatkan   pengambilan   keputusan. Berbagai   situasi   maupun   permasalahan   yang   terjadi   dalam pengelolaan   kegiatan   keperawatan   memerlukan   pengambilan keputusan yang tepat diberbagai tingkat manajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian   manajer/   pengelola   keperawatan   dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point utama dari tujuan keperawatan. 5. Manajemen   keperawatan   harus   terorganisir.   Pengorganisasian

dilakukan   sesuai   dengan   kebutuhan   organisasi   pelayanan   untuk mencapai tujuan.

6. Pengarahan   merupakan   elemen   kegiatan   manajemen   keperawatan yang     meliputi   proses   pendelegasian,   supervisi,   koordinasi   dan pengendalian pelaksanaan rencana.

(9)

8. Manajemen   keperawatan   menggunakan   komunikasi   yang   efektif. Komunikasi   yang   efektif   akan   mengurangi   kesalahpahaman   dan memberikan   persamaan   pandangan,   arah   dan   pengertian   diantara pegawai.

9. Pengembangan   staf   penting   untuk   dilaksanakan   sebagai   upaya persiapan perawat­perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi   ataupun   upaya   manajer   keperawatan   untuk   meningkatkan pengetahuan karyawan.

10. Pengendalian   merupakan   elemen   manajemen   keperawatan   yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian   instruksi   dan   menetapkan   prinsip­prinsip   melalui penetapan   standar,   membandingkan   penampilan   dengan   standar dan memperbaiki kekurangan yang ditemukan.

Berdasarkan   prinsip­prinsip     diatas   maka   para   administrator   dan manajer   keperawatan   seyogianya   bekerja   bersama­sama   dalam perencanaan   dan   pengorganisasian   serta   fungsi­fungsi   manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. Lingkup Manajemen Keperawatan.

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan   berbagai   aspek   upaya   kesehatan.   Pelayanan   kesehatan kemudian   menjadi   hak   yang   paling   mendasar   bagi   semua   orang   dan memberikan   pelayanan   kesehatan   yang   memadai   akan   membutuhkan upaya   perbaikan   menyeluruh   sistem   yang   ada.   Pelayanan   kesehatan yang   memadai   ditentukan   sebagian   besar   oleh   gambaran   pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya. 

(10)

1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.

2. Melaksakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.

3. Menerima   ankotabilitas   kegiatan   keperawatan   yang   dilaksakan oleh  perawat.

4. Menerima ankotabilitas untuk hasil­hasil keperawatan. 5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.

Seluruh   pelaksanaan   kegiatan   ini   senantiasa   di   inisiasi   oleh   para manajer   keperawatan   melalui   partisipasi   dalam   proses   manajemen keperawatan   dengan   melibatkan   perawat   pelaksana.   Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: 1. Manajemen operasional.

Pelayanan   keperawatan   di   rumah   sakit   dikelola   oleh   bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkat manajerial yaitu:

a) Manajemen puncak.

b) Manajemen menengah.

c) Manajemen bawah.

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam   kegiatannya.   Ada   beberapa   faktor   yang   perlu   dimiliki   oleh orang­orang tersebut agar pelaksanaannya berhasil, antara lain:

a) Kemampuan menerapkan pengetahuan. b) Ketrampilan kepemimpinan.

c) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin. d) Kemampuan melaksakan fungsi manajemen.

2. Manajemen asuhan keperawatan.   

(11)

       Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan   perawat   menentukan   setepat   mungkin   pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan   dimasa   mendatang.   Pengkajian   ini   meliputi   proses pengumpulan   data,   memvalidasi,   menginterprestasikan   informasi tentang pasien sebagai individu yang unik.

     Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan   diagnosa   keperawatan.   Perawat   memilih   metoda khusus dari sekumpulan tindakan alternatif  untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan seoptimal mungkin. Semua kegiatan keperawatan   harus   menggunakan   sumber­sumber   yang   tersedia malalui penetapan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

Implementasi   rencana   keperawatan   merupakan   langkah     berikut dalam proses keperawatan, dan yang terakhir adalah evaluasi yang merupakan   pertimbangan   sistematis   dari   tujuan   dan   kriteria   yang telah   ditentukan   sebelumnya   dibandingkan   dengan   penerapan praktek yang aktual dan tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.

PENUTUP

Manajemen     keperawatan   merupakan   proses   pelaksanaan   pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,   pengobatan   dan   bantuan   terhadap   para   pasien,   dan   tugas manajer   keperawatan   adalah   merencanakan,   mengorganisir,   memimpin serta mengontrol keuangan, material, dan sumber daya manusia yang ada untuk memberikan pelayanan keperawatan seefektif mungkin bagi setiap kelompok pasien dan keluarga mereka.

(12)

dengan   yang   diharapkan   akan   dapat   mengoptimalkan   mutu   pelayanan keperawatan yang diterima oleh masyarakat sebagai komsumen.

MANAJEMEN KONFLIK DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

PENDAHULUAN

Keperawatan   merupakan   bagian   yang   sangat   penting   dan   menentukan dalam organisasi pelayanan kesehatan. Organisasi ini sendiri dibentuk oleh orang­orang yang berbeda latar belakang (pendidikan, sistem nilai dan lain­ lain). Perbedaan­perbedaan tersebut pada suatu kondisi akan menimbulkan berbagai   macam   persepsi   sehingga   terjadilah   benturan   yang   mengarah timbulnya suatu konflik. 

(13)

hasil interaksi.  Resolusi  destruktif mengakibatkan pengembangan konflik dan perasaan negatif terhadap diri dan atau orang lain.

Oleh   karena   konflik   ini   dapat   menimbulkan   berbagai   permasalahan   di pelayanan keperawatan, maka penting sekali dilakukan penanganan konflik agar menjadi suatu hal yang positif dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas pelayanan keperawatan. 

A. Definisi Konflik.

Konflik   adalah   perbedaan   pandangan   atau   ide   antara   seseorang   dan orang   lain   (Gillies,   1994).   Konflik   dapat   juga   dikatakan   segala   macam pertentangan intervensi atau antagonistik antara dua pihak atau lebih (Handoko,   1995).   Konflik   didefinisikan   juga   sebagai   suatu   perselisihan atau   perjuangan   yang   timbul   bila   keseimbangan   antara   perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang terancam (Deustsch, 1969). Dari definisi   tersebut   dapat   disimpulkan   bahwa   konflik   adalah   perbedaan pandangan sebagai peringatan bahwa sesuatu itu tidak benar dan perlu ada solusi (problem solving).

B. Penyebab Konflik.

(14)

atau   rasa   saling   menguasai   yang   berlebihan.   Dalam   pengelolaan keperawatan, konflik sering terjadi. Oleh karena itu pengelola/ manajer keperawatan   diharapkan   dapat   berperan   sebagai   pembaharu   untuk membuat keadaan menjadi stabil dan seimbang.

Secara lebih mendetail konflik dapat disebabkan karena;

1. Adanya   saling   ketergantungan,   mengandalkan   bantuan   orang   lain dalam pemberian pelayanan keperawatan namun tidak menghasilkan sesuatu   yang   memuaskan   akhirnya   timbul   frustasi   dan   kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Hubungan   yang   sangat   dekat   antara   dua   individu   juga   dapat menimbulkan   konflik,   karena   kesalahan   satu   orang   yang   dekat   dan yang   satu   lagi   merasa   segan   untuk   menegur   teman   yang   berbuat kesalahan tersebut.

3. Peran   yang   tidak   sesuai   dengan   apa   yang   diharapkan   sehingga menimbulkan   kekecewaan   pengelolaan   keperawatan,   seperti kebingungan peran, konflik peran dan lain­lain.

4. Masalah pribadi antar staf atau antara staf dan pimpinan yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

C. Proses Konflik.

Dari   kesimpulan   yang   diidentifikasikan   oleh   Filley   (1980),   ada   enam tahap proses konflik;

1. Kondisi­kondisi   yang   mendahului.   Kondisi   yang   bisa   mencetuskan konflik antara lain adanya perubahan­perubahan yang cepat. Tahap pertama konflik ini disebut juga sebagai latent conflict.

(15)

3. Konflik yang dirasakan; adalah bersifat subjektif karena orang merasa ada konflik relasi. Perasaan ini sering digambarkan sebagai ancaman, permusuhan, ketakutan dan/ atau ketidakpercayaan.

4. Perilaku yang  dinyatakan; dapat mengambil bentuk sebagai  agresi, pasif,   asertif,   persaingan,   debat,   atau   pemecahan   masalah.   Konflik yang dipersepsi dan/ atau yang dirasakan pada umumnya berakibat dalam tindakan­perilaku actual yang tampak. 

5. Penyelesaian atau penekanan konflik, langkah berikut dalam proses konflik, adalah mengakhiri konflik baik dengan perjanjian di antara yang terlibat atau melalui penaklukan salah satu pihak. Pada konflik persaingan, peraturan akan menentukan hasil konflik. 

6. Penyelesaian   akibat   konflik,   disini   orang   yang   terlibat   akan memahami proses belajar yang negatif maupun yang positif terhadap adanya konflik.

D. Gejala  Konflik. 

Gejala­gejala konflik bervariasi menurut penyebab dan menurut orang­ orang atau kelompok yang memperlihat gejala konflik (dalam Manchester Open Learning, 1997). Gejala­gejala konflik bisa bersifat;

1. Jelas­­­ pertengakaran biasa atau perkelahian. 2. Samar­samar­­­ suasana yang terasa terlalu tenang. 3. Aktif­­­ kata­kata marah atau surat bernada keras. 4. Pasif­­­ tidak saling bertegur sapa.

Beberapa gejala yang lebih umum, antara lain; 1. Kemerosotan standar kerja.

2. Perselisihan.

3. Menghindari kontak social. 4. Suasana tegang.

(16)

7. Tidak sabar menanti saat pekerjaan usai. 8. Moral yang merosot.

E. Akibat Konflik.

Situasi   konflik   dapat   mengakibatkan   hambatan   dalam   proses pencapaian  tujuan  organisasi.   Oleh   karena   itu  pengelola   keperawatan diharapkan   mampu   mengenal,   mengkaji,   dan   menyelesaikan   konflik. Karena apabila konflik dibiarkan dapat merusak kesatuan dalam unit kerja. Akibat konflik dapat positif atau negatif tergantung pada level dan lamanya   konflik   terjadi.     Tetapi   secara     umum     konflik   dapat menimbulkan situasi yang tidak menyenangkan pada suatu unit kerja, sehingga   dapat   menurunkan   produktivitas   kerja   yang   pada   akhirnya tujuan tidak dapat dicapai.

F. Tahapan Konflik.

Lingkungan kerja yang menyenangkan untuk staf perlu dipertahankan oleh   pengelola   keperawatan.   Di   samping   itu   juga   ia   harus   mampu menyelesaikan   konflik   dalam   upaya   untuk   meminimalkan   stress interpersonal.   Konflik   merupakan   suatu   keadaan   yang   terjadi   dan mempunyai siklus yang pada akhirnya mencapai puncak yang membawa individu pada situasi yang tidak sehat. Adapun tahapan konflik adalah; 1. Tahap awal; konflik akan menetap meskipun orang­orang yang terlibat

konflik   mulai   mengembangkan   rasa   curiga   dan   perasaan   bersalah terhadap  orang  lain,   tetapi  tidak  jelas   faktor atau  tanda  perbedaan tersebut. 

2. Tahap   kedua;   rasa   bermusuhan   disampaikan   secara   verbal   atau ditunjukkan melalui perilaku.

3. Tahap ketiga; menarik diri atau menghindar dari upaya penyelesaian konflik.

(17)

Tindakan   untuk   menyelesaikan   konflik   lebih   efektif   dilakukan   pada tahap   awal.   Sedang   pada   tahap   akhir   konflik,   biasanya   manajemen konflik tidak efektif lagi dan biasanya perlu bantuan ahli.

G. Tipe Konflik.

Konflik timbul di dalam, di antara, dan antara orang­orang akibat adanya perbedaan   pada   kenyataan,   definisi,   pandangan,   otoritas,   tujuan,   nilai dan   kendali.   Konflik   dalam   organisasi   secara   struktural   dapat dikategorikan   sebagai  konflik   vertikal  atau  horizontal  (Marriner,  1979). Konflik vertikal meliputi perbedaan di antara pemimpin dan anak buah. Hal   ini   sering   diakibatkan   oleh   buruknya   komunikasi   dan   kurang penyebaran   persepsi   tentang  harapan  akan   perilaku   yang   tepat  untuk peran diri sendiri dan atau/ orang lain. Konflik horizontal adalah garis konflik   antara   staf   dan   ada   hubungannya   dengan   praktek,   keahlian, otoritas, dan sebagainya. Sering berupa perselisihan antar departemen.

Tipe konflik menurut sifat kejadiannya, terdiri dari; 1. Konflik langsung (direct conflic).

Yaitu konflik yang terjadi secara langsung yang disebabkan perbedaan pandangan   antar   satu   orang   dengan   orang   lain   atau   gangguan hubungan   interpersonal   atau   dengan   orang   lain,   biasanya   lebih mudah dikontrol melalui intervensi interpersonal.

2. Konflik tidak langsung (indirect conflic).

(18)

Di   samping   itu   juga   terdapat   lima   jenis   konflik   menurut   tingkatan kejadian dalam organisasi,yaitu;

1. Konflik   dalam   diri   individu   yang   terjadi   bila   seseorang   individu menghadapi ketidakpuasan tentang pekerjaan yang diharapkan untuk melaksanakannya,   bila   berbagai   permintaan   pekerjaan   saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.

2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, di mana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan­perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik antar peranan (seperti antar manajer dan bawahan).

3. Konflik   antar   individu   dalam   kelompok   yang   berhubungan   dengan cara   individu   menanggapi   tekanan   untuk   keseragaman   yang dipaksakan   oleh   kelompok   kerja   mereka.   Sebagai   contoh   seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma­norma kelompok.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.

5. Konflik   antar   organisasi,   yang   timbul   sebagai   akibat   bentuk persaingan   ekonomi   dalam   system   perekonomian   suatu   negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya produk baru, teknologi, jasa, harga­harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

H. Analisa Konflik.

(19)

seorang manajer keperawatan menentukan besarnya tingkah laku yang mempengaruhi orang­orang yang terlibat.

I. Intervensi Konflik.

Setelah   seorang   manajer   keperawatan   mengetahui   adanya   konflik   di dalam tempat kerjanya, manajer tersebut harus bisa menentukan apakah konflik   tersebut   perlu   diberikan   intervensi   atau   perlu   diabaikan.   Jika konflik yang ada hanya kecil dan hanya melibatkan dua orang individu, dan tidak mengakibatkan pelayanan ke pasien terganggu serta individu yang terlibat tersebut mampu menyelesaikannya tanpa bantuan, maka manajer bisa mengabaikan masalah tersebut. 

Sebaliknya   jika   konflik   itu  mengenai   masalah   pelayanan   pasien,   cepat meluas, mempengaruhi karyawan lain yang terlibat dan mengganggu tim kerja,   manajer   sebaiknya   segera   menghindari   (menyelesaikan)   supaya masalah   tidak   berlanjut   dan   pelayanan   kepada   pasien   tetap   berjalan lancar.

Jika   seorang   manajer   memandang   bahwa   intervensinya   dibutuhkan untuk mengatasi konflik, maka seorang manajer harus menjadi mediator suatu   konflik   tersebut.   Dalam   masalah   ini   manajer   tidak   perlu menggunakan   power   politiknya.   Untuk   menjadi   mediator   diperlukan perencanaan secara hati­hati untuk memilih intervensi yang tepat. Peran manajer   dalam   menjadi   mediator   konflik   ini   dapat   meningkatkan   skill kepemimpinannya.   Jika   suatu   masalah   yang   dihadapi   oleh   manajer bersifat   konflik   dan   sulit   diidentifikasi,   maka   seorang   manajer   perlu berkonsentrasi terhadap masalah tersebut.

(20)

pendekatan konstruktif, hasilnya mengakibatkan pertumbuhan individu dan/ atau kelompok, peningkatan kesadaran dan pemahaman diri dan orang lain, dan perasaan positif kearah hasil interaksi. Resolusi destruktif mengakibatkan pengembangan konflik dan perasaan negatif terhadap diri dan/ atau orang lain.

Strategi jangka pendek yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik adalah dengan cara; 1) Melibatkan diri, 2) Memisahkan, 3) Mendengar dan   mendengarkan,   4)   Menjelaskan,   5)   Mengkonsultasi,   dan   6) Memantau.   Strategi   ini   dapat   efektif   dilaksanakan   tetapi   harus diperhatihan   tingkatan,   dan   jenis   konflik   yang   terjadi.   Tingkatan penyelesaian konflik juga harus benar­benar diperhatikan apakah cukup diselesaikan pada tingkatan individu, kelompok atau organisasi.

J. Teknik Manajemen Konflik. 1. Penetapan tujuan.

Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu memahami gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang   akan   diselesaikan.   Tujuan   yang   ingin   dicapai   antara   lain; meningkatkan   alternatif   penyelesaian   masalah/   konflik   untuk mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga   pihak   yang   terlibat   konflik   dapat   bertanggung   jawab terhadap keputusan yang dipilih.  

2. Memilih strategi. a. Menghindar.

(21)

terlibat konflik diberi kesempatan untuk merenungkan konflik yang sedang dihadapi guna memikirkan alternatif penyelesaian.

b. Akomodasi.

Mengakomodasi keinginan pihak yang terlibat konflik dengan cara meningkatkan   kerja   sama   dan   keseimbangan   serta mengembangkan   kemampuan   penyelesaian   masalah   yang   tepat dengan   cara   menggumpulkan   data­data   yang   akurat   dan mengambil suatu kesepakatan bersama.

c. Kompromi.

Cegah mengambil jalan tengah diantara kedua belah pihak yang terlibat   konflik.   Hal   ini   bersifat   sementara   terkait   dengan penyelesaian   tugas.   Namun   apabila   situasi   sudah   stabil,   maka perlu dikumpulkan pihak yang terlibat konflik guna penyelesaian masalah secara tuntas dan diharapkan semua pihak puas dengan keputusan yang diambil. 

d. Kompetisi.

Sebagai  pimpinan,   perawat  dapat  menggunakan  kekuasaan  yang terkait   dengan   posisi   untuk   penyelesaian   konflik   yang   terkait dengan tugas stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.

e. Kerjasama.

Apabila   pihak­pihak   yang   terlibat   konflik   bekerja   sama   untuk mengatasi konflik tersebut maka konflik dapat diselesaikan dengan memuaskan.   Namun   hal   ini   tidak   mudah   karena   membutuhkan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan dan waktu yang tersedia lebih banyak. 

PENUTUP

(22)

mengatasi   konflik   adalah   dengan   komunikasi   yang   jelas,   menyamakan persepsi,   uraian   tujuan   dan   tugas   secara   jelas   dan   meningkatkan hubungan interpersonal.

Karena   konflik   selalu   ada,   maka   seorang   pemimpin   dalam   keperawatan mempunyai   kekuatan   untuk   menggerakkan   konflik   ke   penyelesaian masalah   yang   bersifat   membangun   (konstruktif)   atau   bersifat   merusak (destruktif).   Pada   pendekatan   konstruktif,   hasilnya   mengakibatkan pertumbuhan   individu   dan/   atau   kelompok,   peningkatan   kesadaran   dan pemahaman diri dan orang lain, dan perasaan positif kearah hasil interaksi. Resolusi   destruktif   mengakibatkan   pengembangan   konflik   dan   perasaan negatif terhadap diri dan/ atau orang lain.

PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN, PENERIMAAN TENAGA KEPERAWATAN DAN PENJADWALAN

PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN.

(23)

Perencanaan tenaga keperawatan adalah proses   estimasi terhadap jumlah sumber daya keperawatan berdasarkan tempat, ketrampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan keperawatan. Dengan kata lain,   meramalkan   atau   memperkirakan   siapa   mengerjakan   apa,   dengan keahlian   apa,   kapan   dibutuhkan   dan   berapa   jumlahnya.   Untuk memudahkan   perencanaan   tenaga   keperawatan   di   rumah   sakit   dapat dilakukan dengan melakukan analisis situasi tenaga keperawatan yang ada dan   menghitung   kebutuhannya.   Analisis   kebutuhan   tenaga   keperawatan tentunya   tidak   logis   kalau   terlalu   sering   dilakukan,   jadi   perlu   adanya gejala­gejala   yang   harus   dikenali   sehingga   memang   diperlukan   suatu analisis tentang kondisi ketenagaan keperawatan di rumah sakit tersebut. Gejala­gejala yang perlu dikenali untuk melakukan suatu analisis tenaga keperawatan di rumah sakit adalah:

1. Adanya penambahan atau perubahan jumlah tempat tidur.

Dengan adanya penambahan jumlah tempat tidur maka rasio jumlah perawat   per   tempat   tidur   otomatis   akan   berubah,   oleh   karenanya perlu   dilakukan   analisis   apakah   tenaga   yang   ada   memang   dapat mendukung   adanya   penambahan   beban   kerja   akibat   dari penambahan   jumlah   tempat   tidur.   Umumnya   penambahan   jumlah tempat   tidur   sudah   direncanakan   jauh   sebelumnya,   sehingga antisipasi   untuk   penambahan   dan   perubahan   tenaga   keperawatan dapat   dilakukan   sekaligus   pada   waktu   perencanaan   penambahan jumlah tempat tidur dilakukan.

2. Adanya penambahan atau perubahan fasilitas pelayanan.

Masalah   ini   juga   merupakan   suatu   hal   yang   bisa   diantisipasi, sehingga   penambahan   atau   pengaturan   tenaga   keperawatan   bisa disesuaikan   dengan   jenis   penambahan   atau   perubahan   fasilitas pelayanan yang akan dilakukan di suatu rumah sakit.

(24)

Gejala penurunan motivasi, prestasi maupun kepuasan kerja dapat terlihat   secara   kualitatif   maupun   kuantitatif.   Secara   kualitatif misalnya terlihat dari semangat kerja yang menurun, pekerjaan yang semakin   lambat   selesai,   terlambat   datang,   cepat   pulang   dan semacamnya. Sedangkan secara kuantitatif dapat dilihat dari jumlah absensi   yang   semakin   banyak,   waktu   penyelesaian   pekerjaan   yang semakin   lambat,   dan   melalui   hasil   survei   berkala   tentang   prestasi maupun kepuasan kerja yang menurun. Gejala ini dapat disebabkan oleh   berbagai   faktor,   misalnya:   suasana   manajemen   yang   kurang menyenangkan,   gaya   kepemimpinan   yang   kurang   memperhatikan bawahan, reward yang tidak sesuai dengan beban kerja, atau beban kerja   yang   terlalu   berat.   Jika   beban   kerja   yang   dikeluhkan   oleh tenaga   keperawatan,   maka   sudah   waktunya   untuk   melakukan analisis situasi tenaga keperawatan.

4. Adanya keluhan pasien tentang pelayanan yang diterima.

Keluhan pasien merupakan gejala pelayanan keperawatan yang tidak memuaskan yang dapat disebabkan antara lain oleh masalah tenaga, fasilitas,   maupun   biaya.   Secara   obyektif   dapat   dilihat   apakah memang keluhan tersebut bersifat kasus, mengenai tenaga tertentu, atau   secara   menyeluruh.   Keluhan­keluhan   pasien   yang   dapat dijadikan   dasar   perlunya   analisis   tenaga   adalah:   survei   kepuasan pasien menunjukkan penurunan dan lamanya waktu tunggu pasien, baik   di  admission,   menerima   pelayanan   di   rawat   jalan,   masuk   ke pelayanan rawat inap, menerima pelayanan di rawat inap, menunggu obat, maupun sewaktu akan pulang. 

(25)

Dalam melakukan analisis situasi tenaga keperawatan di rumah sakit, ada beberapa   hal   yang   harus   diperhatikan   oleh   para   perencana   ketenagaan, antara lain:

1. Analisis beban kerja perawat.

Analisis beban kerja perawat dapat dilakukan dengan   menghitung beban   kerja   personel,   secara   umum   terdapat   tiga   macam   cara penghitungan beban kerja:

a. Work Sampling.

Teknik ini merupakan pengembangan dari dunia industri untuk mengetahui   beban   kerja   personel   pada   suatu   unit,   bidang, ataupun jenis tenaga tertentu dengan cara mengamati. Pada work

sampling hal­hal yang dapat diamati adalah: 1) Aktivitas apa yang

sedang dilakukan oleh seorang perawat pada waktu jam kerja. 2) Apakah   kegiatan   perawat   berkaitan   dengan   fungsi   dan   peran tugasnya   pada   waktu   jam   kerja.   3)   Proporsi   waktu   kerja   yang digunakan untuk kegiatan produktif dan tidak produktif. 4) Pola beban kerja perawat dikaitkan dengan waktu, schedule jam kerja. Jadi,   pada  work   sampling  yang   diamati   adalah   aktivitas   atau kegiatan   keperawatan   yang   dilaksanakan   oleh   perawat   dalam menjalankan tugasnya sehari­hari di ruang kerjanya.

(26)

sesuai   kebutuhan.  5)   Menentukan   interval   waktu   pengamatan produktif   atau   tidak,   biasanya   2   sampai   dengan   15   menit/ perawat dan tergantung  kebutuhan.

Rumus untuk teknik work sampling dan penentuan beban kerja: Jumlah   perawat   yang   diamati   X   60   menit/   interval   waktu pengamatan   X   24   jam   X   Jumlah   hari   pengamatan   =   Jumlah sampel   pengamatan.   Kemudian   jumlah   waktu   untuk   kegiatan produktif (keperawatan langsung dan tidak langsung) dan kegiatan pribadi   serta   non   produktif   dihitung   perbandingannya.     Bila waktu     yang   digunakan   ≥   80   %   untuk   aktivitas   keperawatan produktif (keperawatan langsung dan tidak langsung), maka dapat disimpulkan   beban   kerja   perawat   di   unit   tersebut   tinggi.   Perlu diingat   bahwa   teknik   ini   tidak   untuk   mengukur   kualitas pekerjaan.

b. Time and Motion Study.

Pada  teknik  Time and Motion Study,  pengamat  akan  mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat. Pada teknik ini, pertama perawat yang   akan   dijadikan   sebagai   sampel   pengamatan   harus ditentukan terlebih dahulu. Kedua, pembuatan kegiatan perawat yang akan diamati diklasifikasi menjadi kegiatan profesional dan non   profesional   serta   waktu   yang   digunakan   untuk   melakukan pekerjaan tersebut. Teknik ini sangat berpatokan kepada standar.

c. Daily log.

(27)

dicatat   menyangkut   semua   yang   dilakukan   perawat   beserta waktunya sejak perawat masuk ke tempat kerja sampai dengan pulang. Kerja sama dan kesediaan untuk menuliskan secara jujur dan apa adanya dari kegiatan yang dilakukan serta waktu yang dibutuhkan, menjadi kunci kesuksesan teknik Daily Log.

2. Analisis persediaan.

Dalam   melakukan   analisis   persediaan   tenaga   keperawatan,   ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

a. Jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan yang ada.

b. Jumlah personel yang keluar karena meninggal dunia, pensiun, pindah, dan tugas belajar atau pelatihan.

c. Jumlah   personel   yang   masuk   karena   pindah   dari   tempat   lain maupun yang aktif kembali.

3. Analisis kebutuhan tenaga. a. Metode rasio.

Standar metode rasio menurut SK Menkes RI No. 262 tahun 1979 adalah sebagai berikut:

Tipe RS TM/ TT TP/ TT TPP/TT

A dan B 1/ (4­7) (3­2)/ 2 1/ 1

C 1/ 9 1/ 1 3/ 4

D 1/ 15 1/ 2 2/ 3

E Di sesuaikan

Keterangan:

TM : Tenaga Medis. TP : Tenaga Perawat.

(28)

b. Formula Gillies. Rumus:

Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan + 20 % Keterangan:

      ∑  jam keperawatan dibutuhkan/ pasien/ hari:  Keperawatan langsung:  

­ Keperawatan mandiri : ∑ Pasien x 1­2 jam/ hari = ∑ jam kep.        mandiri

­ Keperawatan sebagian : ∑ Pasien x 3­4 jam/ hari = ∑ jam kep.        sebagian.

­ Keperawatan Total : ∑ Pasien x 5­7 jam/ hari = ∑ jam kep.       total

 Keperawatan tidak langsung : ∑ rata­rata pasien x 1 jam

 Penyuluhan : ∑ rata­rata pasien x 0,25

jam

∑  jam keperawatan dibutuhkan/ pasien/ hari adalah:      

     

      ∑  rata­rata pasien/ hari : Ditentukan berdasarkan hasil        Sensus harian.

∑ jam kep. ∑ rata-rata ∑ jam kep. Dibutuhkan/ pasien/ hari x pasien/ hari x ∑ hari/ tahun yg dibutuhkan/ tahun --- = ---∑ hari/ tahun - ---∑ hari libur x ---∑ jam kerja ---∑ jam keperawatan yg perawat/ tahun perawat/ shift diberikan perawat/ thn.

∑ jam kep. langsung + ∑ jam kep. tdk langsung + ∑ jam penyuluhan

(29)

      ∑  hari/ tahun : 365 hari.

      ∑  hari libur perawat/ tahun : hari minggu 52 hari + hari        libur nasional 12 hari+ cuti        tahunan 12 hari =  76 hari       ∑  jam kerja perawat/ hari : 8 jam.

      

c. Formula Lokakarya PPNI.

Rumus:

Keterangan: 

KTP : Kebutuhan Tenaga Perawat A : Jam keperawatan/ 24 jam. 52 Minggu : Jumlah minggu/ tahun TT : Jumlah tempat tidur. BOR : Bed Occupancy Rate. 

    41 Minggu : Minggu efektif/ tahun.              40 jam/ minggu: Jumlah jam kerja efektif perawat/ minggu.

d. Formula Nina.

Formula Nina menggunakan 5 tahap:

Tahap 1 :  Dihitung A = ∑ jam perawatan pasien/ 24 jam (6 jam) Tahap 2 :  Dihitung B = ∑ rata­rata jam perawatan untuk seluruh        pasien/ hari.   (6 jam x ∑ TT).

Tahap 3 :  Dihitung C = ∑ jam perawatan seluruh pasien selama 1        tahun. (B x 365)

A x 52 Minggu x 7 Hari (TT x BOR)

(30)

Tahap 4 :  Dihitung D = ∑  perkiraan   realistis  jam  perawatan         yang   dibutuhkan  pertahun (C x BOR/ 80).

Tahap 5 :  Dihitung jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.  E = D/ 1878 (365­52 = 313 hari) x (8­2 = 6 jam/ hari)

e. Formula UGD.

Rumus:

Keterangan: 

KTP : Kebutuhan Tenaga Perawat

D : Jam keperawatan.

365 : Jumlah hari per tahun.

255 : Hari kerja efektif perawat pertahun 

   {365­(12 hari libur nasional + 12 hari cuti    tahunan)x ¾}   =255 hari.

     Jam kerja per hari : 8 jam per hari.       KTP + 25 %

     ∑  Perawat/ shift : ­­­­­­­­­­­­­­­        3 Shift

Penghitungan nilai D menggunakan rumus:

Keterangan:

A1 : Waktu keperawatan pasien gawat darurat        (87 menit).

A2 : Waktu keperawatan pasien kasus mendesak         (71 menit).

D x 365

KTP = --- + 25 % + ∑ Perawat per shift 255 x Jam kerja per hari

(31)

A3 : Waktu keperawatan pasien kasus tidak       mendesak (34 menit).

∑os/ hr : Jumlah pasien/ hari sesuai kriteria tertentu        di atas (A1, A2, A3).

Waktu Adm. : Waktu pergantian shift (3 x 15 menit = 45 menit) f. Formula ICU.

Rumus:

Keterangan: 

KTP : Kebutuhan Tenaga Perawat

A : 11­12 Jam keperawatan/ 24 jam.

B : BOR x TT

366 : Jumlah hari per tahun.

255       : Hari kerja efektif perawat/ tahun 

   {365­(12 hari libur nasional + 12 hari cuti    tahunan)x ¾}=255 hari.

     Jam kerja per hari : 8 jam per hari.        

PENERIMAAN TENAGA (RECRUITMENT).

Penerimaan   tenaga  atau  recruitment  adalah  tahap   pertama  proses  untuk mendapatkan   staf   baru   dengan   melihat   calon   staf   baru   dan   mendorong mereka   untuk   mengajukan   lamaran   kerja   dalam   mengisi   kekosongan tenaga (Gillies, 1994).

Seleksi atau selection adalah proses pemilihan calon tenaga atau staf baru yang tepat sesuai dengan posisi yang kosong (Burgess,L., 1988).

PROSES PENERIMAAN TENAGA KEPERAWATAN. A x B x 365

(32)

Sebelum ditetapkan untuk menerima tenaga keperawatan yang baru, maka pimpinan   keperawatan   termasuk   kepala   ruangan   perlu   mengetahui gambaran ketenagaan.

Gambaran ketenagaan meliputi:

1. Jumlah   tenaga   keperawatan   keseluruhan   tiap   unit   sesuai   dengan kualifikasi.

2. Persentase tiap kategori tenaga yang ada. 3. Persentase perawat untuk tiap jabatan.

4. Persentase perawat tiap kualifikasi tingkat pendidikan.

5. Jumlah   perawat   yang   sedang   mengikuti   pendidikan   dan   jenis pendidikan.

6. Jumlah perawat yang pernah mengikuti pelatihan. 7. Persentase pertukaran tenaga tiap tahun (Turnover).

8. Rata­rata lamanya setiap tenaga menempati tugas tertentu. 9. Rata­rata ketidakhadiran staf.

10.Persentase staf yang tinggal dekat dan jauh dengan rumah sakit.

Selain   itu   perlu   diketahui   data   tentang   klasifikasi   klien,   prosedur   atau protokol keperawatan yang ada, standar praktek keperawatan, orientasi dan pendidikan tambahan untuk perawat, komposisi tenaga yang ada, bentuk dan   frekuensi   pengawasan,   kemampuan   staf   keperawatan,   kebutuhan keperawatan   klien   dan   aspek   hukum   keperawatan   yang   merupakan masukan   yang   selanjutnya   diproses   untuk   mendapatkan   jumlah   tenaga yang   dibutuhkan   dan   cara   pengaturan   staf   keperawatan,   yang   pada akhirnya   didapat   keluaran   tenaga/   staf   yang   dibutuhkan   dan   jumlah tenaga yang masuk atau libur setiap hari atau minggu.  Output  ini dapat merupakan umpan balik untuk proses selanjutnya.

(33)

1. Design  iklan sesuai dengan populasi perawat yang menjadi sasaran.

2. Buat design yang menarik perhatian pembaca. 3. Memperlihatkan   gambaran   perawat   profesional

yang sedang bertugas.

4. Menuliskan   beberapa   faktor   yang   penting   dan menarik.

5. Menggunakan media massa sesuai dengan sasaran. 6. Menyediakan  fasilitas  telepon,   faximile atau surat menyurat   untuk   calon   tenaga   keperawatan   dalam   memberikan jawaban untuk informasi lanjutan.

7. Mengatur jadwal seleksi.

8. Bentuk jawaban yang ingin didapatkan dari calon sesuai dengan lamaran yang diajukan.

Beberapa   hal   yang   perlu   diperhatikan   dalam   penerimaan   calon   tenaga keperawatan yang baru:

1. Hindari calon tenaga keperawatan yang baru dari kesalahan persepsi: a. Yakini   bahwa   calon   memahami   apa   kriteria   tenaga   yang

dibutuhkan oleh institusi.

b. Yakini   bahwa   calon   memahami   persyaratan­persyaratan   yang dibutuhkan dalam pelamaran.

2. Jika memungkinkan beri kesempatan kepada calon tenaga keperawatan   baru   untuk   mengetahui   beberapa   hal   terkait   dengan kegiatan asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh institusi:

a. Perbedaan peran dan tanggung jawab

tiap kategori tenaga.

b. Dapatkah gaji dinegosiasi.

c. Pendidikan   berlanjut   yang   mungkin

didapat.

(34)

e. Rotasi dinas.

f. Rata­rata   staf   keluar   dan   masuk

pertahun.

3. Gunakan berbagai institusi sosial atau ikatan alumni untuk mendapatkan calon yang diinginkan.

Selanjutnya   memilih   metode   yang   tepat   untuk   melakukan   proses penerimaan tenaga keperawatan sesuai dengan kriteria kebutuhan, antara lain   melalui   iklan,   hari   karir,  recruitmen   literature,  open   house,   program pendidikan  belanjut dan rekomendasi staf senior.

METODE PENERIMAAN TENAGA KEPERAWATAN.

Dalam penerimaan tenaga baru umumnya lembaga menggunakan berbagai metode yang dibutuhkan, antara lain:

1. Iklan.

Iklan dapat dilakukan melalui media massa, misalnya surat kabar, radio, televisi, bulletin, journal, dan lain­lain.

2. Hari karir.

Hari karir ini dilakukan rutin setiap tahun yang dapat memberikan informasi   tentang   kemungkinan   pengembangan   karier   perawat   di institusi   yang   mangadakan   khususnya   dan   perkembangan keperawatan   pada   umumnya.   Hal   ini   akan   dapat   menarik   minat lulusan   pendidikan   keperawatan   yang   baru,   sehingga   mereka mendapat gambaran yang jelas tentang apa yang mereka harapkan setelah mereka bekerja.

3. Recruitment Literaure.

Merupakan buku­buku yang berisi informasi tentang penerimaan staf baru pada institusi. Biasanya buku ini dibuat sebelum penerimaan tenaga baru sehingga dapat memberikan informasi kepada calon.

4. Open House.

(35)

Biasanya disediakan waktu satu sampai tiga hari dan disediakan juga pemandu yang dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh calon.   Calon   peserta   dapat  melihat   langsung  kegiatan   yang  ada   di rumah   sakit   tersebut.  Jika   mereka   berminat,   mereka   dapat mengajukan lamaran sesuai dengan ketentuan.

5. Program pendidikan berlanjut.

Institusi   yang   memerlukan   staf   baru,   maka   mereka   mengadakan pelatihan   tentang   bidang   yang   akan   dikembangkan   dan   yang memerlukan   tenaga   pada   institusi   tersebut.   Sasaran   pelatihan   ini adalah   lulusan   baru   atau   tenaga   keperawatan   yang   belum/   tidak bekerja. Lamanya pelatihan sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil pre dan  post     test,   hasil   penampilan,   presentasi   dan   diskusi   selama pelatihan bisa diperoleh staf yang akan memenuhi persyaratan untuk diterima.

6. Rekomendasi staf senior.

Rekomendasi staf senior atau staf lama juga merupakan cara yang dapat   dipilih   untuk   penerimaan   tenaga   baru.   Informasi   lengkap tentang gambaran calon didapat dari staf senior/ staf lama tersebut selanjutnya dilakukan seleksi.

SISTEM SELEKSI TENAGA KEPERAWATAN. Tujuan dari seleksi tenaga keperawatan adalah:

1. Membandingkan latar belakang calon atau kandidat dengan kriteria seleksi.

2. Mengevaluasi atau menilai karakteristik individu calon atau kandidat.

(36)

atau  role play  untuk keterampilan tertentu. Kelengkapan berkas lamaran yang perlu diperiksa adalah:

1. Kelengkapan   format   lamaran   meliputi:   kelengkapan   isi,   kejelasan kalimat, kelengkapan data.

2. Referensi   yang   digunakan,   meliputi   referensi   yang   dilampirkan memuaskan dan membutuhkan pengecekan lebih lanjut.

3. Lisensi   sebagai   perawat   terdaftar,   apakah   tidak   lewat   batas   waktu keabsahannya   (di   Indonesia   belum   diberlakukan),   hal   ini   sangat penting untuk mengyakinkan tingkat kemampuan kerja perawat. 4. Ijazah dan daftar nilai terakhir yang dilegalisir.

5. Tanda tangan.

6. Riwayat hidup atau curriculum vitae. 7. Pengalaman kerja yang lalu.

8. Informasi   tentang   gaji   yang   diharapkan   (hal   ini   tidak   lazim   untuk institusi milik pemerintah di Indonesia).

9. Apabila calon tenaga baru memenuhi ketentuan­ketentuan diatas dan sesuai   dengan   apa   yang   diinginkan   institusi,   maka   dilanjutkan dengan wawancara.

PRINSIP­PRINSIP WAWANCARA.

Beberapa   prinsip   yang   harus   diperhatikan   dalam   wawancara   pra­ pekerjaan/ seleksi adalah:

1. Menciptakan   dan   memelihara   lingkungan   yang   nyaman   selama wawancara.

2. Melakukan   wawancara   sesuai   dengan   garis   besar   materi   yang sebelumnya telah direncanakan/ dipersiapkan.

3. Mengkaji   latar   belakang   pelamar   dan   rencana   masa   depannya sebelum menjelaskan jabatan yang dapat diperolehnya.

4. Mendorong pelamar untuk dapat berbicara bebas sesuai dengan area wawancara/ pertanyaan.

(37)

6. Hati­hati dengan komunikasi non verbal pewawancara dan pelamar. 7. Berikan informasi mengenai tanggung jawab pekerjaan,  lingkungan

pekerjaan, dan aspek positif/ negatif dari pekerjaan tersebut secara rinci.

8. Lakukan   penyimpulan   hasil   wawancara   dan   langkah   berikutnya dalam proses seleksi.

TIM YANG TERLIBAT.

Seleksi dilakukan oleh tim yang terdiri: 1. Petugas penerima tenaga baru. 2. Kepala Personalia.

3. Pimpinan keperawatan.

Setelah dilakukan seleksi sesuai kriteria, calon tenaga baru yang memenuhi persyaratan diterima, dan sebelum mulai bekerja terlebih dahulu dilakukan orientasi. 

ORIENTASI.

Orientasi   merupakan   pelatihan   perseorangan   yang   dipakai   untuk mengakrabkan   tenaga   perawat   baru   dengan   tanggungjawab   pekerjaan, tempat   kerja,   pelanggan,   dan   rekan   kerja,   untuk   memungkinkan   ia berhubungan  secara   efektif   dengan   lingkungan  dan  mengenal   tempatnya dalam organisasi tersebut.

1. Hal­hal yang perlu diorientasikan kepada tenaga keperawatan yang baru adalah:

a. Orientasi institusi.

 Visi,   misi,   riwayat   dan   tujuan   spesifik   dari   institusi/rumah sakit.

(38)

 Penilaian   kinerja,   promosi,   mutasi   dan   kebijakan   cuti,   dan sebagainya.

 Perilaku   yang   diharapkan   dalam   menunjang   tujuan institusi/rumah sakit.

 Pengembangan   sumber   daya   manusia   keperawatan   dan pembinaan yang ada.

 Hubungan antar karyawan dan hubungan dengan pimpinan. b. Orientasi pekerjaan.

 Memahami   visi,   misi   dan   tujuan   bidang   keperawatan   dan bagaimana tujuan diterjemahkan dalam bentuk job description.   Bagaimana   tujuan   bidang   keperawatan   dalam   hubungannya

dengan tujuan individu.

 Menciptakan hubungan interpersonal.

 Memperkenalkan pekerjaan, prosedur dan kebijakan yang ada.  Orientasi tempat, fasilitas dan perlengkapan yang ada.

 Menjelaskan  job desciption  dan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan posisi yang diberikan.

2. Proses orientasi.

a. Pelatihan   pengenalan   tentang   peraturan   umum institusi/ rumah sakit dan bidang keperawatan yang dilaksanakan selama 2­7 hari.

b. Orientasi   pekerjaan   dapat   bersifat   sentralisasi   yang dilakukan oleh staf bidang keperawatan atau desentralisasi yang dilakukan oleh unit kerja  dimana tenaga keperawatan baru akan ditempatkan. Lamanya orientasi pekerjaan tergantung pada sifat pekerjaan   yang   akan   dilakukan   oleh   tenaga   keperawatan   yang baru. Untuk pekerjaan yang kompleks orientasi dapat dilakukan selama 2­6 minggu.

(39)

tujuan   yang   lebih   rinci,   kemudian   dilakukan   diskusi   secara berkala   minimal   sekali   seminggu   dengan   instruktur   klinik   atau pembimbing klinik.

d. Internships,   tenaga   keperawatan   baru   bekerja   dengan

mencontoh tenaga keperawatan yang lama, setelah dinilai mampu baru   diberikan   tugas   untuk   dilaksanakan   tersendiri.   Tenaga keperawatan   lama   yang   dijadikan   model   harus   mempunyai pengetahuan,   keterampilan   dan   sikap   yang   profesional   dalam melakukan asuhan keperawatan.

e. Preceptorship  tenaga   keperawatan   baru   bekerja

bersama­sama   dengan   perawat   senior   yang   ditunjuk   sebagai preceptor  yang   memiliki   kemampuan,   keterampilan   dan   sikap profesional yang dapat dijadikan model.

f. Selanjutnya   tenaga   keperawatan   yang   baru,   masuk dalam   sistem   pengembangan   sumber   daya   manusia   seperti   staf yang lain.

PENJADWALAN.

Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk perawat dalam sebuah unit, seksi, atau divisi keperawatan. Dalam membuat sebuah penjadwalan, pimpinan perlu mempertimbangkan hal­hal sebagai berikut:

a.Untuk berapa lama jadwal disiapkan. b.Hari apa kalender penjadwalan dimulai.

c.Hari libur mingguan dapat dipecah atau beruntun. d.Berapa lama waktu kerja maksimum dan minimum.

d.Berapa lama sebelumnya dapat mengajukan hari libur mingguan atau     cuti tahunan.

e.Berapa lama sebelumnya jadwal sudah dapat dilihat oleh staf. f.Berapa lama ada pergantian/ rotasi shift.

(40)

   supervisor, atau desentralisasi oleh kepala unit masing­masing. h.Bagaimana menciptakan komunikasi terbuka antara staf dengan    pembuat jadwal.

Untuk   mengurangi   waktu   penyusunan   jadwal   dinas   dapat   digunakan jadwal   siklus,   yaitu   jadwal   dinas   dan   shift   yang   disusun   berdasarkan ramalan dan pola ulang dengan jumlah yang sama.

Agar penjadwalan dapat efektif, perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam penyusunan jadwal, yaitu:

1. Siklus   penjadwalan   harus   menunjukkan     keseimbangan   antara kebutuhan unit kerja akan tenaga dan kebutuhan staf.

2. Perputaran   penugasan   sebaiknya   menggambarkan   keseimbangan antara hari libur dan bukan libur, jam sibuk dan kurang sibuk.

3. Semua   personel   perawat   ditugaskan   sesuai   menurut   siklus penjadwalan.

4. Siklus   penjadwalan   dipilih   sesuai   dengan   kualitas   dan   kuantitas tenaga perawat yang ada di unit.

5. Bila jadwal sudah dibuat, perubahan hanya dapat dilakukan melalui permohonan secara tertulis.

6. Siklus   yang   digunakan   harus   menggambarkan   metode   penugasan yang digunakan.

7. Setiap personel perawat harus mencatat dan mengingat jadwal dinas.

Dalam   pembuatan   jadwal,   seorang   pimpinan   juga   harus   memperhatikan komposisi   tenaga   yang   ada   di   unitnya.  Pembagian   tenaga   keperawatan dalam pembuatan jadwal:

1. Rasio perawat ahli : perawat trampil adalah 55 % : 45 % (Abdulah dan Levine, dalam Gillies, 1994).

(41)

MOTIVASI  KERJA

Salah   satu   tantangan   berat   yang   harus   dihadapi   oleh   para   manajer keperawatan   adalah   bagaimana   ia   dapat   menggerakkan   stafnya   agar senantiasa   mau   dan   bersedia   mengerahkan   kemampuan   dan keterampilannya yang terbaik untuk kepentingan pelayanan keperawatan, dan   salah   satu   usaha   kearah   itu   adalah   dengan   motivasi.   Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit  menjalankan tugas   pekerjaan   mencapai   tujuan   yang   telah   ditetapkan.   Sedangkan motivasi   kerja   adalah   kondisi   yang   mempengaruhi,   membangkitkan, menggerakkan   dan   memelihara   perilaku   seseorang   untuk   melaksanakan pekerjaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Anoraga, 1998). Sedangkan     Suyati   (1995),   menjelaskan   bahwa   motivasi   kerja   adalah dorongan   dan   keinginan   sehingga   staf   melakukan   suatu   kegiatan   atau pekerjaan   dengan   baik   demi   mencapai   tujuan     yang   diinginkan. Pemahaman   serupa   diungkapkan   oleh     Wahjosumidjo   (1994)   yang menyatakan   bahwa  sebagai  konsep   manajemen   dalam   kaitannya  dengan kehidupan   organisasi,   motivasi   kerja  adalah   dorongan   kerja   yang  timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. 

(42)

lain­lainnya yang disebut sebagai faktor motivator yang bertujuan agar staf dapat   melaksanakan   pekerjaannya   dengan   baik   dalam   mencapai   tujuan yang ditetapkan.

Menurut   Zainun   (1989),   motivasi   dapat   dipandang   sebagai   bagian   yang fundamental   dari   kegiatan   manajemen   dan   motivasi     merupakan   bagian integral dari kegiatan organisasi  dalam  menggerakkan  dan mengarahkan personel mencapai tujuan yang telah ditetapkan.   Oleh karena itu, semua kegiatan   organisasi   tidak   berfaedah   jika   anggota   yang   ada   di   dalam organisasi tersebut tidak berhasrat menyumbangkan usaha dan karya guna memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya.

Dengan   demikian   dapat   dimengerti   bahwa   motivasi   kerja   merupakan masalah   yang   sangat   penting   dalam   setiap   usaha   dari   seorang   manajer keperawatan yang bekerja sama dengan stafnya dalam rangka pencapaian tujuan   tertentu,   sehingga   dapat   dikatakan   bahwa   keberhasilan   seorang manajer keperawatan dalam menggerakkan stafnya untuk mencapai tujuan dalam   pelayanan   keperawatan   dapat   dilihat   dari   kemampuannya   dalam menciptakan   motivasi   kerja   yang   sesuai   dengan   keadaan   bawahan   dan pekerjaanya.

 

1. Dimensi/ Teori Motivasi Kerja

Selanjutnya akan diuraikan dimensi motivasi kerja  ditinjau berdasarkan beberapa teori motivasi  sebagai berikut:

a. Teori Isi (Content Theory).

Teori   isi yang   sering disebut   teori kebutuhan dan teori kepuasan terdiri dari :

1). Teori Motivasi Konvensional ( Taylor)

(43)

Semakin besar imbalan yang diberikan, maka diharapkan semakin tinggi   motivasi   kerja   sehingga   menghasilkan   gairah   kerja   yang tinggi,   prestasi   yang   meningkat   dan   akhirnya   diharapkan produktifitasnya tinggi.

2). Teori Hirarki Kebutuhan (Maslow)

Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang   mempunyai   keinginan.   Manusia   dimotivasi   oleh   suatu keinginan   untuk     memuaskan   berbagai   kebutuhan,   bila kebutuhan tidak terpuaskan  akan  mempengaruhi    tingkah laku manusia tersebut. Namun bila sudah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi menjadi motivator. Kebutuhan tersebut disusun mulai dari kebutuhan yang paling dasar sampai kebutuhan yang paling tinggi sebagai berikut:

a). Kebutuhan biologis dan fisiologis b) Kebutuhan rasa aman dan nyaman c). Kebutuhan akan kebersamaan d). Kebutuhan akan penghargaan e). Kebutuhan aktualisasi diri

      3). Teori Motivasi Dua Faktor/ Higienis (Herzberg)

(44)

menyenangkan,   kompensasi,   status,   hubungan   yang   baik   dan kebijakan   organisasi   bila   tidak   terpenuhi   akan   menimbulkan ketidak puasan.

       4). Teori Motivasi ERG (Aldefer)

      Teori motivasi ERG ( Existence, Relatedness, Growth) merupakan modifikasi   dari   teori   kebutuhan   Maslow   guna   memperbaiki beberapa kelemahan.  Teori ini menempatkan kebutuhan manusia ke   dalam   tiga   kelompok   kebutuhan.   Pengelompokkan   tersebut bukan   dimaksudkan     sebagai   tingkatan,   tetapi   hanya   sebagai pembeda. Setiap saat seseorang dapat memenuhi kebutuhan lebih dari satu secara bersamaan tanpa menunggu kebutuhan yang lain terpenuhi   terlebih   dahulu.   Kelompok   tersebut   adalah   sebagai berikut:

       a).  Keberadaan (Existence)

          Terdiri dari kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan   nyaman   yang   bersifat   sangat   mendasar   sehingga     harus dapat terpenuhi.

       b).  Kekerabatan ( Relatedness)

       Merupakan kebutuhan kebersamaan dengan cara saling berhubungan   diantara   sesama   menurut   teori   Maslow. Terciptanya  hubungan  yang  baik   akan  menstimulus  motivasi kerja.

       c).  Pertumbuhan dan Perkembangan ( Growth)

             Terdiri dari kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri menurut teori   Maslow.   Dengan   adanya   kesempatan   tumbuh   dan   berkembang, maka akan menumbuhkan motivasi kerja bagi seseorang.

       5).  Teori kebutuhan Berprestasi (Mc Clelland)

(45)

untuk     kekuatan/   kemenangan(need of power)  dan  kebutuhan kebersamaan (need of afiliation):

       a). Kebutuhan untuk keberhasilan   (need of   achievment): Dorongan untuk menjadi yang terbaik,  mencapai keberhasilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, berjuang untuk kesuksesan.     Mereka   menyukai   adanya   tantangan   dalam pekerjaan   dan   menerima   tanggung   jawab   pribadi   atas kesuksesannya   atau   kegagalannya.   Mereka   tidak   suka membiarkan masalahnya terselesaikan  secara kebetulan  atau diselesaikan   oleh   orang   lain.   Mereka   juga   tidak   menyukai pekerjaan dengan derajat kesukaran yang rendah karena tidak ada tantangannya.

       b).Kebutuhan untuk kekuatan/ kemenangan (need of power): Kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara cara yang kita kehendaki. Mereka lebih menyukai ditempatkan pada posisi yang  kompetitif dan berorientasi pada prestise.       c). Kebutuhan untuk kebersamaan (need of afiliation):  Keinginan

untuk   memiliki   hubungan   hubungan   persahabatan   atau hubungan antara manusia secara dekat. Mereka  berkeinginan untuk   disukai   dan   diterima   oleh   orang   lain,   selalu   berjuang untuk   persahabatan   sehingga   lebih   menyukai   situasi   yang kooperatif.   Mereka     berkeinginan   untuk   memiliki   hubungan yang penuh pengertian dan saling menguntungkan.

b. Teori Proses ( Process Theory).

Teori   proses   berupaya  untuk menjelaskan   bagaimana  menguatkan, mengarahkan dan memelihara serta menghentikan perilaku individu yang   bekerja   sesuai   keinginan.   Teori   ini   merupakan   proses   sebab akibat dari bekerjanya seseorang, terdiri dari:

(46)

Teori   harapan   (expectancy   theory)     menyatakan   bahwa   motivasi seseorang ditentukan oleh interaksi perkalian komponen Valance, Instrumentally dan Expectancy  ( M = V x I x E ). Seseorang bekerja memiliki nilai   (valance) yang berbeda beda dimana nilai  tersebut diwujudkan     pada     sasaran   menggunakan   alat   (instrumentally) sehingga   menghasilkan   prestasi   kerja   sesuai   dengan   yang diharapkan (expectancy).

2). Teori Keadilan  (Adams)

Teori   keadilan   (equity   theory)   memandang   bahwa   kepuasan seseorang   tergantung   pada   adanya   rasa   keadilan   yang   didapat. Seseorang   akan   membandingkan   dirinya   dengan   orang   lain sehingga bila dirasakan tidak adil akan menumbuhkan motivasi. Elemen teori ini terdiri dari :

a).   Masukan,   yaitu   sesuatu   yang   berharga   sebagai   sumbangan terhadap   pekerjaannya   seperti   pendidikan,   pengetahuan, pengalaman, masa kerja dan pengakuan.

b). Hasil,  yaitu sesuatu yang berharga sebagai hasil dari pekerjaan yang   dilakukannya   seperti   gaji,   status,   penghargaan, kesempatan untuk berprestasi. 

c).   Individu pembanding, yaitu dengan siapa dibandingkan rasio masukan   dan   hasil  tersebut.   Bila     perbandingan menunjukkan tidak adil, maka  akan menimbulkan rasa tidak puas dan akan memotivasi  semangat kerja seseorang.

2. Tujuan memberikan motivasi antara lain: a. Merubah perilaku bawahan/ staf.

(47)

f. Meningkatkan moral bawahan/ staf.

g. Meningkatkan rasa tanggung jawab bawahan/ staf.

h. Meningkatkan kesetiaan bawahan/ staf terhadap  institusi.

3. Alat untuk meningkatkan motivasi kerja.

Adapun alat untuk meningkatkan motivasi kerja staf antara lain: 

a. Bersifat   material,   misalnya   insentif   berupa   gaji,   fasilitas   dan tunjangan yang memadai.

b. Bersifat non material, misalnya penempatan yang tepat, kesempatan mengembangkan   diri,   promosi   yang   objektif,   pekerjaan   yang merangsang, memberi penghargaan, bimbingan dan perlakukan yang wajar.

4. Teknik  memotivasi.

Teknik   memotivasi   bawahan   yang   dikemukakan   oleh   Wahjosumidjo (1994)  menggunakan beberapa pendekatan yaitu: 

a. Bersikap   baik   (  the   be   good   approach)   dengan   cara   menciptakan kondisi kerja yang baik seperti tunjangan, gaji dan bonus yang tinggi. b. Menggunakan   kekerasan   (  the   strong   approach)   yaitu   pemimpin

menggunakan wewenangnya untuk menekan bawahan.

c. Perundingan implisit ( implicit bargaining) melalui perundingan antara bawahan dan atasan terhadap hasil kerja yang dicapai sesuai dengan imbalan yang akan diberikan.

d. Kompetisi (competition) diberikan kesempatan pada seseorang untuk melakukan   pekerjaannya   sebaik   mungkin   sesuai   dengan kemampuannya.

(48)

Selain itu, Swansburg  dan Swansburg (1999) mengungkapkan  tentang solusi dan tehnik memotivasi yang digunakan oleh manajer keperawatan sebagai berikut: 

a. Harga   diri  (self   esteem),   yaitu   pengakuan   terhadap   keberhasilan pekerjaan   yang   telah   dilakukan   staf   perawatan   sehingga meningkatkan harga diri dan diharapkan dapat memotivasi.

b. Pengkayaan   pekerjaan  (job   enrichment),   yaitu   pengembangan   tugas staf   perawatan   sehingga   pekerjaan   itu     sendiri       membuat   staf termotivasi.

c. Pemberdayaan (empowerment), melalui pendelegasian tanggung jawab dan   kewenangan   sehingga timbul rasa   percaya dan mempercayai serta saling mendukung.

d. Promosi kesamping  (lateral promotions), yaitu promosi   karir dengan memberikan kesempatan kepada setiap staf perawatan untuk maju dan  mendapat tugas yang lebih   serta  sesuai.

e. Pertumbuhan  (growth),   yaitu   tumbuh   dan   berkembang   guna meningkatkan   kemampuan   dengan   cara   memberikan   kesempatan kepada   setiap   staf   perawatan   untuk   meneruskan   pendidikan   dan mengikuti pelatihan.

f. Komunikasi (communication),  bertujuan untuk memberikan motivasi dengan berbagi informasi dan berkonsultasi.

g. Penghargaan (rewards),  baik finansial maupun non finansial.

Teknik­teknik   lain   dapat   juga   dilakukan   oleh   seorang   manajer keperawatan  dalam memotivasi kerja staf, yaitu:

a. Jelaskan tujuan organisasi.

b. Jelaskan kebijaksanaan yang ditempuh dalam mencapai tujuan. c. Usahakan agar staf memahami struktur organisasi.

d. Jelaskan peran apa yang diharapkan dari staf. e. Tekankan pentingnya kerja sama dalam institusi.

(49)

g. Beri penghargaan pada staf yang berprestasi dan bimbimgan kepada yang belum berprestasi.

h. Yakinkan staf bahwa dengan kerja yang baik akan mencapai tujuan institusi dan tujuan pribadi.

5. Pengukuran Motivasi kerja.

Pengukuran   motivasi   kerja   yang   merupakan   pengukuran   aspek psikologis,   memerlukan   metode   yang   harus   memadai.   Pengukuran motivasi kerja   yang   dikemukakan oleh para ahli   mempunyai dasar pemahaman   terhadap   pemenuhan   kebutuhan   staf   yang   berbeda, diantaranya yaitu:  

a. Pengukuran motivasi kerja yang dikembangkan oleh Hellriegel   dan Slocum (dalam Sujak, 1990). Pengukurannya menggunakan kuesioner yang   dirancang   berdasarkan   pemenuhan   kebutuhan   dasar,   yaitu kebutuhan fisik dan kenikmatan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial atau afiliasi, kebutuhan pemenuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

b. Pengukuran motivasi kerja berdasarkan teori pemenuhan kebutuhan prestasi  yang dikemukakan oleh  Mc. Clelland (dalam Agarwal, 1986) yang   meliputi   kebutuhan   berprestasi   (need   of   achievment)   yang mempuyai   indikator   seperti   keinginan   lebih   unggul,   ulet   dan menyukai tantangan. Kemudian kebutuhan kekuasaan/kemenangan

(need of power) yang memiliki ciri hasrat untuk menang, berkompetisi

(50)

konteks umum berdasarkan pada kebutuhan prestasi, kekuasaan dan afiliasi.

MENJAGA MUTU

Adanya globalisasi merupakan fenomena yang terjadi pada akhir abad ke XX yang ditandai dengan terjadinya  interpenetrasi  dan  interdepedensi  dari semua sektor yang menyebabkan trasformasi masyarakat negara menjadi masyarakat  global.  Kompetisi   akibat   dari   liberalisasi   perdagangan   yang menjadi ciri utama globalisasi, dan kebijakan  General Agreement on Trade

in   Service  (GATS)   serta   diberlakukannya   Undang­Undang   Republik

Indonesia     Nomor   8  Tahun   1999   Tentang  Perlindungan   Konsumen   akan sangat berpengaruh terhadap  berbagai  aspek  penyelenggaraan pelayanan kesehatan   di   Indonesia,   salah   satunya   adalah   aspek   mutu   dan profesionalisme   pelayanan   kesehatan   yang   diterima   oleh   masyarakat sebagai  pengguna jasa harus sesuai dengan tuntutan dan standar global.

Referensi

Dokumen terkait