• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Vertikal Dan Peningkatan Layanan (Studi Korelasional antara Pengaruh Komunikasi Vertikal dan Peningkatan Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Vertikal Dan Peningkatan Layanan (Studi Korelasional antara Pengaruh Komunikasi Vertikal dan Peningkatan Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan)"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI VERTIKAL DAN PENINGKATAN LAYANAN (Studi Korelasional antara Pengaruh Komunikasi Vertikal dan Peningkatan

Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh

NOVALINDA PANJAITAN 050904039

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI DAN DIPERTAHANKAN OLEH :

Nama : Novalinda Panjaitan

Nim : 050904039

Departemen : Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik

Judul : Komunikasi Vertikal Dan Peningkatan Layanan (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Komunikasi Vertikal Antara Pimpinan Dan Perawat Yang Menjadi Kepala Ruangan Terhadap Peningkatan Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan).

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. HR DANAN DJAJA, M.A Drs. AMIR PURBA ,M.A NIP. 131 288 504 NIP. 131 654 104

Dekan FISIP USU

(3)

A B S T R A K S I

Penelitian ini berjudul Komunikasi Vertikal dan Peningkatan Layanan (Studi Korelasional antara Pengaruh Komunikasi Vertikal terhadap Peningkatan Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan antara pengaruh kegiatan komunikasi vertikal pada kegiatan sosialisasi dengan peningkatan layanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada-tidaknya hubungan, berapa erat hubungan dan berarti-tidaknya hubungan antara pengaruh komunikasi vertikal pada kegiatan sosialisasi terhadap peningkatan layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Populasi penelitian ini adalah perawat yang sekaligus bertanggung jawab menjadi kepala ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang berjumlah 53 orang. Dengan demikian ditentukan jumlah sampel yang diteliti adalah 30 orang. Dengan alasan bahwa penarikan sampel bersifat purposive sampling dengan ciri adanya kesamaan terhadap objek penelitian yaitu perawat yang menjadi kepala ruangan yang masih aktif di RSUD Dr Pirngadi Medan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data-data dari buku-buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, melalui : observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrumen) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis dan harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis korelasional dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 10.0. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : “terdapat

(4)

KATA PENGANTAR

Terpuji dan termulialah Bapa yang baik Tuhan Yesus Kristus atas kasih karuniaNya yang luar biasa, anugerah, hikmat dan penyertaanNya yang selalu penulis rasakan dalam hidup penulis, sebagai membuat segala pujian, hormat dan syukur hanyalah bagi dia dari sekarang sampai selamanya.

Ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang penulis sayangi Bapak J. Panjaitan dan Ibu H. Lumbangaol yang telah banyak memberi nasehat dan dukungan baik secara moril, materil, dan doa yang tidak putus-putusnya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan dan menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. M. Arif Nasution, M. A selaku Dekan Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M. A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Bapak Drs. HR Danan Djaja, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan pandangan dan membagikan pengetahuan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi.

5. Ibu Dra. Rusni selaku dosen wali penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada staf dan pegawai Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Kak Ros, Kak Icut, Kak Maya, Kak Hanim dan Kak Puan.

7. Saudara-saudara penulis Kak Polma, Bang Hardi, Bang Feri, Adik Jane terutama Adik penulis Dear Anggela yang akan selalu ada di hati penulis terimakasih untuk doa-doanya dan dukungannya.

8. Abang Chandra terima kasih buat dukungan dan doanya selama penulis mengalami keluh-kesah saat kuliah sampai menyelesaikan skripsi.

(5)

10. Keponakan yang lucu-lucu Putri, Driana, Grace yang menghibur saat penulis merasa jenuh.

11. Kepada Opung P. Lumbangaol terimakasih buat doa-doanya kepada penulis selama ini.

12. Teman satu bimbingan penulis Eva Madona Siadari terimakasih atas kebersamaannya saat menyelesaikan skripsi.

13. Sahabat-sahabat penulis Lilis, Siska, Eva Regina, dan Sondang terimakasih untuk kebersamaannya dan bantuannya selama ini.

14. Teman-teman Maria, Rica, dan Yenti selama penulis mengikuti masa perkuliahan.

15. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2005 terima kasih untuk bantuan, kritikan, dorongan dan masukannya selama ini.

16. Kepada semua saudara-saudara penulis yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu dan mendoakan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Medan, Juni 2009 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

II.1 Komunikasi Organisasi dan Komunikasi Vertikal………..…..25

II.1.1 Komunikasi Organisasi……….….25

II.2 KEPEMIMPINAN………..….38

II.2.1 Tipe Kepemimpinan………..….39

(7)

II.2.3 Asas-asas Kepemimpinan………..………50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..………..58

III.1 Sejarah Ringkas Sakit Umum Dokter Pirngadi Medan…..………..58

III.2 Metode Penelitian………..……...69

III.3 Lokasi Penelitian………..……….69

III.4 Populasi dan Sampel………..………...69

III.5 Teknik Pengumpulan Data………..……...71

III.6 Teknik Analisis Data………..…...72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….…………74

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data………...74

IV.11 Tahap Awal………..…..….74

IV.1.2 Pengumpulan Data……….74

IV.2 Teknik Pengolahan Data………...74

IV.3 Analisis Deskriptif………75

IV.3.1 Karakteristik……….………..….…..76

IV.3.2 Komunikasi Vertikal Dalam Kegiatan Sosialisasi……….…81

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Variabel Operasional……….22

Tabel 4.1 Jenis Kelamin……….76

Tabel 4.2 Usia………77

Tabel 4.3 Pendidikan………...78

Tabel 4.4 Penghasilan………79

Tabel 4.5 Lama Bekerja………79

Tabel 4.6 Tingkat Kejelasan Instruksi Tugas………81

Tabel 4.7 Metode Lisan dalam Instruksi Tugas………82

Tabel 4.8 Penjelasan Mengenai Tugas………..83

Tabel 4.9 Tingkat Kejelasan Tujuan Melakukan Tugas………84

Tabel 4.10 Metode Lisan dalam Memaparkan Tugas………..85

Tabel 4.11 Penjelasan Mengenai Alasan Melakukan Tugas………86

Tabel 4.12 Tingkat Kejelasan untuk Memotivasi………87

Tabel 4.13 Metode Lisan untuk Memotivasi………..88

Tabel 4.14 Pesan untuk Memotivasi………89

Tabel 4.15 Tingkat Kejelasan Memberikan Informasi Peraturan………90

Tabel 4.16 Metode Lisan Menjelaskan Informasi Peraturan………...91

Tabel 4.17 Penjelasan Informasi Mengenai Peraturan……….92

Tabel 4.18 Tingkat Kejelasan Memberikan Balikan………93

Tabel 4.19 Metode Lisan dalam Memberikan Balikan………94

Tabel 4.20 Kepuasan akan Balikan……….95

Tabel 4.21 Kejelasan Informasi Pekerjaan………..96

Tabel 4.22 Metode Lisan Menyampaikan Informasi Pekerjaan………..97

Tabel 4.23 Kepuasan terhadap Informasi Pekerjaan………98

Tabel 4.24 Kejelasan Masalah Pekerjaan………98

Tabel 4.25 Metode Lisan dalam Penyampaian Masalah Pekerjaan………….99

Tabel 4.26 Kepuasan akan Informasi Masalah Pekerjaan………..100

Tabel 4.27 Kejelasan Saran/ Ide………101

Tabel 4.28 Metode Lisan Penyampaian Saran/ Ide………102

(9)

Tabel 4.30 Kejelasan Keluhan tentang Pekerjaan………..104

Tabel 4.31 Metode Lisan menyampaikan Keluhan Pekerjaan………...105

Tabel 4.32 Kepuasan dengan Penyampaian Keluhan Pekerjaan………106

Tabel 4.33 Garis Kerja………...107

Tabel 4.34 Penerapan Aturan Disiplin………...108

Tabel 4.35 Kemampuan dalam Peningkatan Pelayanan………108

Tabel 4.36 Kesanggupan terhadap Wewenang………..109

Tabel 4.37 Ketepatan Waktu dalam Pelaksanaan Tugas………...110

Tabel 4.38 Transparansi Kejelasan Tugas……….111

Tabel 4.39 Kesan/ Tanggapan tentang Etika Pelayanan………112

Tabel 4.40 Sikap dalam Melayani……….113

Tabel 4.41 Pemahaman Etika Pelayanan………...114

Tabel 4.42 Sikap dalam Menanggapi Keluhan………..115

Tabel 4.43 Kepedulian terhadap Keluhan………..115

Tabel 4.44 Kemampuan Berkomunikasi………116

Tabel 4.45 Kesesuaian Cara Berkomunikasi dalam Upaya Peningkatan Layanan………117

Tabel 4.46 Tingkat Kejelasan Instruksi Tugas dengan Kemampuan dalam Peningkatan Pelayanan………118

Tabel 4.47 Penjelasan Mengenai Tugas dengan Ketepatan Waktu dalam Pelaksanaan Tugas………...120

Tabel 4.48 Penjelasan Mengenai Alasan Melakukan Tugas dengan Kesesuaian Cara Berkomunikasi dalam Upaya Peningkatan Layanan……...121

Tabel 4.49 Tingkat Kejelasan Memberikan Informasi Peraturan dengan Sikap dalam Melayani………123

Tabel 4.50 Metode Lisan menyampaikan Keluhan Pekerjaan dengan Sikap dalam Menanggapi Keluhan………124

Tabel 4.51 Analisis Korelasi dengan menggunakan Piranti Lunak SPSS versi 10.0………..126

(10)

A B S T R A K S I

Penelitian ini berjudul Komunikasi Vertikal dan Peningkatan Layanan (Studi Korelasional antara Pengaruh Komunikasi Vertikal terhadap Peningkatan Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan antara pengaruh kegiatan komunikasi vertikal pada kegiatan sosialisasi dengan peningkatan layanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada-tidaknya hubungan, berapa erat hubungan dan berarti-tidaknya hubungan antara pengaruh komunikasi vertikal pada kegiatan sosialisasi terhadap peningkatan layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Populasi penelitian ini adalah perawat yang sekaligus bertanggung jawab menjadi kepala ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang berjumlah 53 orang. Dengan demikian ditentukan jumlah sampel yang diteliti adalah 30 orang. Dengan alasan bahwa penarikan sampel bersifat purposive sampling dengan ciri adanya kesamaan terhadap objek penelitian yaitu perawat yang menjadi kepala ruangan yang masih aktif di RSUD Dr Pirngadi Medan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data-data dari buku-buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, melalui : observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrumen) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis dan harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis korelasional dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 10.0. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : “terdapat

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Pada dasarnya hakekat yang terkandung dalam komunikasi adalah adanya

kesamaan makna dan kesamaan pengertian di antara individu-individu yang

terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Sebagai makhluk sosial manusia

senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui

lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya .

rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Komunikasi penting bagi suatu organisasi karena komunikasi merupakan

alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan

aktivitas pekerjaannya. Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya

yang terpenting, manusia sebagai tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat

terpenting, manusia sebagai tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat

menentukan terhadap keberhasilan untuk mencapai tujuan organisasi, walaupun

karyawan atau pegawai suatu organisasi sudah mendapatkan imbalan materi dari

tempatnya bekerja, ini belum tentu merupakan jaminan untuk mencapai tujuan

organisasi yaitu melayanni dengan baik. Karena situasi kerja dapat mempengaruhi

(12)

Kemudahan dalam memberikan pelayanan pada saat sekarang ini

sangatlah dicari dan dibutuhkan oleh semua orang. Karena dengan semakin

majunya teknologi informasi dan komunikasi, pelayanan yang disajikan dapat

memberikan kualitas yang tentunya baik. Setiap instansi pasti akan berusaha

untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat umum yang

membutuhkannya secara tepat, cepat dan tentunya nyata hasil baik yang

didapatkan. Sehingga masyarakat tidak menjadi ragu dan kecewa dengan

pelayanan yang diberikan, tetapi membuat mereka semakin yakin dan puas

dengan pelayanan tersebut.

Dalam pelayanan kesehatan, berbagai jenjang pelayanan dan asuhan

pasien (patient care) merupakan tujuan utama. Upaya untuk memperbaiki mutu

pelayanan klinis pada umumnya dimulai oleh perawat.

Mutu pelayanan tidak hanya tergantung pada pelayanan klinis yang

memenuhi standar profesi, tetapi juga pelayanan yang berfokus pada pelanggan.

Oleh karena itu, keterlibatan pasien sebagai pengguna pelayanan sekaligus

pengambil keputusan perlu mendapat perhatian dalam penerapan tata pengaturan

klinis. Penyedia pelayanan perlu mengembangkan mekanisme untuk mengenal

kebutuhan dan harapan pasien maupun mekanisme untuk menerima keluhan dan

komplain untuk dipertimbangkan dalam penyusunan desain pelayanan, standar

pelayanan, maupun pengambilan keputusan klinis.

Kerja tim merupakan struktur tata pengaturan klinis yang tidak dapat

diabaikan dan menjadi landasan keberhasilan peningkatan mutu klinis. Hal

tersebut mengingat kompleksitas pelayanan kesehatan yang melibatkan berbagai

(13)

Seringkali suatu organisasi mengalami beragam kesulitan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Padahal, organisasi tersebut ditunjang oleh sumber

daya yang handal. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan organisasi, antara lain kelancaran komunikasi vertikal.

Komunikasi vertikal yakni arus komunikasi dua arah timbal balik.

Komunikasi ini memegang peranan cukup vital dalam melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen, yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward

communication) dan dari bawah ke atas (upward communication). Dalam arus

komunikasi vertikal – dari atas ke bawah – tersebut pihak pimpinan memberikan

instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan dan penugasan lain sebagainya kepada

ketua unit/kelompok dari bawahan. Kemudian arus komunikasi dari bawah ke atas

diterima dalam bentuk bawahan memberikan laporan, pelaksanaan tugas,

sumbang saran dan hingga pengaduan kepada pimpinannya.1

Selama peneliti melakukan peninjauan sering sekali masyarakat mengeluh

tentang pelayanan yang mereka terima selama berada di RSUD Dr. Pirngadi

Medan baik itu dalam status rawat inap ataupun berobat jalan. Khususnya Di sinilah

pentingnya peranan komunikasi dalam organisasi yaitu menunjang keberhasilan,

sebagai landasan kebijaksanaan/keputusan yang diambil pimpinan, hingga untuk

mencapai tujuan dan sasaran bersama pada sebuah organisasi.

Keseluruhan struktur yang ada dalam tata pengaturan klinis akan berfungsi

dengan baik jika didukung oleh sistem informasi yang memadai. Tersedianya

sistem informasi tersebut akan memberikan kemudahan bagi pasien dan praktisi

klinis untuk berkomunikasi dan berinteraksi.

1

(14)

terhadap pelayanan yang menggunakan fasilitas ASKES (Asuransi Kesehatan)

untuk mempermudah atau mengurangi biaya rumah sakit. Pelayanan yang

diberikan oleh perawat rumah sakit tersebut tidaklah memuaskan karena sering

sekali perawat yang sedang berjaga lebih dahulu melayani pasien yang tidak

menggunakan jasa ASKES. Bahkan pernah juga keluarga pasien telah berusaha

memanggil perawat jaga sampai tiga kali barulah mereka menanggapi. Kelalaian

seperti itu memang tampaknya kecil tetapi dapat juga berakibat fatal. Misalnya

saja, keterlambatan penggantian cairan infus dapat menyebabkan darah pasien

naik apabila tidak segera dihentikan atau diganti oleh perawat yang sedang

bertugas. Kelalaian juga terlihat dalam pengaturan komsumsi pasien selama

menjalani rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Seharusnya perawat

mengetahui waktu untuk makan obat dan mengantar makanan pasien seperti

sarapan pagi atau makan siang juga tepat pada waktunya sehingga pasien lebih

cepat sehat, tetapi kenyataannya mereka sering terlambat mengantar makanan ke

kamar pasien sehingga obat yang dikonsumsi pun terlambat. Ini merupakan salah

satu tanggung jawab dari kepala ruangan.

Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berkembang seiring dengan

perkembangan jaman. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh pasien,

maka secara otomatis masyarakat akan pergi ke suatu tempat yang dapat melayani

kebutuhan mereka dengan hasil yang efektif dan efisien.

Peneliti juga dahulu pernah mengalami hal yang sama. Dimana peneliti

sedang membawa keluarga berobat dan juga menggunakan fasilitas ASKES.

Perawat yang bertugas mengatakan agar pasien mendaftar dahulu, kemudian baru

(15)

tersebut cukup lama tidak mengacuhkan pasien. Kemudian pasien memutuskan

5untuk pergi berobat ke tempat lain.

Kelalaian-kelalaian serta pelayanan yang kurang memuaskan tersebut

secara tidak langsung telah menggambarkan semakin menurunnya pelayanan

rumah sakit oleh perawat. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk mencari tahu

apakah ada usaha dari pihak rumah sakit untuk memperbaiki serta meningkatkan

pelayanan para perawatnya, dan informasi yang peneliti dapat dari salah seorang

pegawai rumah sakit adalah ternyata pimpinan dari bidang keperawatan

melakukan pertemuan semacam diskusi yang mereka namakan sosialisasi dengan

setiap kepala ruangan pada setiap hari rabu khusus untuk membahas bagaimana

pelayanan para perawat RSUD Dr. Pirngadi Medan. Ini merupakan

langkah-langkah untuk memperbaiki kualitas layanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Dari alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui pertemuan formal yang dilakukan oleh pimpinan bagian keperawatan RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan perawat yang menjadi kepala ruangan untuk membahas layanan pegawainya dengan judul “Komunikasi Vertikal dan Peningkatan Layanan” (Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Komunikasi Vertikal antara Pimpinan dan Perawat Terhadap Peningkatan Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan).

I. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti

(16)

“Apakah terdapat hubungan antara pengaruh kegiatan komunikasi vertikal dengan

peningkatan layanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan?”

I. 3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan

mengambang, maka penulis merasa perlu melakukan pembatasan masalah agar

menjadi lebih jelas. Adapun pematasan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Studi tentang pengaruh komunikasi vertikal dalam peningkatan layanan

hanya dilakukan penelitiannya di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Unit analisis yang ditetapkan sebagai objek penelitian adalah perawat yang

menjadi kepala ruangan yang bekerja di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3. Dilihat dari letak geografis antara lokasi penelitian dengan tempat tinggal

penulis sangat memungkinkan penelitian ini dapat dilaksanakan.

4. Dilihat dari waktu, biaya yang tersedia penelitian mengenai “Komunikasi

vertikal dan peningkatan layanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan” layak

untuk dilakukan.

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

(17)

a. Ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi proses komunikasi

vertikal terhadap peningkatan layanan kesehatan di RSUD Dr. Pirngadi

Medan.

b. Ingin mengetahui ada-tidaknya pengaruh komunikasi vertikal terhadap

peningkatan layanan.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Dalam hal ini, manfaat penelitian yang dimaksud adalah:

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan

memperluas wawasan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya

tentang komunikasi vertikal sebagai bagian dari ilmu komunikasi.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya

mengenai komunikasi vertikal dan juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi pembacanya.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

dan masukan kepada para pimpinan (atasan) untuk dapat melakukan

komunikasi dengan baik perawat (bawahan) di RSUD Dr. Pirngadi

Medan.

I. 5 Kerangka Teori

(18)

untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah 8dipilih.2

Sedangkan Kerlinger menjabarkan pengertian teori sebagai suatu himpunan konstruct (konsep) definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan gejala tersebut.3

I.5.1 Komunikasi

Dalam penelitian ini teori yang relevan antara lain:

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.4

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.5

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain

2

H. Hadari Nawawi, H. M. Martin Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yokyakarta, 1995, hal. 40.

3

Drs. Jalaludin Rakhmat, M.SC, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi contoh Analisis Statistik, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2004, hal. 6.

4

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, MSc, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 1.

5

(19)

perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan,

juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja.

Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication dan bersumber dari kata Icommunis yang berarti sama. Pengertian

sama dalam hal ini adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikan.6

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin, communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu communico yang artinya membagi.

Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi.

7

Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, karena komunikasi merupakan pengaruh dan alat dalam aktivitas manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat bertanya mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya, menerima dan mengawasi. Komunikasi dapat menjadi saran-saran guna terciptanya ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar

6

Effendy Onong U, Ilmu Teori dan Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 30.

7

(20)

menukar pesan (informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Menurut Louis Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan, “communiction is the process by which a system is established, maintained, and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi

adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada definisi ini komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses. Kata signal maksudnya adalah signal yang berupa verbal dan nonverbal yang mempunyai aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini menjadikan orang yang menerima signal yang diterimanya. Misalnya setiap bahasa mempunyai aturan tertentu baik bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa isyarat. Bila orang yang mengirim signal menggunakan bahasa yang sama dengan orang yang menerima, maka si penerima akan dapat memahami maksud dari signal tersebut, tetapi kalau tidak mungkin dia tidak dapat memahami maksudnya.8

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator

Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan. Tujuan komunikasi itu pada dasarnya menerapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan orang lain. Dengan demikian suatu kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak sosial terhadap orang lain.

8

(21)

dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat kepada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “tansfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan-pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan.9

Proses Komunikasi secara Sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan

Esensi dalam proses komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan makna di antara orang yang terlibat dalam proses komunikasi antar manusia.

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

Proses Komunikasi secara Primer adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan, lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

9

(22)

media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.10

1) Sumber (source, encoder, communicator, sender, initiator), adalah setiap orang (kelompok, lembaga) yang mengambil inisiatif, memprakarsai penyampaian pesan-pesan, ide-ide, buah pikiran, gagasan.

Rasberry dan Lindsay merinci elemen-elemen komunikasi yang biasanya terjadi dalam peristiwa proses komunikasi manusia dengan relatif lebih lengkap, antara lain:

2) Penyandian (encoding), sistem saraf pusat dari komunikator atau inisiator mengubah rangsangan pikiran dan ide-ide itu dari simbol, tanda, lambang, bunyi, dan suara serta gerak tubuh guna membawa pesan secara sempurna. 3) Pesan-pesan (messages), adalah keseluruhan dari sistem simbol, kata-kata,

bunyi, ekspresi vokal, gerak tubuh, penampilan, dan lain-lain yang membawa makna tertentu bagi penerima (receiver) atau pendengarnya. 4) Pengiriman atau penyampaian (transmission), pesan-pesan yang sudah

diformasikan dalam bentuk bahasa verbal dan nonverbal tersebut dikirim kepada lingkungan, ini memungkinkan ketersediaan dan kemudahan bagi penerima sehingga otak dan otot penerima menanggapinya dalam berbagai bentuk reaksi seperti suara, gerakan tubuh dan sebagainya.

5) Saluran (channel, medium), adalah sarana terpilih seperti: surat, telepon, tatap muka, dan lain-lain untuk melalui mana pesan-pesan dikirim kepada orang yang dituju (individu, kelompok kecil, group, organisasi).

10

(23)

6) Penerima (receiver), adalah penerima, pendengar, mitra bicara, dimana tanggapannya tergantung pada sejauh mana ketepatan atau ketelitian dalam mengutamakan pemilihan rasa, kebutuhan, lingkungan, dan pemahaman terhadap pesan serta manaruh kepercayaan terhadap kejujuran komunikator.

7) Pemaknaan sandi (decoding) atau menterjemahkan sandi, adalah proses mental (psikologis) dimana penerima menterjemahkan (decoding) symbol bahasa verbal dan nonverbal yang digunakan komunikator tersebut ke dalam pengertiannya.

8) Penafsiran pesan (interpreting), adalah proses menyeleksi secara mental dalam diri penerima dalam menafsirkan pesan yang diterimanya menurut kompleks latar belakang seperti: pengetahuan, sikap, pengalaman, tingkat pendidikan dan budaya serta sistem sosial dimana penerima hidup dan dibesarkan.

9) Umpan balikan (feedback), adalah tanggapan kembali penerima (receiver) terhadap pesan yang dapat dipahami dan dirasakan kembali kepada komunikator. Kemampuan ketepatan komunikator menangkap keseluruhan tanggapan penerima (receiver) yang diungkapkan baik secara sadar maupun tidak sadar, dinyatakan dalam kompleks tanggapan berupa ekspresi vokal, ekspresi muka, dan petunjuk nonverbal lainnya, keseluruhan tanggapan kembali tersebut sangat penting bagi pengukuran efektivitas sejauh mana tingkat keberhasilan komunikasi tercapai.11

11

(24)

Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran pesan dan berita, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide, maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut :

1) Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2) Sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

3) Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

(25)

5) Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6) Memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya.

7) Hiburan: penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu. 8) Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan

memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.12

I.5.2 Komunikasi Organisasi

Dipandang dari sudut perspektif fungsional komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan

12

(26)

mengubah organisasi dan menekankan peran “orang-orang” dan proses dalam menciptakan makna.

Menurut Goldhaber (1986), memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut, “organizational communication is the process of creating and exchanging message within a network of interdependent relationship to cope with

environmental uncertainly”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah

proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.13

1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.

Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:

2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .

3. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif.

4. Mengadakan seleksi, pengembangan dan penilaian anggota organisasi. 5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang

menimbulkan keinginan orang untuk memberikan kontribusi. 6. Mengendalikan prestasi.

I.5.3 Komunikasi Vertikal

Saluran arus komunikasi yang dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi vertikal dan hanya yang bersifat formal.

13

(27)

1. Saluran Formal Arus Komunikasi Vertikal Ke Bawah (Downward Communication)

Aktivitas komunikasi pada tingkat ini, para pimpinan memberikan berbagai informasi yang relevan dengan pekerjaan dan organisasi seperti: instruksi, perintah, petunjuk pelaksanaan kerja, pengarahan dan penjelasan tentang berbagai yang diperlukan, manakala terjadi perubahan di luar kelaziman, persuasi dan motivasi bahkan juga hukuman. Fungsi komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:

a. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja.

b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan.

c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku.

d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk dapat bekerja lebih baik.

2. Saluran Formal Arus Komunikasi atas (Upward Communication)

(28)

stimulus kepada karyawan (bawahan) untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi organisasinya.14

a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan atau tugas yang sudah dilaksanakan.

Fungsi komunikasi dari bawahan kepada atasan ini adalah :

b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh karyawannya (bawahan).

c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari karyawan (bawahan).

d. Penyampaian keluhan dari karyawan (bawahan) tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

I.5.4 Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap; sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin.15

Meskipun kepemimpinan didefinisikan secara berbeda-beda namun hakekat praktek kepemimpinan adalah sama, yaitu proses untuk mempengaruhi aktivitas-aktivitas seseorang atau kelompok orang dalam upayanya untuk mencapai tujuan bersama, pada situasi dan kondisi tertentu.

14

Dr. Arni Muhammad, I b I d, hal. 117.

15

Kartini Kartono, Pimpininan dan Kepemimpinan: apakah kepemimpinan abnormalitu?, Rajawali, Jakarta, 1991, hal. 27

(29)

Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja. Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya, diperlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang baru.

G.R Terry mengemukakan sejumlah tipe kepemimpinan, yaitu:

1. Tipe Kharismatis

2. Tipe Paternalistis

3. Tipe Militeristis

4. Tipe Otokratis

5. Tipe Demokratis

I.5.5 Pelayanan

(30)

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah dinamakan pelayanan.16

1. layanan melalui lisan

Y.B Suparlan (1982:81) merumuskan pelayanan sebagai usaha memberikan bantuan/ pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non-materi agar orang lain itu dapat mengatasi masalah sendiri. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan masyarakat yang merupakan bantuan/ pertolongan yang diberikan pemerintah/ organisasi kepada masyarakat secara materil maupun non-materil.

Dan apapun bentuk-bentuk pelayanan untuk umum yang dilakukan oleh siapapun tidak terlepas dari tiga macam, yaitu:

2. layanan tulisan

3. layanan berbentuk perbuatan

Ketiga bentuk pelayanan di atas ini tidak selamanya berdiri sendiri secara murni, melainkan sering berkombinasi.17

I. 6 Kerangka Konsep

Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan

dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa.

16

Moenir, H.A.S, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hal. 17.

17

(31)

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan hal-hal khusus.18

1. Variabel Bebas atau Independence Variable (X)

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah

yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka

harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas adalah variabel yang mengandung gejala/ faktor/ unsur

yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel yang lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi vertikal.

2. Variabel Terikat atau Dependence Variable (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang muncul dipengaruhi variabel

bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan layanan RSUD

Dr. Pirngadi Medan.

I. 7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan

dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

18

Drs. Jalaluddin Rakhmad, M.SC, op.cit, hal. 12. Variabel Bebas (X) :

Komunikasi Vertikal

(32)

I. 8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian perlu dibuat operasional variabel

yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

o Mendengar kritik/ keluhan

o Cara berkomunikasi

I. 9 Definisi Variabel Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep

yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah

(33)

variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi ilmiah yang amat

membantu peneliti yang lain yang akan menggunakan variabel yang sama.19

1. Variabel bebas (komunikasi vertikal), terdiri dari:

` Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

A. Kegiatan komunikasi vertikal :

a. Instruksi tugas adalah pesan yang disampaikan kepada bawahan

mengenai apa yang diharpkan dilakukan mereka dan bagaimana

melakukannya.

b. Rasional adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas

dan bagaimana aktivitas itu dengan aktivitas lainnya.

c. Ideology yaitu pesan yang bertujuan untuk mencari sokongan dan

antusias dari anggota orgnisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan

motivasi.

d. Informasi merupakan pesan yang dimaksudkan untuk

memperkenalkan bawahan dengan praktek-praktek organisasi,

keuntungan, kebiasaan dan data lain.

e. Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan

individu dalam melakukan pekerjaannya.

f. Saran

g. Penyampaian keluhan

B. Karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, pendidikan, usia,

penghasilan dan lama bekerja.

2. Variabel terikat (Peningkatan Layanan), terdiri dari:

19

(34)

a. Garis kerja adalah aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pihak

perusahaan kepada seluruh karyawan.

b. Kejelasan tugas adalah transparansi wewenang yang dibebankan

kepada karyawan dalam hal ini perawat yang menjadi kepala

ruangan.

c. Etika pelayanan yaitu etika umum yang dilakukan untuk melayani

kepentingan para pasien.

d. Mendengar keluhan/ kritik maksudnya bagian dari proses

pelayanan terhadap para pasien yang mempunyai keluhan dan

kritik atau pujian yang berkaitan dengan pelayanan perawat RSUD

Dr. Pirngadi secara umum.

e. Cara berkomunikasi merupakan metode secara praktis yang harus dilakukan oleh para perawat yang sesuai dengan program kerja perusahaan dan berdasarkan etika umum masyarakat.

I. 10 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan

mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis

merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2004:14).20

Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh komunikasi vertikal

dengan peningkatan layanan RSUD Dr. Pirngadi.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh komunikasi vertikal

dengan peningkatan layanan RSUD Dr. Pirngadi.

20

(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Dalam penelitian yang dilakukan beberapa uraian teoritis yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

II.1 KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KOMUNIKASI VERTIKAL II.1.1 Komunikasi Organisasi

Menurut Louis Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan, communication is the process by which a system is established, maintained, and

altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi

adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada definisi ini komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses. Kata signal maksudnya adalah signal yang merupakan verbal dan nonverbal yang mempunyai aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini menjadikan orang yang menerima signal yang telah mengetahui aturannya akan dapat memahami maksud dari signal yang diterimanya.1

Menurut Katz & Robert kahn, dua ahli psikologi sosial dari Pusat Riset Survei Universitas Michigan, komunikasi adalah pertukaran informasi dan

penyampaian makna yang merupakan hal utama dari suatu sistem sosial atau organisasi. Jadi komunikasi sebagai suatu “proses penyampaian informasi dan

1

(36)

pengertian dari satu orang ke orang lain. Dan satu-satu cara mengelelola

aktivitas dalam suatu organisasi adalah melalui proses komunikasi”.2

Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.3

Menurut Goldhaber (1986), memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut, “organizational communication is the process of creating and exchanging message within a network of interdependent relationship to cope with

environmental uncertainly”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah Dipandang dari sudut perspektif fungsional komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi dan menekankan peran “orang-orang” dan proses dalam menciptakan makna.

2

Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 83.

3

(37)

proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.

Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi, ada beberapa hal yang umum yang disimpulkan yaitu:4

1) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

2) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah, dan media.

3) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya, dan keterampilan/ skillnya.

Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:5

7. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.

8. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .

9. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif.

10. Mengadakan seleksi, pengembangan dan penilaian anggota organisasi. 11. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang

menimbulkan keinginan orang untuk memberikan kontribusi. 12. Mengendalikan prestasi.

4

Dr. Arni Muhammad, I b I d, hal. 67.

5

(38)

Proses komunikasi menghidupkan organisasi melalui informasi yang dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengarahan mengharuskan manajer berkomunikasi dengan bawahan agar tujuan tercapai.

Komunikasi dalam organisasi khususnya mempunyai hubungan dengan satu atau lebih dimensi-dimensi stuktur organisasi (misalnya peranan, status, kompleksitas teknologi, pola-pola otoritas dan sebagainya). Setiap langkah dalam manajemen dan pengoperasian suatu organisasi sangat tergantung pada komunikasi misalnya peningkatan aktivitas, penyelesaian konflik, memperbaiki semangat pekerja, dan meningkatkan produksi.

Komunikasi merupakan suatu medan yang sangat penting dalam manajemen organisasi, organisasi jelas memerlukan informasi, dengan berkembangnya organisasi kebutuhan informasi juga bertambah.6 Komunikasi menyediakan alat-alat untuk pengambilan keputusan, melaksanakan keputusan, menerima umpan balik, dan mengoreksi tujuan serta prosedur organisasi. “Apabila komunikasi berhenti maka aktivitas organisasi akan berhenti. Dengan

demikian tinggallah kegiatan-kegiatan individu yang tidak terorganisasi”.7

6

Reksihadiprodjo, Soekanto & T.Hani Handoko, Organisasi Perusahaan Teori, Struktur, dan Perilaku, BPFE, Yogyakarta, 1991, hal. 117.

7

(39)

II.1.2 Komunikasi Vertikal

Saluran arus komunikasi yang dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi vertikal dan hanya yang bersifat formal. Berikut penjelasan komunikasi vertikal yang merupakan jaringan formal dalam organisasi:

II.1.2.1 Komunikasi Vertikal Ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen.8

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinannya kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.9

a. Tipe Komunikasi Vertikal ke Bawah

Secara umum komunikasi vertikal ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu:

1) Instruksi Tugas

Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana

8

R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2005, hal. 184.

9

(40)

melakukannya. Pesan itu mungkin bervariasi seperti perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat Bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. Faktor yang prinsipal adalah mempengaruhi isi dari instruksi tugas-tugas yang kelihatannya kompleks dan menghendaki keterampilan dan pengelaman untuk melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya, keterampilan dan pengalamannya.

2) Rasional

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.

3) Ideology

(41)

sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral, dan motivasi.

4) Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi.

5) Balikan

Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayarn gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.

b. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Vertikal ke Bawah.

Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut:

1) Keterbukaan

(42)

mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya.

2) Kepercayaan pada pesan tulisan

Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. Hasil penelitian Dahle menunjukkan bahwa pesan itu akan lebih efektif bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan.

3) Pesan yang berlebihan

Karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan.

4) Timing

Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.

5) Penyaringan

(43)

persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor.

Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan:10

1. informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan,

2. indormasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, 3. informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, 4. informasi mengenai kinerja pegawai, dan

5. informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).

II.1.2.2 Komunikasi Vertikal ke Atas (Upward Communication)

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam semua organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas yaitu, setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas.11

10

R. Wayne Pace & Don F.Faules, op.cit, hal. 185.

11

(44)

Sebagai bawahan, para karyawan pada berbagai bidang dan divisi tersebut, tidak diminta maupun apalagi jika diminta, memberikan laporan, pertanyaan untuk hal-hal yang belum dipahami, pendapat, usul, saran, dan keluhan, bahkan juga kritik yang diperlukan bagi aktivitas kinerja organisasi.

Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan sasaran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan.12

a. Fungsi Komunikasi Vertikal ke Atas

Arus komunikasi yang mengalir pada tingkat ini adalah arus pesan dari para karyawan kepada pimpinan mereka, baik kepada kepala bagian, kepala divisi, kepala departemen maupun pimpinan puncak. Menurut Smith (Goldhaber, 1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan kepada pimpinan (atasan) memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan (bawahan) untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi organisasinya.

Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu. Menurut Pace (1989) fungsinya adalah sebagai berikut:

1) Dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.

2) Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang hanya berharga bagi pembuat keputusan.

12

(45)

3) Komunikasi ke atas memperkuat appresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.

4) Komunikasi ke atas memperbolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.

5) Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah.

6) Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalan tugas-tugasnya dan organisasi.

b. Apa yang Seharusnya Dikomunikasikan ke Atas?

Kebanyakan dari hasil-hasil analisis penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa supervisor dan pimpinan haruslah mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut:

1) Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang.

2) Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.

(46)

4) Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya, dan organisasi.

c. Kesulitan Mendapatkan Informasi ke Atas

Sharma (1979) mengemukakan empat alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit:13

1) Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka. Penelitian menunjukkan bahwa pegawai merasa bahwa mereka akan mendapat kesulitan bila mereka berbicara kepada penyelia mereka dan cara terbaik untuk naik pangkat dalam organisasi tersebut adalah sepakat dengan penyelia mereka.

2) Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai. Pegawai sering sekali melaporkan bahwa manajer mereka tidak

memperhatikan masalah mereka. Manajer mungkin tidak memberi tanggapan terhadap masalah pegawai dan mungkin menahan beberapa komunikasi ke atas karena hal itu mungkin membuat mereka terlihat buruk dalam pandangan atasan mereka.

3) Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai. Seringkali penyelia dan manajer tidak berhasil memberikan

penghargaan yang nyata atau terselubung untuk mempertahankan agar saluran komunikasi ke atas tetap terbuka.

4) Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai. Bisa terjadi penyelia terlalu

13

(47)

sibuk untuk mendengarkan atau bawahan tidak dapat menemukan mereka. Bila penyelia ada di tempatnya, ia tidak tanggap pada apa yang dikatakan bawahan tersebut.

d. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Vertikal ke Atas

1) Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan, apablia pesan itu disampaikan tepat pada waktunya.

2) Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan mengenai pengelolaan daripada komunikasi yang bersifat negatif.

3) Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru.

4) Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.

5) Komunikasi ke atas akan lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju.

e. Prinsip-prinsip Komunikasi Vertikal ke Atas

1) Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan.

2) Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara terus-menerus.

(48)

4) Program komunikasi ke atas yang efektif, menekankan kesensitivan dan penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah. 5) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pendengar yang

objektif.

6) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pengambilan tindakan berespon terhadap masalah.

7) Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan bermacam-macam media dan metode untuk memajukan arus informasi.2

II.2 KEPEMIMPINAN

Dahulu banyak orang berpendirian, bahwa kepemimpinan itu tidak dapat dipelajari. Sebab kepemimpinan adalah suatu bakat yang diperoleh orang sebagai kemampuan istimewa yang dibawa sejak lahir. Jadi, orang menyatakan bahwa memang tidak ada dan tidak diperlukan teori dan ilmu kepemimpinan. Suksesnya kepemimpinan itu disebabkan oleh keberuntungan seorang pemimpin yang memiliki bakat alam yang luar biasa, sehingga dia memiliki kharisma dan kewibawaan untuk memimpin massa yang ada disekitarnya.

Dalam perkembangan zaman, kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuwan Frederick W. Taaylor pada awal abad ke-20; dan dikemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan.

Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi pada penyiapan secara berencana, melatih calon-calon pemimpin. Semuanya dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan, percobaan/eksperimen,

2

(49)

analisis, supervisi dan penggemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat pemimpin yang unggul, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.

Kepemimpinan adalah suatu proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang pemimpin terhadap orang lain (atau sekelompok orang) untuk melakukan suatu aktivitas tertentu yang sesuai dengan kehendaknya.15

Kepemimpinan menurut Prof. Kimball Young adalah bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu; berdasarkan akseptansi/ penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.

Ordway Tead dalam bukunya “The Art of Leadership” menyatakan sebagai berikut:

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

16

Selanjutnya ada kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut:

II.2.1 Tipe Kepemimpinan

17

15

Drs. Abdulsyani, Manajemen Organisasi, PT Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal 231.

16

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: apakah kepemimpinan abnormal itu?, Rajawali, Jakarta, 1991, hal. 48-50.

17

(50)

1. Tipe Kharismatis

Tipe pemimpin kharismatis ini memiliki kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.

Mengenai mengapa seorang pimpinan yang bertipe demikian sangat disegani dan dipatuhi, disebabkan oleh beberapa kriteria, yaitu: Pertama; seorang pimpinan dianggap mempunyai kekuatan gaib (super natural powers), Kedua; pimpinan yang dipatuhi itu seorang keturunan bangsawan atau keturunan raja, Ketiga; obyektif dalam setiap hubungannya dengan bawahan, Keempat;

berwibawa, yang dapat menimbulkan rasa hormat bagi para bawahan, Kelima; berkemampuan untuk memberikan contoh atau teladan terhadap bawahan.18

a) Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.

2. Tipe Paternalistis

Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:

b) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective).

c) Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.

d) Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

18

(51)

e) Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. f) Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.

3. Tipe Militeristis

Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain adalah:

a) Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap bawahannya; keras sangat otoriter, kaku dan sering kurang bijaksana.

b) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.

d) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.

e) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.

f) Komunikasi hanya berlangsung searah saja. 4. Tipe Otoktratis

(52)

Jadi kalau disimpulkan, maka seorang pimpinan yang otokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:19

1) Seolah-olah suatu organisasi yang dipimpinnya adalah miliknya sendiri. 2) Tujuan organisasi diidentifikasikan dengan tujuan pribadi.

3) Para anggota atau karyawannya dianggap sebagai alat semata untuk mencapai tujuan.

4) Biasanya sulit untuk menerima kritik, saran atau pendapat dari bawahannya.

5) Dalam proses penggerakan terhadap bawahannya sering melakukan pemaksaan.

6) Setiap aktivitas hampir seluruhnya tergantung pada kekuasaan formalnya. 5. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada “person atau individu pemimpin”, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok .

20

19

Drs. Abdulsyani, I b I d, hal. 234.

20

Drs. Abdulsyani, I b I d, hal. 238-239.

(53)

Kemudian oleh SUJATI, tipe kepemimpinan yang demokratis ini diperinci atas beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:

1) Ikut sertanya yang dipimpin dalam kepengurusan (Social participation). 2) Adanya pertanggungjawaban daripada pimpinan terhadap yang dipimpin

(Social responsibility).

3) Adanya dukungan daripada yang dipimpin terhadap pimpinan (Social support).

4) Adanya pengawasan yang dilakukan oleh yang dipimpin terhadap pimpinan (Social control).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh BASU SWASTHA D.H. dalam bukunya “Azas-azas Manajemen Modern” (1985), bahwa ada tiga macam gaya kepemimpinan (gaya kepemimpinan oleh Basu didefinisikan sebagai suatu pola perilaku manajemen yang dirancang untuk memadukan minat dan usaha pribadi

dan organisasi untuk mencapai tujuan), yaitu:21

21

Drs. Abdulsyani, I b I d, hal. 263-264. Kepemimpinan Authoritarian

(54)

Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Disini pimpinan lebih memperhatikan kebutuhan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasinya. Jadi, manajer menekankan pada dua hal, yaitu bawahan dan tugas. Kepemimpinan partisipatif ini memberikan kemungkinan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam bentuk pemberian informasi, pendapat dan usul-usul. Keputusan akhir tetap harus diambil oleh manajer. Namun dalam hal ini dilakukan sesudah berkonsultasi dengan bawahan.

Kepemimpinan laissez faire

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin; dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat sesuka hati. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. Sebab kedudukan yang ia peroleh hanya melalui penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme.

Dia tidak mempunyai kewibawaan dan tidak dapat mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif.

Analisis Transaksional

Gambar

Gambar 1. Pelayanan sebagai proses
Tabel 4.9
gambar. Hal ini disebabkan karena metode lisan bersifat emosional dan respon/
Tabel 4.47
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Ungkapan konfirmasi langsung berupa Kinshi Hyougen hal ini sangat sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Xu (2007) bahwa ungkapan Irai Hyougen Shuuketsubu

Yang jadi masalah adalah kedalaman gerusan hilir bendung seberapa jauh membahayakan sehingga perlu dilakukan analisis dengan tujuan untuk mengetahui profil bendung

[r]

Inflasi yang sangat parah ini disebabkan oleh berbagai kekacauan yang terjadi pada era orde lama seperti dampak negatif dari kebijakan sanering yang mengakibatkan bank-bank

Dari hasil perhitungan PAIR-WISE Comparison of Minor Categories, menunjukkan bahwa kondisi cuaca yang ekstrem memiliki jumlah prioritas tertinggi. Hal ini sesuai dengan hasil

Saya berhasil mencapai peringkat Executive Brand Partner, tentunya karena produk-produk Nu Skin yang membuat penampilan saya terlihat lebih muda, dan dukungan dari para upline

In this paper, we have proposed a method for the modelling of simple room shape structure from sparse 3D point information obtained by photogrammetry. Our method consists