• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

II.2 KEPEMIMPINAN

Dahulu banyak orang berpendirian, bahwa kepemimpinan itu tidak dapat dipelajari. Sebab kepemimpinan adalah suatu bakat yang diperoleh orang sebagai kemampuan istimewa yang dibawa sejak lahir. Jadi, orang menyatakan bahwa memang tidak ada dan tidak diperlukan teori dan ilmu kepemimpinan. Suksesnya kepemimpinan itu disebabkan oleh keberuntungan seorang pemimpin yang memiliki bakat alam yang luar biasa, sehingga dia memiliki kharisma dan kewibawaan untuk memimpin massa yang ada disekitarnya.

Dalam perkembangan zaman, kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuwan Frederick W. Taaylor pada awal abad ke- 20; dan dikemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan.

Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi pada penyiapan secara berencana, melatih calon-calon pemimpin. Semuanya dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan, percobaan/eksperimen,

2

analisis, supervisi dan penggemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat pemimpin yang unggul, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.

Kepemimpinan adalah suatu proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang pemimpin terhadap orang lain (atau sekelompok orang) untuk melakukan suatu aktivitas tertentu yang sesuai dengan kehendaknya.15

Kepemimpinan menurut Prof. Kimball Young adalah bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu; berdasarkan akseptansi/ penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.

Ordway Tead dalam bukunya “The Art of Leadership” menyatakan sebagai berikut:

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

16

Selanjutnya ada kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut:

II.2.1 Tipe Kepemimpinan

17

15

Drs. Abdulsyani, Manajemen Organisasi, PT Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal 231.

16

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: apakah kepemimpinan abnormal itu?, Rajawali, Jakarta, 1991, hal. 48-50.

17

1. Tipe Kharismatis

Tipe pemimpin kharismatis ini memiliki kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.

Mengenai mengapa seorang pimpinan yang bertipe demikian sangat disegani dan dipatuhi, disebabkan oleh beberapa kriteria, yaitu: Pertama; seorang pimpinan dianggap mempunyai kekuatan gaib (super natural powers), Kedua; pimpinan yang dipatuhi itu seorang keturunan bangsawan atau keturunan raja, Ketiga; obyektif dalam setiap hubungannya dengan bawahan, Keempat; berwibawa, yang dapat menimbulkan rasa hormat bagi para bawahan, Kelima; berkemampuan untuk memberikan contoh atau teladan terhadap bawahan.18

a) Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.

2. Tipe Paternalistis

Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:

b) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective).

c) Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.

d) Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

18

e) Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. f) Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.

3. Tipe Militeristis

Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain adalah:

a) Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap bawahannya; keras sangat otoriter, kaku dan sering kurang bijaksana.

b) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.

d) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.

e) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.

f) Komunikasi hanya berlangsung searah saja. 4. Tipe Otoktratis

Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasimendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri.

Jadi kalau disimpulkan, maka seorang pimpinan yang otokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:19

1) Seolah-olah suatu organisasi yang dipimpinnya adalah miliknya sendiri. 2) Tujuan organisasi diidentifikasikan dengan tujuan pribadi.

3) Para anggota atau karyawannya dianggap sebagai alat semata untuk mencapai tujuan.

4) Biasanya sulit untuk menerima kritik, saran atau pendapat dari bawahannya.

5) Dalam proses penggerakan terhadap bawahannya sering melakukan pemaksaan.

6) Setiap aktivitas hampir seluruhnya tergantung pada kekuasaan formalnya. 5. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada “person atau individu pemimpin”, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok .

20 19 Drs. Abdulsyani, I b I d, hal. 234. 20 Drs. Abdulsyani, I b I d, hal. 238-239.

Penerapan tipe kepemimpinan ini sedikit banyaknya setiap penyimpanan akan dapat dihindarkan, sebab kepemimpinan ini sifatnya lebih terbuka dan berdasarkan kekeluargaan.

Kemudian oleh SUJATI, tipe kepemimpinan yang demokratis ini diperinci atas beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:

1) Ikut sertanya yang dipimpin dalam kepengurusan (Social participation). 2) Adanya pertanggungjawaban daripada pimpinan terhadap yang dipimpin

(Social responsibility).

3) Adanya dukungan daripada yang dipimpin terhadap pimpinan (Social support).

4) Adanya pengawasan yang dilakukan oleh yang dipimpin terhadap pimpinan (Social control).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh BASU SWASTHA D.H. dalam bukunya “Azas-azas Manajemen Modern” (1985), bahwa ada tiga macam gaya kepemimpinan (gaya kepemimpinan oleh Basu didefinisikan sebagai suatu pola perilaku manajemen yang dirancang untuk memadukan minat dan usaha pribadi dan organisasi untuk mencapai tujuan), yaitu:21

21

Drs. Abdulsyani, I b I d, hal. 263-264. Kepemimpinan Authoritarian

Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin mengutamakan kekuatan dari posisi formalnya. Pemimpin yang sangat authoritarian biasnya kurang memperhatikan kebutuhan bawahan dan lebih mementingkan penyelesaian tugas. Semua aktivitas ditentukan oleh atasan; dan komunikasinya hanya satu arah, yaitu ke bawah saja.

Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Disini pimpinan lebih memperhatikan kebutuhan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasinya. Jadi, manajer menekankan pada dua hal, yaitu bawahan dan tugas. Kepemimpinan partisipatif ini memberikan kemungkinan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam bentuk pemberian informasi, pendapat dan usul-usul. Keputusan akhir tetap harus diambil oleh manajer. Namun dalam hal ini dilakukan sesudah berkonsultasi dengan bawahan.

Kepemimpinan laissez faire

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin; dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat sesuka hati. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. Sebab kedudukan yang ia peroleh hanya melalui penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme.

Dia tidak mempunyai kewibawaan dan tidak dapat mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif.

Analisis Transaksional

Gaya dapat pula dipandang dari perspektif Eric Berne (1964) yang disebut analisis transaksional. Berne menurunkan teorinya dari teori psikoanalitik dan

mendalilkan tiga tahap ego; dewasa, orang tua, dan anak-anak sebagai bagian dari seluruh perilaku setiap manusia.

James R. Noland (1978) mengembangka dan menyebarkan suatu instrumen yang disebut personalysis. Respon-responnya ditafsirkan dari sudut pandang setiap tahap ego uatama menurut Berne dan empat sifat yang menandai setiap tahap ego. Tahap ego dewasa, misalnya, menggambarkan gaya manusia yang lebih disukai sebagai pengatur diri sendiri dan orang lain, dan menyangkut masalah penerapan, pengaturan, penstrukturan, dan kegiatan perencanaan. Tahap ego orang tua menggambarkan gaya manusia yang lebih disukai ketika diatur dan meliputi empat gaya: otoriter, birokratik, demokratik, dan pengarahan-diri. Tahap ego anak-anak menggambarkan kebutuhan motivasional manusia dan meliputi kekuasan, kendali, keluwesan, dan kebebasan.

Wofford, Gerloff, dan Cummins (1977) menyimpulkan enam gaya dasar komunikasi dari teori analisis transaksional, yang diturunkan secara bebas dari setiap tahap ego utama. Gaya pengendalian, gaya penyamaan, gaya penstrukturan, gaya dinamik, gaya pelepasan, dan gaya penarikan disebarkan di antara tiga tahap ego: Orang tua menggunakan gaya pengendalian dan penstrukturan; Orang Dewasa menggunakan gaya penyamaan dan dinamik; Anak-anak menggunakan gaya pelepasan dan penarikan.22

Kekuatan utama dari unit analisis transaksional adalah bahwa ini merupakan “bahasa” yang dapat menterjemahkan gagasan-gagasan psikologis ke dalam konsep yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga orang awam pun

22

dapat menggunakannya. Ia memberi wawasan yang berharga dalam masalah- masalah emosional dengan cepat, yang tidak dapat diberikan oleh jenis psikoterapi lain yang memerlukan waktu yang lama. Tetapi perlu kiranya disadari, bahwa justru karena kesederhanaannya inilah ia telah banyak menerima kritik. Karena model tersebut sudah sangat disederhanakan (over simplification). Sedangkan masalah yang dibahas sangat kompleks dan seringkali berada jauh di dalam kepribadian manusia.

Dengan menguasai konsep/ teori analisis transaksional, seorang manajer auditor diharapkan dapat melakukan komunikasi yang lebih efektif dengan auditnya.23

Menurut Martin M. Broadwell, “dalam bukunya Supervisor dan Masalahnya, pada dasarnya setiap pemimpin (manajer) apakah dia seorang pemimpin tingkat atas (top management), pemimpin tingkat menengah (middle

II.2.2 Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi, membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik; memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

23

Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak., MBA, Manajement Audit Suatu Pengantar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 149.

management) dan pemimpin tingkat bawah (lower management), wajib melaksanakan empat fungsi, yaitu:24

a. Merencanakan suatu hal yang terpenting dari seluruh kegiatan. Perencanaan adalah sarana bagi pemimpin untuk menentukan ke arah mana gerak organisasinya akan dibawa, sulit diharapkan hasil yang baik jika perencanaannya kurang baik, sekalipun pelaksanaan dilakukan secara ketat.

b. Mengorganisasi; pengorganisasian adalah istilah yang mempunyai arti yang luas karena menyangkut dalam dua hal, yaitu sebagai berikut:

1) Struktur organisasi sebagai wadah melaksanakan kegiatan.

Secara umum yang mengatur stuktur organisasi adalah pemimpin di tingkat atas, yang dibicarkn dalam masalah ini adalah bagian organisasi dalam kaitannya dengan sekelompok orang yang mempersatukan dirinya untuk mengerjakan sesuatu yang tidak dapat mereka laksanakan seorang diri.

2) Penempatan tenaga kerja dalam organisasi. Berkaitan dengan hal ini pimpinan harus mengetahui lebih dulu tentang diri orang yang akan ditempatkan tersebut sebaik mungkin, guna mendapatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Hal ini sangat berarti, karena orang yang ditempatkan tersebut merasa puas dan merasa mempunyai kesempatan untuk dihargai. Dengan demikian, ia akan

24

Dr. Lijan Poltak Sinambela, M.M.,M.Pd.,dkk, Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan dan Implementasi, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal. 102-103.

memiliki motivasi sebaik mungkin dalam meningkatkan produktivitas kerja.

c. Memimpin adalah kemampuan seseorang untuk mengilhami bawahan agar dapat bekerja guna mencapai tujuan organisasi.

d. Mengawasi: fungsi ini adalah sesuatu yang cukup menentukan, karena dengan mengawasi akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan yang direncanakan. Pada dasarnya pemimpin mengawasi tiga hal, yaitu uang, bahan, dan tenaga kerja.

Fungsi Kepemimpinan Organisasional

Adapun fungsi kepemimpinan organisasional (pemimpin di dalam organisasi) ialah:25

1. memprakarsai struktur organisasi;

2. menjaga adanya koordinasi dan integritas organisasi, supaya semuanya beroperasi secara efektif;

3. merumuskan tujuan institusional atau organisasional, dan menentukan sarana serta cara-cara yang efisien untuk mencapai tujuan tersebut;

4. menengahi pertentangan dan konflik-konflik yang muncul, dan mengadakan evaluasi serta evaluasi ulang;

5. mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan, dan penyempurnaan dalam organisasi.

Kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administratif, serta persepsi oleh orang lain

25

mengenai keabsahan dari pengaruh. Beberapa definisi yang dianggap cukup mewakili selama seperempat abad adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan adalah “perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal)”.

b. Kepemimpinan adalah “pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu”. c. Kepemimpinan adalah “pembentukan awal serta pemeliharaan

struktur dalam harapan dan interaksi”.

d. Kepemimpinan adalah “peningkatan pengaruh pada sedikit pada, dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan- pengarahan rutin organisasi”.

e. Kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan”. f. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang

berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Secara akademik, kepemimpinan dipahami sebagai seni dan proses mempengaruhi orang tau kelompok orang, sehingga mereka berusaha dengan sukarela, antusias, dengan keyakinan dan keberanian serta kerja keras dalam kooperasi dan koordinasi ke arah tercapainya sasaran dan tujuan individu, kelompok dan organisasi secara proporsional.26

26

Syarifruddin Pohan, Komunikasi Organisasi, FISIP USU, Medan, 2005, hal. 101-102. Meskipun kepemimpinan

didefinisikan secara berbeda-beda, namun hakekat praktek kepemimpinan adalah sama, yaitu proses untuk mempengaruhi aktivitas-aktivitas seseorang atau kelompok orang dalam upayanya untuk mencapai tujuan bersama, pada situasi dan kondisi tertentu.

II.2.3 Asas-asas kepemimpinan adalah:

1) Kemanusiaan: mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan-tujuan bersama.

2) Efisien: efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi dan jumlah manusia; atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas manajemen modern.

3) Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, meuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.

II.2.4 Syarat-syarat kepemimpinan

EDWIN GHISELLI, menyebutkan adanya beberapa syarat atau sifat daripada kepemimpinan yang efektif, yaitu:27

1) Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain (para bawahan).

27

2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan untuk sukses.

3) Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya pikir. 4) Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan

memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.

5) Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk mengahadapi masalah-masalah.

6) Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian aktivitas dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.

Dokumen terkait